Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

KATARAK PRESENILIS IMATUR

Oleh:

Ni Wayan Japa Wrastiani 1302006015


Karthigeyan Manogaram 1302006290
Yosep Made Pius Cardia 1302006210
Kadek Cahaya Wulandari 1300200259

Pembimbing:

dr. Ni Made Ayu Surasmiati, M. Biomed, Sp.M

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI LAB/SMF ILMU KESEHATAN MATA

RSUP SANGLAH DENPASAR

JULI 2017
LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS MATUR

Oleh:

Ni Wayan Japa Wrastiani 1302006015


Karthigeyan Manogaram 1302006290
Yosep Made Pius Cardia 1302006210
Kadek Cahaya Wulandari 1300200259

Pembimbing:

dr. Ni Made Ayu Surasmiati, M. Biomed, Sp.M

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI LAB/SMF ILMU KESEHATAN MATA
RSUP SANGLAH DENPASAR
JULI 2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya, laporan kasus yang berjudul “Katarak Presenilis Imatur” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan kasus ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, petunjuk serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat:
1. dr. I Putu Budhiastra, Sp.M (K) selaku Kepala Bagian/SMF Ilmu Kesehatan
Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar,
2. dr. Ari Andayani, Sp.M (K) selaku Koordinator Pendidikan Bagian/SMF
Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar,
3. dr. Ni Made Ayu Surasmiati, M. Biomed, Sp.M selaku Dokter Spesialis
Mata Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah
Denpasar yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan dalam
penyusunan laporan ini,
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
laporan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan
memberi manfaat bagi masyarakat.

Denpasar, November 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
2.1 ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA ................................................. 2
2.2 FISIOLOGI LENSA ................................................................................. 3
2.3 KATARAK .............................................................................................. 4
2.3.1 DEFINISI KATARAK ..................................................................... 4
2.3.2 ETIOLOGI ........................................................................................ 5
2.3.3 PATOFISIOLOGI ............................................................................. 6
2.3.4 KLASIFIKASI KATARAK.............................................................. 7
2.3.5 KATARAK DEVELOPMENTAL ................................................... 8
2.3.6 KATARAK DEGENERATIF........................................................... 9
2.3.7 MANIFESTASI KLINIK................................................................ 14
2.3.8 DIAGNOSA .................................................................................... 16
2.3.9 KOMPLIKASI ................................................................................ 17
2.3.10 PENATALAKSANAAN ................................................................ 17
2.3.11 PENCEGAHAN.............................................................................. 20
2.3.12 PROGNOSIS .................................................................................. 20
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................ 21
3.1 IDENTITAS PASIEN ............................................................................ 21
3.2 ANAMNESIS ......................................................................................... 21
3.3 PEMERIKSAAN FISIK ......................................................................... 22
3.4 DIAGNOSIS BANDING ....................................................................... 24
3.5 DIAGNOSIS KERJA ............................................................................. 24
3.6 PENATALAKSANAAN ....................................................................... 24
3.7 KIE ......................................................................................................... 24
3.9 PROGNOSIS .......................................................................................... 24
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 25
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Katarak merupakan suatu penyakit yang di sebabkan oleh kekeruhan pada lensa,
dimana penyakit katarak ini bisa menyebabkan kebutaan pada seseorang. Katarak
disebabkan karena terjadi penebalan pada lensa secara progresif. Dimana ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak seperti penuaan, trauma,
toksin, pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid, orang dengan penyakit
sistemik, dan perokok. Banyak orang tidak mengetahui gejala awal dari katarak
karena perubahan tajam pengelihatan yang turun secara perlahan.1,2
Katarak di klasifikasikan baik menurut usia ataupun penyebabnya. Dimana
klasifikasi katarak menurut usia yaitu katarak kongenital, juvenile, presenilis dan
senelis. Dimana angka kejadian katarak sendiri yang disebabkan oleh faktor usia
yaitu 50 % pada usia 65 tahun sampai 74 tahun dan 70 % pada usia > 70 tahun.1,2
Penyakit katarak sendiri ditandai dengan pengelihatan yang kabur dimana
ini disebabkan oleh kekeruhan pada lensa. Dimana kekeruhan lensa ini terjadi
karena akibat dari hidrasi, denaturasi protein pada lensa, atau bisa saja terjadi
keduanya yang biasanya ini terjadi pada kedua mata secara progresif. Dimana ada
beberapa stadium pada katarak senilis antara lain: insipient, imatur, matur dan
hipermatur dimana kondisi ini bisa mempengaruhi kondisi tajam pengelihatan.1
Terapi pada kasus katarak yaitu dengan teknik pembedahan, dimana terapi
ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi mata orang tersebut. Dimana ada
beberapa teknik pembedahan yaitu : Intracapsullar Cataract Extraction ( ICCE),
Extracapsullar Cataract Extraction ( ECCE), Small Incision Cataract Surgery (
SICS), dan Fakoemulsifikasi.
Tingginya angka kejadian katarak serta dampak yang dapat ditimbulkan,
membuat penulis mengangkat tema katarak dalam laporan ini untuk di pelajari lebih
lanjut.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA


Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin terletak
di antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm dengan
ketebalan 3,5 mm – 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang
berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa
pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul merupakan membran
dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. Permukaan anterior dan
posterior lensa memiliki beda kelengkungan, dimana permukaan anterior lensa
lebih melengkung dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan ini bertemu di
bagian ekuator. Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39,
dan memilki kekuatan hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya usia,
kemampuan akomodasi lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan
menurun.1,2
Struktur lensa dapat diurai menjadi :1,2
1) Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa
tersusun dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa.
Kapsul berfungsi untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi.
Kapsul lensa paling tebal pada bagian anterior dan posterior zona
preekuator (14 um,) dan paling tipis pada bagian tengah kutub posterior
(3um).
2) Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior.
Merupakan selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan lensa dan regenerasi serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini
berproliferasi dengan aktif untuk membentuk serat lensa baru.
3) Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa
yang matur adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan

2
3

membentuk korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak
oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.
4) Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat
tergantungnya lensa, sehingga lensa terfiksasi di dalam mata.
Ligamentum suspensorium menempel pada lensa di bagian anterior dan
posterior kapsul lensa. Ligamentum suspensorium merupakan panjangan
dari corpus silliaris.

Gambar 3. Anatomi Lensa

2.2 FISIOLOGI LENSA


1) Transparansi lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous
humour sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan
produknya. Namun hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous
humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada ditengah lensa membangun
jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low
resistance gap junction antar sel.1,2
2) Akomodasi lensa
4

Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk


mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk
menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi
terjadi akibat perubahan lensa oleh badan silliar terhadap serat zonula. Saat
m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga
lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin
kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang nervus
III. Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh
karena terjadinya kekakuan pada nukelus.1,2
Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:

Gambar 4. Fisiologi Lensa

2.3 KATARAK
2.3.1 DEFINISI KATARAK
Katarak berasal dari Yunani “Katarrhakies”, Inggris “Cataract”, Latin
“Cataracta” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, dan proses penuaan.1,3,4
Kekeruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina,
sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat
kabur. Mereka mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami
gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensanya.1,3,4
5

Gambar 5. Katarak Pada Lensa


Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi
secara instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita
terganggu secara tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular
dari satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara
bersamaan.1,3,4
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien
mungkin meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan
pembedahan maka pengangkatan lensa akan memperbaiki ketajaman penglihtan
pada > 90% kasus. Sisanya mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami
penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infeksi yang
menghambat pemulihan daya pandang.1,3,4

2.3.2 ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.
Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus
pada saat hamil muda atau pada usia dewasa.4
Penyebab katarak lainnya meliputi:4
a. Faktor keturunan
b. Cacat bawaan sejak lahir
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes melitus
d. Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid
e. Gangguan pertumbuhan
6

f. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
g. Asap rokok
h. Operasi mata sebelumnya
i. Trauma (kecelakaan) pada mata
j. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui

2.3.3 PATOFISIOLOGI
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi
dan sklerosis.3
Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa
yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa.
Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang
menyebabkan kekeruhan lensa.3,4
Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut
kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah.
Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah
sklerosis nukleus lensa.3,4
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:3,4
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopia
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah protein
nukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung
histidin dan triptofan di banding normal.
7

d. Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan


menghalangi foto oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada
serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar
lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa
menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan terhambatnya jalan cahaya ke
retina.3,4

Gambar 6. Bagan Patofisiologi Katarak

2.3.4 KLASIFIKASI KATARAK


a) Menurut kejadian
1. Katarak Developmental
2. Katara Degeneratif
b) Menurut Umur
1. Katarak kongenital
2. Katarak juvenile
8

