Anda di halaman 1dari 22

Nilai :

Tanda tangan:

Referat
Katarak Senilis Imatur

Pembimbing :
dr. Dian Mulyawarman, Sp.M

Disusun Oleh :
Martha Simona (112018030)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 3 AGUSTUS - 5 SEPTEMBER 2020
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR ESNAWAN ANTARIKSA

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

LEMBAR PENILAIAN

Nama Martha Simona


NIM 112018030
Tanggal September 2020
Judul referat Katarak Senilis
Skor
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Pengumpulan data
Analisa masalah
Penguasaan teori
Referensi
Pengambilan keputusan klinis
Cara penyajian
Bentuk laporan
Total
Nilai %= (Total/35)x100%
Keterangan : 1 = sangat kurang (20%), 2 = kurang (40%), 3 = sedang (60%), 4 = baik (80%),
dan 5 =sangat baik (100%)

Komentar penilai

Nama Penilai Paraf/Stempel

2
HALAMAN PENGESAHAN

Referat dengan judul :

Katarak Senilis Imatur


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan kepanitraan klinik
Ilmu Penyakit Mata RSAU Dr.Esnawan Antariksa periode 3 Agustus – 5 September 2020

Disusun Oleh:
Martha Simona
112018030

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Dian Mulyawarman, Sp.M selaku dokter pembimbing
Departement Mata RSAU Dr. Esnawan Antariksa

Jakarta, September 2020


Pembimbing

dr. Dian Mulyawarman, Sp.M

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………...................……………………….……1


LEMBAR PENILAIAN ………………………………...................……………………...2
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………...................………………..3
DAFTAR ISI …………………………………………………....................………...…….4
PENDAHULUAN...……………………………………………………....................……..5
PEMBAHASAN..............……………………………………………...................………..6
KESIMPULAN .............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………....................……………….21

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa,
denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat terjadi akibat pengaruh kelainan
kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan bermacam-macam penyakit mata dapat
mengakibatkan katarak, seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta
populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka menjelang
tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta. Katarak senilis merupakan
jenis katarak yang paling sering ditemukan dimana 90 % dari seluruh kasus katarak adalah
katarak senilis. Suatu studi yang dilakukan oleh Walmer Eye Institute pada tahun 2004
mencatat sekitar 20,5 juta penduduk usia lebih dari 40 tahun di Amerika menderita katarak
pada kedua matanya dan sekitar 6,1 juta diantaranya merupakan pseudofaki atau afaki.
Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 30,1 juta kasus katarak dan 9,1 juta kasus
dengan pseudofaki atau afaki pada tahun 2020.1 Berdasarkan usia penderitanya, katarak
dapat diklasifikasikan menjadi katarak kongenital yang sudah terlihat pada usia dibawah 1
tahun, katarak juvenile yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis yang mengenai
orang-orang berusia diatas 50 tahun. Diantara ketiganya, katarak senilis merupakan jenis
katarak yang paling sering terjadi.2
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Pengobatan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa
diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraocular. Dengan
peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum, selama, dan post
operasi, diharapkan penanganan katarak dapat lebih diperluas sehingga prevalensi kebutaan
di Indonesia dapat diturunkan.1

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa


2.1.1 Anatomi Lensa
Lensa merupakan salah satu media refraktif yang penting di mata yang berfungsi untuk
memfokuskan cahaya ke retina. Lensa terletak diantara iris dan corpus vitreous yang bersifat
transparan, bikonveks, menyerupai kristal. Diameternya berkisar antara 9-10 mm dan
ketebalannya bervariasi menurut umur antara 3,5 mm (saat lahir) hingga 5 mm. Beratnya sekitar
135 mg (0-9 tahun) hingga 225 mg (40-80 tahun). Lensa memiliki dua permukaan.Bagian
anterior kurang cembung dibandingkan posterior (radius kurvatura 10 mm:6 mm). Kedua
permukaan ini bertemu pada satu garis ekuator.Indeks refraksi lensa adalah 1,39 dan kekuatan
lensa mencapai 15-16 Dioptri. Daya akomodasi lensa berbeda beda bergantung pada umur
meliputi 14-16 D (saat lahir), 7-8 D (pada usia 25 tahun) dan 1-2 D (pada usia 50 tahun). 3

Gambar 1. Bentuk dari lensa dan posisinya pada bola mata


2.1.2 Struktur Lensa4

1. Kapsula Lensa

Merupakan bagian yang tipis, transparan dan dikelilingi membran hyaline yang lebih
tebal pada bagian anterior dibandingkan posterior lensa. Kapsula lensa paling tebal pada regio
preekuator (14 μ) dan paling tipis pada kutub posterior (3 μ).
6
2. Epitel Lensa.

