KATARAK JUVENILE
Oleh:
Maya Apriani Karya 1110312079
Pembimbing:
dr. Hendriati, SpM(K)
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................. i
BAB I. PENDAHULUAN
2.2 Epidemiologi........................................................................ 3
2.10 Komplikasi.......................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
WHO tahun 2002 disebutkan bahwa katarak merupakan penyebab kebutaan pada 17
juta (47,8%) individu dari 37 juta individu yang mengalami kebutaan di seluruh
dunia, jumlah ini diperkirakan akan mencapai 40 juta pada tahun 2020.1,2
Katarak pada anak-anak bisa terjadi sejak lahir (katarak kongenital) atau
infantil). Namun terminologi ini seringkali sulit dibedakan karena sebagian dari
kekeruhan lensa yang terjadi seringkali tidak diketahui saat lahir dan baru diketahui
setelah pemeriksaan lanjutan dilakukan. Insiden dari katarak pada anak diperkirakan
Katarak unilateral biasanya bersifat sporadis. Penyakit ini bisa berhubungan dengan
khusunya rubella.1
3
Katarak bilateral biasanya diturunkan dan berhubungan dengan penyakit lain.
Penanganan katarak pada anak sama seperti pada dewasa, yaitu dengan
pembedahan. Jika katarak tidak terdiagnosa saat masih kecil, dikhawatirkan akan
visual aksis, maka akan mempengaruhi proses penglihatan secara signifikan dan
Metode penulisan makalah ini adalah dengan melakukan tinjauan pustaka dari
berbagai literatur.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Katarak pada anak terbagi menjadi katarak kongenital dan
katarak juvenil. Katarak kongenital merupakan katarak yang didapat sejak lahir.
Katarak juvenil merupakan katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9
kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat- serat lensa
sehingga konsistensinya lembek seperti bubur atau soft cataract. Katarak juvenil
setelah perkembangan janin dan hal ini bergantung pada aqueus humor untuk
Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreous. Posisinya
5
dipertahankan oleh zonula Zinnii yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang
menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar. Lensa terdiri dari kapsula,
imajiner yang disebut aksis yang melewati mereka. Garis pada permukaan
yang dari satu kutub ke kutub lainnya disebut meridian. Ekuator lensa adalah
refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada
bagian perifer yang berbeda dari aqueous humor dan vitreous yang
kontribusi 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola
serta memiliki berat 90 mg. Pada lensa dewasa berukuran 9 mm ekuator dan 5
mm anteroposterior serta memiliki berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari
korteks meningkat seiring usia. Pada saat yang sama, kelengkungan lensa juga
ikut bertambah, sehingga semakin tua usia lensa memiliki kekuatan refraksi
yang tidak larut. Maka, lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau
6
Gambar 2.1. Bentuk Lensa dan Posisinya pada Mata
Tidak ada sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru
diletakkan, sel-sel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja
dibentuk dengan lapisan tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian
tertua dari ini adalah nukleus fetal dan embrional yang dihasilkan selama
kehidupan embrional dan terdapat pada bagian tengah lensa. Bagian terluar
dari serat adalah yang pertama kali terbentuk dan membentuk korteks dari
lensa.4
7
2.2.2. Fisiologi Lensa
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya
parallel akan terfokus ke retina. untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot
siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastic
kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk
dengan melihat lensa melalui slitlamp, oftalmologi, senter tangan atau kaca
8
2.3 Epidimiologi
disebabkan oleh berbagai hal, biasanya akibat proses degenatif. Pada penelitian yang
mereka yang berusia 65-75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70% pada usia 75 tahun.