3. Katarak presenilis
4. katarak senil
c) Menurut Konsistensi
1. Katarak cair
2. Katarak lunak
3. Katarak keras
d) Menurut lokasi kekeruhannya
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
e) Menurut warna
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak Brusnesecent (coklat)
f) Menurut bentuk kekeruhan
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier

2.3.5 KATARAK DEVELOPMENTAL


I. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika
lahir (atau beberapa saat kemudian) dan berkembang pada tahun pertama
dalam hidupnya. Katarak kongenital bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh infeksi
kongenital, seperti rubella, berhubungan dengan penyakit anabolik, seperti
galaktosemia. Katarak kongenital dianggap sering ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit misalnya Diabetes
Melitus. Jenis katarak ini jarang terjadi. Faktor risiko terjadinya katarak
kongenital adalah penyakit metabolik yang diturunkan, riwayat katarak
dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam
kandungan.3,4
9

Gambar 7. Katarak Kongenital

II. Katarak Juvenil


Katarak juvenil terjadi pada anak-anak sesudah lahir, termasuk
kedalam katarak Developmental, karena terjadi pada waktu masih
terjadinya perkembangan serat-serat lensa. Konsistensinya lembek seperi
bubur disebut juga “soft cataract” .katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital.3,4
Pada katarak kongenital bilateral yang lengkap, operasi harus
dikerjakan pada bulan pertama, sejarak katarak itu diketahui pada kedua
mata. Katarak unilateral lengkap biasanya akibat trauma. Tindakan
pembedahan harus dilakukan jangan melebihi 6 bulan setelah katarak itu
diketahui, untuk menghindari ambliopia dan terjadinya strabismus.3,4

2.3.6 KATARAK DEGENERATIF


Katarak degeneratif dibagi menjadi dua, yaitu primer dan komplikata.3,4
I. Katarak Primer
Katarak primer menurut usia terbagi menjadi katarak presenile biasanya
pada usia 40-50 tahun dan katarak senilis, usia lebih dari 50 tahun.
a) Katarak Senilis Kortikal
Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
diatas usia 50 tahun keatas
10

Gambar 6. Katarak Senilis


Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak
ini biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, dan pasien mungkin
meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan. Apabila diindikasikan
pembedahan, maka eksraksi lensa akan secara definitif akan memperbaiki
ketajaman penglihatan pada lbih dari 90% kasus. Sisanya (10%) mungkin telah
mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius
misalnya glaukoma, ablasi retina, perdarahan korpus vitreum, infeksi atau
pertumbuhan epitel ke bawah kamera okuli anterior yang menghambat
pemulihan visual.3,4
Perubahan lensa pada usia lanjut :3,4
1) Kapsul: menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai
presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan
granular.
2) Epitel: sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
3) Serat lensa lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown
slerosis nucleus , sinar UV lama kelamaan merubah protein nukleus
lensa, korteks tidak bewarna.
Secara klinis katarak senilis dapat dibagi dalam 4 stadium, yaitu :3,4
1. Stadium Insipien
Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan visus. Visus pada
stadium ini bisa normal atau 6/6 – 6/20. Dengan koreksi, visus masih
dapat 5/5 – 5/6. Kekeruhan terutamaterdapat pada bagian perifer berupa
bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda), terutama mengenai korteks
11

anterior, sedangkan aksis masih terlihat jernih. Gambaran ini disebut


Spokes of wheel, yang nyata bila pupil dilebarkan.
2. Stadium Imatur
Sebagian lensa keruhtetapi belum mengenai seluruh lapis lensa.
Visus pada stadium ini 6/60 – 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat
dibagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada
kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada
yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan berada di posterior lensa, maka
sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi,
sehingga pada pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerah yang terang
sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang eruh dan
daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh.
Keadaan ini disebut shadow test (+).
Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang
mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi
berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi miopia.
Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris
terdorong kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi lebih
sempit, sehingga dapat menimbulkan glaukoma sebagai penyulitnya.
3. Stadium Matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua
sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior
lensa. Kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan
klasifikasi lensa. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata depan akan
berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada
lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif (shadow test (-). Di
pupil tampak lensa seperti mutiara.
4. Stadium Hipermatur
Pada stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut yang
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
bewarna kuning dan kering. Visus pada stadium ini 1/300 – 1/~. Pada
12

pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-
kadang pengkerutan berjalan terus sehingga berhubungan dengan zonula
zinii menjadi kendur. Bila proses kekeruhan berjalan lanjut disertai
kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihtkan bentuk sebagai sekantung susu
disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena
lebih berat. Keadaan ini disebut katarak morgagni.
13

