Anda di halaman 1dari 32

Case Report Session

KATARAK JUVENILE

Oleh:
Maya Apriani Karya 1110312079

Shangeeta Krishnan 1010314007

Teddy Kurniawan 1010313018

Pembimbing:
dr. Hendriati, SpM(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR. M.DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2015
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI.................................................................................................. i

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan.................................................................. 2

1.3 Metode Penulisan................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ................................................................................ 3

2.2 Epidemiologi........................................................................ 3

2.3 Faktor Risiko......................................................................... 4

2.4 Etiopatogenesis ..................................................................... 5

2.5 Patofisiologi ......................................................................... 7

2.6 Gejala Klinis......................................................................... 10

2.7 Pemeriksaan Penunjang .......................................................11

2.8 Tatalaksana .......................................................................... 12

2.9 Prognosis ............................................................................. 18

2.10 Komplikasi.......................................................................... 19

BAB III. LAPORAN KASUS.................................................................... 20

BAB IV. DISKUSI ................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa. Dan merupakan

penyebab tersering kebutaan dan gangguan penglihatan di dunia. Berdasarkan data

WHO tahun 2002 disebutkan bahwa katarak merupakan penyebab kebutaan pada 17

juta (47,8%) individu dari 37 juta individu yang mengalami kebutaan di seluruh

dunia, jumlah ini diperkirakan akan mencapai 40 juta pada tahun 2020.1,2

Katarak pada anak-anak bisa terjadi sejak lahir (katarak kongenital) atau

berkembang dalam satu tahun pertama kehidupan anak (katarak juvenile/katarak

infantil). Namun terminologi ini seringkali sulit dibedakan karena sebagian dari

kekeruhan lensa yang terjadi seringkali tidak diketahui saat lahir dan baru diketahui

setelah pemeriksaan lanjutan dilakukan. Insiden dari katarak pada anak diperkirakan

1,2-6 kasus per 10.000.1,2

Katarak kongenital dan infantil bisa terjadi unilateral ataupun bilateral.

Katarak unilateral biasanya bersifat sporadis. Penyakit ini bisa berhubungan dengan

kelainan okular lainnya ( lentikonus posterior, hiperplasia vitreus primer persisten,

disgenesis segmen anterior, tumor polus posterior), trauma, ataupun intrauterine,

khusunya rubella.1

3
Katarak bilateral biasanya diturunkan dan berhubungan dengan penyakit lain.

Penyebab paling sering adalah hipoglikemia, trisomi, penyakit infeksi (seperti

toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes simplex/TORCH), dan prematuritas.1

Penanganan katarak pada anak sama seperti pada dewasa, yaitu dengan

pembedahan. Jika katarak tidak terdiagnosa saat masih kecil, dikhawatirkan akan

terjadi kehilangan penglihatan secara permanen. Jika kekeruhan terjadi di sepanjang

visual aksis, maka akan mempengaruhi proses penglihatan secara signifikan dan

dapat menyebabkan kebutaan. 1

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui klasifikasi, etiologi,

epidemiologi, faktor risiko, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana,

prognosis, dan komplikasi dari katarak khususnya katarak pada anak.

1.3 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini adalah dengan melakukan tinjauan pustaka dari

berbagai literatur.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan

bening menjadi keruh. Katarak pada anak terbagi menjadi katarak kongenital dan

katarak juvenil. Katarak kongenital merupakan katarak yang didapat sejak lahir.

Katarak juvenil merupakan katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9

tahun dan lebih dari 3 bulan.3

Pada katarak juvenil terjadi penurunan penglihatan secara bertahap dan

kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat- serat lensa

sehingga konsistensinya lembek seperti bubur atau soft cataract. Katarak juvenil

biasanya merupakan lanjutan katarak kongenital.3

2.2 Anatomi dan Fisiologi Lensa

2.2.1 Anatomi Lensa

Lensa Kristalina Normal

Lensa kristalina adalah sebuah struktur yang transparan dan bikonveks

yang memiliki fungsi untuk mempertahankan kejernihan, refraksi cahaya, dan

memberikan akomodasi. Lensa tidak memiliki suplai darah atau inervasi

setelah perkembangan janin dan hal ini bergantung pada aqueus humor untuk

memenuhi kebutuhan metaboliknya serta membuang sisa metabolismenya.

Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreous. Posisinya

5
dipertahankan oleh zonula Zinnii yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang

menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar. Lensa terdiri dari kapsula,

epitelium lensa, korteks dan nukleus.4

Kutub anterior dan posterior dihubungkan dengan sebuah garis

imajiner yang disebut aksis yang melewati mereka. Garis pada permukaan

yang dari satu kutub ke kutub lainnya disebut meridian. Ekuator lensa adalah

garis lingkar terbesar. Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks

refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada

bagian perifer yang berbeda dari aqueous humor dan vitreous yang

mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan

kontribusi 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola

mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksinya diberikan oleh

udara dan kornea.5

Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir,

ukurannya sekitar 6,4 mm pada bidang ekuator, dan 3,5 mm anteroposterior

serta memiliki berat 90 mg. Pada lensa dewasa berukuran 9 mm ekuator dan 5

mm anteroposterior serta memiliki berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari

korteks meningkat seiring usia. Pada saat yang sama, kelengkungan lensa juga

ikut bertambah, sehingga semakin tua usia lensa memiliki kekuatan refraksi

yang semakin bertambah. Namun, indeks refraksi semakin menurun juga

seiring usia, hal ini mungkin dikarenakan adanya partikel-partikel protein

yang tidak larut. Maka, lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau

miopik tergantung pada keseimbangan faktor-faktor yang berperan.4

6
Gambar 2.1. Bentuk Lensa dan Posisinya pada Mata

Korteks dan Nukleus

Tidak ada sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru

diletakkan, sel-sel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja

dibentuk dengan lapisan tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian

tertua dari ini adalah nukleus fetal dan embrional yang dihasilkan selama

kehidupan embrional dan terdapat pada bagian tengah lensa. Bagian terluar

dari serat adalah yang pertama kali terbentuk dan membentuk korteks dari

lensa.4

Gambar 2.2. Anatomi Lensa

7
2.2.2. Fisiologi Lensa

Kristal lensa merupakan struktur yang transparan mempunyai peranan yang

penting dalam mekanisme focus pada penglihatan.6

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan

serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang

terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya

parallel akan terfokus ke retina. untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot

siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastic

kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya

biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk

memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan

pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.7

Gangguan pada lensa adalah kekeruhan (katarak perkembangan maupun

pertumbuhan misalnya kongenital atau juvenil, degeneratif misalnya katarak senile,

komplikata, trauma), distorsi, dislokasi, dan anomali geometrik. Pasien yang

mengalami gangguan-gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan tanpa

nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan ketajaman penglihatan dan

dengan melihat lensa melalui slitlamp, oftalmologi, senter tangan atau kaca

pembesar, dan sebaiknya dengan pupil dilatasi.6

8
2.3 Epidimiologi

Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat

disebabkan oleh berbagai hal, biasanya akibat proses degenatif. Pada penelitian yang

dilakukan di Amerika Serikat didapatkan prevalensi katarak sebesar 50% pada

mereka yang berusia 65-75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70% pada usia 75 tahun.

Katarak kongenital, katarak traumatik dan katarak jenis jenis lain lebih jarang

ditemukan. Insiden dari katarak pada anak diperkirakan 1,2-6 kasus per 10.000.8

Di Indonesia sendiri, katarak merupakan penyebab utama kebutaan dimana

prevalensi buta katarak 0,78% dari 1,5% menurut hasil survei. Walaupun katarak

umumnya adalah penyakit usia lanjut, namun 16-20% buta katarak telah dialami oleh

