Anda di halaman 1dari 43

Evaluasi Program

EVALUASI PROGRAM PELAYANAN PENGOBATAN


INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
BERDASARKAN DIAGNOSIS KOMUNITAS DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SURULANGUN

Oleh:
dr. Aprilianti Cahyani Bato Tampak
dr. Guti Farid Hibatullah
dr. Sesa Magabe
dr. Syakina

PEMBIMBING
dr. Yulian Panuardi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSKEMAS SURULANGUN
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Evaluasi Program

Evaluasi Program Pelayanan Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut


(ISPA) berdasarkan Diagnosis Komunitas di Wilayah Kerja Puskesmas
Surulangun

Disusun Oleh :

dr. Aprilianti Cahyani Bato Tampak


dr. Guti Farid Hibatullah
dr. Sesa Magabe
dr. Syakina

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Dokter Internsip di Puskemas Surulangun, Musi Rawas Utara.

Musi Rawas Utara, Juli 2023

Pembimbing Lapangan Puskesmas Surulangun


dr. Yulian Panuardi ……………………

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Surulangun

dr. Jeri Afrimando


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul
“Evaluasi Program Pelayanan Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) berdasarkan Diagnosis Komunitas di Wilayah Kerja Puskesmas
Surulangun”. Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Internsip Dokter Indonesia (PIDI) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
di Puskesmas Surulangun.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Jeri Afrimando selaku
Pimpinan Puskesmas Surulangun dan dr. Yulian Panuardi selaku pembimbing
beserta tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas Surulangun dan semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.

Musi Rawaas Utara, Juli 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2. Tujuan ........................................................................................................3
1.3. Manfaat ......................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1. Batasan Masalah Kesehatan ..........................................................................4
2.2. Teori HL Blum ..............................................................................................6
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan ...........................................7
2.4. Konsep Perencanaan Terpadu Puskesmas ....................................................8
BAB III. ANALISIS SITUASI PUSKESMAS SURULANGUN .........................18
3.1. Gambaran Umum ........................................................................................18
3.2. Data PIS-PK ................................................................................................23
3.3. Sepuluh Penyakit Terbanyak ......................................................................24
3.4. Kerangka Operasional .................................................................................25
BAB IV. Diagnosis Komunitas dan Rencana Kegiatan.........................................26
4.1. Diagnosis Komunitas ..................................................................................26
4.2. Rencana Usulan Kegiatan ...........................................................................33
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................38

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Prioritas Masalah dengan Metode PAHO ................................................11


Tabel 2. Prioritas Masalah dengan Metode Delbuque dan Delphi.........................12
Tabel 3. Prioritas Masalah dengan Metode Bryant ................................................14
Tabel 4. Prioritas Masalah dengan Metode USG ...................................................15
Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah ................................................................17
Tabel 6. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk ....................................19
Tabel 7. Jumlah penduduk menurut kelompok umur ............................................20
Tabel 8. Jumlah Penduduk menurut Status Pekerjaannya .....................................20
Tabel 9. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan ....................................21
Tabel 10. Fasilitas pelayanan dalam gedung Puskesmas Surulangun ...................21
Tabel 11. Data PIS-PK di Puskesmas Surulangun .................................................23
Tabel 12. Sepuluh Penyakit Terbanyak tahun 2022...............................................24
Tabel 13. Sepuluh Penyakit Terbanyak Bulan Juni 2023 ......................................24
Tabel 14. Penentuan Prioritas Masalah Menggunakan Metode PAHO .................28
Tabel 11. Matrik untuk Analisis Faktor Risiko/Determinan ..................................29
Tabel 12. Penentuan Program Kesehatan dan Alternatif Pemecahan Masalah ......31
Tabel 13. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) ..........................................................33

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan .....................................8


Gambar 2. Metode Fishbone ..................................................................................16
Gambar 3. Metode Pohon Masalah ........................................................................17
Gambar 4. Puskesmas Surulangun .........................................................................18
Gambar 5. Kerangka Operasional ..........................................................................25

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Istilah komunitas memiliki dua makna independen yang berbeda.
Komunitas dapat merujuk ke unit sosial yang ditandai berbagai derajat koherensi
sosial dan memiliki kesamaan nilai-nilai (Thapa, Tandan dan Subedi, 2012),
sementara secara biologis komunitas berarti sekelompok makhluk hidup yangsaling
berbagi lingkungan kependudukan. Keberlangsungan komunitas sangat tergantung
dengan peranan keseluruhan entitas yang saling ketergantungan antar bagian-
bagiannya atau subsistemnya (meliputi lingkungan fisik, pendidikan, keselamatan
dan transportasi, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial,
komunikasi, ekonomi, rekreasi dan sebagainya) untuk mencapai tujuan yang sama.
Secara umum terdapat tiga fitur pembentuk komunitas, yaitu lokasi geografis
(kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh lokasi, termasuk penempatan layanan, fitur
geografis), populasi dan sistem sosial (Subedi, 2014).
WHO mendefinisikan diagnosis komunitas sebagai penilaian kuantitatif dan
kualitatif mengenai keadaan kesehatan di komunitas dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi masyarakat khususnya di bidang kesehatan. Melalui
diagnosis komunitas, masalah yang ada di masyarakat diidentifikasi, kemudian
dicari pemecahan masalahnya melalui intervensi berupa perbaikan situasi melalui
program-program yang direncanakan dan dilaksanakan secara konkrit. Kemampuan
seorang dokter dalam melakukan diagnosis komunitas merupakan kemampuan
wajib yang harus dikuasai terutama apabila bekerja sebagai pimpinan unit kesehatan
yang bertanggung jawab atas suatu komunitas (SKDI, 2012; Herquanto, 2014).
Diagnosis komunitas merupakan salah satu bentuk pendukung peningkatan
kompetensi dokter khususnya pada area ketujuh yakni mengenai “Pengelolaan
Masalah Kesehatan dan Sumber Daya”. Pada penjabaran area kompetensi ke-7,
terdapat berbagai hal yang harus dicapai pada tingkat profesi, yaitu penerapan
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, perencanaan perubahan pola
pikir, sikap dan perilaku serta modifikasi gaya hidup masyarakat,

1
melaksanakan pengelolaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
secara holistik, berkesinambungan dan kolaboratif, melakukan interpretasi berbagai
data klinis, data kesehatan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat serta
melaksanakan program dengan menyesuaikan ketersediaan sumber daya di
masyarakat (Konsil Kedokteran Indonesia, 2019).
Hal ini sesuai dengan tantangan pendidikan kedokteran masa kini yang
harus lebih berorientasi pada komunitas untuk menjadi praktisi kesehatan yang
efektif. Mahasiswa harus mampu belajar melalui penemuan intelektual dan
pemikiran kritis. Upaya pembelajaran komunitas tidak hanya bertujuan untuk
kelulusan dari tingkat pembelajaran, tapi juga bermanfaat untuk pelatihan lulusan
kesehatan. Melalui diagnosis komunitas, mahasiswa dapat mempelajari berbagai
sisi komunitas seperti kultur, nilai-nilai dan normal sosial, kepemimpinan, pola
masyarakat, komunikasi, struktur masyarakat dan sejarah komunitas (Narayan dan
Khan, 2008).
Pelaksanaan diagnosis komunitas erat kaitannya dengan fungsi Puskesmas
sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berperan untuk meningkatkan
derajat kesehatan warga di wilayah kerjanya. Hal ini sejalan dengan program pokok
Puskesmas yang pertama, yaitu promosi kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan
harus disesuaikan dengan kondisi ditemui/dihadapi oleh masyrakat dalam ruang
lingkup area puskesmas agar dapat berhasil dan disesuaikan dengan program
kesehatan lain yang akan dijalankan (Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
2016).
Puskesmas Surulangun merupakan salah satu Puskesmas yang ada di
Kabupaten Musi Rawas Utara yang terletak di jalan Lintas Sumatera Kelurahan
Surulangun Kecamatan Rawas Ulu. Luas Kecamatan Rawas Ulu yaitu 49.816,88
Ha dengan total jumlah penduduk 35.342 jiwa, dan dengan kepadatan penduduk
65,30 Jiwa/ KM2. Hampir semua desa/ kelurahan di wilayah Kecamatan Rawas
Ulu merupakan daerah yang dilewati aliran sungai sehingga masih ada transportasi
yang dilakukan melalui jalur sungai, meskipun sudah bisa di akses melalui jalur
darat. Wilayah kerja UPTD Puskesmas Surulangun meliputi 16 desa dan 1
kelurahan, yaitu Desa Remban, Lubuk Kemang, Lesung Batu Muda, Lesung Batu,
Surulangun, Sungai Jauh, Sungai Kijang, Sungai Lanang, Simpang Nibung Rawas,
Sukomoro, Sungai Baung, Pulau Lebar, Kartadewa, Teladas, Pangkalan dan Lubuk