Menurut mansjoer (2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu sesuai
dengan tabel berikut :

Insipiens Matur Imatur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Kurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow Test Negative Positif Negative Pseudopositif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis,Glaukoma

Tabel 1. Stadium Maturitas pada Katarak

b) Katarak senilis nuklear


Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan
lensa menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi.4
Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses
sklerotik, dimana lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang
mengakibatkan menurunnya kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi
obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi dimulai dari
sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit
pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus berwarna coklat (katarak
brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen dan jarang
berwarna merah (katarak rubra).4
14

Gambar 8. Katarak Nigra, Brunescens dan Rubra pada Katarak Nuklear

Tingkat kekeruhan lensa pada katarak senilis dapat dibagi menjadi lima grade
berdasarkan klasifikasi Buratto5:
 Grade 1 ditandai dengan visus yang masih lebih baik dari 6/12, lensa tampak
sedikit keruh dengan warna agak keputihan, dan refleks fundus juga masih
dengan mudah diperoleh.
 Grade 2 ditandai oleh nukleus yang mulai sedikit berwarna kekuningan,
visus biasanya antara 6/12 sampai 6/30 dan refleks fundus juga masih
mudah diperoleh.
 Grade 3 ditandai nukleus tampak berwarna kuning disertai dengan
kekeruhan korteks yang berwarna keabu-abuan, visus biasanya antara 3/60
sampai 6/30.
 Grade 4 ditandai dengan nukleus yang sudah berwarna kuning kecoklatan,
visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60, refleks fundus dan keadaan fundus
sudah sulit dinilai, usia penderita biasanya sudah lebih dari 65 tahun.
 Grade 5 ditandai dengan nukleus berwarna coklat hingga kehitaman, visus
biasanya kurang dari 1/60

2.3.7 MANIFESTASI KLINIK


Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan
tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada
15

pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah
menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau
redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-
abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika
katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan.3,4
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk
menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan
langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau
kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada
siang hari.3,4
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi
secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan
bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.3,4
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:6
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata
16

Gambar 9. Perbandingan penglihatan normal dan katarak

2.3.8 DIAGNOSA
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.7
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior
dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur
intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis
penglihatannya.7
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa
tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus
dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat
mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak
hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada
17

katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.7

2.3.9 KOMPLIKASI
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaucoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi. Uveitis adalah
inflamasi salah satu struktur traktus uvea.7

2.3.10 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan utama untuk penderita katarak adalah dengan melakukan
pembedahan. Tidak ditemukan adanya manfaat dari pemberian suplementasi nutrisi
atau terapi farmakologi dalam mencegah atau memperlambat progresivitas dari
katarak. Namun, terapi definitif katarak adalah pembedahan. Pembedahan
dilakukan apabila terdapat indikasi seperti berikut ini8:

1. Penurunan tajam penglihatan sudah tidak dapat lagi ditoleransi oleh


penderita hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Apabila tajam
penglihatan penderita kurang dari 3/60 maka harus dilakukan
pembedahan.
2. Indikasi terapeutik, yaitu untuk mencegah munculnya komplikasi
seperti glaukoma sekunder.
3. Indikasi diagnostik, yaitu pembedahan dilakukan agar memudahkan
untuk mengevaluasi daerah dibelakang lensa misalnya pada penderita
katarak dengan riwayat diabetes melitus, katarak harus diekstraksi
sehingga retina dapat dievaluasi dengan baik.
4. Indikasi kosmetik
Apabila penglihatan penderita telah hilang akibat kelainan retina
ataupun nervus optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak
dapat diterima misalnya pada pasien muda, maka pembedahan katarak
dapat dilakukan untuk mengembalikan warna pupil menjadi hitam
meskipun penglihatan penderita tidak akan kembali.
18