penduduk Indonesia pada usia 40-54 tahun yang menurut kriteria Biro Pusat

Satatistik (BPS) termasuk dalam kelompok usia produktif. Berbeda dengan kebutaan

lain, buta katarak merupakan kebutaan yang dapat direhabilitasi dengan tindakan

bedah. Namun pelayanan bedah katarak di Indonesia belum tersedia secara merata

yang mengakibatkan timbunan buta katarak mencapai 1,5 juta terutama diderita oleh

penduduk berpenghasilan rendah.9

2.4 Etiologi

Katarak dapat ditemukan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak

senilis, katarak juvenil, katarak herediter) atau kelainan kongenital mata. Katarak

disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti:10

 Fisik

9
 Kimia

 Penyakit predisposisi

 Genetik dan gangguan perkembangan

 Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin

 Usia

Pada katarak juvenil, penyebab sebenarnya belum diketahui dan pada kasus-

kasus yang ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat penting untuk

mengetahui riwayat keluarga pasien secara detil. Secara umum, diperkirakan

sepertiga kasus katarak juvenil merupakan bagian dari suatu sindrom atau penyakit

lain (misal dari sindrom rubela kongenital), sepertiga kasus terjadi karena diturunkan,

dan sepertiga kasus tidak diketahui penyebabnya.11

2.4 Patofisiologi

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,

ditandai dengan adanya perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang

memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat

menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa

dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga terjadinya pengkabutan pandangan

/kekeruhan lensa sehinggadapat menghambat jalannya cahaya ke retina. Hal ini

diakibatkan karena protein pada lensa menjadi water insoluble dan membentuk

partikel yang lebih besar. Dimana diketahui dalam struktur lensa terdapat dua jenis

protein yaitu protein yang larut dalam lemak (soluble) dan tidak larut dalam lemak

10
(insolube) dan pada keadaan normal protein yang larut dalam lemak lebih tinggi

kadarnya dari pada yang larut dalam lemak.12

Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi karena

disertai adanya influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang

tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim

mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan

menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang

menderita katarak. 12

Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi

tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat.

Adapun lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus

untuk melihat benda dekat berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan

kortikal yang baru pada lensa yang mengakibatkan nukleus lensaterdesak

danmengeras (sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu

terbentukanya protein dengan berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan

perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan mengurangi

transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan pigmen pada

nuklear lensa. 12

2.5 Gejala klinis

Adapun gejala klini pada katarak juvenil adalah sebagai berikut:13

1. Penurunan tajam penglihatan : penglihatan berasap dan tajam penglihatan

menurun secara progresif. Visus mundur tergantung pada lokasi dan tebal

11
tipisnya kekeruhan. Bila kekeruhan lensa tipis, kekeruhan lensa sedikit atau

sebaliknya. Jika kekeruhan terletak di equator, penderita tidak akan

mengalami keluhan penglihatan.

2. Glare

Menurunnya sensitibitas kotras pada cahaya terang atau silau pada siang

hari atau pada arah datangnya sinar pada malam hari. Keluhan ini muncul

terutama pada pasien katarak subkapsular posterior dan pasien katarak

kortikal.

3. Myopic shift

Progresi katarak meningkatkan kekuatan diotik lensa sehingga terjadi

myopia atau myopia shift derajat ringan hingga sedang. Akibatnya ada

penderita presbiopia melaporkan peningkatan penglihatan jarak dekat dan

tidak membutuhkan kaca mata baca saat mereka mengalami hal yang

disebut second sight. Namun munculnya sementara dan saat kualitas optis

lensa mengalami gangguan maka second sight tersebut akan hilang.

4. Monocular diplopia

Penglihatan dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa sehingga

benda yang dilihat penderita akan terlihat silau.

