Anda di halaman 1dari 39

STASE PSIKIATRI LAPORAN KASUS

GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN DAN DISFUNGSI


OTAK DAN PENYAKIT FISIK (F06.8) + STROKE ISKEMIK AKUT SECOND
ATTACK + DM tipe 2 + HHD + URTIKARIA + HT + POST TONIC SEIZURE
ECAUSA EPILEPSI SIMPTOMATIK + STRESS ULCER+ POST LOST OF
COUNCIUOSNESS + PNEUMONIA

DISUSUN OLEH :
Agus Sulistyawati

PEMBIMBING :
Dr.dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS STASE PSIKIATRI


MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN
DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

1
Telah didiskusikan dan disetujui untuk dipresentasikan laporan kasus Neuropsikiatridengan
judul “GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN DAN DISFUNGSI
OTAK DAN PENYAKIT FISIK (F06.8) + STROKE ISKEMIK AKUT SECOND
ATTACK + DM tipe 2 + HHD + URTIKARIA + HT + POST TONIC SEIZURE
ECAUSA EPILEPSI SIMPTOMATIK + POST LOST OF COUNCIUOSNESS +
PNEUMONIA ” pada konferensi klinik Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, pada:

Hari : Rabu
Tanggal : 10 Agustus 2020FEBRUARI 2020
Jam : WITATA
Tempat : Ruang Pertemuan RSP. Lt 5PERTEMUAN RSKD PROV. SULSEL

Makassar, 3 Juli 2020


Pembimbing,

Dr.dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

Laporan Kasus
2
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Stase Psikiatri MPPDS Neurolgi
Oleh : Agus Sulistyawati
Pembimbing:
Pembimbing : Dr. dr. saidah syamsuddin, Sp. KJ

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AS
Umur : 57 tahun
Alamat : Morowali
Nomor rekam medik : 620445
Tanggal masuk RS : 26 juni 2020

Konsultasi :
Pasien dikonsul ke bagian endokrin metabolik pada tanggal 26 Juni 2020
Pasien dikonsul ke bagian Rehabilitasi medik pada tanggal 27 Juni 2020
Pasien dikonsul ke bagian cardiologi pada tanggal 30 Juni 2020
Pasien dikonsul ke bagian kulit & kelamin pada tanggal 30 Juni 2020
Pasien dikonsul ke bagian gastrenterohepatologi tanggal 2 juli 2020
Pasien dikonsul ke bagian Psikiatri pada tanggal 5 juli 2020
Pasien dikonsul ke bagian Pulmo pada tanggal 11 juli 2020
PEMERIKSAAN PSIKIATRI (7 juli 2020)
Autoanamnesis diperoleh dari: Tn. AM
Alloanamnesis diperoleh dari :
Tn A, 32 tahun / PNS / Anak pasien
Ny. F, 32 tahun/PNS/ Menantu pasien
Keluhan Utama : Bicara kadang tidak nyambung
Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dikonsul oleh bagian neurologi dengan diagnosis cerebral infarction second
attack + post loss of conciuosness + flaccid hemiparese affecting right dominant side +
general tonic klonic seizure ec epilepsy simptomatik + DM tipe II + HHD + stress ulcer +
urticaria. Saat ini pasien tampak bingung, bicara kadang tidak nyambung, sulit
mengungkapkan apa yang dia inginkan. Tidur malam terganggu. menurut keluarga pasien
kadang menunjuk-nunjuk tembok atau atap dan mengatakan ada sesuatu namun pasien tidak
3
bisa menjelaskan apa yang dilihatnya. Makan via NGT. Awal keluhan dirasakan keluarga
sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu. Pasien kadang melamun, tampak tertekan, namun tidak
menceritakan masalahnya. Menurut anaknya, pasien ada masalah dengan istri keduanya. Istri
keduanya sering menuntut dan tidak mengurusi kebutuhan pasien. Pasien sempat dirawat di
rumah sakit agar bisa beristirahat. Diagnosis tidak diketahui oleh keluarga, namun dibawah
pulang oleh istri keduanya. 1 bulan yang lalu, pasien menjadi sering sakit kepala juga tetap
sering melamun, kadang lupa-lupa. Keluarga rencana membawa ke psikiater, namun pasien
tiba-tiba hilang kesadaran dan dirawat di RS. Bungku (morowali) dengan diagnosis stroke.
Pasien akhirnya dirujuk ke RSWS pada tanggal 26-6-2020. Keluhan pasien saat itu lemah
badan sebelah kanan, bicara pelo dan tidak nyambung. Sejak kurang lebih 5 hari yang lalu
pasien semakin gelisah, mulai tampak meliha-lihat sesuatu dan menunjuk-nunjuk
sembarangan. Riwayat DM ada, 5 tahun yang lalu, menggunakan insulin. Riwayat
dislipidemia dan hipertensi ada, tidak berobat teratur.
Pasien adalah orang yang pendiam. Pasien jarang menceritakan masalahnya. Istri pertama
pasien sudah meninggal. Saat ini tinggal dengan istri keduanya. Hubungan dengan istri
keduanya tidak terlalu harmonis.
O : laki-laki, 57 tahun, terpasang infus dan NGT, berbaring di tempat tidur menggunakan
selimut. kontak mata dan verbal ada, psikomotor agak gelisah, afek agak gelisah.
Verbalisasi : lambat menjawab, intonasi biasa, kadang kurang jelas. Gangguan persepsi :
obeservasi halusinasi visual. Arus pikir : kadang irrelevan. Gangguan isi pikr : preokupasi
“temuan”?
CAM Score : A : acute and fluctuating (+), B: inattention (+), C : disorganized (+), delirium
(+), TD; 160/90 mmHg
A/ Gangguan mental lain YDT akibat kerusakan dan penyakit fisik
Th/ Risperidon 1mg/12jam/oral

Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Tidak ada riwayat psikiatri sebelumnya
2. Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat stroke pada sisi kanan 2 tahun yang lalu, sempat dirawat di rumah
sakit Pinrang selama 7 hari
• Riwayat hipertensi ada, tidak berobat teratur
• Riwayat penyakit jantung tidak diketahui
4
• Riwayat Diabetes ada.
• Riwayat trauma kepala tidak ada.
• Riwayat demam tidak ada, infeksi tidak ada.
• Riwayat merokok ada, perokok pasif
• Minum alkohol ada, sejak umur 30 tahun sampai umur 40-an tahun
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif

Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien anak ke 2 dari 2 orang bersaudara, lahir di Geresa Morowali pada tanggal
03/07/1963. Pasien lahir normal, di rumah ditolong oleh dukun beranak. Pasien tidak
mengetahui berat badan lahir. Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak pada
umumnya.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 tahun)
Pada masa ini, tumbuh kembang pasien seperti anak pada umumnya. Pasien diasuh oleh
kedua orang tuanya. Pasien mendapatkan kasih sayang yang cukup. Pasien tidak
mengalami keterlambatan dalam perkembangannya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (4-11 tahun)
Pasien mulai masuk SD di Bungku, dan cukup memiliki banyak teman, baik di sekolah
maupun di lingkungan sekitar rumah. Pasien tinggal bersama orang tua, ayah bekerja
menjual sembako, ibu membantu jualan.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Setelah tamat SD pasien melanjutkan pendidikan ke SMP di Bungku. Pasien dikenal
sebagai pribadi yang mudah bergaul, mengikuti kegiatas ekstrakurikuler disekolah
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien melanjutkan pendidikan SMA di Korpi dan kuliah di Universitas
Muhammadiyah Palu jurusan Ekonomi
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien terangkat sebagai pegawai negri tahun 1986 dan bekerja di PEMDA, pasien
pernah menjabat sebagai camat, kabag humas protokol, dan terakhir sebagai
sekertaris perhubungan.
c. Riwayat Pernikahan
5
Pasien menikah dengan wanita pilihannya tahun 1987 dan dikarunia 4 orang anak, 3
laki-laki dan 1 perempuan  istri pertama meninggal tahun 2015
Pasien menikah lagi dengan wanita pilihannya dan dikaruniai 1 orang anak
perempuan tahun 2017.
6. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama islam dan rajin beribadah
7. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak kedua dari 2 dari bersaudara (♂,♂). Hubungan pasien dengan
keluarganya cukup baik. Kakak pasien meninggal ketika berumur 1,5 bulan. Pasien
memiliki 5 orang anak. Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga tidak ada.
Genogram