Katarak kongenital, katarak traumatik dan katarak jenis jenis lain lebih jarang
ditemukan. Insiden dari katarak pada anak diperkirakan 1,2-6 kasus per 10.000.8
prevalensi buta katarak 0,78% dari 1,5% menurut hasil survei. Walaupun katarak
umumnya adalah penyakit usia lanjut, namun 16-20% buta katarak telah dialami oleh
penduduk Indonesia pada usia 40-54 tahun yang menurut kriteria Biro Pusat
Satatistik (BPS) termasuk dalam kelompok usia produktif. Berbeda dengan kebutaan
lain, buta katarak merupakan kebutaan yang dapat direhabilitasi dengan tindakan
bedah. Namun pelayanan bedah katarak di Indonesia belum tersedia secara merata
yang mengakibatkan timbunan buta katarak mencapai 1,5 juta terutama diderita oleh
2.4 Etiologi
Katarak dapat ditemukan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak
senilis, katarak juvenil, katarak herediter) atau kelainan kongenital mata. Katarak
Fisik
9
Kimia
Penyakit predisposisi
Usia
Pada katarak juvenil, penyebab sebenarnya belum diketahui dan pada kasus-
kasus yang ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat penting untuk
sepertiga kasus katarak juvenil merupakan bagian dari suatu sindrom atau penyakit
lain (misal dari sindrom rubela kongenital), sepertiga kasus terjadi karena diturunkan,
2.4 Patofisiologi
ditandai dengan adanya perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat
diakibatkan karena protein pada lensa menjadi water insoluble dan membentuk
partikel yang lebih besar. Dimana diketahui dalam struktur lensa terdapat dua jenis
protein yaitu protein yang larut dalam lemak (soluble) dan tidak larut dalam lemak
10
(insolube) dan pada keadaan normal protein yang larut dalam lemak lebih tinggi
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi karena
disertai adanya influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak. 12
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi
tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat.
Adapun lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus
untuk melihat benda dekat berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan
danmengeras (sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu
perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan mengurangi
transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan pigmen pada
nuklear lensa. 12
menurun secara progresif. Visus mundur tergantung pada lokasi dan tebal
11
tipisnya kekeruhan. Bila kekeruhan lensa tipis, kekeruhan lensa sedikit atau
2. Glare
Menurunnya sensitibitas kotras pada cahaya terang atau silau pada siang
hari atau pada arah datangnya sinar pada malam hari. Keluhan ini muncul
kortikal.
3. Myopic shift
myopia atau myopia shift derajat ringan hingga sedang. Akibatnya ada
tidak membutuhkan kaca mata baca saat mereka mengalami hal yang
disebut second sight. Namun munculnya sementara dan saat kualitas optis
4. Monocular diplopia
12
Pada katarak juvenil tajam penglihatan akan menurun perlahan sesuai
mengalami kekeruhan
Grade 5: visus 1/60 atau lebih buruk dengan nukleus berwarna coklat atau
hitam
2. Pemeriksaan Lensa
akan tampak keruh keabuan atau keputihan dengan latar hitam. Kamera
anterior dapat menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut kamera
tersebut tampak hitam denga latar orange dan pada stadium matur hanya
13
didapatka warna putih atau tampak kehitaman tanpa latar orange, ini
2.7 Penatalaksanaan
tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan
baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang
lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu
baik :
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
14
3. Indikasi Kosmetik: Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan
retina atau nervus optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak
dapat diterima, misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak dapat
dilakukan pada zonula Zinn telah rapuh atau bergenerasi dan mudah diputus.
Pada katarak ekstraksi intrascapular tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Akan tetapi pada
tehnik ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang
dari 40 tahun yang masih mempunyai segmen hialoidea kapsular. Penyulit yang
15
2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tesebut.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan
retina, mata dengan sitoid macula edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah
penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya
16
3. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
SICS adalah salah satu teknik operasi katarak yang pada umumnya
visus yang bagus dan sangat berguna untuk operasi katarak dengan volume
yang tinggi. Teknik ini dilakukan dengan cara insisi 6 mm pada sclera(jarak 2
mm dari limbus), kemudian dibuat sclera tunnel sampai di bilik mata depan.
4. Phacoemulsification.
pisau yang tajam, kapsul anterior lensa dikoyak. Lalu jarum ultrasonik
lensa keluar. Cara ini dapat dilakukan sedemikian halus dan teliti sehingga
kapsul posterior lensa dapat dibiarkan tanpa cacat. Dengan teknik ini maka
luka sayatan dapat dibuat sekecil mungkin sehingga penyulit maupun iritasi
pasca bedah sangat kecil. Irisan tersebut dapat pulih dengan sendirinya tanpa
17
memerlukan jahitan sehingga memungkinkan pasien dapat melakukan
aktivitas normal dengan segera. Teknik ini kurang efektif pada katarak yang
padat.12,15
2.8 Komplikasi
Terdapat banyak komplikasi yang bisa terjadi dari operasi katarak dan
a. Intraoperation
terlalu lebar, tekanan luar bola mata, tekanan positif pada vitreus,
18
b. Post operation
1. Hilangnya vitreous
2. Prolaps Iris
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai faerah berwarna gelap pada lokasi insisi.
