Oleh:
dr. Aprilianti Cahyani Bato Tampak
dr. Guti Farid Hibatullah
dr. Sesa Magabe
dr. Syakina
PEMBIMBING
dr. Yulian Panuardi
Evaluasi Program
Disusun Oleh :
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Dokter Internsip di Puskemas Surulangun, Musi Rawas Utara.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Surulangun
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul
“Evaluasi Program Pelayanan Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) berdasarkan Diagnosis Komunitas di Wilayah Kerja Puskesmas
Surulangun”. Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Internsip Dokter Indonesia (PIDI) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
di Puskesmas Surulangun.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Jeri Afrimando selaku
Pimpinan Puskesmas Surulangun dan dr. Yulian Panuardi selaku pembimbing
beserta tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas Surulangun dan semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2. Tujuan ........................................................................................................3
1.3. Manfaat ......................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1. Batasan Masalah Kesehatan ..........................................................................4
2.2. Teori HL Blum ..............................................................................................6
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan ...........................................7
2.4. Konsep Perencanaan Terpadu Puskesmas ....................................................8
BAB III. ANALISIS SITUASI PUSKESMAS SURULANGUN .........................18
3.1. Gambaran Umum ........................................................................................18
3.2. Data PIS-PK ................................................................................................23
3.3. Sepuluh Penyakit Terbanyak ......................................................................24
3.4. Kerangka Operasional .................................................................................25
BAB IV. Diagnosis Komunitas dan Rencana Kegiatan.........................................26
4.1. Diagnosis Komunitas ..................................................................................26
4.2. Rencana Usulan Kegiatan ...........................................................................33
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................38
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
melaksanakan pengelolaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
secara holistik, berkesinambungan dan kolaboratif, melakukan interpretasi berbagai
data klinis, data kesehatan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat serta
melaksanakan program dengan menyesuaikan ketersediaan sumber daya di
masyarakat (Konsil Kedokteran Indonesia, 2019).
Hal ini sesuai dengan tantangan pendidikan kedokteran masa kini yang
harus lebih berorientasi pada komunitas untuk menjadi praktisi kesehatan yang
efektif. Mahasiswa harus mampu belajar melalui penemuan intelektual dan
pemikiran kritis. Upaya pembelajaran komunitas tidak hanya bertujuan untuk
kelulusan dari tingkat pembelajaran, tapi juga bermanfaat untuk pelatihan lulusan
kesehatan. Melalui diagnosis komunitas, mahasiswa dapat mempelajari berbagai
sisi komunitas seperti kultur, nilai-nilai dan normal sosial, kepemimpinan, pola
masyarakat, komunikasi, struktur masyarakat dan sejarah komunitas (Narayan dan
Khan, 2008).
Pelaksanaan diagnosis komunitas erat kaitannya dengan fungsi Puskesmas
sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berperan untuk meningkatkan
derajat kesehatan warga di wilayah kerjanya. Hal ini sejalan dengan program pokok
Puskesmas yang pertama, yaitu promosi kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan
harus disesuaikan dengan kondisi ditemui/dihadapi oleh masyrakat dalam ruang
lingkup area puskesmas agar dapat berhasil dan disesuaikan dengan program
kesehatan lain yang akan dijalankan (Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
2016).
Puskesmas Surulangun merupakan salah satu Puskesmas yang ada di
Kabupaten Musi Rawas Utara yang terletak di jalan Lintas Sumatera Kelurahan
Surulangun Kecamatan Rawas Ulu. Luas Kecamatan Rawas Ulu yaitu 49.816,88
Ha dengan total jumlah penduduk 35.342 jiwa, dan dengan kepadatan penduduk
65,30 Jiwa/ KM2. Hampir semua desa/ kelurahan di wilayah Kecamatan Rawas
Ulu merupakan daerah yang dilewati aliran sungai sehingga masih ada transportasi
yang dilakukan melalui jalur sungai, meskipun sudah bisa di akses melalui jalur
darat. Wilayah kerja UPTD Puskesmas Surulangun meliputi 16 desa dan 1
kelurahan, yaitu Desa Remban, Lubuk Kemang, Lesung Batu Muda, Lesung Batu,
Surulangun, Sungai Jauh, Sungai Kijang, Sungai Lanang, Simpang Nibung Rawas,
Sukomoro, Sungai Baung, Pulau Lebar, Kartadewa, Teladas, Pangkalan dan Lubuk
2
Mas, serta Kelurahan Pasar Surulangun.