Keterangan
: Anggota Keluarga laki-laki sudah meninggal
: Anggota keluarga perempuan
: Pasien
: Yang tinggal serumah dengan pasien

Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal bersama istri kedua dan anak bungsunya di rumahnya. Hubungan
dengan istri kedua kurang harmonis. Istrinya kurang memperhatikan kebutuhan suaminya.
Hubungan istri pasien dengan anak dari istri pertama dan keluarga kurang harmonis.
Hubunga pasien denga tetangga cukup baik namun setelah menikah jika ada tamu pasien
lebih memilih bertemu dirumah anaknya.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (7 JULI 2020)


Deskripsi Umum
1. Penampilan

6
Tampak laki-laki, 57 tahun, sesuai umur, perawakan memakai baju kaos putih celana
pendek warna coklat, rambut putih
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Gelisah
3. Pembicaraan
Kadang tidak nyambung, intonasi biasa
4. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
Keadaan Afektif
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Agak gelisah
3. Keserasian : Kurang serasi
4. Empati : Kurang dapat diraba-rasakan
Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan : Sulit dinilai
2. Orientasi
a. Waktu : Baik
b. Orang : Kadang terganggu
c. Tempat : Kadang terganggu
3. Daya ingat
a. Jangka panjang : Terganggu
b. Jangka pendek : Terganggu
c. Jangka segera : Terganggu
4. Konsentrasi dan perhatian : Terganggu
5. Pikiran abstrak : Terganggu
6. Kemampuan menolong diri sendiri : Kesan kurang
Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Visual dan auditorik
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi dan derealisasi : Tidak ada

Proses Berpikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas : Kurang
7
b. Kontinuitas : Kadang irrelevan
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
a. Preokupasi : : Tidak ada
b. Gagasan mirip waham : Tidak ada
3. Pengendalian Impuls : Kurang
4. Daya Nilai dan Tilikan
a. Norma Sosial : Terganggu
b. Uji daya nilai : Terganggu
c. Penilaian Realitas : Terganggu
d. Tilikan : Tilikan 1 (pasien tidak sadar bila dirinya sakit dan
membutuhkan pengobatan).
5. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Tampak seorang laki-laki, berusia 57 tahun, dikonsul dari bagian Neurologi dengan
keluhan bicara tidak nyambung, dan gelisah. Pada awal pertama perawatan, pasien
cenderung lebih banyak diam, bicara seperlunya, dan sering terlihat melamun. Pada
perawatan hari ke 11, pasien cenderung gelisah. Menurut keluarga, pasien mulai bicara
tidak jelas, seoalah olah berada dalam mobil , melihat ada orang yang datang atau
mendengar suara buka pintu, terkadang pasien seperti menelpon seseorang. Terkadang
pasien merasa seperti sedang di laut dan mencari orang- orang yang tidak ada
disekitarnya. Karena keluhan ini pasien dikonsul ke bagian psikiatri
Pada pemeriksaan status mental didapatkan tampak seorang laki-laki, wajah kesan
sesuai umur, perawakan sedang, perawatan diri cukup. Perilaku dan aktivitas psikomotor
nampak gelisah, pembicaraan kadang tidak nyambung, kontak mata dan verbalisasi baik,
lambat menjawab. Pasien kooperatif, afek kesan agak gelisah, empati kurang dapat
dirabarasakan, disorientasi orang dan tempat. Daya ingat jangka panjang, jangka pendek
dan segera terganggu. Konsentrasi dan perhatian terganggu, pikiran abstrak terganggu,
dan kemampuan menolong diri sendiri terkesan kurang. Di temukan adanya gangguan
persepsi berupa halusinasi visual dan auditorik. Arus pikir irrelevan , norma sosial
teganggu, uji daya nilai teganggu, penialian realita teganggu, dan pasien tidak menyadari
bila dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan CT scan kepala tanpa kontras didapatkan adanya
8
Infark thalamus et lobus occipital sesuai territory arteri cerebri posterior sinistra
Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan Kardiomegali disertai edema pulmonal dan
dilatation et elongation aorta

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
gejala klinis yang bermakna yaitu gelisah dan bicara tidak nyambung sehingga
menimbulkan penderitaan bagi pasien dan hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan dan
penggunaan waktu senggang, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
Gangguan jiwa.
Didapatkan adanya halusinasi auditorik dan hausinasi visual sehingga terdapat
hendaya dalam menilai realita disertai dengan terganggunya fungsi mental sehingga
disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan Jiwa Psikotik.
Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ditemukan adanya perubahan
perilaku yang dialami pasien setelah adanya keluhan riwayat kesadaran menurun yang
diakibatkan karena adanya riwayat stroke iskemik, sehingga digolongkan sebagai
Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
(F06.8)
Aksis II
Dari informasi yang didapatkan, pasien dikenal sebagai orang yang ramah, berinteraksi
baik dengan keluarga, dan tetangga, serta sabar. Data yang didapat ini belum cukup untuk
mengarahkan pasien kesalah satu ciri kepribdian.

Aksis III
- Hemiparese dekstra tipika ecausa cerebral infarction second attack
- Post loss of conciuosness
- General tonic klonic seizure ec epilepsy simptomatik
- HT
- DM tipe II
- HHD
- Stress ulcer
- Urticaria
- Pneumonia
9
Aksis IV
Stressor psikososial tidak jelas

Aksis V
GAF scale 50-41, gejala berat, disabilitas berat

TATALAKSANA
Psikofarmakologi :
1. Risperidon 0,5mg/24jam/oral
Psikoterapi

ANAMNESIS NEUROLOGI
Keluhan utama : lemah badan sebelah kanan
Riwayat penyakit sekarang :
Lemah badan sebelah kanan dialami sejak 3 hari sebelum masuk RS (23-06-2020) secara
tiba-tiba saat pasien sedang beristirahat. Riwayat trauma kepala tidak ada. Riwayat
demam tidak ada. 1 minggu sebelum kejadian pasien lebih banyak diam dan terihat
sering melamun, serta bicara tidak nyambung. Riwayat hipertensi ada sejak 10 tahun yang
lalu, teratur minum obat amlodipine 10mg. Riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun yang
lalu dan berobat dengan insulin. Pasien adalah rujukan dari RSUD. Morowali. Riwayat
stroke sebelumnya ada , 2 tahun yang lalu . Riwayat hiperkolestorelemia ada, 3 tahun dan
minum obat atorvastatin. Riwayat di rawat di RS. Morowali 1 minggu sebelumnyadengan
keluhan rasa keram pada badan sebelah kanan.
Pemeriksaan fisik
Tanda Vital
 Tekanan Darah : 160/100 mmHg
 Frekuensi Nadi : 85 kali permenit, reguler, kuat angkat.
 Pernapasan : 20 kali permenit.
 Temperatur : 36.8°C (afebris)
Status Internus
 Kepala : Normosefal, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

10
ikterik.
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
 Jantung : BJ I/II murni, reguler. Murmur tidak ada.
 Pulmo : BP vesikuler, ronki tidak ada , wheezing tidak ada.
 Abdomen : Hepar dan lien tidak ada pembesaran.
 Columna Vertebralis : Tidak ada kelainan, gibbus tidak ada.
Status Neurologis
 Kesadaran : Kuantitatif : GCS :E4M6V5
Kualitatif : Compos Mentis
 FKL : Terganggu
 RM: Kaku Kuduk negatif
Kernig Sign tidak ada
 Nn. Craniales : Pupil bundar isokor Ø 2,5 mm / 2,5 mm. Refleks cahaya langsung
(RCL) +/+ normal, refleks cahaya tidak langsung (RCTL) +/+ normal.
 Nn. Craniales lainnya : Parese Nervus VII (Facialis) dan Nervus XII (hipoglosus)
dextra tipe sentral.
 Motorik :

P ↓ N T ↓ N
K 4 5
↓ N ↓ N
4 5

RF +1 +2 RP - -

+1 +2 - -
 Sensorik : Hemihipestesi dextra
 Otonom : BAK normal dan BAB belum 2 hari

DIAGNOSIS KERJA
 Klinis : Hemiparese dextra tipika
 Topis : Hemisfer Cerebri Sinistra
 Etiologi : Cerebral infarction