Merupakan lapisan sel kuboid tunggal yang terletak lebih dalam dari kapsula anterior.
Pada area ekuator, sel ini berubah menjadi kolumnar yang secara aktif membelah dan
memanjang untuk membentuk serat lensa baru sepanjang masa hidup. Tidak ada epitel pada
bagian posterior karena sel ini mengisi kavitas sentral lensa selama periode pembentukan
lensa.

3. Nukleus dan Korteks Lensa

Sel epitelial memanjang membentuk serat lensa yang memiliki struktur yang rumit.
Serat lensa yang matur adalah sel yang telah kehilangan inti. Karena serat lensa dibentuk
sepanjang usia kehidupan, lensa ini tersusun dan akan membentuk suatu barisan teratur
sebagai nukleus dan korteks dari lensa.
a. Nukleus.
Merupakan bagian pusat lensa yang mengandung serat lensa yang paling tua.
Nukleus tersusun atas zona yang berbeda yang tersusun sesuai dengan perlangsungan
perkembangan lensa. Melalui cahaya slit lamp, area ini akan terlihat sebagai zona yang
tidak bersambung. Bergantung pada waktu perkembangannya, zona pada lensa meliputi:
- Nukleus Embrionik. Merupakan bagian nukleus yang paling dalam yang terbentuk
pada trimester pertama kehamilan. Bagian ini mengandung serat lensa primer yang
dibentuk dari elongasi sel dari dinding posterior vesikel lensa.
- Nukleus Fetal. Tersusun diatas nukleus embrionik dan terbentuk sejak dari
trimester pertama hingga kelahiran bayi, Seratnya bertemu pada suatu sutura
dimana pada bagian anterior beberntuk Y dan bagian posterior berbentuk Y
terbalik.
- Nukleus Infantil. Terbentuk sejak lahir hingga mencapai pubertas
- Nukleus Dewasa.Terbentuk mulai dari pubertas hingga sepanjang hidup

7
b. Korteks.

Merupakan bagian perifer yang mengandung serat lensa yang paling muda

Gambar 2. Anatomi Lensa

4. Zonula Zinn
Juga disebut sebagai zonula siliaris yang terbentuk dari sekelompok serat yang
berasal dari badan siliar hingga ke lensa. Serat ini akan menahan lensa pada posisi tertentu
dan memungkinkan otot siliaris menggerakkannya. Serat ini digolongkan dalam tiga
kelompok:
a. Serat yang berasal dari pars plana dan bagian anterior ora serrata berjalan anterior
menuju ke equator anterior.
b. Serat yang berasal dari prosesus siliaris yang berlawanan dengan bagian anterior
berjalan secara posterior menuju ke bagian posterior equator
c. Kelompok serat yang ketiga yang berjalan dari bagian tengah prosesus siliaris
menempel langsung ke equator.

2.1.3 Fisiologi Lensa


Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan

8
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga
terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk
memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.2

2.1.4 Metabolisme Lensa Normal


Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di
bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian
posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous
humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk
menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar
kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui
glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan
NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation
reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa
menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogen

2.2 Katarak Senilis Imatur


Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium katarak senilis, dimana pada
stadium ini kekeruhan lensa belum terjadi disemua bagian lensa. Kekeruhan pada stadium ini
utamanya terjadi di bagian posterior dan belakang nukleus lensa. Pada katarak imatur, volume
lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada
keadaan ini, lensa akan mencembung dan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi
glaukoma sekunder.1,2