Berdasarkan data terbaru Bulan Juni 2023, bahwa penyakit ISPA
menyumbang penyakit terbanyak dari seluruhnya. Pada wilayah kerja Kawasan
puskesmas Surulangun masih banyak ditemukan pemukiman warganya yang cukup
padat, kurang bersih, tidak terdapat saluran air dan rata-rata pendidikan
masyarakatnya kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk berobat masih rendah.
Akibatnya, banyak kasus yang mungkin tidak terdeteksi/terdiagnosis dan walaupun
telah terdiagnosis, kepatuhan untuk melanjutkan pengobatan sangat rendah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan diagnosis
komunitas terkait kasus ISPA di Puskesmas Surulangun.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen puskesmas dalam menyusun
perencanaan kegiatan tahunan dan melaksanakan kegiatan berdasarkan fungsi dan
azas penyelenggaraannya.
1.2.2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dalam pelaksanaan diagnosis komunitas ini, sebagai
berikut:
1. Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas Surulangun untuk
tahun berikutnya dalam upaya meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan wilayah kerjanya.
2. Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) setelah diterimanya
Alokasi Sumber Daya untuk kegiatan tahun berjalan dari berbagai sumber.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dalam pelaksanaan diagnosis komunitas ini, sebagai
berikut:
1. Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban.
3. Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan potensi yang
ada.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Dari batasan tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah
kombinasi antara teori (ilmu) dan praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah
penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk
(masyarakat). Ketiga tujuan tersebut sudah barang tentu saling berkaitan dan
mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut,
Winslow mengusulkan cara atau pendekatan yang dianggap paling efektif adalah
melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat (Prihartono, 2015).
Kesehatan masyarakat berkaitan dengan gangguan kesehatan pada
kelompok masyarakat. Ilmu kesehatan masyarakat berurusan dengan gangguan
kesehatan pada masyarakat, di mana masyarakat mempunyai aspek yang sangat
luas, maka penanganannya harus secara multisektor dan multidisiplin. Profesi
dokter saja belum cukup untuk menangani masalah kesehatan masyarakat.
enanganan kesehatan masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi para penderita
saja, karena apabila setelah mereka sembuh akan kembali ke masyarakat. Oleh
karena itu, terapi penderita gangguan kesehatan tidak saja ditujukan kepada
penderitanya saja, tetapi seluruh masyarakat tersebut. Masalah kesehatan
masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan aspek-aspek
terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan
sebagainya.
Oleh sebab itu, penanganan atau perbaikan derajat kesehatan masyarakat
sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan kepada gangguan kesehatan saja,
melainkan juga ke arah bidang-bidang yang lain. Misalnya, penyakit gizi KKP
(kekurangan kalori dan protein) pada anak-anak balita, tidak cukup dengan hanya
pemberian makanan tambahan saja (PMT), tetapi juga dilakukan perbaikan
ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan, dan sebagainya.
Objek kajian ilmu kesehatan masyarakat terutama dari aspek kesehatannya,
atau yang manjadi pasien kesehatan masyarakat adalah masyarakat. Masyarakat
sebagai objek penerapan ilmu kesehatan mempunyai aspek sosial, ekonomi, dan
budaya yang sangat kompleks. Tujuan kesehatan masyarakat diartikan sebagai
aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam
mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat. Pengorganisasian masyarakat
dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan
5
masyarakat pada hakekatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber
daya yang ada di dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya preventif,
kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri. Masalah- masalah
kesehatan masyarakat mencakup:
1. Sanitasi lingkungan
2. Pemberantasan penyakit
3. Pendidikan kesehatan (higiene)
4. Manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan
5. Pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan
masyarakat.