2
Mas, serta Kelurahan Pasar Surulangun.
Berdasarkan data terbaru Bulan Juni 2023, bahwa penyakit ISPA
menyumbang penyakit terbanyak dari seluruhnya. Pada wilayah kerja Kawasan
puskesmas Surulangun masih banyak ditemukan pemukiman warganya yang cukup
padat, kurang bersih, tidak terdapat saluran air dan rata-rata pendidikan
masyarakatnya kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk berobat masih rendah.
Akibatnya, banyak kasus yang mungkin tidak terdeteksi/terdiagnosis dan walaupun
telah terdiagnosis, kepatuhan untuk melanjutkan pengobatan sangat rendah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan diagnosis
komunitas terkait kasus ISPA di Puskesmas Surulangun.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen puskesmas dalam menyusun
perencanaan kegiatan tahunan dan melaksanakan kegiatan berdasarkan fungsi dan
azas penyelenggaraannya.
1.2.2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dalam pelaksanaan diagnosis komunitas ini, sebagai
berikut:
1. Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas Surulangun untuk
tahun berikutnya dalam upaya meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan wilayah kerjanya.
2. Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) setelah diterimanya
Alokasi Sumber Daya untuk kegiatan tahun berjalan dari berbagai sumber.

1.3. Manfaat
Adapun manfaat dalam pelaksanaan diagnosis komunitas ini, sebagai
berikut:
1. Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban.
3. Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan potensi yang
ada.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batasan Masalah Kesehatan


Batasan kesehatan masyarakat (public health) menurut Profesor Winslow
(1920) dari Universitas Yale adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan
efisiensi, melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk meningkatkan
dan perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan
kebersihan pribadi, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan, dan pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin
setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatan
(Prihartono, 2015).
Menurut epidemiologi, penentuan masalah (medis dan non medis) di
komunitas harus memakai indikator yang merepresentasikan permasalahan
komunitas/masyarakat. Berikut adalah indikator status kesehatan yang biasa
dipakai untuk menggambarkan masalah kesehatan di komunitas:
1. Angka Kematian (Mortality rate): AKK, AKI, AKB, Angka Kematian akibat
penyakit tertentu, dll
2. Angka Kesakitan (Morbidity rate): Insiden, prevalen (menyangkut berbagai
penyakit)
3. Angka Kecacatan (Disability rate): Angka absensi, dll
Selain indikator diatas terdapat indikator lain yang sering
dipergunakan misalnya :
1. Indikator jangkauan pelayanan kesehatan, misalnya cakupan ibu hamil
yangmendapat pelayanan ANC.
2. Rasio petugas kesehatan-penduduk, misalnya rasio dokter: penduduk
3. Indikator kesehatan lingkungan, misalnya persentase penduduk yang
mendapat air bersih
4. Indikator sosio-demografi (komposisi/struktur/distribusi, income per capita,
angka buta huruf, dll)

4
Dari batasan tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah
kombinasi antara teori (ilmu) dan praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah
penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk
(masyarakat). Ketiga tujuan tersebut sudah barang tentu saling berkaitan dan
mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut,
Winslow mengusulkan cara atau pendekatan yang dianggap paling efektif adalah
melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat (Prihartono, 2015).
Kesehatan masyarakat berkaitan dengan gangguan kesehatan pada
kelompok masyarakat. Ilmu kesehatan masyarakat berurusan dengan gangguan
kesehatan pada masyarakat, di mana masyarakat mempunyai aspek yang sangat
luas, maka penanganannya harus secara multisektor dan multidisiplin. Profesi
dokter saja belum cukup untuk menangani masalah kesehatan masyarakat.
enanganan kesehatan masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi para penderita
saja, karena apabila setelah mereka sembuh akan kembali ke masyarakat. Oleh
karena itu, terapi penderita gangguan kesehatan tidak saja ditujukan kepada
penderitanya saja, tetapi seluruh masyarakat tersebut. Masalah kesehatan
masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan aspek-aspek
terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan
sebagainya.
Oleh sebab itu, penanganan atau perbaikan derajat kesehatan masyarakat
sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan kepada gangguan kesehatan saja,
melainkan juga ke arah bidang-bidang yang lain. Misalnya, penyakit gizi KKP
(kekurangan kalori dan protein) pada anak-anak balita, tidak cukup dengan hanya
pemberian makanan tambahan saja (PMT), tetapi juga dilakukan perbaikan
ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan, dan sebagainya.
Objek kajian ilmu kesehatan masyarakat terutama dari aspek kesehatannya,
atau yang manjadi pasien kesehatan masyarakat adalah masyarakat. Masyarakat
sebagai objek penerapan ilmu kesehatan mempunyai aspek sosial, ekonomi, dan
budaya yang sangat kompleks. Tujuan kesehatan masyarakat diartikan sebagai
aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam
mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat. Pengorganisasian masyarakat
dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan

5
masyarakat pada hakekatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber
daya yang ada di dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya preventif,
kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri. Masalah- masalah
kesehatan masyarakat mencakup:
1. Sanitasi lingkungan
2. Pemberantasan penyakit
3. Pendidikan kesehatan (higiene)
4. Manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan
5. Pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan
masyarakat.

2.2. Teori HL Blum


Untuk menciptakan kondisi sehat diperlukan suatu keseimbangan dalam
menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan
faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri
dari faktor gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik,
budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor
genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang
mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara
faktor tersebut faktor gaya hidup manusia merupakan faktor determinan yang paling
besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini
disebabkan karena faktor gaya hidup yang lebih dominan dibandingkan dengan
faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh
gaya hidup masyarakat. Sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
disekitarnya hal ini sejalan dengan teori H. L. Blum bahwa salah satu indikator
tingkat kesehatan adalah environmental (lingkungan). Kesejahteraan manusia
sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, lingkungan yang kurang baik memberikan
dampak yang negatif dan sama sekali tidak menguntungkan, sedangkan lingkungan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo S, 2012).