TERAPI
Infus Ringer Laktat 20 tetes/menit.
11
1. Citicolin 500 mg / 12 jam/ Intravena
2. Neurotropik vitamin B1,B6,B12 1 ampul /24 jam/ intramuskular
3. Aspilet 80 mg / 24 jam / oral

PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan Kepala Tanpa Kontras (26 juni 2020)

Hasil Pemeriksaan CT Scan Kepala :


 Tampak lesi hipodens (16 HU) pada thalamus, peri-cornu posterior ventrikel lateral
kiri, lobus occipital sinistra
 Sulci dan Gyrus prominent region frontoparietal sinistra
 Midline tidak shift.
 Ruang Subarachnoid dan sistem ventrikel lainnya dalam batas normal.
 Kalsifikasi fisiologis pada plexus choroid bilateral dan pineal body.
 CPA, Pons, dan Cerebellum dalam batas normal.
 Tampak perselubungan (18 HU) pada Sinus sphenoidalis kanan. Sinus paranasalis
lainnya terscan dalam batas normal
 Tampak perselubungan pada aie cell mastoid kiri, air cell mastoid kanan dalam batas
normal
 Kedua bulbi oculi dan struktur retrobulbar yang terscan dalam batas normal.
 Tulang-tulang yang terscan intak.
Uraian kesan pemeriksaan :
 Infark thalamus et lobus occipital sesuai territory arteri cerebri posterior sinistra
 Brain athrophy

12
 Sinusitis sphenoidalis dextra
 Mastoiditis sinistra

Pemeriksaan Foto Thorax AP dari RSUD Morowali(26 Juni 2020)


Uraian kesan pemeriksaan :
 Kardiomegali disertai edema pulmonal
 Dilatation et elongation aorta

Pemeriksaan EKG (30 Januari 2020)


- Sinus ritme, HR 93x/menit, normoaxis

Pemeriksaan Laboratorium (26 juni 2020)


WBC : 6.4 [10^3/uL] SGOT / SGPT : 17 u/l / 16 u/l
RBC : 4.77 [10^6/uL] GDS : 290 mg/dL
HGB : 15.4 [g/dL] HbA1c : 5.8
HCT : 43.8 [%] Kreatinin : 0.87 mg/dl
PLT : 294.000 Ureum : 24 mg/dl
Kolesterol : 247 mg/dl Natrium : 137 mmol/dl
HDL : 34 mg/dl Kalium : 3.9 mmol/dl
LDL : 179 mg/dl Klorida : 103 mmol/dl
Trigliserida : 70 mg/dl PT / APTT : 11.2 / 26.4 detik
INR : 1.09

Follow up
13
Tanggal Psikiatri Neurologi
27 juni S : lemah badan sebelah kanan,
2020 cenderung tidur, lebih banyak diam,
kadang diajak bicara tidak menjawab
O : BP : 160/100 mmHg, HR :
72x/menit, RR: 20x/menit, T:36,7°C
GCS : E4M6V5
FKL : kesan terganggu
Rangsang meningeal: tidak ada kaku
kuduk dan kernig sign
Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
RCTL +/+, parese N. XII dextra
Belum di konsul ke psikiatri Motorik:
4 5 - -
K RP
4 5 - -
+1 +2  -
RF T
+1 +2  -

Sensorik: sulit dinilai


Otonom: normal
A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa
NHS 2nd Atack + DM tipe II + HHD +
HT
P/ DSA tanggal 30 juni 2020
Th/
1. Citicolin 500mg/12
jam/intravema
2. Aspilet 80mg/24jam/oral
3. B1, B6, B12 1 ampul/24jam/im
4. Atorvastatin 20mg/24jam/oral
5. Ranitidine 1
ampul/12jam/intravena
29 juni S : lemah badan sebelah kanan, nyeri

14
2020 kepala tidak ada, makan baik, tidur
cukup, kadang tidak berespon jika
diajak beerbicara, disorientasi tempat
dan orang, tapi kadang normal
O : BP : 173/94 mmHg, HR :
72x/menit, RR: 20x/menit, T:36,7°C
GCS : E4M6V5
FKL : kesan terganggu
Rangsang meningeal: tidak ada kaku
kuduk dan kernig sign
Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
RCTL +/+, parese N. XII dextra
Belum di konsul ke psikiatri Motorik:
4 5 - -
K RP
4 5 - -
+1 +2  -
RF T
+1 +2  -

Sensorik: sulit dinilai


Otonom: normal
A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa
NHS 2nd Atack + DM tipe II + HHD +
HT
P/ DSA tanggal 30 juni 2020
Th/
1. Citicolin 500mg/12
jam/intravema
2. Aspilet 80mg/24jam/oral
3. B1, B6, B12 1 ampul/24jam/im
4. Atorvastatin 20mg/24jam/oral
5. Ranitidin 1
ampul/12jam/intravena
30 juni S : lemah badan sebelah kanan, sakit
2020 kepala tidak ada, demam tidak ada,

15
gatal pada wajah dan tubuh, bicara 1-2
kata, gatal pada bagian wajah
O : BP : 169/97 mmHg, HR :
72x/menit, RR: 20x/menit, T:36,7°C
GCS : E4M6V5
FKL : kesan terganggu
Rangsang meningeal: tidak ada kaku
kuduk dan kernig sign
Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
RCTL +/+, parese N. XII dextra
Motorik:
4 5 - -
K RP
4 5 - -
Belum di konsul ke psikiatri
+1 +2  -
RF T
+1 +2  -

Sensorik: sulit dinilai


Otonom: normal
A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa
NHS 2nd Atack + DM tipe II + HHD +
HT + Dermatitis seboroik
P/ DSA tanggal 30 juni 2020
Th/
1. Citicolin 500mg/12
jam/intravema
2. Aspilet 80mg/24jam/oral
3. B1, B6, B12 1 ampul/24jam/im
4. Atorvastatin 20mg/24jam/oral
5. Ranitidine 1
ampul/12jam/intravena
1 juli 2020 S : gelisah, buka mata dengan
rangsangan nyeri, demam tidak ada,
respon verbal tidak ada
BP : 186/100 mmHg, HR : 105x/menit,

16
RR: 18x/menit, T: 36,7 °C
O: GCS: E3M5V1
Fungsi kortikal luhur: sulit dinilai
Rangsang meningeal: tidak ada kaku
kuduk dan kernig sign
Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
RCTL +/+, parese N. XII dextra
Motorik : pergerakan dan kekuatan
lateralisasi dextra
+1 +2  -
RF T
+1 +2  -

Sensorik: sulit dinilai


Otonom: normal
A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa
NHS 2nd Atack + loss of conciousnes +
Belum di konsul ke psikiatri
DM tipe II + HHD + HT + Dermatitis
seboroik
1. Citicolin 500mg/12
jam/intravema
2. Aspilet 80mg/24jam/oral
3. B1, B6, B12 1 ampul/24jam/im
4. Atorvastatin 20mg/24jam/oral
5. Omeprazole 1
ampul/12jam/intravena
6. Perdipin 8cc/jam/sp
7. Mannitol 20% 100cc/jam/drips
P/ konsul gizi klinik + konsul
cardiologi + observasi tanda vital
perjam

2 juli 2020 S : kesadaran menurun, kejang 1x


kemarin siang, residu hitam

17
O : BP : 160/100 mmHg, HR :
72x/menit, RR: 20x/menit, T:36,7°C
GCS : E3M5V1
FKL : sulit dinilai
Rangsang meningeal: tidak ada kaku
kuduk dan kernig sign
Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
RCTL +/+, parese N. XII dextra
Motorik: pergerakan dan kekuatan
lateralisasi dextra
Sensorik: sulit dinilai
Otonom: normal
A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa
Belum di konsul ke psikiatri NHS 2nd Atack + loss of counciusness+
DM tipe II + HHD + Dermatitis
seboroik + stress ulcer + General tonic
seizure ec epilepsy simptomatik
Th/
1. Citicolin 500mg/12
jam/intravema
2. Aspilet 80mg/24jam/oral (Stop)
3. B1, B6, B12 1 ampul/24jam/im
4. Atorvastatin 20mg/24jam/oral
5. lanzoprazole 1
ampul/12jam/intravena
6. Perdipin 8cc/jam/sp
7. Paracetamol 1 gr/8jam/drips
8. Phenytoin 100mg/12jam. drips
3 juli 2020 S : buka mata spontan, mengikuti
perintah sederhana, demam tidak ada,
kejang tidak ada
O : BP : 160/90 mmHg, HR :
92x/menit, RR: 20x/menit, T:36,7°C