2.6 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah:14,15

1. Tes tajam penglihatan

12
Pada katarak juvenil tajam penglihatan akan menurun perlahan sesuai

dengan grading densitas kekeruhan menurut Burrato:

Grade 1: visus >6/12 lensa tampak sedikit keruh

Grade 2: visus 6/12 -6/30 nukleus dengan kekeruhan ringan

Grade 3:visus 3/60-6/30 nukleus kekeruhan medium, korteks telah

mengalami kekeruhan

Grade 4: visus 1/60-3/60 nukleus berwarna kuning kecoklatan

Grade 5: visus 1/60 atau lebih buruk dengan nukleus berwarna coklat atau

hitam

2. Pemeriksaan Lensa

Pemeriksaan lensa dilakukan dengan menyinarinya dari samping. Lensa

akan tampak keruh keabuan atau keputihan dengan latar hitam. Kamera

anterior dapat menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut kamera

anterior menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat, akibatnya

terjadi glaukoma sekunder.

3. Pemeriksaan slit lamp

Pemeriksaa dilakukan untuk memeriksa kekeruhan lensa dan struktur mata

lainnya (seperti konjungtiva, kornea, iris, kamera anterior. Pemeriksaan

ophthalmoskopi langsung maupun tidak langsung penting untuk evaluasi

bagia posterior mata sehingga dapat diketahun progosis setelah ekstrasi

lensa. Pada fundus refleks dengan pemeriksaan ophthalmoskopi kekeruhan

tersebut tampak hitam denga latar orange dan pada stadium matur hanya

13
didapatka warna putih atau tampak kehitaman tanpa latar orange, ini

menunjukkan lensa sudah keruh seluruhnya.

2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan yang dilakukan jika penderita

tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan

kegiatannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih

baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang

lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu

biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.12,15

Adapun indikasi operasi :

1. Indikasi Optik :Jika penurunan dari tajam penglihatan pasien telah

menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari

2. Indikasi Medis: Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu

dioperasi segera, bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang

baik :

- Katarak hipermatur

- Glaukoma sekunder

- Uveitis sekunder

- Dislokasi/Subluksasio lensa

- Benda asing intra-lentikuler

- Retinopati diabetika

- Ablasio retina

14
3. Indikasi Kosmetik: Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan

retina atau nervus optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak

dapat diterima, misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak dapat

dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam meskipun

pengelihatan tidak akan kembali.

2.7.1 Teknik Operasi Katarak :

1. Intracapsular Cataract Extraction ( ICCE)

Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa besama kapsul. Dapat

dilakukan pada zonula Zinn telah rapuh atau bergenerasi dan mudah diputus.

Pada katarak ekstraksi intrascapular tidak akan terjadi katarak sekunder dan

merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Akan tetapi pada

tehnik ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang

dari 40 tahun yang masih mempunyai segmen hialoidea kapsular. Penyulit yang

dapat terjadi pada pembedahan ini yaitu astigmat, glaucoma, uveitis,

endoftalmitis dan perdarahan, sekarang jarang dilakukan. 12,15

15
2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior

sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tesebut.

Termasuk dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan ligasi.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan

endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular,

kemungkinan akan dilakukan bedah glaucoma, mata dengan predisposisi

untuk tejadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi

retina, mata dengan sitoid macula edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah

penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.

Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya

katarak sekunder. 12,15

16
3. Small Incision Cataract Surgery (SICS)

SICS adalah salah satu teknik operasi katarak yang pada umumnya

digunakan di Negara berkembang. Teknik ini biasanya menghasilkan hasil

visus yang bagus dan sangat berguna untuk operasi katarak dengan volume

yang tinggi. Teknik ini dilakukan dengan cara insisi 6 mm pada sclera(jarak 2

mm dari limbus), kemudian dibuat sclera tunnel sampai di bilik mata depan.