6
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur dalam pencapaian
keberhasilan program dengan berbagai upaya berkesinambungan, terpadu danlintas
sektor pada pelaksanaan kebijakan pembangunan di bidang kesehatan. Derajat
kesehatan masyarakat yang dimaksud berupa meningkatknya umur harapan hidup,
menurunnya angka kematian bayi, ibu dan anak, menurunnya angka kesakitan
maupun angka kecacatan dan ketergantungan serta meningkatnya status gizi
masyarakat (Kemenkes, 2016).
Kesehatan merupakan hal penting dalam kaitannya dengan produktifitas.
Pada hakikatnya, setiap manusia membutuhkan kehidupan yang sehat untuk
menunjang keberlangsungan hidupnya. Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, menjelaskan bahwa kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan
bersifat holistik. Bukan hanya fisik melainkan jiwa dan sosial ekonomi.
Status kesehatan individu atau masyarakat merupakan hasil interaksi
berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor
psikis dan fisik. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor budaya, lingkungan
fisik, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Salah satu teori yang menjelaskan
tentang status kesehatan adalah teori H. L. Blum. HL. Blum, dikutip Notoadmodjo
(2012) dalam konsepnya menjelaskan bahwa ada empat faktor utama yang
mempengaruhi status kesehatan seseorang atau suatu komunitas masyarakat.
Beberapa faktor ini meliputi genetik dari keluarga, lingkungan sekitar sepertisosial
masyarakat, ekonomi yang berkembang, politik dan budaya setempat, perilaku
termasuk gaya hidup individu, dan fasilitas pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan
kualitas). Status kesehatan akan tercapai bila keempat faktor tersebut berada dalam
kondisi yang optimal. Sedangkan, determinan yang paling besar mempengaruhi
tinggi rendahnya status kesehatan adalah faktor lingkungan dan perilaku. Oleh
karennya, perlu diupayakan lingkungan yang sehat dan perilaku hidup sehat.

7
HL. Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat
atau status kesehatan yaitu (1) lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat.
(2) keadaan sakit atau cacat secara anatomis dan fisiologis. (3)keluhan sakit dari
masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial pada dirinya. (4)
ketidakmampuan seseorang untuk bersosialisasi dan melakukan pekerjaan
dikarenakan sakit. (5) kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat. (6) perilaku individu
secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan. (7) perilaku masyarakat
terhadap lingkungan, dan ekosistem. (8) perilaku individu atau masyarakat terhadap
sesamanya, keluarga dan komunitasnya. (9) kualitas komunikasi anggota
masyarakat. (10) daya tahan individu atau masyarakat terhadap penyakit. (11)
kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah,
pekerjaan, sekolah, rekreasi, transportasi dan lain-lain.
(12) kepuasan individu atau masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya
sendiri.

Gambar 1. Faktor yang Memengaruhi Derajat Kesehatan

2.4. Konsep Perencanaan Terpadu Puskesmas


• Analisis Situasi
Dalam meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program kesehatan
diperlukan suatu proses perencanaan yang menghasilkan rencana yang
komprehensif dan holistik. Adapun langkah pokok pemecahan masalah ini terdiri

8
atas analisis situasi, identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah,
penyusunan alternatif pemecahan masalah dan penyusunan rencana kerja.
Analisis situasi sebagai langkah awal dalam perencanaan dilakukan untuk
memperoleh gambaran masalah kesehatan yang ada di suatu wilayah tertentu serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan tersebut.
Faktor-faktor ini dapat berupa faktor risiko lingkungan, sosial, perilaku,
pendidikan, kependudukan dan pelayanan kesehatan. Tujuan dari analisis situasi
adalah memperoleh hasil yang digunakan sebagai tolak ukur dalam merencanakan
rumusan pemecahan masalah kesehatan.

• Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan menggabungkan data primer dan
sekunder kemudian melakukan analisis perbandingan masalah kesehatan dengan
membuat daftar masalah yang terjadi di suatu wilayah. Terdapat tiga pendekatan
yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yaitu pendekatan
logistik, pendekatan pragmatis dan pendekatan politis. Pendekatan logistik
dilakukan dengan mengukur mortalitas dan morbiditas yang timbul dari suatu
penyakit tertentu. Pendekatan pragmatis adalah gambaran upaya masyarakat untuk
memperoleh pengobatan, misalnya dengan berobat ke fasilitas kesehatan.
Sedangkan pada pendekatan politis, masalah kesehatan diukur berdasarkan
pendapat pemerintah maupun tokoh-tokoh masyarakat.

• Penentuan Prioritas Masalah


Pembangunan kesehatan tidak terlepas dari masalah keterbatasan
sumberdaya seperti Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana. Oleh karena itu dalam
menyiapkan kegiatan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan awal kegiatan
untuk penanggulangan masalah kesehatan perlu ditentukan prioritas. Selanjutnya
masalah kesehatan atau jenis penyakit yang diprioritaskan untuk ditanggulangi
terlebih dahulu, ditentukan jenis atau bentuk intervensi yang akan dilakukan
sehingga dapat dicapai secara efektif dan efisien.

9
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas
masalah kesehatan yaitu (1) Metode Matematik, (2) Metode Delbeque dan Delphi,
(3) Metode Bryant dan (4) Metode USG (Azrul A, 1988)
1. Metode Matematika
Metoda ini dikenal juga sebagai metoda PAHO yaitu singkatan dari Pan
American Health Organization, karena digunakan dan dikembangkan di
wilayah Amerika Latin. Dalam metoda ini dipergunakan beberapa kriteriauntuk
menentukan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah berdasarkan:
(a) Luasnya masalah (magnitude) (b) Beratnya kerugian yang timbul(Severity)
(c) Tersedianya sumberdaya untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut
(Vulnerability) (d) Kepedulian atau dukungan politis dan dukungan masyarakat
(Community and political concern) (e) Ketersediaan data (Affordability).
Magnitude masalah, menunjukkan berapa banvak penduduk yang
terkena masalah atau penyakit tersebut. Ini ditunjukan oleh angka prevalensi
atau insidensi penyakit. Semakin luas atau banyak penduduk terkena atau
semakin tinggi prevalensi, maka semakin tinggi prioritas yang diberikan pada
penyakit tersebut.
Severity adalah besar kerugian yang ditimbulkan dari suatu penyakit.
Sebelumnya yang dipakai sebagai ukuran severity adalah Case Fatality Rate
(CFR) masing-masing penyakit. Sekarang severity tersebut bisa juga dilihat dari
jumlah disability days atau disability years atau disease burden yang
ditimbulkan oleh penyakit yang bersangkutan..
Vulnerability menunjukan sejauh mana ketersediaan teknologi atauobat
yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Ketersediaan vaksin cacaryang
sangat efektif misalnya, merupakan alasan kuat kenapa penyakit cacar
mendapat prioritas tinggi pada masa lalu. Sebaliknya dari segi vulnerability
penyakit HIV/AIDS mempunyai nilai prioritas rendah karena sampai sekarang
belum ditemukan teknologi pencegahan maupun pengobatannya. Vulnerability
juga bisa dinilai dari tersedianya infrastruktur untuk melaksanakan program
seperti misalnya ketersediaan tenaga dan peralatan.
Affordability menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia. Bagi

10
negara maju masalah dana tidak merupakan masalah akan tetapi di negara
berkembang seringkali pembiayaan program kesehatan tergantung pada
bantuan luar negeri.