6
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur dalam pencapaian
keberhasilan program dengan berbagai upaya berkesinambungan, terpadu danlintas
sektor pada pelaksanaan kebijakan pembangunan di bidang kesehatan. Derajat
kesehatan masyarakat yang dimaksud berupa meningkatknya umur harapan hidup,
menurunnya angka kematian bayi, ibu dan anak, menurunnya angka kesakitan
maupun angka kecacatan dan ketergantungan serta meningkatnya status gizi
masyarakat (Kemenkes, 2016).
Kesehatan merupakan hal penting dalam kaitannya dengan produktifitas.
Pada hakikatnya, setiap manusia membutuhkan kehidupan yang sehat untuk
menunjang keberlangsungan hidupnya. Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, menjelaskan bahwa kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan
bersifat holistik. Bukan hanya fisik melainkan jiwa dan sosial ekonomi.
Status kesehatan individu atau masyarakat merupakan hasil interaksi
berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor
psikis dan fisik. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor budaya, lingkungan
fisik, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Salah satu teori yang menjelaskan
tentang status kesehatan adalah teori H. L. Blum. HL. Blum, dikutip Notoadmodjo
(2012) dalam konsepnya menjelaskan bahwa ada empat faktor utama yang
mempengaruhi status kesehatan seseorang atau suatu komunitas masyarakat.
Beberapa faktor ini meliputi genetik dari keluarga, lingkungan sekitar sepertisosial
masyarakat, ekonomi yang berkembang, politik dan budaya setempat, perilaku
termasuk gaya hidup individu, dan fasilitas pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan
kualitas). Status kesehatan akan tercapai bila keempat faktor tersebut berada dalam
kondisi yang optimal. Sedangkan, determinan yang paling besar mempengaruhi
tinggi rendahnya status kesehatan adalah faktor lingkungan dan perilaku. Oleh
karennya, perlu diupayakan lingkungan yang sehat dan perilaku hidup sehat.
7
HL. Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat
atau status kesehatan yaitu (1) lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat.
(2) keadaan sakit atau cacat secara anatomis dan fisiologis. (3)keluhan sakit dari
masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial pada dirinya. (4)
ketidakmampuan seseorang untuk bersosialisasi dan melakukan pekerjaan
dikarenakan sakit. (5) kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat. (6) perilaku individu
secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan. (7) perilaku masyarakat
terhadap lingkungan, dan ekosistem. (8) perilaku individu atau masyarakat terhadap
sesamanya, keluarga dan komunitasnya. (9) kualitas komunikasi anggota
masyarakat. (10) daya tahan individu atau masyarakat terhadap penyakit. (11)
kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah,
pekerjaan, sekolah, rekreasi, transportasi dan lain-lain.
(12) kepuasan individu atau masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya
sendiri.
8
atas analisis situasi, identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah,
penyusunan alternatif pemecahan masalah dan penyusunan rencana kerja.
Analisis situasi sebagai langkah awal dalam perencanaan dilakukan untuk
memperoleh gambaran masalah kesehatan yang ada di suatu wilayah tertentu serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan tersebut.
Faktor-faktor ini dapat berupa faktor risiko lingkungan, sosial, perilaku,
pendidikan, kependudukan dan pelayanan kesehatan. Tujuan dari analisis situasi
adalah memperoleh hasil yang digunakan sebagai tolak ukur dalam merencanakan
rumusan pemecahan masalah kesehatan.
• Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan menggabungkan data primer dan
sekunder kemudian melakukan analisis perbandingan masalah kesehatan dengan
membuat daftar masalah yang terjadi di suatu wilayah. Terdapat tiga pendekatan
yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yaitu pendekatan
logistik, pendekatan pragmatis dan pendekatan politis. Pendekatan logistik
dilakukan dengan mengukur mortalitas dan morbiditas yang timbul dari suatu
penyakit tertentu. Pendekatan pragmatis adalah gambaran upaya masyarakat untuk
memperoleh pengobatan, misalnya dengan berobat ke fasilitas kesehatan.
Sedangkan pada pendekatan politis, masalah kesehatan diukur berdasarkan
pendapat pemerintah maupun tokoh-tokoh masyarakat.