9
2.2.1 Etiologi
Penyebab terjadinya katarak bermacam-macam. Umumnya adalah usia lanjut (katarak
senil), tetapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin,
genetik, dan gangguan perkembangan. Dapat juga terjadi karena traumatik, terapi kortikosteroid
metabolik, dan kelainan sistemik atau metabolik, seperti diabetes mellitus, galaktosemia, dan
distrofi miotonik. Rokok dan konsumsi alkohol meningkatkan resiko katarak.1
Diduga katarak senilis terjadi karena:
1) Proses pada nucleus
Oleh karena serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke
arah tengah maka serabut-serabut lensa bagian tengah akan menjadi lebih padat
(nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium (Ca) dan sklerosis. Pada
nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi
hipermetropi.
2) Proses pada korteks
Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang berisi air dan penimbunan ion Ca
sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak menjadi lebih
miopi.1

2.2.2 Epidemiolgi
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta populasi dunia
mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka menjelang tahun 2020, angka ini
akan meningkat menjadi empat puluh juta.3
Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan. 90% dari seluruh kasus
katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5 % dari golongan usia 70 tahun dan 10% dari golongan
usia 80 tahun harus menjalani operasi katarak.

10
2.2.3 Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui. Diduga
adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan dalam terjadinya katarak senilis dan
belum sepenuhnya diketahui.4
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi tuanya
seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi
padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang.
Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa’ yang
mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi
perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan berat molekul yang tinggi dan
mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan
mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan pigmen
pada nuklear lensa.
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia lensa
mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini
dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang.
Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna putih
dan abu-abu./ Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti
korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin
padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama sekali.4
Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan paparan sinar UV yang tinggi menjadi
faktor risiko perembangan katarak sinilis.

2.2.4 Klasifikasi katarak senilis


A. Klasifikasi Katarak
Katarak berdasarkan kekeruhan yang sudah terjadi dapat dibedakan menjadi 4 macam,
1,2,6
yaitu :
1. Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dasar di
perifer dan daerah jernih membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih di
antaranya. Kekeruhan biasanya teletak di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini

11
pada umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan. Bila dilakukan uji bayangan iris akan
positif.
2. Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah
cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana
mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke
depan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit. Pada stadium intumensen ini akan
mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji bayangan iris pada keadaan ini positif.
3. Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama
hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris
tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal
kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran
menyeluruh karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat
negatif.
4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan berwarna
kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke
arah bawah (katarak morgagni). Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik mata
menjadi dalam. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.
Tabel 2. Perbedaan derajat kekeruhan katarak1,2

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Visus 6/6 ↓ (6/6 – 1/60) ↓↓ (1/300-1/~) ↓↓ (1/300-
1/~)
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

12
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

Berdasarkan morfogi katarak diklasifikasikan menjadi:3,5,6


1. Katarak Kortikal (soft cataract), kekeruhan lensa yang terjadi pada bagian korteks.
Perubahan hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah dalam pola radial di
sekeliling daerah ekuator. Katarak ini cenderung bilateral.
2. Katarak Nuklear (hard cataract), merupakan tipe yang paling banyak ditemukan pada
katarak senilis, kekeruhan pada lensa berada pada daerah nukleus lensa, tipe ini merupakan
akibat perubahan alami metebolisme lensa. Gejala yang paling dini mungkin berupa
membaiknya penglihatan dekat tanpa kacamata (“penglihatan kedua”). Ini merupakan akibat
meningkatnya kekuatan fokus lensa bagian sentral, menyebabkan refraksi bergeser ke
miopia (penglihatan dekat). Gejala lain dapat berupa diskriminasi warna yang buruk atau
diplopia monokular. Sebagian besar katarak nuklear adalah bilateral.
3. Katarak Subkapsular posterior, terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian
sentral. Gejala antara lain “glare” dan penurunan penglihatan pada kondisi pencahayaan
yang terang. Kekeruhan lensa dapat timbul akibat trauma, penggunaan kortikosteroid
(topikal atau sistemik), peradangan atau pajanan radiasi pengion.
Ketiga tipe katarak tersebut dilakukan pemeriksaan slitlamp dengan menggunakan kriteria Lens
Opacity Classification System (LOCS) III untuk mengetahui derajat keparahan katarak dan
menentukan rencana terapi pembedahan katarak sehingga dapat memperkecil kemungkinan
terjadinya komplikasi. Katarak nuklear dilakukan penilaian nuclear opalescense (NO) dan
intensitas kekeruhannya, nuclear color (NC). Katarak kortikal (C) dinilai dengan
membandingkan kumpulan cortical spoking pada pasien dengan standar fotografi. Katarak
subkapsular posterior (P) juga ditentukan dengan membandingkan kekeruhan tersebut dengan
standar fotografi. Pemeriksaan derajat dari masingmasing tipe diperoleh dengan