18
GCS : E4M6V3
FKL : kesan terganggu
Rangsang meningeal: tidak ada kaku
kuduk dan kernig sign
Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
RCTL +/+, parese N. XII dextra

Motorik:
2 5 - -
K RP
2 5 - -
Belum di konsul ke psikiatri
+1 +2  -
RF T
+1 +2  -

Sensorik: sulit dinilai


Otonom: normal
A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa
NHS 2nd Atack + post loss of
counciousness + DM tipe II + HHD +
Dermatitis seboroik + stress ulcer+
epilepsi simptomatik
Th/
1. Citicolin 500mg/12
jam/intravema
2. Aspilet 80mg/24jam/oral (Stop)
3. B1, B6, B12 1 ampul/24jam/im
4. Atorvastatin 20mg/24jam/oral
5. Lanzoprazole 1
ampul/12jam/intravena
6. Perdipin 8cc/jam/sp
7. Paracetamol 1 gr/8jam/drips
8. Phenytoin 100mg/12jam/drips
4 juli 2020 S : buka mata spontan, mengikuti
perintah sederhana, gelisah semalaman

19
O : BP : 180/114 mmHg, HR :
92x/menit, RR: 20x/menit, T:36,7°C
GCS : E4M6V3
FKL : kesan terganggu
Rangsang meningeal: tidak ada kaku
kuduk dan kernig sign
Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
RCTL +/+, parese N. XII dextra
Motorik:
2 5 - -
K RP
2 5 - -
+1 +2  -
Belum di konsul ke psikiatri RF T
+1 +2  -

Sensorik: sulit dinilai


Otonom: normal
A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa
NHS 2nd Atack + post loss of
counciousness + DM tipe II + HHD +
Dermatitis seboroik + stress ulcer +
epilepsy simptomatik
Th/
1. Citicolin 500mg/12
jam/intravema
2. B1, B6, B12 1 ampul/24jam/im
3. Atorvastatin 20mg/24jam/oral
4. Omeprazole 1
ampul/12jam/intravena
5. Perdipin 8cc/jam/sp
6. Paracetamol 1 gr/8jam/drips

20
5 juli 2020 S: pasien tampak gelisah, tampak S buka mata spontan, dapat mengikuti
bingung, bicara tidak nyambung, perintah sederhana, demam tidak ada,
sulit mengungkapkan apa yang kejang tidak ada (bebas kejang 3 hari
diinginkan. tidur malam terganggu, lalu), bicara kadang tidak jelas dan
pasien tampak seperti melihat tidak nyambung, lemah badan sebelah
sesuatu kanan
O: kontak mata dan verbal kurang, BP : 207/105 mmHg, HR : 105x/menit,
atensi berkurang RR: 18x/menit, T: 36,7 C
Psikomotor: agak gelisah, tangan O: GCS: E4M6V5
bergerak-gerak , kadang mau Fungsi kortikal luhur: kesan terganggu
mencabut infus Rangsang meningeal: tidak ada kaku
Afek: inapropriate kuduk dan kernig sign
Verbalisasi: spontan, lancar, Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
intonasi biasa diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
Gangguan persepsi : halusinasi RCTL +/+, parese N. XII dextra
visual, melihat mobil Motorik:
Arus pikir : kadang inkoheren, 3 5 - -
K RP
3 5 - -
asosiasi longgar
+1 +2  -
Isi pikiran : preokupasi pekerjaan RF T
+1 +2  -
A: Gangguan mental lain YDT
akibat kerusakan dan penyakit Sensorik: sulit dinilai
fisik Otonom: normal

Terapi:  A: Hemiparese Dextra Tipica


1) risperidon 1mg ½ tablet/24 ecausa NHS 2nd Atack +
jam/oral Epilepsi simptomatik + DM tipe
Psikoterapi II + HHD + Dermattis seboroik
+ HT + Stres ulcer + epilepsy
simptomatik
Th/
1. Citicolin 500mg/12
jam/intravema
2. B1, B6, B12 1 ampul/24jam/im
3. Atorvastatin 20mg/24jam/oral
4. Omeprazole 1

21
ampul/12jam/intravena
5. Perdipin 8cc/jam/sp
6. Paracetamol 1 gr/8jam/drips

P: Konsul ke TS Psikiatri

6 Juli 2020 S: pasien tampak gelisah, tidur S :Lemah sisi sebelah kanan, sulit tidur
malam tidak bisa 3 hari ini, pasien karena pasien gelisah
lebih gelisah dan berteriak saat O: GCS: E4M6V5
malam. Setelah diberi risperidon, BP : 180/105 mmHg, HR : 105x/menit,
teriak-teriak agak berkurang saat RR: 18x/menit, T: 36,7 C
malam. Pasien disorientasi tempat Fungsi kortikal luhur: terganggu
dan waktu Rangsang meningeal: tidak ada kaku
O: kontak mata dan verbal kurang, kuduk dan kernig sign
atensi berkurang Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
Psikomotor: agak gelisah, tangan diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
bergerak-gerak , kadang mau RCTL +/+, parese nervus VII dan XII
mencabut infus dextra
Afek: inapropriate Motorik:
Verbalisasi: spontan, lancar, 1 5 - -
K RP
1 5 - -
intonasi biasa
+1 +2  -
Gangguan persepsi : halusinasi RF T
+1 +2  -
visual, melihat mobil
Arus pikir : kadang inkoheren, Sensorik: normal
asosiasi longgar Otonom: BAB belum 5 hari

Isi pikiran : preokupasi pekerjaan A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa

A: Delirium YTT NHS 2nd Atack + Epilepsi simptomatik

Terapi: + DM tipe II + HHD + Dermattis

1. risperidon 1mg ½ tablet/24 seboroik + HT + Stres ulcer + epilepsy


jam/oral simptomatik

advis dr. Rinvil Renaldi, M.Kes, Terapi:

Sp.KJ(K) A&R 1. Citicolin 500mg/12

2. Lorazepam 0,5mg /24 jam/intravema

22
2. B1, B6, B12 1 ampul/24jam/im
3. Atorvastatin 20mg/24jam/oral
4. Omeprazole 1
jam/oral
ampul/12jam/intravena
5. Perdipin 8cc/jam/sp

7 juli 2020 S : pasien tenang, lebih banyak S : Lemah sisi sebelah kanan, buka
tidur, sejak kemarin siang setelah mata spontan, nyeri kepala tidak ada,
diberikan lorazepam. Pasien kadang demam tidak ada
terbangu untuk shalat dan O: GCS: E4M6V5
menyadari jika darahnya diambil. BP : 165/90 mmHg, HR : 105x/menit,
Pagi ini pasien bisa dibangunkan RR: 18x/menit, T: 36,7 C
walau tampak mengantuk. Makan Fungsi kortikal luhur: terganggu
melalui NGT Rangsang meningeal: tidak ada kaku
O: kontak mata dan verbal ada kuduk dan kernig sign
Psikomotor : tenang Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
Afek: terbatas, karena mengantuk diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
Verbalisasi: lambat menjawab, RCTL +/+, parese nervus VII dan XII
intonasi pelan dextra
Gangguan persepsi : halusinasi Motorik:
visual, malihat mobil dan orang- 3 5 - -
K RP
3 5 - -
orang (menurut alloanamnesis dari
+1 +2  -
keluarga) RF T
+1 +2  -
Arus pikir : cukup relevan
Isi pikiran : observasi A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa
nd
A: delirium YTT, DD/ gangguan NHS 2 Atack + Epilepsi simptomatik
mental lain YDT + DM tipe II + HHD + Dermattis

P:Psikofarmakoterapi seboroik + HT + Stres ulcer + epilepsy

Terapi: simptomatik

1) Risperidon 1mg /24 jam/oral Terapi:


pagi 1. Citicolin 500mg/12

2) Lorazepam 0,5 mg/24 jam/intravema

jam/oral (jika gelisah/sulit 2. Aspilet 80mg/24jam/oral (Stop)

tidur malam) 3. B1, B6, B12 1 ampul/24jam/im

23
4. Atorvastatin 20mg/24jam/oral
5. Omeprazole 1
3) Psikoterapi suportif
ampul/12jam/intravena
6. Perdipin 8cc/jam/sp
7. Paracetamol 1 gr/8jam/drips
8. Phenytoin 100mg/12jam/oral