9
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas
masalah kesehatan yaitu (1) Metode Matematik, (2) Metode Delbeque dan Delphi,
(3) Metode Bryant dan (4) Metode USG (Azrul A, 1988)
1. Metode Matematika
Metoda ini dikenal juga sebagai metoda PAHO yaitu singkatan dari Pan
American Health Organization, karena digunakan dan dikembangkan di
wilayah Amerika Latin. Dalam metoda ini dipergunakan beberapa kriteriauntuk
menentukan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah berdasarkan:
(a) Luasnya masalah (magnitude) (b) Beratnya kerugian yang timbul(Severity)
(c) Tersedianya sumberdaya untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut
(Vulnerability) (d) Kepedulian atau dukungan politis dan dukungan masyarakat
(Community and political concern) (e) Ketersediaan data (Affordability).
Magnitude masalah, menunjukkan berapa banvak penduduk yang
terkena masalah atau penyakit tersebut. Ini ditunjukan oleh angka prevalensi
atau insidensi penyakit. Semakin luas atau banyak penduduk terkena atau
semakin tinggi prevalensi, maka semakin tinggi prioritas yang diberikan pada
penyakit tersebut.
Severity adalah besar kerugian yang ditimbulkan dari suatu penyakit.
Sebelumnya yang dipakai sebagai ukuran severity adalah Case Fatality Rate
(CFR) masing-masing penyakit. Sekarang severity tersebut bisa juga dilihat dari
jumlah disability days atau disability years atau disease burden yang
ditimbulkan oleh penyakit yang bersangkutan..
Vulnerability menunjukan sejauh mana ketersediaan teknologi atauobat
yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Ketersediaan vaksin cacaryang
sangat efektif misalnya, merupakan alasan kuat kenapa penyakit cacar
mendapat prioritas tinggi pada masa lalu. Sebaliknya dari segi vulnerability
penyakit HIV/AIDS mempunyai nilai prioritas rendah karena sampai sekarang
belum ditemukan teknologi pencegahan maupun pengobatannya. Vulnerability
juga bisa dinilai dari tersedianya infrastruktur untuk melaksanakan program
seperti misalnya ketersediaan tenaga dan peralatan.
Affordability menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia. Bagi
10
negara maju masalah dana tidak merupakan masalah akan tetapi di negara
berkembang seringkali pembiayaan program kesehatan tergantung pada
bantuan luar negeri.
11
penyakit atau masalah mana yang perlu diprioritaskan. Jadi metoda ini
sebetulnya adalah suatu mekanisme untuk mencapai suatu konsensus.
Kelemahan cara ini adalah sifatnya yang lebih kualitatif dibandingkan
dengan metoda matematik yang disampaikan sebelumnya. Kelebihannya adalah
mudah dan dapat dilakukan dengan cepat. Penilaian prioritas secara tertutup
dilakukan untuk memberi kebebasan kepada masing-masing pakar untuk
memberi nilai, tanpa terpengaruh oleh hirarki hubungan yang mungkin ada
antara para pakar tersebut.
Metoda lain yang mirip dengan Delbeque adalah metoda Delphi. Dalam
metoda Delphi sejumlah pakar (panel expert) melakukan diskusi terbuka dan
mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masing-masing mengajukan
pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan prioritas. Diskusi berlanjut
sampai akhirnya dicapai suatu kesepakatan (konsensus) tentang masalah
kesehatan yang menjadi prioritas. Kelemahan cara ini adalah waktunya yang
relatif lebih lama dibandingkan dengan metoda Delbeque serta kemungkinan
pakar yang dominan mempengaruhi pakar yang tidak dominan. Kelebihannya
metoda ini memungkinkan telaah yang mendalam oleh masing- masing pakar
yang terlibat.
12
3. Metode Bryant
Menurut metode ini, masing-masing kriteria diberi scoring. Kisaran skor
yang diberikan adalah satu sampai empat, kemudian masing- masing skor
dikalikan. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas
tinggi, dimana masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas
masalah. Metode ini menggunakan scoring yang didasarkan pada kriteria:
a. Community concern (C) yaitu sejauh mana masyarakat menganggap
masalah tersebut penting atau bagaimana perhatian atau kepentingan
masyarakat atau pemerintah setempat terkait masalah tersebut
b. Prevalence (P) atau besar masalah yaitu banyaknya kelompok masyarakat
yang terkena masalah. Semakin banyak jumlah masyarakat yang tekena
masalah, maka semakin besar skor yang diberikan pada kriteria ini.
c. Seriousness (S) yaitu kegawatan masalah. Dinilai dari tingginya angka
morbiditas atau mortalitas akibat dari masalah kesehatan yang muncul.
d. Manageability (M) yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah yang
timbul. Hal ini dapat dinilai dari ketersediaan sumber daya, tenaga dan
sarana.