13
membandingkan lokasi kekeruhan lensa pasien dengan skala yang terdapat pada standar
fototgrafi. Kriteria LOCS III terdiri dari 4 skala desimal untuk masing-masing NO, NC, C dan
P. NC dan NO dikelompokkan dengan skala desimal dari 0,1 sampai 6,9. Derajat C dan P
6
dikelompokkan dengan skala desimal dari 0,1 sampai 5,9.

Gambar 3. Standar fotografi LOCS III berukuran 8.5 x 11 inci pada color transparency
yang digunakan pada pemeriksaan slitlamp.6
2.2.5 Tanda dan gejala
Katarak biasanya terbentuk secara perlahan sehingga terkadang gejala yang timbul tidak
dirasakan oleh penderitanya. Gejala yang sering dikeluhakan oleh penderita katarak antara lain:
 Penglihatan berawan, kabur atau berkabut
 Lebih nyaman saat melihat jarak dekat
 Perubahan persepsi warna
 Fotosensitif baik pada malam hari maupun siang hari
 Penglihatan ganda (double vision)
 Perubahan ukuran kacamata yang signifikan2,5

Tanda katarak yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik, yakni:1,3


 Penurunan visus
Derajat penurunan visus tergantung pada tipe katarak dan kondisi saat
pemeriksaan.Pemeriksaan visus juga sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan pinhole untuk mengeliminasi efek refractive error.Ini dapat diperiksa
dengan menggunakan Snellen chart atau reading card.

14
 Penurunan refleks merah pada oftalmoskopi
Ketika oftalmoskop digunakan untuk melihat segmen posterior mata, maka
biasanya akan terlihat pantulan fundus yang dikenal sebagai red reflex. Bila terdapat
kekaburan antara kornea dan retina, maka refleks merah ini akan berkurang atau
menghilang.
 Perubahan penampakan lensa
Perubahan penampakan lensa dapat kita periksa dengan menggunakan penlight
sederhana atau slit lamp, dimana ditemukan lensa yang keruh.

Gambar 4. Tanda-tanda katarak Senile

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lain yang biasanya dilakukan sebagai bagian dari tindakan preoperatif untuk
menentukan kelayakan operasi, teknik operasi, pemasangan IOL, maupun untuk evaluasi
postoperatif.4,5
 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, fungsi ginjal, dan fungsi hati perlu dilakukan untuk mengetahui
layak tidaknya seseorang dioperasi.

15
 Pemeriksaan tonometri
Dilakukan untuk memastikan ada tidaknya penyulit seperti glaukoma.
 Biometri
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kekuatan dioptri lensa inta okular (IOL)
yang sebaiknya dipasangkan pada pasien.5

2.2.6 Diagnosis

Diagnosa katarak dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan


laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai.
Penyakit seperti Diabetes Mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu
dideteksi secara dini dan bisa dikontrol sebelum operasi.4,7
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat
memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat
juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea
harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah
pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik,
atau katarak hipermatur. Kemudian lakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium
pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari
integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai
gangguan penglihatan.3

2.2.7 Penatalaksanaan

Satu-satunya terapi katarak adalah tindakan bedah. Pembedahan dilakukan jika penderita
tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegiatannya sehari-
hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanyadengan mengganti
kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa

16
pembesar. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.Indikasi
operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:1
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam penglihatan
pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak
seharusnya dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika prognosis
kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus, namun
kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada pasien muda, maka
operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam meskipun
pengelihatan tidak akan kembali.
Dahulu bedah katarak dilakukan dengan teknologi yang disebut ECCE dan ICCE masih
memerlukan sayatan lebar untuk mengeluarkan lensa secara utuh, sehingga pasien pun harus
mendapatkan jahitan yang cukup banyak pada matanya yang mengakibatkan proses pemulihan
matanya menjadi lama. Sekarang dengan teknologi fakoemulsifikasi sayatan pada mata menjadi
sangat kecil dan seringkali tidak memerlukan jahitan.2,6

I. Metode “Ekstraksi intrakapsuler (ICCE)”, yang jarang lagi dilakukan sekarang adalah
mengangkat lensa in toto yakni didalam kapsulnya melalui limbus superior 140-160 derajat.
ICCE dilakukan pada negara-negara dimana terdapat keterbatasan mikroskop untuk
melakukan operasi katarak. ICCE diindikasikan pada kasus-kasus katarak tidak stabil,

17
intumesen, hipermatur, dan katarak luksasi. Kontraindikasi absolut ICCE adalah katarak pada
anak dan dewasa muda serta katarak traumatik dengan ruptur kapsul. Kontraindikasi relatif
ICCE adalah miopi tinggi, sindrom Marfan, katarak Morgagni.

II. Metode ”Ekstraksi ekstra kapsuler (ECCE)”, yang saat ini masih sering dipakai juga
memerlukan insisi limbus superior. Bagian anterior kapsul dipotong atau diangkat, nukleus
diekstraksi dan korteks lensa dinuang dari mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi,
sehingga meninggalkan kapsul posterior. ECCE diindikasikan untuk operasi katarak yang
diiringi dengan pemasangan IOL atau penambahan kacamata baca, terjadinya perlengketan
luas antara iris dan lensa, ablasi atau prolaps badan kaca. Kontraidikasi ECCE adalah pada
keadaan dimana terjadi insufisiensi zonula zinni.7

III. Metode Small Incision Cataract Surgeryyang merupakan bagian dari ECCE denga irisan
yang lebih kecil sehingga hampir tak perlu dijahit.

IV. Metode fakoemulsifikasi yaitu dengan sayatan kecil dan tidak memerlukan benang. Ada
berbagai keuntungan dari metode tersebut, antara lain tanpa dijahit. Ini karena sayatannya
kecil. Kalaupun perlu jahitan hanya satu jahitan. Fakofragmentasi atau fakoemulsi dengan
irigasi atau aspirasi atau keduanya adalah teknik ekstrakapsuler yang menggunakan getaran-
getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui incisi limbus yang kecil
(2-5mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka operasi dan keluhan mata merah tidak
lama.8
Setelah operasi, semua pasien membutuhkan koreksi kekuatan tambahan untuk
memfokuskan benda dekat dibandingkan untuk melihat jauh. Akomodasi hilang dengan
diangkatnya lensa. Kekuatan yang hilang pada sistem optik mata tersebut harus digantikan
oleh kacamata afakia yang tebal, lensa kontak yang tipis atau implantasi lensa plastik (IOL)
di dalam bola mata.

18
Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian Operasi Katarak9
Metode Indikasi Keuntungan Kerugian
ICCE Zonula lemah  Tidak ada resiko  Resiko tinggi kebocoran
katarak sekunder. vitreous (20%).
 Peralatan yang  Astigmatisme.
dibutuhkan sedikit.  Rehabilitasi visual
terhambat.
 IOL di COA atau dijahit
di posterior.
ECCE  Lensa sangat  Peralatan yang  Astigmatisme.
keras. dibutuhkan paling  Rehabilitasi visual
 Endotel sedikit. terhambat.
kornea kurang  Baik untuk endotel
bagus. kornea.
 IOL di COP.
Phaco Sebagian besar Rehabilitasi visual  Peralatan / instrumen
katarak kecuali cepat. mahal.
katarak  Pelatihan lama.
Morgagni dan  Ultrasound dapat
trauma. mempengaruhi endotel
kornea.