8 juli 2020 S : pasien tenang, lebih banyak S : lemah badab sebelah kanan,
tidur, Pagi ini pasien bisa cenderung tidur, , bicara nyambung
dibangunkan walau tampak O: GCS: E4M6V5
mengantuk. Makan melalui NGT BP : 150/85 mmHg, HR : 92x/menit,
O: kontak mata dan verbal ada RR: 18x/menit, T: 36,7 C
Psikomotor : tenang Fungsi kortikal luhur: terganggu
Afek: terbatas, karena mengantuk Rangsang meningeal: tidak ada kaku
Verbalisasi: lambat menjawab, kuduk dan kernig sign
intonasi pelan Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
Gangguan persepsi : halusinasi diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
visual, malihat mobil dan orang- RCTL +/+, parese nervus VII dan XII
orang (menurut alloanamnesis dari dextra
keluarga) Motorik:
Arus pikir : cukup relevan 3 5 - -
K RP
3 5 - -
Isi pikiran : observasi
+1 +2  -
A: delirium YTT, DD/ gangguan RF T
+1 +2  -
mental lain YDT
P:Psikofarmakoterapi Sensorik: normal

Terapi: Otonom: normal

1) Risperidon 1mg /24 jam/oral A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa


pagi NHS 2nd Atack + Epilepsi simptomatik

2) Lorazepam 0,5 mg/24 + DM tipe II + HHD + Dermattis


jam/oral (jika gelisah/sulit seboroik + HT + Stres ulcer + epilepsy
tidur malam) simptomatik

Psikoterapi suportif Terapi:


1. Citicholine 500 mg/12 jam/oral
2. Vit B1,B6,B12 1 amp/24

24
jam/oral
3. Atorvastatin 20 mg/24 jam oral
4. Amlodipine 10mg/24jam/oral
5. Feniotin 100mg/12jam/oral
9 juli 2020 S : pasien tampak tenang, kesan S : Lemah sisi sebelah kanan , demam
mengantuk. Saat ini mengeluhkan tidak ada, kejang tidak ada, gelisah
kelemahan di tangan dan kaki berkurang
kanan. Menurut keluarga pasien BP : 140/90 mmHg, HR : 75x/menit,
sempat gelisah pukul 2 malam, RR: 18x/menit, T: 36,7 C
namu cenderung lebih tenang O: GCS: E4M6V5
dibandingkan sebelumnya Fungsi kortikal luhur: dalam batas
O: Kontak mata dan verbal ada. normal
Psikomotor cukup tenang Rangsang meningeal: tidak ada kaku
Afek: kesan terbatas (mengantuk) kuduk dan kernig sign
Verbalisasi: lambat menjawab, Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
suara sesak diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
Gangguan persepsi : pagi ini tidak RCTL +/+, parese nervus VII dan XII
ada, terakhir semalam pukul 02.00 dextra
Arus pikir : cukup relevan Motorik:
Isi pikiran : observasi 1 5 - -
K RP
1 5 - -
A: gangguan mental EDT akibat
+1 +2  -
kerusakan dan disfungsi otak dan RF T
+1 +2  -
penyakit fisik Sensorik: normal

Terapi: Otonom: normal

1. Risperidon 1mg /24 A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa

jam/oral pagi NHS 2nd Atack + Epilepsi simptomatik

2. Lorazepam 0,5 mg/24 + DM tipe II + HHD + Dermattis


jam/oral (jika seboroik
gelisah/sulit tidur m Terapi:
1. Citicholine 500 mg/12 jam/oral
2. Vit B1,B6,B12 1 amp/24
jam/oral
3. Atorvastatin 20 mg/24 jam oral
4. Amlodipine 10mg/24jam/oral

25
Feniotin 100mg/12jam/oral
10 juli S : pasien saat ini tampak gelisah, S : tidak tudur semalamn, pasien
2020 merasa berada didalam mobil, mau gelisah seperti melihat ada yng mau
menjenguk orang tuanya di kendari. membunuhnya, bicara kadang
Bicara sering tidak nyambung. nyambung kadang tidak, sesak (+),
Pasien lupa nama dan jumlah BP : 140/90 mmHg, HR : 75x/menit,
anaknya. Disorietasi tempat dan RR: 24x/menit, T: 36,7 C, spO2 90%
orang. Pasien merasa ada yang O: GCS: E4M6V5
ingin membunuhnya. Fungsi kortikal luhur: terganggu
O: Kontak mata dan verbal ada. Rangsang meningeal: tidak ada kaku
Psikomotor gelisah kuduk dan kernig sign
Afek: inapropriate Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
Verbalisasi: spontan, sering tidak diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
jelas, suara serak RCTL +/+, parese nervus VII dan XII
Gangguan persepsi : halusinasi dextra
visual : merasa ayah dan ibunya Motorik:
lewat 3 5 - -
K RP
3 5 - -
Halusinasi auditorik : mendengar
+1 +2  -
suara laki-laki yang mengancar RF T
+1 +2  -
pasien Sensorik: normal

Arus pikir : kadang inkoheren, Otonom: normal


asosiasi longgar A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa

Isi pikiran : observasi NHS 2nd Atack + Epilepsi simptomatik

A: gangguan mental YDT akibat + DM tipe II + HHD + Dermattis


kerusakan dan disfungsi otak dan seboroik + HT + Stres ulcer + epilepsy
penyakit fisik simptomatik

DD/ delirium Terapi:

P:Psikofarmakoterapi 1. Citicholine 500 mg/12 jam/oral

Terapi: 2. Phenytoin 100 mg/12 jam/oral

1. Risperidon 1mg /24 jam/oral 3. Vit B1,B6,B12 1 amp/24

pagi jam/oral

2. Lorazepam 0,5 mg/24 4. Atorvastatin 20 mg/24 jam oral

jam/oral 5. Amlodipine 10mg/24jam/oral

3. Olanzapine 5mg/24jam/oral

26
( gelisah
S : pasien tampak gelisah, merasa S : pasien gelisah, belum bisa tertidur,
ada orang didekatnya Bicara sering selalu ingin bangun dari tempat
tidak nyambung. tidurnya, sesak (+),
O: Kontak mata dan verbal ada. BP : 150/90 mmHg, HR : 75x/menit,
Psikomotor gelisah RR: 24x/menit, T: 36,7 C, spO2 90%
Afek: inapropriate O: GCS: E4M6V5
Verbalisasi: spontan, sering tidak Fungsi kortikal luhur: terganggu
jelas, suara serak Rangsang meningeal: tidak ada kaku
Gangguan persepsi : halusinasi kuduk dan kernig sign
visual : merasa ayah dan ibunya Nervi kraniales: pupil bundar, isokor,
lewat diameter 2,5 mm | 2,5 mm, RCL +/+,
Halusinasi auditorik : mendengar RCTL +/+, parese nervus VII dan XII
suara laki-laki yang mengancar dextra
pasien Motorik:
Arus pikir : kadang inkoheren,
asosiasi longgar 3 5 - -
11 juli K RP
Isi pikiran : observasi 3 5 - -
2020 +1 +2  -
A: gangguan mental YDT akibat RF T
+1 +2  -
kerusakan dan disfungsi otak dan Sensorik: normal
penyakit fisik Otonom: normal
DD/ delirium A: Hemiparese Dextra Tipica ecausa
P:Psikofarmakoterapi NHS 2nd Atack + Epilepsi simptomatik
+ DM tipe II + HHD + Dermattis
Terapi: seboroik + HT + Stres ulcer + epilepsy
1. Risperidon 1mg /24 simptomatik + pneumonia susp covid
jam/oral pagi 19
2. Lorazepam 0,5 mg/24 Terapi:
jam/oral (jika 1. Citicholine 500 mg/12 jam/oral
gelisah/sulit tidur 2. Phenytoin 100 mg/12 jam/oral
malam) 3. Vit B1,B6,B12 1 amp/24
3. Olanzapine jam/oral
5mg/24jam/oral 4. Atorvastatin 20 mg/24 jam oral
5. Amlodipine 10mg/24jam/oral