3. Endoftalmitis
(hipopion).
4. Astigmatisme
5. Ablasio retina
19
Tehnik-tehnik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan
2.9 Prognosis
Tidak adanya penyakit okular lain yang menyertai pada saat dilakukannya
operasi yang dapat mempengaruhi hasil dari operasi, seperti degenerasi makula atau
atropi nervus optikus memberikan hasil yang baik dengan operasi standar yang sering
20
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
- Nama : Nn. NY
- Usia : 16 tahun
Anamnesa
Keluhan Utama :
Sebelumnya kedua lensa mata dikatakan kabur ketika pasien berobat ke dokter
saat berusia 4 tahun, namun hingga pasien berusia 14 tahun tidak ada keluhan
yang bermakna. Kedua mata perlahan semakin kabur dalam 2 tahun ini.
21
Keluhan pada mata kiri saat ini dirasakan lebih berat dari mata kanan
Pasien pernah satu kali dibawa berobat oleh orang tuanya saat berusia 4 tahun
dan didiagnosa dengan katarak juvenile. Namun saat itu belum dilakukan
Penurunan berat badan karena sakit lama pada pasien tidak ada
Kakek, ayah, dan 1 orang kakak pasien menderita katarak pada kedua mata
sejak kecil
Pemeriksaan Fisik :
STATUS OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 1/300 1/300
Tidak maju dengan pinhole Tidak maju dengan pinhole
22
Visus dengan koreksi - -
Refleks fundus Negatif Negatif
Silia / supersilia Madarosis (-) Madarosis (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Skuama (-) Skuama (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi normal Lakrimasi normal
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (-), Papil (-), Hiperemis (-), Papil (-),
folikel (-) folikel (-)
Konjungtiva Forniks Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva Bulbii Sekret (-) Sekret (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera Okuli Cukup Dalam Cukup dalam
Anterior
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Refleks cahaya (+/+), Refleks cahaya (+/+),
diameter 3 mm, bulat, letak diameter 3 mm, bulat, letak
sentral sentral
Lensa Keruh pada seluruh lensa Keruh pada seluruh lensa
Korpus vitreum Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Fundus :
- Media
- Papil optikus
- Makula Sulit dinilai Sulit dinilai
- aa/vv retina
- Retina
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Posisi bulbus okuli Orthoforia Orthoforia
23
Gerakan bulbus okuli Nistagmus (+) minimal Nistagmus (+) minimal
Gambar
Diagnosis Kerja :
Diagnosis banding : -
Anjuran Pemeriksaan : -
Rencana Terapi :
Pemeriksaan Lanjutan:
Ultrasonografi
Biometri
Pemeriksaan laboratorium
Follow Up
24
12 November 2015
13 November 2015
25
diameter 3 mm, bulat, letak
sentral
Lensa IOL sulit dinilai Keruh pada seluruh lensa
Korpus vitreum Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Funduskopi Sulit dinilai Sulit dinilai
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Posisi bulbus okuli Orthoforia Orthoforia
A/ Pseudofakia OD post ECCE + IOL hari I
Katarak Juvenille OS
P/ Levofloxacin eye drop 6x1 OD
Fluorometalon 0,1% eye drop 6x1 OD
Glycerol eye drop 3x1 OD
Ciprofloxacin tab 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Metilprednisolon tab 1x16 mg
14 November 2015
STATUS OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 1/300 1/300
Refleks fundus Menurun Negatif
Konjungtiva Bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Perdarahan Sekret (-)
subkonjungtiva(+)
Sklera Putih Putih
Hecting korneosklera (+)
tenang
Kornea Edema kornea (+) di sentral, Bening
parasentral, descement fold
(+)
26
Kamera Okuli Cukup dalam Cukup dalam
Anterior
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Membayang bulat Refleks cahaya (+/+),
diameter 3 mm, bulat, letak
sentral
Lensa IOL (Segmen posterior) Keruh pada seluruh lensa
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Posisi bulbus okuli Orthoforia Orthoforia