Dilakukan CCC, hidrodiseksi,hidrideliniasi dan disini nucleus dikeluarkan

dengan manual, korteks dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi kemudian

dipasang IOL in the bag. 12,15

4. Phacoemulsification.

Phacoemulsifikasi adalah teknik yang paling mutakhir. Hanya

diperlukan irisan yang sangat kecil saja. Dengan menggunakan getaran

ultrasonic yang dapat menghancurkan nukleus lensa. Sebelum itu dengan

pisau yang tajam, kapsul anterior lensa dikoyak. Lalu jarum ultrasonik

ditusukkan ke dalam lensa, sekaligus menghancurkan dan menghisap massa

lensa keluar. Cara ini dapat dilakukan sedemikian halus dan teliti sehingga

kapsul posterior lensa dapat dibiarkan tanpa cacat. Dengan teknik ini maka

luka sayatan dapat dibuat sekecil mungkin sehingga penyulit maupun iritasi

pasca bedah sangat kecil. Irisan tersebut dapat pulih dengan sendirinya tanpa

17
memerlukan jahitan sehingga memungkinkan pasien dapat melakukan

aktivitas normal dengan segera. Teknik ini kurang efektif pada katarak yang

padat.12,15

2.8 Komplikasi

Terdapat banyak komplikasi yang bisa terjadi dari operasi katarak dan

komplikasi ini bisa dibagi menjadi:7,14

a. Intraoperation

Selama ECCE atau phacoemulsification, ruangan anterior mungkin akan

menjadi dangkal karena pemasukan yang tidak adekuat dari keseimbangan

solution garam kedalam ruangan anterior, kebocoran akibat insisi yang

terlalu lebar, tekanan luar bola mata, tekanan positif pada vitreus,

perdarahan pada suprachoroidal.

18
b. Post operation

1. Hilangnya vitreous

Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel

vitreous dapat masuk kedalam bilik anterior, yang merupakan resiko

terjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini

membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang

mengaspirasi dan mengeksisi gel (vitrektomi).

2. Prolaps Iris

Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca

operasi dini. Terlihat sebagai faerah berwarna gelap pada lokasi insisi.

Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan

segera dengan pembedahan.

3. Endoftalmitis

Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang

terjadi. Pasien datang dengan mata merah yang terasa nyeri,

penurunan tajam penglihatan (biasanya dalam beberapa hari setelah

pembedahan), pengumpulan sel darah putih di bilik anterior

(hipopion).

4. Astigmatisme

Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi

astigmatisme kornea. Ini dilakukan sebelum pengukuran kacamata

baru namun setelah luka insisi sembuh.

5. Ablasio retina

19
Tehnik-tehnik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan

rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah

bila terdapat kehilangan vitreous.

6. Edema macular sistoid

Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai

hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring waktu namun dapat

menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.

7. Opasifikasi kapsul posterior

Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior berkurang pada

beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu bermigrasi

melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan mungkin

didapatkan rasa silau.

2.9 Prognosis

Tidak adanya penyakit okular lain yang menyertai pada saat dilakukannya

operasi yang dapat mempengaruhi hasil dari operasi, seperti degenerasi makula atau

atropi nervus optikus memberikan hasil yang baik dengan operasi standar yang sering

dilakukan yaitu ECCE dan Phacoemulsifikasi.7

20
BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

- Nama : Nn. NY

- Jenis Kelamin : Perempuan

- Usia : 16 tahun

- Pekerjaan : Siswi SMP

- Alamat : Lubuk Sikaping

- Tanggal Masuk : 11 November 2015

Anamnesa

Keluhan Utama :

Kedua mata semakin kabur sejak 2 tahun ini

Riwayat Penyakit Sekarang :

 Kedua mata semakin kabur sejak 2 tahun ini.

 Sebelumnya kedua lensa mata dikatakan kabur ketika pasien berobat ke dokter

saat berusia 4 tahun, namun hingga pasien berusia 14 tahun tidak ada keluhan

yang bermakna. Kedua mata perlahan semakin kabur dalam 2 tahun ini.

