Oleh:
Pembimbing:
JULI 2017
LAPORAN KASUS
Oleh:
Pembimbing:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya, laporan kasus yang berjudul “Katarak Presenilis Imatur” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan kasus ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, petunjuk serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat:
1. dr. I Putu Budhiastra, Sp.M (K) selaku Kepala Bagian/SMF Ilmu Kesehatan
Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar,
2. dr. Ari Andayani, Sp.M (K) selaku Koordinator Pendidikan Bagian/SMF
Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar,
3. dr. Ni Made Ayu Surasmiati, M. Biomed, Sp.M selaku Dokter Spesialis
Mata Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah
Denpasar yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan dalam
penyusunan laporan ini,
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
laporan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan
memberi manfaat bagi masyarakat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak merupakan suatu penyakit yang di sebabkan oleh kekeruhan pada lensa,
dimana penyakit katarak ini bisa menyebabkan kebutaan pada seseorang. Katarak
disebabkan karena terjadi penebalan pada lensa secara progresif. Dimana ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak seperti penuaan, trauma,
toksin, pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid, orang dengan penyakit
sistemik, dan perokok. Banyak orang tidak mengetahui gejala awal dari katarak
karena perubahan tajam pengelihatan yang turun secara perlahan.1,2
Katarak di klasifikasikan baik menurut usia ataupun penyebabnya. Dimana
klasifikasi katarak menurut usia yaitu katarak kongenital, juvenile, presenilis dan
senelis. Dimana angka kejadian katarak sendiri yang disebabkan oleh faktor usia
yaitu 50 % pada usia 65 tahun sampai 74 tahun dan 70 % pada usia > 70 tahun.1,2
Penyakit katarak sendiri ditandai dengan pengelihatan yang kabur dimana
ini disebabkan oleh kekeruhan pada lensa. Dimana kekeruhan lensa ini terjadi
karena akibat dari hidrasi, denaturasi protein pada lensa, atau bisa saja terjadi
keduanya yang biasanya ini terjadi pada kedua mata secara progresif. Dimana ada
beberapa stadium pada katarak senilis antara lain: insipient, imatur, matur dan
hipermatur dimana kondisi ini bisa mempengaruhi kondisi tajam pengelihatan.1
Terapi pada kasus katarak yaitu dengan teknik pembedahan, dimana terapi
ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi mata orang tersebut. Dimana ada
beberapa teknik pembedahan yaitu : Intracapsullar Cataract Extraction ( ICCE),
Extracapsullar Cataract Extraction ( ECCE), Small Incision Cataract Surgery (
SICS), dan Fakoemulsifikasi.
Tingginya angka kejadian katarak serta dampak yang dapat ditimbulkan,
membuat penulis mengangkat tema katarak dalam laporan ini untuk di pelajari lebih
lanjut.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
membentuk korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak
oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.
4) Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat
tergantungnya lensa, sehingga lensa terfiksasi di dalam mata.
Ligamentum suspensorium menempel pada lensa di bagian anterior dan
posterior kapsul lensa. Ligamentum suspensorium merupakan panjangan
dari corpus silliaris.
2.3 KATARAK
2.3.1 DEFINISI KATARAK
Katarak berasal dari Yunani “Katarrhakies”, Inggris “Cataract”, Latin
“Cataracta” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, dan proses penuaan.1,3,4
Kekeruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina,
sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat
kabur. Mereka mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami
gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensanya.1,3,4
5
2.3.2 ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.
Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus
pada saat hamil muda atau pada usia dewasa.4
Penyebab katarak lainnya meliputi:4
a. Faktor keturunan
b. Cacat bawaan sejak lahir
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes melitus
d. Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid
e. Gangguan pertumbuhan
6
f. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
g. Asap rokok
h. Operasi mata sebelumnya
i. Trauma (kecelakaan) pada mata
j. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui
2.3.3 PATOFISIOLOGI
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi
dan sklerosis.3
Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa
yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa.
Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang
menyebabkan kekeruhan lensa.3,4
Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut
kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah.
Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah
sklerosis nukleus lensa.3,4
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:3,4
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopia
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah protein
nukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung
histidin dan triptofan di banding normal.
7
3. Katarak presenilis
4. katarak senil
c) Menurut Konsistensi
1. Katarak cair
2. Katarak lunak
3. Katarak keras
d) Menurut lokasi kekeruhannya
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
e) Menurut warna
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak Brusnesecent (coklat)
f) Menurut bentuk kekeruhan
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier
pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-
kadang pengkerutan berjalan terus sehingga berhubungan dengan zonula
zinii menjadi kendur. Bila proses kekeruhan berjalan lanjut disertai
kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihtkan bentuk sebagai sekantung susu
disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena
lebih berat. Keadaan ini disebut katarak morgagni.
13
Menurut mansjoer (2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu sesuai
dengan tabel berikut :
Tingkat kekeruhan lensa pada katarak senilis dapat dibagi menjadi lima grade
berdasarkan klasifikasi Buratto5:
Grade 1 ditandai dengan visus yang masih lebih baik dari 6/12, lensa tampak
sedikit keruh dengan warna agak keputihan, dan refleks fundus juga masih
dengan mudah diperoleh.
Grade 2 ditandai oleh nukleus yang mulai sedikit berwarna kekuningan,
visus biasanya antara 6/12 sampai 6/30 dan refleks fundus juga masih
mudah diperoleh.
Grade 3 ditandai nukleus tampak berwarna kuning disertai dengan
kekeruhan korteks yang berwarna keabu-abuan, visus biasanya antara 3/60
sampai 6/30.