A/ Pseudofakia OD post ECCE + IOL hari II
Katarak Juvenille OS
P/ Levofloxacin eye drop 6x1 OD
Fluorometalon 0,1% eye drop 6x1 OD
Glycerol eye drop 3x1 OD
Ciprofloxacin tab 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Metilprednisolon tab 1x16 mg
15 November 2015
STATUS OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 1/300 1/300
Refleks fundus Menurun Negatif
Konjungtiva Bulbi Perdarahan subkonjungtiva Hiperemis (-)
(+) Sekret (-)
Sklera Putih Putih
Hecting korneosklera (+)
tenang
Kornea Edema kornea (+) di sentral, Bening
27
parasentral, descement fold
(+)
Kamera Okuli Cukup dalam Cukup dalam
Anterior
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Membayang bulat Refleks cahaya (+/+),
diameter 3 mm, bulat, letak
sentral
Lensa IOL (Segmen posterior) Keruh pada seluruh lensa
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Posisi bulbus okuli Orthoforia Orthoforia
A/ Pseudofakia OD post ECCE + IOL hari III
Katarak Juvenille OS
P/ Levofloxacin eye drop 6x1 OD
Fluorometalon 0,1% eye drop 6x1 OD
Glycerol eye drop 3x1 OD
Ciprofloxacin tab 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
16 November 2015
STATUS OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 1/300 1/300
Refleks fundus Menurun Negatif
Konjungtiva Bulbi Perdarahan subkonjungtiva Hiperemis (-)
(+) Sekret (-)
Sklera Putih Putih
Hecting korneosklera (+)
tenang
28
Kornea Edema kornea (+) di sentral Bening
menurun, descement fold (+)
menurun
Kamera Okuli Cukup dalam Cukup dalam
Anterior
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Membayang bulat Refleks cahaya (+/+),
diameter 3 mm, bulat, letak
sentral
Lensa IOL (Segmen posterior) Keruh pada seluruh lensa
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Posisi bulbus okuli Orthoforia Orthoforia
A/ Pseudofakia OD post ECCE + IOL hari IV
Katarak Juvenille OS
P/ Levofloxacin eye drop 6x1 OD
Fluorometalon 0,1% eye drop 6x1 OD
Glycerol eye drop 3x1 OD
Ciprofloxacin tab 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
29
BAB IV
DISKUSI
mata RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan diagnosis klinik katarak juvenile ODS.
anamnesis diketahui kedua lensa mata pasien telah kabur sejak kecil, diketahui
pertama kali saat pasien berusia 4 tahun. Namun hingga pasien berusia 14 tahun
pasien mengatakan tidak ada keluhan. Mata kemudian terasa semakin kabur dan
pandangan terasa berkabut dalam 2 tahun ini. Dari pasien lahir hingga sekarang
kelainan pada lensa pasien ini belum pernah diberi penanganan apapun. Dari riwayat
keluarga didapatkan bahwa kakek pasien, ayah pasien, dan kakak pasien juga
Dari pemeriksaan status oftalmikus didapatkan visus ODS 1/300. Lensa ODS
kekeruhan yang terjadi pada lensa. Katarak yang terjadi dari usia 3 bulan hingga 9
lanjutan dari katarak kongenital. Dan sepertiga kasus katarak juvenile erat kaitannya
ultrasonografi untuk menilai segmen posterior bola mata. Pengukuran lensa yang
30
Operasi dilakukan pada tanggal 12 November 2015 pada mata kanan. Pasien
mendapatkan obat post operasi berupa antibiotik topikal levofloxacin eye drop,
analgetik asam mefenamat. Pemberian kortikosteroid sistemik pada pasien ini hanya
selama 3 hari.
signifikan, yaitu VOD 1/300. Hal ini dimungkinkan karena pasien masih dalam
perawatan post operasi dan sepanjang perawatan mata pasien masih ditutup dengan
kain kassa, sehingga pasien masih sering merasa silau jika kain kassa dibuka.
Pada pasien juga didapatkan edema pada kornea disertai descemet fold. Kedua
hal ini merupakan komplikasi segera yang dapat terjadi pasca operasi. Hal ini dapat
dikarenakan karena trauma mekanik, operasi yang berlangsung lama, inflamasi, dan
endotel akut.
Prognosis pada pasien ini baik dikarenakan kekeruhan pada lensa tidak
menghalangi visus pasien saat kecil, sehingga kemungkinan tidak terjadi ambliopia.
31
DAFTAR PUSTAKA