Rumus Bryant:
Total Skor = P x S x C x M
Keterangan:
P → banyaknya kelompok masyarakat yang terkena masalah.
S → kegawatan masalah
C → sejauh mana masyarakat menganggap masalah tersebut penting
M → kemampuan untuk mengatasi masalah yang timbul
13
Tabel 3. Tabel Prioritas Masalah dengan Metode Bryant
4. Metode USG
Analisis Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu metode
skoring untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada
tahap ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Bila
telah didapatkan jumlah skor maka dapat menentukan prioritas masalah.
Langkah skoring dengan menggunakan metode USG adalah membuat daftar
akar masalah, membuat tabel matriks prioritas masalah dengan bobot skoring
1-5 dan nilai yang tertinggi sebagai prioritas masalah. Untuk lebih jelasnya,
pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut
(Kotler dkk, 2001):
➢ Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan
dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tuntuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
➢ Seriousness
Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan
isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah lain kalau masalah
penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan
yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah
lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri
sendiri.
14
➢ Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk kalau dibiarkan.
Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas
masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG
dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan
masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut
semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak
atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
b. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat
dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh
terhadap keberhasilan, membahayakan system atau tidak.
c. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah
tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
15
1. Menyepakati pernyataan masalah
Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagi “effect” atau masalah yang
secara visual dalam fishbone seperti kepala ikan.
2. Mengidentifikasi kategori 6M
3. Menemukan sebab-sebab potensial terjadinya suatu masalah dengan cara
brainstorming
4. Mengkaji sebab-sebab yang paling mungkin menjadi akar permasalah
kesehatan
16
Gambar 3. Metode Pohon Masalah
17
BAB III
ANALISIS SITUASI PUSKESMAS SURULANGUN
19
Tabel 7. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur (Tahun)
No Desa / Kelurahan
00-04 05-14 15-24 25-34 35-59 60-74 >74
1 Pasar surulangun 812 755 637 1216 276 56 812
2 Pangkalan 390 313 314 592 133 26 390
3 Kerta dewa 353 351 307 491 107 52 353
4 Teladas 307 183 249 363 94 20 307
5 Pulau lebar 301 184 196 296 60 20 301
6 Sungai baung 904 839 763 1388 326 93 904
7 Sungai jauh 399 293 269 539 89 20 399
8 Sungai kijang 343 228 186 346 76 19 343
9 Surulangun 443 494 356 734 270 60 443
10 Lesung batu 418 321 303 730 199 48 418
11 Lubuk kemang 536 460 372 740 160 29 536
12 Remban 837 633 759 1191 264 77 837
13 Lesung batu muda 659 616 446 1091 277 58 659