5. Indikasi sosial, yaitu pembedahan dilakukan agar pasien dapat


melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri dan menjalankan fungsi
sosial dengan baik.
Dalam beberapa keadaan pembedahan tidak dianjurkan untuk dilakukan.
Keadaan yang menjadi kontraindikasi dilakukan pembedahan diantaranya7:
1. Penurunan tajam penglihatan yang masih dapat ditoleransi oleh penderita,
2. Tindakan pembedahan diperkirakan tidak akan memperbaiki tajam penglihatan
dan tidak adanya indikasi untuk dilakukan pembedahan lainnya,
3. Penderita tidak dapat menjalani bedah dengan aman karena keadaan medis atau
kelainan okular lainnya yang ada pada penderita, serta
4. Perawatan pasca bedah yang sesuai tidak bisa didapatkan oleh penderita.
Secara umum, pembedahan katarak dapat dilakukan melalui dua teknik yaitu
fakoemulsifikasi dan teknik ekstraksi katarak. Ada dua tipe bedah lensa yaitu intra
capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE).
Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada
ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi.7,9
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake
dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar.
Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder
dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE
tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang
dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan. 7,9
2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui
19

robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien


dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit
yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder. 7,9
3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan
untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan
menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa
Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat
kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Teknik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. 7,9

Gambar 10. Mekanisme Facoemulsification


20

2.3.11 PENCEGAHAN
Pencegahan katarak ditujukan pada faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Dokter harus menggunakan steroid pada dosis terapeutik yang paling kecil dan
dihentikan saat keadaan pasien sudah memungkinkan. Pasien yang menggunakan
steroid jangka panjang (topikal atau sistemik) harus diskrining untuk katarak.
Pasien disarankan untuk berhenti merokok, menghindari paparan sinar ultraviolet
dengan menggunakan kacamata saat berada diluar ruangan, dan menghindari
trauma pada mata dengan cara menggunakan kacamata atau alat pelindung mata
pada pekerja industri. Kemungkinan dari penggunaan antioksidan untuk
memberikan efek proteksi terhadap katarak telah diteliti, tetapi hasilnya tidak
bersifat konklusif. 7,9

2.3.12 PROGNOSIS
Prognosis katarak adalah baik dengan lebih dari 95% pasien mengalami
perbaikan visual setelah dilakukan operasi. Prognosis visual pada pasien anak yang
mengalami katarak dan menjalani operasi tidak sebaik pada pasien dengan katarak
yang berhubungan dengan umur. Prognosis untuk perbaikan kemampuan visual
paling buruk pada katarak kongenital unilateral yang dioperasi dan paling baik pada
katarak kongenital bilateral inkomplit yang bersifat progresif lambat. Prognosis
pasien dengan katarak sekunder biasanya baik dengan laser ndYAG. 7,9
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


No. RM : 17049863
Nama : AMR
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki Laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln Mekar II Blok A No 8 DPS
Tanggal pemeriksaan : 20 November 2017 pukul 11.05 WITA

3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pandangan kabur pada mata kiri
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUP Sanglah pada tanggal 20
November dengan keluhan pandangan kabur pada mata kiri. Keluhan ini
dialami pasien sejak 3 bulan yang lalu dan dirasakan makin memburuk.
Pasien mengatakan keluhan ini cukup mengganggu pekerjaan sehari-hari.
Pandangan pada mata kiri pasien tetap kabur walaupun pasien memicingkan
matanya. Pasien juga mengatakan silau pada mata kiri dan tidak nyaman saat
melihat cahaya terutama saat siang hari. Keluhan mata merah, gatal, keluar
secret, atau kotoran mata, demam, nyeri mata, pusing, maul dan muntah
disangkal. Riwayat trauma pada mata disangkal.

Riwayat Pengobatan
Kunjungan saat ini merupakan kunjungan pertama pasien di Poliklinik
Mata RSUP Sanglah. Riwayat konsumsi obat-obatan sebelumnya disangkal
oleh pasien.

21
22

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit mata dan sistemik lain seperti hipertensi, penyakit
jantung, ginjal, keganasan disangkal oleh pasien. Riwayat operasi
sebelumnya juga disangkal oleh pasien. Riwayat penggunaan kacamata juga
disangkal oleh pasien. Riwayat alergi obat dan makanan disangkal pasien.

Riwayat penyakit dalam keluarga


Riwayat keluhan serupa dalam keluarga disangkal. Riwayat penyakit
mata dan sistemik dalam keluarga seperti hipertensi, diabetes melitus,
penyakit jantung, ginjal, dan keganasan juga disangkal oleh pasien.