27
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
Gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/
gangguan sistemik atau otak yang dapat yang dapat di diagnosis sendiri. Termasuk gangguan
mental simptomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari
penyakit atau gangguan sistemik di luar otak (ekstraserebral).(1)
Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan olah penyakit badaniah yang
terutama mengenai otak (misalnya meningoencephalitis, gangguan pembuluh darah otak ,
tumor otak, dan sebagainya) atau yang terutama diluar otak atau tengkorak ( seperti tifus,
endometritis, penyakit jantung, toksemia, kehamilan, intoksikasi dan sebagainya). (2)
Manifestasi klinik gangguan ini ditandai dengan adanya gangguan fungsi kognitif
mencakup gangguan memori, berbahasa, orientasi, kemampuan menilai, hubungan
intarpersonal, perilaku dalam pemecahan masalah. Gangguan kognitif menunjukkan
gangguan pada satu atau lebih dari fungsi kognitif dan juga biasanya dikacaukan oleh simtom
perilaku sindrom klinik yang ditandai oleh psikopatologi berat dan beragam, mencakup aspek
kognisi, emosi, persepsi dan perilaku. (3)
Gejala neurobehaviuor non kognitif pasca stroke dapat terjadi, yaitu depresi,
ansietas, mania, labilitas atau psikosis. Depresi pasca stroke ditemukan pada 20-65%
merupakann prevalensi yang cukup tinggi. Tingginya prevalensi depresi pasca stroke sering
dihubungkan dengan lokasi lesi anatomik dari stroke. Seringkali depresi pasca stroke kurang
mendapat perhatian sehingga sering terjadi miss diagnosis. Para dokter kadang-kadang salah
menafsirkan gejala depresi pada penderita stroke sebagai suatu reaksi yang tak terhindarkan.
Padahal diagnosis dan pengobatan depresi yang tepat akan memberi keuntungan dalam
penyembuhan bahkan mempersingkat proses rehabilitasi kelainan-kelainan yang ditimbulkan
akibat stroke. Umumnya gejala depresi ini timbul 1- 2 bulan setelah serangan stroke. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dan beratnya depresi pasca-stroke adalah lokasi
dari lesi di otak, adanya riwayat depresi di dalam keluarga, dan kondisi kehidupan sosial pra-
stroke. Beberapa peneliti berpendapat cortisol memegang peran penting dalam terjadinya
depresi maupun depresi pasca stroke. Astrom dan kawan-kawan mengatakan pada pasien
stroke didapatkannya peningkatan level kortisol dalam 3 bulan pertama, dimana yang kita
ketahui kortisol berperan dalam atensi, memori, persepsi, ekspresi diri. Level yang abnormal
dari kortisol juga ditemukan pada pasien depresi pada umumnya. Pada penderita pasca stroke

28
seringkali mengalami perubahan dalam kepribadian, prilaku dan emosi sehingga sangat
berpengaruh pada keberhasilan pengobatan.(4)

Gambar 1. Gejala neuropsikiatri pasca stroke (5)

PEDOMAN DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS


Pedoman gangguan metal yang tak tergolongkan akibat kerusakan dan disfunsi otak (stroke
iskemik) didasarkan pada pedoman diagnostic dan gambaran klinis denga tahap sebagai
berikut :
1. Berdasarkan pedoman diagnostic PPDGJ III ( Pedoman Doagnosis Gangguan JIwa III)(1)
a. Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik yang
diketahui berhubungan dengansalah satu sindrom mental yang tercantum.
b. Adanya hubungan waktu ( dalam beberapa minggu atau bulan) antara perkembangan
penyakit yang mendasari dengan timbul nya sindrom mental
c. Kesembuha dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya penyakit
yang mendasarinya
d. Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternative dari sindrom mental ini
(seperti pengaruh yang kuat dari keluarga atau pengaruh stress sebagai pencetus.
e. Sindrom mental yang terjadi tidak dapat digolongkan sebagai gangguan halusinasi,
katatonik, waham, afektif, cemas, astenik, kognitif, yang disebabkan oleh penyakit
organik.

DIAGNOSIS BANDING

29
Diagnosis banding dari gangguan mental YTT akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik berdasarkan PPDGJ-III yaitu :
a. Dimensia vaskuler : adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang
sampai menggangu kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living)
seperti : mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil dengan
onset yang mendadak atau deteorisasi yang bertahap, disertai adanya gejala neurologi
fokal.
b. Gangguan katatonik organik : adanya stupor atau gaduh gelisah yang silih berganti
c. Gangguan afektif organik : terdapat gangguan manik atau bipolar, deprsif, atau
campuran
d. Gangguan cemas (ansietas) organik : ditandai dengan gangguan cemas menyeluruh,
gangguan panic, atau campuran dari keduanya akibat penyakit organic
e. Gangguan disosiatif organik
f. Gangguan astenik organik : ditandai oleh labilitas atau emosi yang tidak terkendali
yang nyata dan menetap, kelelahan, atau berbagai sensasi fisik yang tidak nyaman
akibat penyakit organik
g. Gangguan kognitif ringan : gangguan kognitif (termasuk daya ingat, daya belajar,
sulit berkonsentrasi yang tidak sampai memenuhi demensia, sindrom amnestic
organic, atau delirium

TATA LAKSANA
Penatalaksanaan gangguan mental YTT akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik kepribadian dan perilaku pada stroke iskemik meliputi : (6)
a. Secara aktif diberikan terapi pada penyakit yang mendasarinya.
b. Intervensi farmakologi sesuai dengan gejala yang muncul:
• Untuk mengatasi gangguan mental dengan gejala psikosis diberikan
terapi anti psikotik dengan efek samping ekstra piramidal minim.
Hindari pemberian antikolenergik karena bisa menurunkan fungsi
kognitif. Bila kesulitan pemberian secara oral dapat diberikan injeksi
haloperidol intramuskular.
• Untuk gangguan suasana perasaan diberikan farmakoterapi untuk
mengatasi gejala mood dengan meminimalkan interaksi dengan obat
yang ada. Untuk mengatasi depresi dapat diberikan antidepresan
golongan SSRI, trisiklik, tetrasiklik, atipikal atau MAOI reversibel
30
dan untuk mengatasi gejala manik dapat diberikan terapi anti mania
seperti haloperidol, carbamazepine, valproic acid, atau divalproex
Na.
• Untuk mengatasi gangguan cemas dapat diberikan obat anti anxietas
golongan benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
c. Psikoterapi diberikan bergantung pada kondisi pasien dan preferensi dokter. Jenis
psikoterapi yang dapat diberikan yaitu psikoterapi suportif, psikoterapi kognitif
perilaku, psikoterapi edukasional, dll.
d. Edukasi pasien tentang gejala penyakitnya dan pentingnya pengobatan.

STROKE ISKEMIK AKUT


Stroke adalah sindrom neurologis dengan onset yang tiba-tiba yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah ke otak. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah , penyebab utama kematian di negara-
negara berpenghasilan menengah ke atas, dan juga penyebab utama kecacatan di seluruh
dunia dengan lebih dari 13 juta kasus baru setiap tahunnya (7)
Di Amerika Serikat, menurut statistik tahun 2014, 795.000 orang mengalami stroke
setiap tahun (610.000 adalah stroke pertama) . Tahun 2010, satu dari setiap 19 kematian
disebabkan oleh stroke; rata-rata stroke terjadi setiap 40 detik dan seseorang meninggal
karena stroke setiap 4 menit.. Prevalensi global stroke pada 2017 adalah 104,2 juta orang,
untuk stroke iskemik 82,4 juta, perdarahan intraserebral adalah 17,9 juta, dan perdarahan
subarachnoid adalah 9,3 juta. (. Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan prevalensi strok tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan
(17,9%) dan tahun 2018 prevalensi penyakit strok di Indonesia meningkat dari 7% menjadi
10,9%.(7,8)
Secara umum, stroke dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama, yaitu,
stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh gangguan suplai darah
ke bagian otak yang mengakibatkan hilangnya fungsi secara tiba-tiba, sementara stroke
hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau struktur pembuluh darah yang
abnormal. Stroke iskemik menyumbang sekitar 80% dari kasus stroke sementara stroke
hemoragik menyumbang 20% tetapi proporsi sebenarnya dari tipe stroke tergantung pada
populasi. (9)