21
 Keluhan pada mata kiri saat ini dirasakan lebih berat dari mata kanan

 Pasien merasakan pandangan seperti berkabut

 Pesien mengaku pandangan silau jika terkena cahaya

 Pasien pernah satu kali dibawa berobat oleh orang tuanya saat berusia 4 tahun

dan didiagnosa dengan katarak juvenile. Namun saat itu belum dilakukan

penanganan pada pasien

 Nyeri pada mata tidak ada

 Trauma sebelumnya pada mata tidak ada

 Penurunan berat badan karena sakit lama pada pasien tidak ada

 Riwayat penggunaan kacamata sebelumnya tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu :

 Riwayat operasi pada mata sebelumnya tidak ada

 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu lama tidak ada

 Riwayat diabetes tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :

 Kakek, ayah, dan 1 orang kakak pasien menderita katarak pada kedua mata

sejak kecil

Pemeriksaan Fisik :

STATUS OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 1/300 1/300
Tidak maju dengan pinhole Tidak maju dengan pinhole

22
Visus dengan koreksi - -
Refleks fundus Negatif Negatif
Silia / supersilia Madarosis (-) Madarosis (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Skuama (-) Skuama (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi normal Lakrimasi normal
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (-), Papil (-), Hiperemis (-), Papil (-),
folikel (-) folikel (-)
Konjungtiva Forniks Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva Bulbii Sekret (-) Sekret (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera Okuli Cukup Dalam Cukup dalam
Anterior
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Refleks cahaya (+/+), Refleks cahaya (+/+),
diameter 3 mm, bulat, letak diameter 3 mm, bulat, letak
sentral sentral
Lensa Keruh pada seluruh lensa Keruh pada seluruh lensa
Korpus vitreum Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Fundus :
- Media
- Papil optikus
- Makula Sulit dinilai Sulit dinilai
- aa/vv retina
- Retina
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Posisi bulbus okuli Orthoforia Orthoforia

23
Gerakan bulbus okuli Nistagmus (+) minimal Nistagmus (+) minimal
Gambar

Diagnosis Kerja :

 Katarak Juvenile ODS

Diagnosis banding : -

Anjuran Pemeriksaan : -

Rencana Terapi :

 Extracapsular Cataract Extraction + Intraocular Lens OD dalam anastesi lokal

Pemeriksaan Lanjutan:

 Ultrasonografi

 Biometri

 Pemeriksaan laboratorium

Follow Up

24
12 November 2015

Telah dilakukan ECCE + IOL OD dalam anestesi lokal


A/ Pseudofakia OD post ECCE + IOL OD

P/ Levofloxacin eye drop 6x1 OD


Fluorometalon 0,1% eye drop 6x1 OD
Ciprofloxacin tab 2x500 mg
Asam mefenamat tab 3x100 mg
Metilprednisolon tab 1x16 mg

13 November 2015

S/ Demam tidak ada


Nyeri pada lokasi operasi ada
O/ Status oftalmikus
STATUS OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 1/300 1/300
Refleks fundus Menurun Negatif
Konjungtiva Bulbi Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Perdarahan subkonjungtiva Sekret (-)
(+) minimal
Sklera Putih Putih
Hecting korneosklera (+)
tenang
Kornea Edema kornea (+) di sentral, Bening
parasentral, descement fold
(+)
Kamera Okuli Cukup dalam Cukup dalam
Anterior
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Membayang bulat Refleks cahaya (+/+),

25
diameter 3 mm, bulat, letak
sentral
Lensa IOL sulit dinilai Keruh pada seluruh lensa
Korpus vitreum Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Funduskopi Sulit dinilai Sulit dinilai
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Posisi bulbus okuli Orthoforia Orthoforia
A/ Pseudofakia OD post ECCE + IOL hari I
Katarak Juvenille OS
P/ Levofloxacin eye drop 6x1 OD
Fluorometalon 0,1% eye drop 6x1 OD
Glycerol eye drop 3x1 OD
Ciprofloxacin tab 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Metilprednisolon tab 1x16 mg

14 November 2015

S/ Nyeri pada lokasi operasi ada


O/ Status oftalmikus

STATUS OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 1/300 1/300
Refleks fundus Menurun Negatif
Konjungtiva Bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Perdarahan Sekret (-)
subkonjungtiva(+)
Sklera Putih Putih
Hecting korneosklera (+)
tenang
Kornea Edema kornea (+) di sentral, Bening
parasentral, descement fold
(+)