Tabel 1. Tabel Prioritas Masalah dengan Metode PAHO


Kriteria/ masalah Masalah 1 Masalah 2 Masalah 3 Masalah 4
Magnitude (M)
Severity (S)
Vulnerability (V)
Community concern (C)
MxSxVxC

2. Metoda Delbeque dan Delphi


Metode Delbeque adalah metoda kualitatif dimana prioritas masalah
penyakit ditentukan secara kualitatif oleh panel expert. Caranya sekelompok
pakar diberi informasi tentang masalah penyakit yang perlu ditetapkan
prioritasnya termasuk data kuantitatif yang ada untuk masing-masing penyakit
tersebut. Dalam penentuan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah pada
dasarnya kelompok pakar melalui langka-langkah (1) Penetapan kriteria yang
disepakati bersama oleh para pakar (2) memberikan bobot masalah (3)
menentukan skoring setiap masalah. Bengali demikian dapat ditentukan
masalah mana yang menduduki peringkat prioritas tertinggi. Penetapan kriteria
berdasarkan beratnya permasalahan menurut pendapat para pakar dengan
contoh kriteria persoalan masalah kesehatan berupa (1) Kemampuan
menyebar/menular yang tinggi (2) mengenai daerah yang luas (3)
mengakibatkan penderitaan yang lama (4) mengurangi penghasilan penduduk
(5) mempunyai kecendrungan menyebar meningkat dan lain sebagainya sesuai
kesepakatan para pakar.
Para expert kemudian menuliskan urutan prioritas masalah. Kemudian
dilakukan perhitungan suara. Hasil perhitungan ini disampaikan kembali
kepada para expert dan setelah itu dilakukan penilaian ulang oleh para expert
dengan cara yang sama. Diharapkan dalam penilaian ulang ini akan terjadi
kesamaan pendapat sehingga akhirnya diperoleh suatu konsensus tentang

11
penyakit atau masalah mana yang perlu diprioritaskan. Jadi metoda ini
sebetulnya adalah suatu mekanisme untuk mencapai suatu konsensus.
Kelemahan cara ini adalah sifatnya yang lebih kualitatif dibandingkan
dengan metoda matematik yang disampaikan sebelumnya. Kelebihannya adalah
mudah dan dapat dilakukan dengan cepat. Penilaian prioritas secara tertutup
dilakukan untuk memberi kebebasan kepada masing-masing pakar untuk
memberi nilai, tanpa terpengaruh oleh hirarki hubungan yang mungkin ada
antara para pakar tersebut.
Metoda lain yang mirip dengan Delbeque adalah metoda Delphi. Dalam
metoda Delphi sejumlah pakar (panel expert) melakukan diskusi terbuka dan
mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masing-masing mengajukan
pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan prioritas. Diskusi berlanjut
sampai akhirnya dicapai suatu kesepakatan (konsensus) tentang masalah
kesehatan yang menjadi prioritas. Kelemahan cara ini adalah waktunya yang
relatif lebih lama dibandingkan dengan metoda Delbeque serta kemungkinan
pakar yang dominan mempengaruhi pakar yang tidak dominan. Kelebihannya
metoda ini memungkinkan telaah yang mendalam oleh masing- masing pakar
yang terlibat.

Tabel 2. Tabel Prioritas Masalah dengan Metode Delbuque dan Delphi

Dari simulasi penetapan prioritas masalah diatas, maka skore tertinggi


adalah masalah kesehatan point B maka ini menjadi Prioritas kedua masalah
kesehatan adalah point A dan begitu seterusnya.

12
3. Metode Bryant
Menurut metode ini, masing-masing kriteria diberi scoring. Kisaran skor
yang diberikan adalah satu sampai empat, kemudian masing- masing skor
dikalikan. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas
tinggi, dimana masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas
masalah. Metode ini menggunakan scoring yang didasarkan pada kriteria:
a. Community concern (C) yaitu sejauh mana masyarakat menganggap
masalah tersebut penting atau bagaimana perhatian atau kepentingan
masyarakat atau pemerintah setempat terkait masalah tersebut
b. Prevalence (P) atau besar masalah yaitu banyaknya kelompok masyarakat
yang terkena masalah. Semakin banyak jumlah masyarakat yang tekena
masalah, maka semakin besar skor yang diberikan pada kriteria ini.
c. Seriousness (S) yaitu kegawatan masalah. Dinilai dari tingginya angka
morbiditas atau mortalitas akibat dari masalah kesehatan yang muncul.
d. Manageability (M) yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah yang
timbul. Hal ini dapat dinilai dari ketersediaan sumber daya, tenaga dan
sarana.
Rumus Bryant:

Total Skor = P x S x C x M

Keterangan:
P → banyaknya kelompok masyarakat yang terkena masalah.
S → kegawatan masalah
C → sejauh mana masyarakat menganggap masalah tersebut penting
M → kemampuan untuk mengatasi masalah yang timbul

13
Tabel 3. Tabel Prioritas Masalah dengan Metode Bryant

No Permasalahan P S C M Total atau Skala dari


Jumlah Skor Prioritas
1
2
3
4
5

4. Metode USG
Analisis Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu metode
skoring untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada
tahap ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Bila
telah didapatkan jumlah skor maka dapat menentukan prioritas masalah.
Langkah skoring dengan menggunakan metode USG adalah membuat daftar
akar masalah, membuat tabel matriks prioritas masalah dengan bobot skoring
1-5 dan nilai yang tertinggi sebagai prioritas masalah. Untuk lebih jelasnya,
pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut
(Kotler dkk, 2001):
➢ Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan
dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tuntuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
➢ Seriousness
Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan
isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah lain kalau masalah
penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan
yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah
lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri
sendiri.

14
➢ Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk kalau dibiarkan.
Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas
masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG
dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan
masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut
semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak
atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
b. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat
dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh
terhadap keberhasilan, membahayakan system atau tidak.
c. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah
tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.

Tabel 4. Tabel Prioritas Masalah dengan Metode USG


Daftar Masalah U S G Total Prioritas Masalah
Masalah A
Masalah B
Masalah C

• Alternative Pemecahan Masalah


Alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menentukan akar
penyebab masalah. Metode penentuan akar masalah yang sering digunakan berupa
metode Fishbone dan metode Pohon Masalah.
Suatu masalah akan lebih mudah diselesaikan jika telah ditemukan akar
masalahnya. Diagram fishbone ini mengidentifikasi sebab-sebab potensial dari
suatu masalah dan menganalisis masalah tersebut berdasarkan kategori 6M, yaitu:
machine, man, material, method, measurement dan mother nature atau lingkungan.
Langkah pertama pembuatan fishbone adalah sebagai berikut:

15
1. Menyepakati pernyataan masalah
Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagi “effect” atau masalah yang
secara visual dalam fishbone seperti kepala ikan.
2. Mengidentifikasi kategori 6M
3. Menemukan sebab-sebab potensial terjadinya suatu masalah dengan cara
brainstorming
4. Mengkaji sebab-sebab yang paling mungkin menjadi akar permasalah
kesehatan

Gambar 2. Metode Fishbone

Pohon masalah (problem tree) merupakan sebuah pendekatan/ metode


yang digunakan untuk identifikasi penyebab suatu masalah. Analisis pohon
masalah dilakukan dengan membentuk pola pikir yang lebih terstruktur
mengenai komponen sebab akibat yang berkaitan dengan masalah yang telah
diprioritaskan. Metode ini dapat diterapkan apabila sudah dilakukan identifikasi
dan penentuan prioritas masalah.
Pohon masalah memiliki tiga bagian, yakni batang, akar, dan cabang.
Batang pohon menggambarkan masalah utama, akar merupakan penyebab
masalah inti, sedangkan cabang pohon mewakili dampak. Penggunaan pohon
masalah ini berkaitan dengan perencanaan proyek. Hal ini terjadi karena
komponen sebab akibat dalam pohon masalah akan mempengaruhi desain
intervensi yang mungkin dilakukan.

16
Gambar 3. Metode Pohon Masalah

Setelah menemukan akar penyebab masalah, selanjutkan melakukan


pembuatan alternative pemecahan masalah. Pada penyusunan alternative
pemecahan masalah ini ditentukan target dan sasaran dari pemecahan masalah
kesehatan serta menyusun strategi pendekatan yang sesuai agar masalah kesehatan
dapat diselesaikan.

Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah


Alternatif Pemecahan
Prioritas
No. Masalah pemecahan masalah Sasaran Target
masalah
masalah terpilih
1.
2.

• Penyusunan Rencana Kerja Terpadu


Rencana kerja terpadu terdiri atas rencana usulan kegiatan dan rencana
pelaksanaan kegiatan. Upaya kesehatan yang dilakukan harus sesuai dengan tujuan,
target dan sasaran yang disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki. Pelaksanaan
upaya kesehatan dijadwalkan agar lebih efektif dan efisien.