14 Simpang nibung rawas 455 430 302 511 99 21 455
15 Lubuk mas 240 266 149 241 41 6 240
16 Sungai lanang 286 298 135 289 48 9 286
17 Sukomoro 368 209 220 451 88 25 368
JUMLAH 8051 6873 5963 11209 2607 639 8051
20
Tabel 9. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan
ADA TIDAK
ADA
1 Area Parkir √
2 Pintu Masuk √
3 Ruang Tunggu √
4 Ruang Farmasi √
5 Ruang Tindakan √
6 Ruang Persalinan √
21
7 Ruang Pendaftaran dan Ruang √
Rekam Medik
16 Gudang Umum √
17 Dapur √
18 Ruang Rapat √
19 Ruang Administrasi Kantor √
20 Ruang Kepala Puskesmas √
21 Ruang KIA KB & Imunisasi √
22 Ruang ASI √
23 Ruang Rawat Pasca √
Persalinan
22
3.2. Data PIS-PK
23
3.3. Sepuluh Penyakit Terbanyak
1 Hipertensi 819
2 Ispa 696
3 Gout artritis 720
4 Gastritis 948
5 Diare 108
6 Cepalgia 444
7 Diabetes militus 336
8 Dermatitis 192
9 Asma 420
10 Jamur 120
TOTAL 4.803
Tabel 13. Sepuluh penyakit yang paling banyak pada bulan Juni 2023
1 ISPA 74
2 Reumatic artritis 44
3 Hipertensi 40
4 Penyakit Kulit Alergi 28
5 Gastritis 52
6 Diare 5
7 Penyakit kulit karna Jamur 9
8 Asma 7
9 Penyakit Kulit Infeksi 4
10 Penyakit Lainnya 70
333
TOTAL
24
3.4. Kerangka Operasional
Analisis Situasi
Puskesmas Surulangun
Identifikasi Masalah
Kesehatan
Penentuan Program
Kesehatan
Alternatif Pemecahan
Masalah
Pelaksanaan
Program
Monitoring dan
Kesimpulan dan Saran
Evaluasi
25
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN RENCANA KEGIATAN
1. Kependudukan
Kurang meratanya penyuluhan dan skrining Kesehatan, termasuk mengenai
ISPA akibat wilayah kerja yang luas dan jumlah penduduk yang padat dengan
menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan
bahaya penyakit ISPA. Selain itu, kepadatan penduduk yang tinggi
menyebabkan risiko terjadinya penularan ISPA menjadi tinggi sehingga angka
kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Surulangun meningkat. Selain itu,
perekonomian yang rendah dapat berdampak pada status gizi keluarga dan
kondisi rumah. Hal ini tentunya dapat menyebabkan masyarakat khususnya
pada anak-anak rentan terkena ISPA.
2. Perilaku
a. Perilaku hidup yang kurang sehat di masyarakat seperti merokok, dan
jarang membersihkan rumah sehingga dapat meningkatkan angka
kejadian ISPA pada balita.
b. Kurangnya pengetahuan orangtua mengenai faktor resiko yang
26
menyebabkan kejadian ISPA menyebabkan balita rentan terjadi ISPA dan
angka kejadian ISPA mengalami peningkatan.
c. Gaya hidup berupa tidak memakai masker di sekitar orang yang sakit dan
tidak melakukan etika bersin atau batuk yang baik serta pentingnya cuci
tangan.
3. Pelayanan Kesehatan
Promosi kesehatan tentang PHBS yang tidak adekuat kepada masyarakat.
Hal ini bisa disebabkan oleh karena masyarakat yang kurang kooperatif terhadap
program kesehatan yang sudah dibuat (penyuluhan), sehingga mempengaruhi
kesadaran masyarakat untuk mencegah dan melakukan pengobatan ISPA dengan
segera.
4. Lingkungan
Rumah-rumah warga masih banyak yang belum memenuhi indeks rumah
sehat, seperti belum memiliki ventilasi yang memadai, tidak adanya sumber
pencahayaan yang masuk kerumah, masih menggunakan WC cemplung, dan air
yang digunakan terkadang masih berasal dari sumur/empang. Perubahan cuaca
juga dapat menyebabkan rentan berisiko terkena ISPA.