Riwayat pribadi dan sosial


Pasien berkerja sebagai pengrajin kayu dan kadang berkerja sebagai
sopir. Riwayat merokok dan konsumsi alkohol disangkal pasien.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Status Present (20 November 2017):
Kesadaran : GCS E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 kali/menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 18 kali/menit,
Suhu aksila : 36,5ºC

Pemeriksaan Umum (20 November 2017):


Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-), reflek pupil (+/+), edema palpebra
(-/-)
THT
Telinga : sekret (-/-), bentuk normal
Hidung : sekret (-), mukosa nasalis intak/intak, bentuk normal,
Bibir : Ulkus (-)
Lidah : Sianosis (-),
Tenggorokan : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-),
23

Leher : Pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)


Thorax : Simetris (+), retraksi (-) , deformitas (-)
Cor : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), BU (+) Normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Hangat +/+, edema - / - , CRT < 2 dtk

Status Oftalmologi (20 November 2017):


OD OS
6/6 Visus 6/15 PH 6/12
Normal Palpebra Normal
Tenang Konjungtiva Tenang
Jernih Kornea Jernih
Dalam Bilik Mata Depan Dalam
Bulat regular Iris Bulat regular
Refleks pupil (+) Pupil Refleks pupil (+)
Jernih, iris shadow (-) Lensa Keruh, iris shadow (+)
Jernih Vitreous Jernih
Refleks fundus (+) Funduskopi Refleks fundus (+)
19 Tekanan Intra Okular 20

Normal ke segala arah Gerakan bola mata Normal ke segala arah


24

Ocular Dextra Ocular Sinistra

3.4 DIAGNOSIS BANDING


OS Katarak Presinilis Imatur
OS Katarak Komplikata
3.5 DIAGNOSIS KERJA
OS Katarak Presenilis Imatur
3.6 PENATALAKSANAAN
OS Pro Phacoemulsification + IOL
Planning:
 Laboratorium: Darah Lengkap, HbA1C, Gula darah sewaktu, Gula
darah puasa
 Biometri, Keratometri, Retinometri, Specular
3.7 KIE
1. Menjelaskan pengertian penyakit, kemungkinan penyebab dan rencana
terapi pada pasien dan keluarga pasien.
2. Menjelaskan untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan mata.
3. Menjelaskan pentingnya pemakaian kacamata pelindung.
4. Menjelaskan perlunya kontrol kembali untuk pemeriksaan.
3.9 PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki 40 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUP Sanglah


pada tanggal 20 November 2017 dengan keluhan pandangan kabur pada mata
kiri. Keluhan ini dialami pasien sejak 3 bulan yang lalu dan dirasakan makin
memburuk. Pasien mengatakan keluhan ini cukup mengganggu pekerjaan
sehari-hari. Pandangan pada mata kiri pasien tetap kabur walaupun pasien
memicingkan matanya. Pasien juga mengatakan silau pada mata kiri dan tidak
nyaman saat melihat cahaya terutama saat siang hari. Keluhan mata merah,
gatal, keluar sekret, atau kotoran mata, demam, nyeri mata, pusing, maul dan
muntah disangkal. Riwayat trauma pada mata disangkal. Kunjungan saat ini
merupakan kunjungan pertama pasien di Poliklinik Mata RSUP Sanglah.
Riwayat konsumsi obat-obatan sebelumnya disangkal oleh pasien. Riwayat
penyakit mata dan sistemik lain seperti hipertensi, penyakit jantung, ginjal,
keganasan disangkal oleh pasien. Riwayat operasi sebelumnya juga disangkal
oleh pasien. Riwayat penggunaan kacamata juga disangkal oleh pasien.
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal pasien. Riwayat keluhan serupa
dalam keluarga disangkal. Riwayat penyakit mata dan sistemik dalam
keluarga seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, ginjal, dan
keganasan juga disangkal oleh pasien. Riwayat keluhan serupa dalam
keluarga disangkal. Riwayat penyakit mata dan sistemik dalam keluarga
seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, ginjal, dan keganasan
juga disangkal oleh pasien. Pasien berkerja sebagai pengrajin kayu dan
kadang berkerja sebagai sopir. Riwayat merokok dan konsumsi alkohol
disangkal pasien.
Secara teori, keluhan utama pasien berupa tajam penglihatan yang
menurun yang berlangsung secara perlahan-lahan disertai dengan silau jika
melihat cahaya merupakan gejala utama katarak.3,4 Pasien juga tidak pernah
memakai kacamata dan menderita penyakit mata sebelumnya. Karena usia
pasien diatas 40 tahun, maka diagnosis mengarah kepada katarak presenilis.
Katarak presenile merupakan katarak generatif primer yang terjadi pada usia