31
Patofisiologi stroke iskemik
Infark serebri pada dasarnya terjadi akibat dua proses patofisiologi: pertama,
hilangnya oksigenasi dan glukosa sekunder akibat oklusi vaskular, dan adanya perubahan
metabolisme sel sebagai akibat kolapsnya proses pembentukan energi oleh mitokondria,
ditambah dengan disintegrasi struktur sel dan membrannya, termasuk sawar darah otak, yang
disebut sebagai apoptosis. Di bagian tengah dari stroke iskemik adalah zona infark. Jaringan
yang mengalami nekrotik akan membengkak secara cepat, karena kadar air intraselular dan
interselular yang berlebihan. Karena anoxia juga menyebabkan nekrosis dan pembengkakan
jaringan otak, kurangnya oksigen akibat kerusakan mitokondria merupakan faktor yang
menyebabkan infark dan anoxic ensephalopathy (10,11)
Iskemik otak dapat bersifat fokal atau global. Pada iskemik global, aliran otak secara
keseluruhan menurun akibat tekanan perfusi, misalnya karena syok ireversibel akibat henti
jantung, perdarahan sistemik yang masif, AF berat, dan lain-lain. Iskemik fokal terjadi akibat
menurunnya tekanan perfusi otak regional. Keadaan ini disebabkan oleh sumbatan atau
pecahnya salah satu pembuluh darah otak di daerah sumbatan atau tertutupnya aliran darah
sebagian atau seluruh lumen pembuluh darah otak. Penyebabnya antara lain: a) Perubahan
patologi pada dinding arteri pembuluh darah otak menyebabkan trombosis yang diawali oleh
proses arteriosklerosis di tempat tersebut. Selain itu proses pada arteriol karena vaskulitis
atau lipohialinosis dapat menyebabkan stroke iskemik karena infark lakunar. b) Perubahan
akibat proses hemodinamik disebabkan oleh tekanan perfusi yang sangat menurun karena
sumbatan di bagian proksimal pembuluh arteri seperti sumbatan arteri karotis atau vertebro-
basiler. c) Perubahan akibat perubahan sifat darah misalnya anemia sickle-cell, leukemia
akut, polisitemia, hemoglobinopati dan makroglobulinemia. d) Sumbatan pembuluh akibat
emboli daerah proksimal misalnya trombosis arteri, emboli jantung, dan lain-lain. Sebagai
akibat penutupan aliran darah ke bagian otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses
patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai di tingkat seluler, berupa perubahan
fungsi dan struktural sel yang diikuti kerusakan pada fungsi utama serta integritas fisik dari
susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron. Selain itu, terjadi pula
perubahan ekstra seluler, karena peningkatan pH jaringan serta kadar gas darah, keluarnya zat
neurotransmiter (glutamat) serta metabolisme sel-sel yang iskemik, disertai kerusakan sawar
darah otak (blood brain barrier). Seluruh proses ini merupakan perubahan yang terjadi pada
stroke iskemik.
32
Masalah kesehatan yang timbul akibat stroke sangat bervariasi, tergantung pada lokasi
lesi dan luasnya daerah yang mengalami kelainan. Sebagian besar pasien pasca stroke akan
mengalami gejala sisa yang sangat bervariasi, dapat berupa gangguan pergerakan, gangguan
penglihatan, gangguan bicara, perubahan emosi, dimensia, depresi, ansietas, dan gejala
lainnya seperti inkontinensia emosional, reaksi katastropik, sindrom lobus frontal, dan yang
jarang, mania atau psikosis.

TATALAKSANA(9)
1. Terapi farmakologis
a. Terapi kausal
Meliputi terapi umum, stabilisasi hemodinamik, pengendalian peningkatan TIK,
pemberian cairan dan nutrisi serta mencegah komplikasi. Selain itu juga perlu
dilakukan pengendalian faktor risiko
b. Terapi simptomtik sebagai usaha untuk menyelamatkan daerah penumbra. Dapat
diberikan neuroprotektor. Untuk mencegah serangan stroke iskemik berulang
diberikan antiagregasi trombosit.
2. Terapi non farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis secara terpadu melibatkan multidisiplin ilmu,
termasuk pengendalian faktor risiko, fisioterapi dan terapi okupasi, dan memantau
adanya depresi pada penderita stroke, intervensi nonfarmakologis untuk memperbaiki
mood dan memperbaiki status emosi pasca stroke.

DISKUSI
Seorang laki-laki, 57 tahun masuk IGD RSWS, rujukan dari RSUD. Morowali
dengan keluhan lemah badan sebelah kanan Yang dialami sejak 3 hari sebelum masuk
RS (23-06-2020) secara tiba-tiba saat pasien sedang beristirahat. Riwayat trauma kepala
tidak ada. Riwayat demam tidak ada. 1 minggu sebelum kejadian, pasien terlihat lebih
banyak diam dan sering melamun, terkadang bicara tidak jelas. Riwayat hipertensi ada
sejak 10 tahun yang lalu, teratur minum obat amlodipine 10mg. Riwayat diabetes
mellitus sejak 5 tahun yang lalu dan berobat dengan insulin. Riwayat stroke sebelumnya
ada, 2 tahun yang lalu. Riwayat hiperkolestorelemia ada, 3 tahun dan minum obat
atorvastatin.
Pada awal pertama perawatan, pasien lebih banyak diam, bicara seperlunya, dan
sering terlihat melamun. Pada perawatan hari ke 11, pasien cenderung gelisah, menurut
33
keluarga, kadang pasien seolah-olah mengendarai mobil, terkadang mendengar seperti
pintu dibuka, seperti ada yang datang, terkadang melihat orang yang ingin
mengancamnya. Kadang pasien merasa seperti sedang di laut. Karena keluhan ini pasien
dikonsul ke bagian psikiatri
Pemeriksaan neurologis saat masuk, GCS 15, dengan fungsi kortikal luhur kesan
terganggu, ditemukan kelamahan badan sebelah kanan.
Hasil pemeriksaan penunjang berupa laboratorium darah didapatkan adanya
hiperglikemia. Pada pemeriksaan EKG berupa hipertensi heart disease. Pemeriksaan CT
scan kepala tanpa kontras didapatkan Infark thalamus et lobus occipital sesuai territory
arteri cerebri posterior sinistra
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang maka
ditegakan diagnosis hemiparese dextra tipika ec nhs 2nd attack
Dari TS psikiatri didapatkan Perilaku dan aktivitas psikomotor nampak gelisah,
pembicaraan kadang tidak nyambung, kontak mata dan verbalisasi baik, lambat
menjawab. Pasien kooperatif, afek kesan agak gelisah, empati kurang dapat
dirabarasakan, disorientasi orang dan tempat. Daya ingat jangka panjang, jangka pendek
dan segera terganggu. Konsentrasi dan perhatian terganggu, pikiran abstrak terganggu,
dan kemampuan menolong diri sendiri terkesan kurang. Di temukan adanya gangguan
persepsi berupa halusinasi visual dan auditorik. Arus pikir irrelevan , norma sosial
teganggu, uji daya nilai teganggu, penialian realita teganggu, dan pasien tidak menyadari
bila dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan setelah mengalami stroke serangan
kedua. Terdapat hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan pengguanaan waktu
senggang, sehingga dapat ditegakkan suatu diagnosis gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ
III, yaitu Gangguan Mental lainnya akibat kerusakan dan disfingsi otak dan penyakit fisik
(F06.8)

Pasien mengalami halusinasi visual dan halusinasi pendengaran. Berdasarkan


hasil CT-scan ditemukan infark pada daerah thalamus dan lobus oksipital. Thalamus
merupakan stasiun relay untuk semua impuls yang timubul direseptor sensorik kutaneus
dan reseptor sensorik visceral, impuls auditorik dan visual, dan impuls dari hipothalamus,
serebelum, dan formasio retikularis di batang otak ; semua impuls ini diproses di
thalamus sebelum ditransmisikan ke struktur lainnya. Seperti pada sistem visual, input
dari retina dikirim ke nucleus genus lateral di thalamus, yang akan diteruskan untuk