28
4.1.3. Identifikasi Masalah Kesehatan dan Determinan di Puskesmas Surulangun
29
4.1.4. Identifikasi Akar Penyebab Masalah Berdasarkan Diagram Ishikawa (Fishbone)
Kependudukan Perilaku
Gaya hidup berupa tidak memakai
Kurangnya pengetahuan masker di sekitar orang yang sakit
Kepadatan penduduk pentingnya mencuci tangan
dan memakai masker
Tidak melakukan etika batuk dan
bersin yang baik dan benar
Gaya hidup tidak memperhatikan
Perekonomian asupan makanan sehari-hari
yang rendah
Kebiasaan merokok di dalam rumah
ISPA di Kelurahan
Surulangun
30
4.1.5. Penentuan Program Kesehatan dan Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 12. Penentuan Program Kesehatan dan Alternatif Pemecahan Masalah
31
Promosi kesehatan tentang PHBS tidak
3 Pelayanan Kesehatan Pembinaan PHBS rumah tangga
adekuat
Pelaksanaan kebijakan pemerintah
Menguatkan implementasi PERBUP No. 72
tentang keadaan udara dan asap
lingkungan kurang efektif Tahun 2017 tentang kawasan tanpa rokok
4 Kebijakan
Penyediaan smoking area di beberapa
Kurang tersedinya smoking area
tempat umum
Perubahan cuaca Pemeriksaan kualitas udara bersih
• Sosialisasi dan penyuluhan terkait
konsep rumah sehat kepada penduduk
• Menjelaskan dampak ventilasi buruk dan
debu di dalam rumah dan penyakit-
Kurangnya ventilasi dan cahaya matahari
penyakit yang dapat diderita dan role
dalam rumah
playing cara penaganannya
5 Lingkungan
• Mengajak advokasi pemegang kebijakan
untuk memodifikasi kebiassan rumah
sehat ventilasi baik
Pelaksanaan gotong royong membersihkan
Hunian padat dan lingkungan kumuh
lingkungan bersama masyarakat
Pelaksanaan gotong royong pada program
Sedikitnya pohon
gerakan menanam pohon
32
4.2. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Tabel 13. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Kebutuhan Kebutuhan
Sumber Indikator Sumber
No Program Kegiatan Tujuan Sasaran Target Sumber Daya
Daya Alat Keberhasilan Biaya
Tenaga
1. Kependudukan Pemantauan Deteksi dini Masyarakat >80% pasien
Bantuan
kesehatan faktor risiko Termometer Tenaga ISPA dapat
keluarga ISPA pada dan pasien 80 - 90%
Kesehatan terdeteksi
Operasional
keluarga ISPA Kesehatan
berisiko tinggi secara dini
Mayoritas
Kader,
Memaksimal- 1 masyarakat di
kan program Mengurangi Masyarakat Kelurahan Poster,
Pemangku
1 Kelurahan
Bantuan
kepadatan dan rumah Kebijakan, Operasional
keluarga penduduk dan 16 Leaflet dan 16 Desa
tangga Petugas Kesehatan
berencana Desa menjalankan
Puskesmas program KB
2. Perilaku >90%
Penyuluhan Masyarakat
pentingnya Mengurangi Masyarakat Poster,
Kader,
memahami
Bantuan
penyebaran dan pasien 90-100% Petugas Operasional
penggunaan penyakit Spanduk pentingnya
ISPA Puskesmas Kesehatan
masker pengunaan
masker
Penyuluhan Mengurangi Masyarakat 90 – 100% Video, Tenaga >90% Bantuan
dan pelatihan penyebaran dan pasien Proyektor, Kesehatan, masyarakat Operasional
penyakit
etika batuk ISPA Pengeras Petugas menerapkan Kesehatan
yang benar Suara Puskesmas etika batuk
33
Penyuluhan Mengurangi Perokok 70 -80% Poster, Tenaga >70% Bantuan
mengenai jumlah Aktif Leaflet kesehatan, perokok aktif Operasional
perokok
bahaya rokok aktif kader, mengurangi Kesehatan
dan Petugas konsumsi
pelaksanaan Puskesmas, rokok
kegiatan Pemangku
gerakan Kebijakan
mengurangi
rokok
3 Pelayanan Pembinaan Pelaksanaan Rumah PHBS RT Booklet Kader, PHBS RT Bantuan
Kesehatan PHBS rumah PHBS pada tangga 65% Petugas >65% Operasional
rumah
tangga tangga PHBS Kesehatan
4 Kebijakan Menguatkan Kawasan Pemangku Kelurahan Surat Petugas Pelaksanaan Bantuan
implementasi tanpa rokok kebijakan dan Desa permohonan Puskesnas kawasan Operasional
PERBUP No. tertulis tanpa rokok Kesehatan
72 Tahun di 1
2017 tentang Kelurahan
kawasan tanpa dan 16 Desa
rokok
34
5 Lingkungan Pemeriksaan Kualitas Udara Air quality Alat Petugas Air quality Bantuan
kualitas udara udara bersih bersih index <50 pengukur kesling index <50 Operasional
terkendali
bersih kualitas Kesehatan
udara
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
37
DAFTAR PUSTAKA
38