17
BAB III
ANALISIS SITUASI PUSKESMAS SURULANGUN

3.1. Gambaran Umum

Gambar 4. Puskesmas Surulangun

UPTD Puskesmas Surulangun Kecamatan Rawas Ulu terletak di wilayah


Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan, dengan profil daerah
sebagai berikut :
Kecamatan Rawas Ulu mempunyai batasan daerah :
a. Sebelah Utara : Berbatasan Dengan Provinsi Jambi.
b. Sebelah Selatan : Berbatasan Dengan Kecamatan Rupit.
c. Sebelah Barat :Berbatasan Dengan Kecamatan Ulu Rawas.
d. Sebelah Timur : Berbatasan Dengan Kecamatan Rupit.
Luas Kecamatan Rawas Ulu yaitu 49.816,88 Ha. Hampir semua desa/
kelurahan di wilayah Kecamatan Rawas Ulu merupakan daerah yang dilewati aliran
sungai sehingga masih ada transportasi yang dilakukan melalui jalur sungai,
meskipun sudah bisa di akses melalui jalur darat. Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Surulangun meliputi 16 desa dan 1 kelurahan, yaitu Desa Remban, Lubuk Kemang,
Lesung Batu Muda, Lesung Batu, Surulangun, Sungai Jauh, Sungai Kijang, Sungai
Lanang, Simpang Nibung Rawas, Sukomoro, Sungai Baung, Pulau Lebar,
Kartadewa, Teladas, Pangkalan dan Lubuk Mas, serta Kelurahan Pasar Surulangun.
18
Dengan total jumlah penduduk 35.342 jiwa, dan dengan kepadatan penduduk 65,30
Jiwa/ KM2.
Secara administrasi wilayah kerja UPTD Puskesmas Surulangun terdiri
dari 16 Desa dan 1 Kelurahan yang terdiri dari 64 dusun dan 15 RT. Di setiap desa
terdapat jaringan pelayanan kesehatan UPTD Puskesmas Surulangun yaitu Pustu
dan Polindes. Terdapat 18 polindes/ Poskesdes dan 10 Pustu yang tersebar
diwilayah kerja Pusksesmas Surulangun, dengan jenis pelayanan berupa Promotif,
Preventif, dan Kuratif. Jumlah Penduduk di Wilayah UPTD Puskesmas Surulangun
tahun 2022, menurut data dari Profil Kecamatan Rawas Ulu sebanyak 35.342 jiwa.
Jumlah Penduduk tertinggi di Desa Sungai Baung yang berjumlah 5.305 jiwa,
sedangkan yang terendah di Desa Lubuk Mas yaitu 1.003 jiwa. Sex Ratio penduduk
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Surulangun tahun 2022 bahwa jumlah penduduk
perempuan lebih banyak 17.912 jiwa (50,7%) dibandingkan dengan jumlah
penduduk Laki-laki 17.430 jiwa (49,3 %).
Tabel 6. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan
Rawas Ulu tahun 2022
Luas Wilayah Jumlah Kepadatan Jumlah
No Desa / Kelurahan (Km2) Penduduk Penduduk Dusun / RT
(jiwa/Km2)
1 Pangkalan 3962.32 1810 45.78 5
2 Teladas 4117.32 1213 27.42 4
3 Kerta Dewa 2176.83 1687 67.21 4
4 Pulau Lebar 3441.37 1057 25.11 2
5 Sungai Baung 5270.33 5305 78.53 5
6 Surulangun 1896.75 2468 127.06 5
7 Pasar Surulangun 1196.01 3294 377.25 15
8 Sungai Jauh 1121.42 1457 110.48 4
9 Sungai Kijang 5565.11 1156 20.63 2
10 Lesung Batu Muda 1480.52 3118 198.65 4
11 Lesung Batu 1545.01 1805 138.38 3
12 Lubuk Kemang 2847.62 2221 69.46 4
13 Remban 5711.12 3493 60.72 6
14 Lubuk Mas 2647.56 1003 27.19 3
15 Sungai Lanang 3702.01 1065 32.52 4
16 Simpang Nibung Rawas 3135.58 1821 43.44 6
17 Sukomoro - 1369 - 3
JUMLAH 49.816,88 35 342 65.30 79

19
Tabel 7. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur (Tahun)
No Desa / Kelurahan
00-04 05-14 15-24 25-34 35-59 60-74 >74
1 Pasar surulangun 812 755 637 1216 276 56 812
2 Pangkalan 390 313 314 592 133 26 390
3 Kerta dewa 353 351 307 491 107 52 353
4 Teladas 307 183 249 363 94 20 307
5 Pulau lebar 301 184 196 296 60 20 301
6 Sungai baung 904 839 763 1388 326 93 904
7 Sungai jauh 399 293 269 539 89 20 399
8 Sungai kijang 343 228 186 346 76 19 343
9 Surulangun 443 494 356 734 270 60 443
10 Lesung batu 418 321 303 730 199 48 418
11 Lubuk kemang 536 460 372 740 160 29 536
12 Remban 837 633 759 1191 264 77 837
13 Lesung batu muda 659 616 446 1091 277 58 659
14 Simpang nibung rawas 455 430 302 511 99 21 455
15 Lubuk mas 240 266 149 241 41 6 240
16 Sungai lanang 286 298 135 289 48 9 286
17 Sukomoro 368 209 220 451 88 25 368
JUMLAH 8051 6873 5963 11209 2607 639 8051

Tabel 8. Jumlah Penduduk menurut Status Pekerjaannya Per Desa / Kelurahan di


Kecamatan Rawas Ulu
Tidak Lainnya
Mencari
No Desa / Kelurahan Bekerja Bekerja/ (Sekolah,
Pekerjaan
Penganggur dll)
1 Pangkalan 415 71 56 101
2 Teladas 201 41 40 95
3 Kerta Dewa 312 60 41 121
4 Pulau Lebar 201 30 35 82
5 Sungai Baung 480 100 75 187
6 Surulangun 312 62 41 162
7 Pasar Surulangun 621 118 150 200
8 Sungai Jauh 217 40 47 157
9 Sungai Kijang 200 31 45 135
10 Lesung Batu Muda 411 65 56 116
11 Lesung Batu 421` 45 62 125
12 Lubuk Kemang 318 45 55 127
13 Remban 620 120 150 201
14 Lubuk Mas 112 25 36 95
15 Sungai Lanang 221 16 25 121
16 Simpang Nibung Rawas 280 18 25 102
17 Sukomoro 180 25 31 52
JUMLAH 5522 912 970 2179

20
Tabel 9. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah


1 Tidak /Belum Sekolah 10608
2 Belum Tamat SD/Sederajat 5777
3 SD 10118
4 SMP 3666
5 SMA 3697
6 Diploma I/II 495
7 Diploma III 221
8 Diploma IV/Strata I 735
9 S-2 19
10 S-3 6
JUMLAH 35342

Fasilitas pelayanan yang tersedia di Puskesmas Surulangun untuk melaksanakan


kegiatan operasional pelayanan kesehatan UPTD Puskesmas.