26
Kamera Okuli Cukup dalam Cukup dalam
Anterior
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Membayang bulat Refleks cahaya (+/+),
diameter 3 mm, bulat, letak
sentral
Lensa IOL (Segmen posterior) Keruh pada seluruh lensa
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Posisi bulbus okuli Orthoforia Orthoforia
A/ Pseudofakia OD post ECCE + IOL hari II
Katarak Juvenille OS
P/ Levofloxacin eye drop 6x1 OD
Fluorometalon 0,1% eye drop 6x1 OD
Glycerol eye drop 3x1 OD
Ciprofloxacin tab 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Metilprednisolon tab 1x16 mg

15 November 2015

S/ Nyeri pada lokasi operasi tidak ada


O/ Status oftalmikus

STATUS OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 1/300 1/300
Refleks fundus Menurun Negatif
Konjungtiva Bulbi Perdarahan subkonjungtiva Hiperemis (-)
(+) Sekret (-)
Sklera Putih Putih
Hecting korneosklera (+)
tenang
Kornea Edema kornea (+) di sentral, Bening

27
parasentral, descement fold
(+)
Kamera Okuli Cukup dalam Cukup dalam
Anterior
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Membayang bulat Refleks cahaya (+/+),
diameter 3 mm, bulat, letak
sentral
Lensa IOL (Segmen posterior) Keruh pada seluruh lensa
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Posisi bulbus okuli Orthoforia Orthoforia
A/ Pseudofakia OD post ECCE + IOL hari III
Katarak Juvenille OS
P/ Levofloxacin eye drop 6x1 OD
Fluorometalon 0,1% eye drop 6x1 OD
Glycerol eye drop 3x1 OD
Ciprofloxacin tab 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg

16 November 2015

S/ Nyeri pada lokasi operasi tidak ada


O/ Status oftalmikus

STATUS OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 1/300 1/300
Refleks fundus Menurun Negatif
Konjungtiva Bulbi Perdarahan subkonjungtiva Hiperemis (-)
(+) Sekret (-)
Sklera Putih Putih
Hecting korneosklera (+)
tenang

28
Kornea Edema kornea (+) di sentral Bening
menurun, descement fold (+)
menurun
Kamera Okuli Cukup dalam Cukup dalam
Anterior
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Membayang bulat Refleks cahaya (+/+),
diameter 3 mm, bulat, letak
sentral
Lensa IOL (Segmen posterior) Keruh pada seluruh lensa
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi
Posisi bulbus okuli Orthoforia Orthoforia
A/ Pseudofakia OD post ECCE + IOL hari IV
Katarak Juvenille OS
P/ Levofloxacin eye drop 6x1 OD
Fluorometalon 0,1% eye drop 6x1 OD
Glycerol eye drop 3x1 OD
Ciprofloxacin tab 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg

Foto Post Operasi:

29
BAB IV
DISKUSI

Telah dilaporkan seorang perempuan berusia 16 tahun dirawat di bangsal

mata RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan diagnosis klinik katarak juvenile ODS.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada

anamnesis diketahui kedua lensa mata pasien telah kabur sejak kecil, diketahui

pertama kali saat pasien berusia 4 tahun. Namun hingga pasien berusia 14 tahun

pasien mengatakan tidak ada keluhan. Mata kemudian terasa semakin kabur dan

pandangan terasa berkabut dalam 2 tahun ini. Dari pasien lahir hingga sekarang

kelainan pada lensa pasien ini belum pernah diberi penanganan apapun. Dari riwayat

keluarga didapatkan bahwa kakek pasien, ayah pasien, dan kakak pasien juga

menderita katarak sejak kecil.

Dari pemeriksaan status oftalmikus didapatkan visus ODS 1/300. Lensa ODS

didapatkan keruh pada seluruh lensa. Berdasarkan literatur, katarak merupakan

kekeruhan yang terjadi pada lensa. Katarak yang terjadi dari usia 3 bulan hingga 9

tahun digolongkan sebagai katarak juvenile. Katarak juvenile biasanya merupakan

lanjutan dari katarak kongenital. Dan sepertiga kasus katarak juvenile erat kaitannya

dengan kelainan yang diturunkan.

