Anafilaksis adalah reaksi alergi yang memiliki berbagai manifestasi klinis.
Tidak ada definisi pasti dari anafilaksis, namun pada umumnya istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan reaksi alergi akut, progresif, dan juga mengancam nyawa.1 Mekanisme yang mendasari Anafilaksis yaitu adanya degranulasi sel mast dan basofil serta pelepasan mediator inflamasi seperti histamin, triptase, prostaglandin, leukotrin, sitokin, dan juga kemokin. 2 Mediator tersebut menyebabkan munculnya kontraksi otot halus, vasodilatasi, dan meningkatnya permeabilitas vaskuler yang nantinya menimbulkan gambaran urtikaria, angioedema, bronkokonstriksi dan juga hipotensi. 3 Kasus alergi, terutama di Inggris tergolong banyak, dimana menjangkit sekitar 30% dewasa dan 40% anak-anak. 4 Insiden anafilaksis sendiri kurang dapat diperkirakan karena tidak adanya definisi pasti sehingga sering menimbulkan diagnosis yang kurang tepat. Namun berdasar review dari literatur American College of Allergy, Asthma and Immunology Epidemiology of Anaphylaxis kejadian anafilaksis berkisar 0,5 hingga 2% dan kini diperkirakan semakin meningkat. 5 Diagnosis dari anafilaksis dapat ditegakkan secara klinis berdasar dari gejala yang dimiliki seorang pasien. 1 Reaksi anafilaksis dapat dipicu oleh semua agen yang dapat mengaktifasi sel mast dan basofil, baik melalui mekanisme IgE ataupun melalui non-IgE. Selain obat yang menjadi penyebab tersering dari anafilaksis, terdapat beberapa pencetus lain seperti makanan, kegiatan jasmani, sengatan tawon, faktor fisis seperti udara yang panas, air yang dingin, dan beberapa kejadian tidak diketahui penyebabnya. Makanan merupakan pemicu tersering pada anak-anak dan obat-obatan pada orang dewasa. Secara umum makanan ataupun obat jenis apapun dapan menjadi pemicu, namun beberapa jenis makanan seperti kacang-kacangan dan juga obat seperti pelemas otot, antibiotik, NSAID serta aspirin dilaporkan menjadi penyebab tersering dari anafilaksis. 2-5 Mortalitas dari anafilaksis kurang dari 1%, dimana sebagian kasus kematian muncul dalalm waktu satu jam setelah paparan alergen yang disebabkan oleh edema saluran pernafasan bagian atas dan spasme bronkus, ataupun hipotensi 4 dan kegagalan sirkulasi. Meskipun angka mortalitas dari anafilaksis rendah, namun penanganan yang cepat dan tepat sangat diperlukan. Reaksi anafilaktik dapat terjadi dimana saja, di tempat praktek, di meja operasi, bahkan di rumah pasien sendiri. Pengetahuan mengenai kondisi anafilaksis sangat diperlukan baik untuk tenaga kesehatan dan keluarga pasien sehingga yang mendorong penulis untuk membuat referat ini. 1. Finkelman FD, Khodoun MV, Strait R. Human IgE-independent systemic anaphylaxis. J Allergy Clin Immunol. 2016;137:1674–80. 2. Castells MC. The diagnosis and management of anaphylaxis. J Allergy Clin Immunol. 2017. 3. Akin C. Mast Cell Activation Syndrome. J Allergy Clin Immunol. 2017 4. AAAAI. Anaphylaxis a 2020 practice parameter update, systematic review, and Grading of Recommendations, Assessment, Development and Evaluation (GRADE) analysis. 2020. 5. Loprinzi Brauer CE, Motosue MS, Li JT, Hagan JB, Bellolio MF, Lee S, et al. Prospective validation of the NIAID/FAAN criteria for emergency department diagnosis of anaphylaxis. J Allergy Clin Immunol Pract 2016;4:1220-6.