Grade 4 ditandai dengan nukleus yang sudah berwarna kuning kecoklatan,
visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60, refleks fundus dan keadaan fundus
sudah sulit dinilai, usia penderita biasanya sudah lebih dari 65 tahun.
Grade 5 ditandai dengan nukleus berwarna coklat hingga kehitaman, visus
biasanya kurang dari 1/60
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah
menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau
redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-
abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika
katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan.3,4
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk
menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan
langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau
kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada
siang hari.3,4
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi
secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan
bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.3,4
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:6
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata
16
2.3.8 DIAGNOSA
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.7
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior
dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur
intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis
penglihatannya.7
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa
tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus
dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat
mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak
hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada
17
katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.7
2.3.9 KOMPLIKASI
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaucoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi. Uveitis adalah
inflamasi salah satu struktur traktus uvea.7
2.3.10 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan utama untuk penderita katarak adalah dengan melakukan
pembedahan. Tidak ditemukan adanya manfaat dari pemberian suplementasi nutrisi
atau terapi farmakologi dalam mencegah atau memperlambat progresivitas dari
katarak. Namun, terapi definitif katarak adalah pembedahan. Pembedahan
dilakukan apabila terdapat indikasi seperti berikut ini8:
2.3.11 PENCEGAHAN
Pencegahan katarak ditujukan pada faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Dokter harus menggunakan steroid pada dosis terapeutik yang paling kecil dan
dihentikan saat keadaan pasien sudah memungkinkan. Pasien yang menggunakan
steroid jangka panjang (topikal atau sistemik) harus diskrining untuk katarak.
Pasien disarankan untuk berhenti merokok, menghindari paparan sinar ultraviolet
dengan menggunakan kacamata saat berada diluar ruangan, dan menghindari
trauma pada mata dengan cara menggunakan kacamata atau alat pelindung mata
pada pekerja industri. Kemungkinan dari penggunaan antioksidan untuk
memberikan efek proteksi terhadap katarak telah diteliti, tetapi hasilnya tidak
bersifat konklusif. 7,9
2.3.12 PROGNOSIS
Prognosis katarak adalah baik dengan lebih dari 95% pasien mengalami
perbaikan visual setelah dilakukan operasi. Prognosis visual pada pasien anak yang
mengalami katarak dan menjalani operasi tidak sebaik pada pasien dengan katarak
yang berhubungan dengan umur. Prognosis untuk perbaikan kemampuan visual
paling buruk pada katarak kongenital unilateral yang dioperasi dan paling baik pada
katarak kongenital bilateral inkomplit yang bersifat progresif lambat. Prognosis
pasien dengan katarak sekunder biasanya baik dengan laser ndYAG. 7,9
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pandangan kabur pada mata kiri
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUP Sanglah pada tanggal 20
November dengan keluhan pandangan kabur pada mata kiri. Keluhan ini
dialami pasien sejak 3 bulan yang lalu dan dirasakan makin memburuk.
Pasien mengatakan keluhan ini cukup mengganggu pekerjaan sehari-hari.
Pandangan pada mata kiri pasien tetap kabur walaupun pasien memicingkan
matanya. Pasien juga mengatakan silau pada mata kiri dan tidak nyaman saat
melihat cahaya terutama saat siang hari. Keluhan mata merah, gatal, keluar
secret, atau kotoran mata, demam, nyeri mata, pusing, maul dan muntah
disangkal. Riwayat trauma pada mata disangkal.
Riwayat Pengobatan
Kunjungan saat ini merupakan kunjungan pertama pasien di Poliklinik
Mata RSUP Sanglah. Riwayat konsumsi obat-obatan sebelumnya disangkal
oleh pasien.
21
22
25
26
Katarak presenilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia 40-50
tahun dimana dapat terjadi akibat hidrasi pada lensa maupun denaturasi pada
protein lensa. Gejala utama katarak adalah turunnya tajam penglihatan secara
bertahap dan dapat disertai silau saat melihat cahaya. Pada laporan kasus ini, pasien
laki-laki berusia 40 tahun didiagnosa dengan katarak presenilis imatur dimana
mempunyai keluhan uatama turunya tajam penglihatan pada mata kiri yang
perlahan disertai silau saat melihat cahaya. Pemeriksaan fisik didapatkan visus yang
menurun, iris shadow postif, dan reflek fundus positif. Penatalaksanaan utama yang
dapat dilakukan adalah pembedahan, dengan indikasi tertentu. Tindakan
pembedahan yang dapat dilakukan adalah ICCE, ECCE, SICS, dan
fakoemulsifikasi.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc
Graw-Hill; 2008.
2. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol.
2011.
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China:
Elsevier : 2011.
4. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2014. Hal : 210-20.
5. Buratto L. Phacoemulsification. Thorofare, NJ: Slack Inc; 1998. Principles and
Techniques; pp. 3–21.
6. Online Journals of Ophthalmology, G. (2017). Atlas of Ophthalmology.
[online] Atlasofophthalmology.com. Tersedia pada:
http://www.atlasofophthalmology.com [diakses pada 20 Nov. 2017].
7. Vaughan, D.G.Asbury, T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya
Medika. Jakarta. 2000. Hal : 175-81.
8. Mutiarasari D, Handayani F. Katarak juvenil. Inspirasi. 2011., No.XIV.
9. James, B. Chew, C. Bron, A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Penerbit
Erlangga. Jakarta. 2005. Hal : 82.