Pada pasien direncanakan untuk dilakukan ECCE+IOL dalam anestesi lokal.

Sebelum dilakukan tindakan operasi diperlukan pemeriksaan lainnya seperti

ultrasonografi untuk menilai segmen posterior bola mata. Pengukuran lensa yang

akan dipasang intraoperatif juga harus dilakukan melalui pemeriksaan biometri.

30
Operasi dilakukan pada tanggal 12 November 2015 pada mata kanan. Pasien

mendapatkan obat post operasi berupa antibiotik topikal levofloxacin eye drop,

antibiotik sistemik ciprofloxacin. Selain itu pasien mendapat kortikosteriod topikal

fluorometalon, dan kortikosteroid sistemik metilprednisolon. Pasien juga mendapat

analgetik asam mefenamat. Pemberian kortikosteroid sistemik pada pasien ini hanya

selama 3 hari.

Pada follow up post operasi belum didapatkan kemajuan visus yang

signifikan, yaitu VOD 1/300. Hal ini dimungkinkan karena pasien masih dalam

perawatan post operasi dan sepanjang perawatan mata pasien masih ditutup dengan

kain kassa, sehingga pasien masih sering merasa silau jika kain kassa dibuka.

Pada pasien juga didapatkan edema pada kornea disertai descemet fold. Kedua

hal ini merupakan komplikasi segera yang dapat terjadi pasca operasi. Hal ini dapat

dikarenakan karena trauma mekanik, operasi yang berlangsung lama, inflamasi, dan

peningkatan tekanan intraokular yang mengakibatkan terjadinya dekompensasi

endotel akut.

Prognosis pada pasien ini baik dikarenakan kekeruhan pada lensa tidak

menghalangi visus pasien saat kecil, sehingga kemungkinan tidak terjadi ambliopia.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Bashour M 2014. Congenital Cataract. Diunduh 14 November 2015. Tersedia


dari URL: http://emedicine.medscape.com/article/1210837-overview
2. Harper RA, Shock JP. Lensa. Dalam Eva PR, Whitcher DP (eds.). Vaughan &
Ausbury oftalmologi umum. edk 17. Jakarta: EGC; 2007.
3. Ahmedabad. Epidemiology based etiological study of pediatric cataracts in
Western India. Indian Journal of Medical Sciences. 2005.
4. Guyton dan Hall. Buku ajar fisiologi, edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2002. hal: 779-825.
5. Harper, A et all. Lensa. Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2010. Hal: 169-177.
6. Anonimous. Pengertian dan Definisi Katarak. Smart Click of Indonesia and
English Content: Article knowledge base, tutorial SEO service download etc.
2008.
7. James B, Chew C, Bron A, Oftalmologi, Edisi Kesembilan, Penerbit
Erlangga, Jakarta 2006 : Hal 34-36.
8. Lang, Gerhard K. Opthalmology. A Short Textbook. Thieme Stuttgart: New
York. 2000. p. 165-79.
9. Pujiyanto, T. Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
10. Ilyas, Sidarta. Katarak juvenil. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Balai
penerbit FK UI, 2010. hal: 204
11. Gregory LS, Cantor LB, Weiss JS. Basic and clinical science course, lens and
cataract section 11. American academy of ophtalmology; 2011.
12. Vaughan & Asbury’s. General Ophthalmology. In: United States Of America:
McGraw-Hill; 2007.
13. Olver & Cassidy. 2005. Opthalmology at A Glance. Hongkong: SP Best-set
Typesetter Ltd. Pp 36-9.
14. Ilyas. 2007. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Ilmu Penyakit
Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Pp.200-11
15. Bobrow JC. 2005. Lens and Cataract. American Academy of Opthalmology.
Section 11Ed 2005-2006. San Francisco, USA. p. 19-23, 5-10, 91-105, 199 –
204.

Anda mungkin juga menyukai