IOL adalah sebuah lensa jernih berupa plastik fleksibel yang difiksasi ke dalam
mata atau dekat dengan posisi lensa alami yang mengiringi ECCE. Sebuah IOL dapat
menghasilkan pembesaran dan distorsi minimal dengan sedikit kehilangan persepsi dalam
atau tajam penglihatan perifer.10
IOL bersifat permanen, tidak membutuhkan perawatan dan penanganan khusus
dan tidak dirasakan pasien atau diperhatikan orang lain. Dengan sebuah IOL kacamata
baca dan kacamata untuk melihat dekat biasanya tetap dibutuhkan dan umumnya
dibutuhkan kacamata tipis untuk penglihatan jauh.9

19
Kontraindikasi implantasi IOL antara lain adalah pasien menolak, uveitis
berulang, retinopati diabetik progresif, rubeosis iridis dan glaukoma
neovaskuler.9Tentunya setiap tindakan operasi memiliki resiko, yang paling buruk adalah
hilangnya penglihatan secara permanen. Setelah dilakukan operasi masih mungkin
muncul masalah pada mata, sehingga diperlukan kontrol post operasi yang teratur.11

Tabel 3. Komplikasi Operasi Katarak8


KOMPLIKASI OPERASI
 Infeksi,endoftalmitis  Disfotopsia
 Perdarahan  Dislokasi IOL
 Cystoid macular oedema  Kekeruhan pada kapsul
 Edema kornea lensa
 Rupture kapsul lensa  Ablasio retina
 Ablasio retina  Fibrosis dan kontraksi
kapsul
 Ptosis

2.2.8 Prognosis

Terkait usia katarak senil biasanya progresif yang lambat selama bertahun-tahun dan
kematian dapat terjadi sebelum diperlukannya operasi.10 Jika operasi diindikasikan, ekstraksi
lensa dapat meningkatkan ketajaman visual dalam lebih dari 90% kasus. Pasien telah terjadi
kerusakan retina atau mengalami komplikasi pascaoperasi serius tidak dapat mencegah perbaikan
visual yang signifikan, misalnya, glaukoma, ablasi retina, perdarahan intraokular, atau infeksi.
Lensa intraocular yang telah dibuat untuk penyesuaian setelah operasi katarak jauh lebih mudah
daripada kacamata katarak yang tebal atau lensa kontak aphakic yang tersedia.3

20
BAB III
KESIMPULAN
katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina,
yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan. Katarak
senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu-satunya gejala adalah distorsi
penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur. Pengobatan definitif katarak adalah
tindakan pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun
sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari atau adanya indikasi medis lainnya seperti
timbulnya penyulit. Pembedahan katarak dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain
EKIK, EKEK, dan fakoemulsifikasi.12 Setelah dilakukan pembedahan, lensa diganti dengan
kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokuler

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of


Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.
2. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2010. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI
3. Victor V. Cataract Senile (Diambil tanggal 9 agustus 2020). Tersedia di :
http://www.emedicine.com
4. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum Edisi 14. Penerbit Widya
medika. Jakarta: 2000.
5. Association TEMD. Basic and Clinical Science Course: Lens and Cataract. American
Academy of Opthamology, 2013.
6. Davison JA and Jr LTC. Clinical Application of The Lens Opacities Classification
System III in The Performance of Phacoemulsification. J Cataract Refract Surgery. 2003;
29: 138-45. 23. Bollinger KE and Langston RHS.
7. Dhawan, Shanjay. Lens and Cataract. Diakses dari internet
http://sdhawan.com/ophthalmology/lens.html tanggal 9 agustus 2020
8. www.insight.med.utah.edu. diakses 9 agustus 2020
9. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American Academy of
opthalmology. 2004.
10. Cataract Surgery (Diambil tanggal 9 agustus 2020). Tersedia di
http://en.wikipedia.org/wiki/cataractsurgery
11. Cataracts. Diambil tanggal 9 agustus 2020). Tersedia di
http://www.nortwesteyeclinic.com
12. Wijana, Nana, dr., Ilmu Penyakit Mata. Bandung.

22

Anda mungkin juga menyukai