Tabel 10. Fasilitas pelayanan dalam gedung Puskesmas Surulangun Tahun


2022
KONDISI PUSKESMAS
STANDAR PUSKESMAS
NO SURULANGUN
SURULANGUN

ADA TIDAK
ADA
1 Area Parkir √
2 Pintu Masuk √
3 Ruang Tunggu √
4 Ruang Farmasi √
5 Ruang Tindakan √
6 Ruang Persalinan √

21
7 Ruang Pendaftaran dan Ruang √
Rekam Medik

8 Ruang Pemeriksaan Umum √


9 Ruang Kesehatan Gigi dan √
Mulut

10 Ruang Promosi Kesehatan √


11 WC Petugas √
12 WC Pasien Wanita √
13 WC Pasien Pria √
14 Ruang Sterilisasi √
15 Laboratorium √

16 Gudang Umum √
17 Dapur √
18 Ruang Rapat √
19 Ruang Administrasi Kantor √
20 Ruang Kepala Puskesmas √
21 Ruang KIA KB & Imunisasi √
22 Ruang ASI √
23 Ruang Rawat Pasca √
Persalinan

24 Ruang Rawat Darurat √


25 Ruang Jaga Petugas √
26 Ruang Rawat Inap Pria √
27 Ruang Rawat Inap Wanita √
28 Ruang Rawat Anak √

22
3.2. Data PIS-PK

Data PIS-PK Puskesmas Surulangun Tahun 2022 ditampilkan pada tabel


berikut. Dari data PIS-PK, program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga (PIS-
PK) IKS mencapai 0,09. Hal ini disebabkan oleh karena dari 12 indikator keluarga sehat
terdapat capaian yang masih rendah yaitu JKN, anggota keluarga tidak merokok dan
keluarga memiliki akses/menggunakan jamban keluarga. untuk capaian yang sudah
mencapai >80% adalah indikator penderita gangguan jiwa berat,diobati dan tidak
ditelantarkan diikuti oleh, persalinan ibu di fasilitas pelayanan kesehatan, keluarga
mengikuti program KB, keluarga memiliki askes/menggunakan sarana air bersih, dan
bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

Tabel 11. Data PIS-PK di Puskesmas Surulangun


PIS-PK
NO INDIKATOR
(%)

1 Keluarga mengikuti program KB 86.14


Persalinan ibu di fasilitas pelayanan
2 Kesehatan 93.08
Bayi mendapatkan imunisasi dasar
3 lengkap 81.29
4 Bayi mendapatkan ASI Eksklusif 66.33
5 Pertumbuhan balita dipantau 70.66
Penderita TB paru yang berobat sesuai
6 standar 69.92
7 Penderita hipertensi yang berobat teratur 67.61
Penderita gangguan jiwa berat,diobati
8 dan tidak ditelantarkan 100
Anggota keluarga tidak ada yang
9 merokok 35.18
10 keluarga sudah menjadi anggota JKN 20.48
Keluarga memiliki askes/menggunakan
11 sarana air bersih 86.78
keluarga memiliki akses/menggunakan
12 jamban keluarga 65.77
IKS 0.09

23
3.3. Sepuluh Penyakit Terbanyak

Berdasarkan data puskesmas Surulangun yang didapatkan dari Profil


Puskesmas Surulangun pada tahun 2022 penyakit terbanyak di dominasi oleh
penyakit Gastritis dengan jumlah 948 kunjungan, kemudian di ikuti oleh Hipertensi
sebanyak 819 kunjungan, Gout arthritis sebanyak 720 kunjungan dan ISPA
sebanyak 696 kunjungan. Pada data terbaru pada bulan Juni tahun 2023 didapatkan
kunjungan terbanyak adalah ISPA sebanyak 74 kunjungan.
Tabel 12. Sepuluh penyakit yang paling banyak pada tahun 2022

NO NAMA PENYAKIT JUMLAH KUNJUNGAN

1 Hipertensi 819
2 Ispa 696
3 Gout artritis 720
4 Gastritis 948
5 Diare 108
6 Cepalgia 444
7 Diabetes militus 336
8 Dermatitis 192
9 Asma 420
10 Jamur 120
TOTAL 4.803

Tabel 13. Sepuluh penyakit yang paling banyak pada bulan Juni 2023

NO NAMA PENYAKIT JUMLAH KUNJUNGAN

1 ISPA 74
2 Reumatic artritis 44
3 Hipertensi 40
4 Penyakit Kulit Alergi 28
5 Gastritis 52
6 Diare 5
7 Penyakit kulit karna Jamur 9
8 Asma 7
9 Penyakit Kulit Infeksi 4
10 Penyakit Lainnya 70

333
TOTAL

24
3.4. Kerangka Operasional

Analisis Situasi
Puskesmas Surulangun

Identifikasi Masalah
Kesehatan

Identifikasi Akar Penyebab


Masalah

Penentuan Program
Kesehatan
Alternatif Pemecahan
Masalah
Pelaksanaan
Program

Monitoring dan
Kesimpulan dan Saran
Evaluasi

Gambar 5. Kerangka Operasional

25
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN RENCANA KEGIATAN

4.1. Diagnosis Komunitas

Diagnosis Komunitas adalah upaya yang sistematis untuk menentukan


adanya suatu masalah kesehatan yang ada di masyarakat dengan cara pengumpulan
data di masyarakat sehingga dapat dicari solusi pemecahannya

4.1.1. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan data puskesmas Surulangun yang didapatkan dari Profil


Puskesmas Surulangun pada tahun 2022 penyakit terbanyak di dominasi oleh
penyakit Gastritis dengan jumlah 948 kunjungan, kemudian di ikuti oleh Hipertensi
sebanyak 819 kunjungan, Gout arthritis sebanyak 720 kunjungan dan ISPA
sebanyak 696 kunjungan. Pada data terbaru pada bulan Juni tahun 2023 didapatkan
kunjungan terbanyak adalah ISPA sebanyak 74 kunjungan.

4.1.1.1. Identifikasi Faktor Perilaku dan Lingkungan

1. Kependudukan
Kurang meratanya penyuluhan dan skrining Kesehatan, termasuk mengenai
ISPA akibat wilayah kerja yang luas dan jumlah penduduk yang padat dengan
menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan
bahaya penyakit ISPA. Selain itu, kepadatan penduduk yang tinggi
menyebabkan risiko terjadinya penularan ISPA menjadi tinggi sehingga angka
kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Surulangun meningkat. Selain itu,
perekonomian yang rendah dapat berdampak pada status gizi keluarga dan
kondisi rumah. Hal ini tentunya dapat menyebabkan masyarakat khususnya
pada anak-anak rentan terkena ISPA.

2. Perilaku
a. Perilaku hidup yang kurang sehat di masyarakat seperti merokok, dan
jarang membersihkan rumah sehingga dapat meningkatkan angka
kejadian ISPA pada balita.
b. Kurangnya pengetahuan orangtua mengenai faktor resiko yang

26
menyebabkan kejadian ISPA menyebabkan balita rentan terjadi ISPA dan
angka kejadian ISPA mengalami peningkatan.
c. Gaya hidup berupa tidak memakai masker di sekitar orang yang sakit dan
tidak melakukan etika bersin atau batuk yang baik serta pentingnya cuci
tangan.

3. Pelayanan Kesehatan
Promosi kesehatan tentang PHBS yang tidak adekuat kepada masyarakat.
Hal ini bisa disebabkan oleh karena masyarakat yang kurang kooperatif terhadap
program kesehatan yang sudah dibuat (penyuluhan), sehingga mempengaruhi
kesadaran masyarakat untuk mencegah dan melakukan pengobatan ISPA dengan
segera.

4. Lingkungan
Rumah-rumah warga masih banyak yang belum memenuhi indeks rumah
sehat, seperti belum memiliki ventilasi yang memadai, tidak adanya sumber
pencahayaan yang masuk kerumah, masih menggunakan WC cemplung, dan air
yang digunakan terkadang masih berasal dari sumur/empang. Perubahan cuaca
juga dapat menyebabkan rentan berisiko terkena ISPA.