34
diproyeksikan ke korteks visual di lobus oksipital. Thalamus juga memainkan peranan
penting dalam mengatur gairah, tingkat kedaran, dan aktivitas.(13)
Adanya infark di thalamus dapat mendesak ventral tegmental area sehingga akan
terjadi disregulasi produksi neurotransmitter dopamine. Adanya halusinasi visual pada
pasien oleh karena terganggu dan terpengaruhnya visual pathway pada daerah nucleus
lateral geniculatum di thalamus berkaitan dengan terjadinya proyeksi disregulasi
neurotransmitter yang juga melewati daerah sekitar thalamus.
Halusinasi pendengaran adalah salah satu gejala yag paling sering pada psikosis.
Untuk saat ini, meskipun banyak spekulasi yang berkembang, akan tetapi mekanisme dan
patofisiologinya masih belum jelas. Namun dikatakan, halusinasi pendengaran
mencerminkan adanya aktivasi abnormal jalur pendengaran normal. selama halusinasi,
ada aktivasi di subkortikal inti thalamik, striatal, struktur limbik (terutama hippocampus
dan daerah paralimbik, parahipocampal dan girus cingulate, serta korteks orbitofrontal).
Halusinasi pendengaran dapat terjadi pada keadaan lain selain skizofrenia.(14)
Pada perawatan hari kedua sampai hari keempat, diagnosis delirium YTT
ditegakkan. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan akut status mental, yaitu adanya
kesulitan mempertahankan perhatian. Sindrom ini mempengaruhi kesadaran dan fungsi
kognitif yang mungkin diikuti peningkatan aktivitas psikomotor. Selain itu delirium juga
mempengaruhi atensi dan pada beberapa pasien ada yang mengalami gangguan depresi.
Pada delirium, gangguan kesadaran adalah salah satu manifestasi awal, yang sering
berfluktuasi, terutama di malam hari saat stimulasi lingkungan berada pada titik terendah.
Penanganan seorang pasien harus bersifat holostik dengan melihat seluruh aspek,
yakni fisik, psikologis, dan keadaan sosiokultural. Penangaanan paling efektif dari
gangguan ini adalah farmakoterapi dan psikoterapi. Farmakoterapi yang digunakan yaitu
anti psikotik golongan atipikal (R/ Risperidon 0.5 mg/24jam//oral dan Olanzapine
5mg/24jam/oral), anti anxieatas, bezodiazepin (Lorazepam 0.5 mg/12jam/oral)
Beberapa keadaan yang memberikan gambaran prognosis yang baik pada kasus
ini adalah tidak terdapatnya gangguan psikiatri sebelumnya, faktor pencetus jelas, awitan
akut, tidak ada riwayat keluarga serta terdapatnya dukungan keluarga dan sosial yang
baik. Sedangkan yang memberikan prognosis buruk adalah hubungan dengan istri
keduanya yag tidak harmonis.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Depertemen Kesehatan RI, Gangguan mental Organik. Dalam : Pedoman


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III/PPDGJ III. Jakarta,
Depertemen Kesehatan RI, 1993.
2. Kaplan, Sadock. Otak dan perilaku. SINOPSIS PSIKIATRI. Edisi ketujuh. Jilid satu.
1997. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal : 154, 170
3. Perdossi. 2011. Guideline Stroke tahu 2011. Kelompok studi Stroke. Perhimpuna
Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Jakarta.
4. Lyvia S. Chriki, B.A; Szofia S. Bullain, M.D.; Theodore A. Stern, M.D. The
Recognition and Management of Psyshological Reaction to Stroke: A Case
Discussion. Prim Care Companion J Clin Psychiatry.2006;8(4)
5. Kneebonel I, and Lincoln N.B. Psycological Problems after Stroke and Their
Management : State of Knowledge. Journal Neuroscience & Medicine. 2012 ; 3 : 83-
89.
6. https://id.scribd.com/presentation/372603255/Gangguan-Mental-Lainnya-Akibat-
Kerusakan-Dan-Disfungsi-Otak
7. Leary, M. & Caplan, L. 2008. Cardioembolic stroke: an update on etiology, diagnosis,
and management. Annals of Indian Academy of Neurology, 11, 52-63.
8. Riskesdas 2013. Riset Kesehatan Dasar. Balai Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI tahun 2013.
9. PERDOSSI 2011. Guideline stroke. Pokdi Stroke, 11-12
10. Ropper et al., 2014; Ropper, A. H. & Samuels, M. A. 2014. Adams and Victor's
Principles of Neurology 10th ed, USA, McGraw Hill.Elkind et al., 2009 Elkind, M. S.
V. & Sacco, R. L. 2009
11. Vascular diseases. Dalam: Rowland, L. P. & Pedley, T. A. (eds.) Merritt's Neurology
12th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.).
12. Misbach, J. & Soertidewi, L. 2011. Anatomi pembuluh darah otak dan patofisiologi
stroke. Dalam: Jannis, J. & Soertidewi, L. (eds.) Stroke: Aspek Diagnosis,
Patofisiologi, Manajemen. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
13. Baehr M., Frotscher. DIAGNOSIS TOPIK NEUROLOGI DUUS. Edisi 4. 2010.
EGC. Jakarta. Hal 232

36
14. Braun CJ. Brain Modules of Hallucination : an Analysis of Multiple Patients With
Brain Lessions. Rev Psychiatri Neurosci. 2003. Avalaible at
http://www.researchgate.net.Accesed on May 2017

37
WAWANCARA PSIKIATRI
Auto-alloanamnsis (brain centre RSWS 10 juli 2020)
Seorang laki-laki, tampak dalam posisi berbaring terlentang, terpasang infus ditangan kanan,
memakai kaos putih dan selimut, perawakan sesuai umur.
D : assalamualaikum pak, sy dr. agus sulis, maaf bapak namanya siapa?
P : walaikum salam, sambil melihat dokter (pasien tampak sesak dan gelisah, suara
serak)
D : maaf, dengan bapak siapa?
P : pak abikusno dok
D : bagaimana kabarnya bpk?
P : kabar baik
D : bagaimana tidurnya bapa semalam
P : pasien tidak menjawab, tampak gelisah, tangan kiri sering digerakkan, ( tangan
kanan diikat di pinngar tempat tidur)
D : kenapa bapak kaya gelisah, ada yg sakit kita rasa?
P : tidak adaji
D : ini yg disamping siapa? ( sambil menunjuk ke menantunya)
P: anakku
D : bapak coba liat ke jendela, sekarang pagi atau malam?
P : pagi ( sambil bicara tidak jelas soalah-olah pasien berada didalam mobil)
D : bapak tau dimana sekarang ini
P : di bungku ( kampong di morowalI)
MP : begini terusmi dari semalam dok, mulai magrib gelisah, katanya ada yang mau
bunuhki, seperti ada suara2 dia dengar, baru ada orang dia lihat, kaya mau datang
bunuhki
D : sebelum-sebelumnya pernah seperti ini bapak?
MP : tidak pernah dok, baruji tadi malam bapak seperti ini, bilang ada yang mau
bunuhki, sampai kaya ketakutan sekali, terus kaya sesakki kelihatan dok, saturasinya
juga sampai turun jadi 86%. Kemarin2 hanya bicara-bicara saja dok, kaya dia bilang
injak rem, atau dia sering sebut air laut, terus dia cari orang-orang yang tidak ada di
dekatnyaa)
D : bapak, siapa yang ancam bapak
P : ada itu, dia mau bunuhka
D : laki-laki atau perempuan
38
P : laki-laki
D : waktu bapak sehat, sebelum kena stroke , bgmn bapak orangnya?
MP : 3 minggu terakhir ini dok memang sering melamun, pernah itu dia mau minum,
dia mau minum pake teko, padahal adaji gelas disampingnya, ini juga dia semntara
cicil motor, dia bilang cicilka motot ini 1 milyar, sudahmi kubayar 300 juta, sisanya
700 juta
D : bapak istirahatmi , jangan terlalu banyak gerak dulu,, biar cepat sembuh, bapak
mau pulang kan?
P : iya dok, sy mau pulang
D : terimakasih pak, saya permisi dulu, assalamualaikum
P : Waalaikum salam
https://www.intechopen.com/books/schizophrenia-treatment-the-new-facets/circuits-
regulating-pleasure-and-happiness-in-schizophrenia-the-neurobiological-mechanism-of-
delusio
https://www.hindawi.com/journals/bmri/2014/307106/

39

Anda mungkin juga menyukai