25
26

40-50 tahun.3-4 Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menegakkan diagnosis


lebih lanjut.
Pada pemeriksaan fisik, tanda vital dan status interna dalam batas
normal. Pada pemeriksaan mata, didapatkan visus mata kanan 6/6 dan mata
kiri 6/15 dengan pinhole 6/12. Palpebra dan konjungtiva dalam keadaan
normal. Kornea jernih. Kedua sudut bilik mata depan dalam. Iris mata kanan
dan kiri bulat regular. Reflek pupil pada mata kanan dan kiri normal, lensa
pada mata jernih dan pada mata kiri mengalami kekeruhan dengan iris
shadow (+). Hasil pemeriksaan funduskopi menunjukkan refleks fundus
positif pada kedua mata. Tekanan intra okuler mata kiri dan kanan masih
dalam rentangan normal yaitu 19 dan 20. Pada pemeriksaan kedudukan dan
pergerakan bola mata, didapatkan mata kanan dan mata kiri normal dan
kesegala arah. Dengan temuan dari pemeriksaan fisik, maka mata kanan
normal dan mata kiri mengarah kepada diagnosis katarak imatur karena tajam
pengelihatan yang menurun, tampilan lensa yang mulai keruh namun bagian
korteks masih bersih, dan ditemukan bayangan iris yang dipantulkan oleh
bagian lensa yang keruh serta refleks fundus masih ada pada mata kiri.
Sedangkan pada katarak matur tampilan seluruh lensa putih dan tidak
ditemukan iris shadow dan refleks fundus negatif.3,4,7 Penatalaksanaan utama
untuk penderita katarak adalah dengan melakukan pembedahan. Terdapat
beberapa indikasi untuk dilakukannya pembedahan diantaranya indikasi
optik, indikasi terapeutik, indikasi diagnostik, indikasi kosmetik, indikasi
sosial. Pada pasien ini disarankan untuk melakukan ekstraksi katarak dan
dijelaskan tentang penyakit, penyebab, dan rencana terapi, dijelaskan untuk
menjaga kesehatan dan kebersihan mata.
BAB V
SIMPULAN

Katarak presenilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia 40-50
tahun dimana dapat terjadi akibat hidrasi pada lensa maupun denaturasi pada
protein lensa. Gejala utama katarak adalah turunnya tajam penglihatan secara
bertahap dan dapat disertai silau saat melihat cahaya. Pada laporan kasus ini, pasien
laki-laki berusia 40 tahun didiagnosa dengan katarak presenilis imatur dimana
mempunyai keluhan uatama turunya tajam penglihatan pada mata kiri yang
perlahan disertai silau saat melihat cahaya. Pemeriksaan fisik didapatkan visus yang
menurun, iris shadow postif, dan reflek fundus positif. Penatalaksanaan utama yang
dapat dilakukan adalah pembedahan, dengan indikasi tertentu. Tindakan
pembedahan yang dapat dilakukan adalah ICCE, ECCE, SICS, dan
fakoemulsifikasi.

27
28

DAFTAR PUSTAKA
1. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc
Graw-Hill; 2008.
2. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol.
2011.
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China:
Elsevier : 2011.
4. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2014. Hal : 210-20.
5. Buratto L. Phacoemulsification. Thorofare, NJ: Slack Inc; 1998. Principles and
Techniques; pp. 3–21.
6. Online Journals of Ophthalmology, G. (2017). Atlas of Ophthalmology.
[online] Atlasofophthalmology.com. Tersedia pada:
http://www.atlasofophthalmology.com [diakses pada 20 Nov. 2017].
7. Vaughan, D.G.Asbury, T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya
Medika. Jakarta. 2000. Hal : 175-81.
8. Mutiarasari D, Handayani F. Katarak juvenil. Inspirasi. 2011., No.XIV.
9. James, B. Chew, C. Bron, A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Penerbit
Erlangga. Jakarta. 2005. Hal : 82.

Anda mungkin juga menyukai