4.1.1.2. Identifikasi Faktor Pendidikan dan Organisasi


A. Faktor Predisposisi
Sebagian besar masyarakat memiliki latar pendidikan SD dan
Tidak/Belum sekolah, namun jumlah masyarakat yang memiliki pendidikan
terakhir SLTP dan SLTA juga banyak. Pada intinya masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Surulangun lebih cenderung mengutamakan mata pencaharian mereka
dibanding menjaga kesehatan, ini dipengaruhi dari tuntutan ekonomi dan adanya
paradigma pengobatan tradisonal.
Mengenai persepsi masyarakat terhadap kesehatan lebih cenderung
dinomorduakan karena masyarakat lebih mengutamakan pekerjaan. Masyarakat
kurang dapat menjaga kebersihan lingkungan dan memiliki rasa tanggung jawab
terhadap lingkungan yang mereka tempati. Hal ini ditunjukkan dengan tidak
pedulinya warga dengan sampah yang berserakan di sekitar jalan, di tepi dan di
aliran sungai.
27
4.1.1.3. Identifikasi Faktor Administrasi dan Kebijakan
Pelaksanaan kebijakan pemerintah tentang keadaan udara dan asap
lingkungan kurang efektif. Asap lingkungan yang mayoritas disebabkan oleh asap
dari pembakaran suatu Kawasan ataupun pembakaran sampah. Udara yang
tercemar asap dapat tersebar ke daerah Kawasan penduduk sehingga risiko terkena
ISPA naik.

Selain itu, kebijakan mengenai daerah smoking area belum sepenuhnya


di terapkan terutama pada daerah seperti tempat makan, restaurant dan daerah
lainnya. Hal ini juga berkaitan dengan paparan rokok yang dapat meningkatkan
risiko terkena ISPA khususnya anak-anak.

4.1.2. Identifikasi Prioritas Masalah


Berdasarkan 10 masalah kesehatan yang didapatkan, peneliti menentukan
prioritas masalah dengan menggunakan metode Pan American Health Organization
(PAHO) seperti yang tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 14. Penentuan Prioritas Masalah Menggunakan Metode PAHO


Penyakit (M) (S) (V) (C) Total Prioritas
ISPA 9 6 7 8 3024 I
Gastritis 7 7 6 5 1470 II
Rheumatic Arthritis 6 7 6 5 1260 III
Hipertensi
6 6 7 4 1008 IV

Penyakit Kulit Alergi 5 5 7 5 875 V


Keterangan: Setiap kategori dapat diberi skot 1-10 poin. M = Magnitude (besarnya masalah yang
menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit tersebut), S = Severity
(besarnya kerugian yang ditimbulkan), V = Vulnerability, dalam hal ini menggunakan kriteria yaitu:
tersedianya pelayanan kesehatan, tersedianya obat yang ditangguh pemerintah, tersedianya program
kesehatan, tersedianya tenaga kesehatan, tersedianya alat skrining penyakit terkait, C = Community
concern, melihat apakah penyakit tersebut mendapatkan perhatian dan terjadi kehebohan di
masyarakat.
Catatan: Total nilai didapatkan dari rumus 𝑀𝑥𝑆𝑥𝑉𝑥𝐶 . Nilai tertinggi menunjukkan prioritas
tertinggi.

Berdasarkan metode penentuan prioritas masalah menggunakan metode


PAHO, didapatkan prioritas utama masalah kesehatan, yaitu ISPA.

28
4.1.3. Identifikasi Masalah Kesehatan dan Determinan di Puskesmas Surulangun

Tabel 11. Matrik untuk Analisis Faktor Risiko/Determinan


Masalah Jumlah FAKTOR DETERMINAN (TEORI H.L. BLUM)
Kesehatan Kasus 1 Kependudukan Lingkungan Perilaku Pelayanan Kebijakan
Prioritas tahun Kesehatan
ISPA 3.077 • Kepadatan • Sedikitnya pohon • Gaya hidup berupa tidak • Promosi • Kebijakan pemerintah
penduduk • Ventilasi memakai masker di sekitar kesehatan tentang keadaan udara
• Perekonomian tidak memadai orang yang sakit tentang PHBS dan asap di lingkungan
yang rendah • Hunian padat • Kurangnya kepedulian dan Etika kurang tegas
• Lingkungan kumuh masyarakat akan kebersihan batuk tidak • Kurang tersedianya
• Perubahan cuaca dan lingkungan sekitar adekuat smoking area
• Masyarakat masih banyak
yang memiliki kebiasaan
merokok didalam rumah
• Kurangnya pengetahuan
pentingnya mencuci tangan
dan memakai masker

29
4.1.4. Identifikasi Akar Penyebab Masalah Berdasarkan Diagram Ishikawa (Fishbone)

Kependudukan Perilaku
Gaya hidup berupa tidak memakai
Kurangnya pengetahuan masker di sekitar orang yang sakit
Kepadatan penduduk pentingnya mencuci tangan
dan memakai masker
Tidak melakukan etika batuk dan
bersin yang baik dan benar
Gaya hidup tidak memperhatikan
Perekonomian asupan makanan sehari-hari
yang rendah
Kebiasaan merokok di dalam rumah
ISPA di Kelurahan
Surulangun

Kebijakan pemerintah Hunian padat dan


tentang keadaan udara dan lingkungan kumuh
asap di lingkungan kurang Kurangnya ventilasi
Promosi tegas dan cahaya matahari
kesehatan Sedikitnya pohon dalam rumah
tentang PHBS
dan etika batuk
tidak adekuat Kurang tersedianya Perubahan cuaca
smoking area

Pelayanan Kesehatan Kebijakan Lingkungan

30
4.1.5. Penentuan Program Kesehatan dan Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 12. Penentuan Program Kesehatan dan Alternatif Pemecahan Masalah

No Program Masalah Alternatif Pemecahan Masalah


Pemantauan kesehatan keluarga berisiko
Kepadatan Penduduk
tinggi
1. Kependudukan
Pemantauan status gizi keluarga, dan kondisi
Perekonomian yang rendah
rumah
Gaya hidup tidak memakai masker
Penyuluhan pentingnya penggunaan masker
disekitar orang yang sakit
Tidak melakukan etika batuk dan bersin Penyuluhan dan pelatihan etika batuk yang
yang baik benar
Gaya hidup tidak memperhatikan asupan Penyuluhan tentang panduan kebutuhan gizi
makanan sehari-hari sehari-hari
• Melakukan edukasi dampak bahaya
merokok dan penyakit-penyakit yang
2. Perilaku
Masyarakat masih banyak yang memiliki dapat diderita serta menghimbau agar
kebiasaan merokok di dalam rumah dapat mengurangi/ berhenti merokok
• Advokasi terhadap regulasi peraturan
merokok di lingkungan sekitar
• Membuat SOP pemakaian masker dan
Kurangnya pengetahuan pentingnya mengimplementasikannya
• Melakukan promosi diskusi tentang
mencuci tangan dan memakai masker
pentingnya penggunaan masker dan cara
mencuci tangan yang benar

31
Promosi kesehatan tentang PHBS tidak
3 Pelayanan Kesehatan Pembinaan PHBS rumah tangga
adekuat
Pelaksanaan kebijakan pemerintah
Menguatkan implementasi PERBUP No. 72
tentang keadaan udara dan asap
lingkungan kurang efektif Tahun 2017 tentang kawasan tanpa rokok
4 Kebijakan
Penyediaan smoking area di beberapa
Kurang tersedinya smoking area
tempat umum
Perubahan cuaca Pemeriksaan kualitas udara bersih
• Sosialisasi dan penyuluhan terkait
konsep rumah sehat kepada penduduk
• Menjelaskan dampak ventilasi buruk dan
debu di dalam rumah dan penyakit-
Kurangnya ventilasi dan cahaya matahari
penyakit yang dapat diderita dan role
dalam rumah
playing cara penaganannya
5 Lingkungan
• Mengajak advokasi pemegang kebijakan
untuk memodifikasi kebiassan rumah
sehat ventilasi baik
Pelaksanaan gotong royong membersihkan
Hunian padat dan lingkungan kumuh
lingkungan bersama masyarakat
Pelaksanaan gotong royong pada program
Sedikitnya pohon
gerakan menanam pohon

32
4.2. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Tabel 13. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Kebutuhan Kebutuhan
Sumber Indikator Sumber
No Program Kegiatan Tujuan Sasaran Target Sumber Daya
Daya Alat Keberhasilan Biaya
Tenaga
1. Kependudukan Pemantauan Deteksi dini Masyarakat >80% pasien
Bantuan
kesehatan faktor risiko Termometer Tenaga ISPA dapat
keluarga ISPA pada dan pasien 80 - 90%
Kesehatan terdeteksi
Operasional
keluarga ISPA Kesehatan
berisiko tinggi secara dini
Mayoritas
Kader,
Memaksimal- 1 masyarakat di
kan program Mengurangi Masyarakat Kelurahan Poster,
Pemangku
1 Kelurahan
Bantuan
kepadatan dan rumah Kebijakan, Operasional
keluarga penduduk dan 16 Leaflet dan 16 Desa
tangga Petugas Kesehatan
berencana Desa menjalankan
Puskesmas program KB
2. Perilaku >90%
Penyuluhan Masyarakat
pentingnya Mengurangi Masyarakat Poster,
Kader,
memahami
Bantuan
penyebaran dan pasien 90-100% Petugas Operasional
penggunaan penyakit Spanduk pentingnya
ISPA Puskesmas Kesehatan
masker pengunaan
masker
Penyuluhan Mengurangi Masyarakat 90 – 100% Video, Tenaga >90% Bantuan
dan pelatihan penyebaran dan pasien Proyektor, Kesehatan, masyarakat Operasional
penyakit
etika batuk ISPA Pengeras Petugas menerapkan Kesehatan
yang benar Suara Puskesmas etika batuk

33
Penyuluhan Mengurangi Perokok 70 -80% Poster, Tenaga >70% Bantuan
mengenai jumlah Aktif Leaflet kesehatan, perokok aktif Operasional
perokok
bahaya rokok aktif kader, mengurangi Kesehatan
dan Petugas konsumsi
pelaksanaan Puskesmas, rokok
kegiatan Pemangku
gerakan Kebijakan
mengurangi
rokok
3 Pelayanan Pembinaan Pelaksanaan Rumah PHBS RT Booklet Kader, PHBS RT Bantuan
Kesehatan PHBS rumah PHBS pada tangga 65% Petugas >65% Operasional
rumah
tangga tangga PHBS Kesehatan
4 Kebijakan Menguatkan Kawasan Pemangku Kelurahan Surat Petugas Pelaksanaan Bantuan
implementasi tanpa rokok kebijakan dan Desa permohonan Puskesnas kawasan Operasional
PERBUP No. tertulis tanpa rokok Kesehatan
72 Tahun di 1
2017 tentang Kelurahan
kawasan tanpa dan 16 Desa
rokok

Penyediaan Tesedianya Pemangku Tesedia Surat Pemangku Tesedia Bantuan


smoking area smoking kebijakan smoking permohonan kebijakan smoking area Operasional
area di
di beberapa lokasi area di pengadaan di beberapa Kesehatan
tempat umum umum beberapa lokasi umum
lokasi
umum

34
5 Lingkungan Pemeriksaan Kualitas Udara Air quality Alat Petugas Air quality Bantuan
kualitas udara udara bersih bersih index <50 pengukur kesling index <50 Operasional
terkendali
bersih kualitas Kesehatan
udara

Sosialisasi Rumah Rumah >65% Poster, Petugas >65% rumah Bantuan


dan sehat tangga rumah leaflet, Kesling masyarakat Operasional
penyuluhan sehat proyektor, berkonsep Kesehatan
terkait konsep pengeras sehat
rumah sehat suara
kepada
penduduk
Pelaksanaan Lingkungan Masyarakat Lingkungan Surat Kader, Lingkungan Bantuan
gotong royong bersih dan di setiap bersih di sosialisasi ketua RT bersih di Operasional
sehat
membersihkan RT wilayah wilayah kerja Kesehatan
lingkungan wilayah kerja Puskesmas
bersama kerja Puskesmas Surulangun
masyarakat Puskesmas Surulangun
Surulangu
n

35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Diagnosis komunitas bertujuan untuk menemukan pemecahan masalah


yang diawali dari tingkat keluarga. Penegakan diagnosis komunitas dapat dilakukan
melalui berapa tahapan yaitu identifikasi masalah, penentuan prioritas, identifikasi
akar masalah, alternatif pemecahan masalah, rencana kegiatan dan evaluasi
program. Puskesmas Surulangun mempunyai wilayah kerja di 1 Kelurahan dan 16
Desa.
Beberapa masalah ditemukan di dalam wilayah kerja Puskesmas
Surulangun yang di nilai dari beberapa indikator. Dari hasil analisis didapatkan
masalah kesehatan yang sering terjadi seperti banyaknya masyarakat yang
menderita ISPA, gastritis, rheumatic arthiris, hipertensi dan penyakit kulit alergi.
Selain itu, ditemukan pula kebiasaan individu yang kurang baik seperti merokok,
jarang berolahraga dan beraktivitas fisik, tidak menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) seperti tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, dan
tidak mengindahkan etika batuk serta pemakaian masker. Dari beberapa masalah
yang ditemukan, didapatkan masalah yang menjadi prioritas adalah ISPA. Kejadian
ISPA yang sering terjadi didapatan dengan metode PAHO. Berdasarkan masalah
tersebut, didapatkan alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan seperti
penyuluhan dan edukasi mengenai ISPA, faktor-faktor yang mempengaruhinya
serta bahayanya, penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), edukasi
tentang pola makan yang baik, serta melakukan kolaborasi para pemangku
kepentingan setempat, dan kolaborasi bersama para kader setempat, dan kegiatan
advokasi mengenai zona khusus merokok.
Alternatif pemecahan masalah ini diharapkan dapat menghasilkan
masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang ISPA dengan meningkatkan
kesadaran akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), sehingga mau
untuk lebih peduli tentang kesehatan mereka. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan
untuk mengingatkan masyarakat agar berobat ke pelayanan kesehatan terdekat
dengan menggunakan Kartu Indonesia Sehat atau BPJS dan memastikan bahwa
sudah terdaftar di dalam jaminan kesehatan nasional.
Saran yang dapat diberikan kepada warga atau masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Surulangun adalah aktif dan terus menjaga kesehatan dengan
36
menggunakan fasilitas yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Bersama kader
yang telah terlatih, turut saling mengingatkan satu sama lain dan menerapkan
kegiatan yang bermanfaat untuk kesehatan. Selain itu, perlu diterapkan PHBS di
dalam rumah tangga dan di lingkungan sekitar halaman rumah. Kader dan tokoh
masyarakat setempat diharapakan untuk terus memberikan informasi yang di dapat
kepada warga masyarakat setempat dalam menangani dan mencegah penyakit,
khususnya penyakit ISPA, gastritis, rheumatic arthiris, hipertensi dan penyakit kulit
alergi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2016. Identifikasi Masalah


Kesehatan. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018.
Hasil Utama Riskesdas 2018.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Konsil Kedokteran Indonesia, 2019. Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter
Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
Narayan, K.A. dan Khan, A.R., 2008. Teaching community diagnosis: experience
of a new institution. South East Asian Journal of Medical Education, 2(1),
hal.70–78.
Notoatmodjo, S 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka
Cipta.
Prihartono, Joedo dkk. 2015. Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran
Komunitas. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI.
Puskesmas Surulangun, 2023. Profil Kesehatan Puskesmas Surulangun. Musi
Rawas Utara: Puskesmas Surulangun.
Subedi, R.K., 2014. Community Health diagnosis (An introduction). Kathmandu:
CIST College.
Thapa, J., Tandan, M. dan Subedi, R.K., 2012. A Text book of Community Health
Diagnosis. Kathmandu: CIST College.

38

Anda mungkin juga menyukai