Anda di halaman 1dari 22

III.

2 -Rinitis Alergi
.

PEGANGAN PELATIH
ALERGI IMUNOLOGI

MODUL III.2
RINITIS ALERGI

EDISI II

KOLEGIUM

0
III.2 -Rinitis Alergi
.

ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK


BEDAHKEPALA DAN LEHER
2015

DAFTAR ISI

A. WAKTU............................................................................................................2
B. TUJUAN PEMBELAJARAN..........................................................................2
C. METODE PENELITIAN .................................................................................3
D. PERSIAPAN SESI ...........................................................................................7
E. KOMPETENSI.................................................................................................7
F. REFERENSI......................................................................................................8
G. GAMBARAN UMUM.....................................................................................8
H. CONTOH KASUS ...........................................................................................9
I. EVALUASI......................................................................................................10
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF..............................12
K. . INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR...................13
L. DAFTAR TILIK .............................................................................................16
M. MATERI PRESENTASI................................................................................18

1
III.2 -Rinitis Alergi
.

A. WAKTU

Mengembangkan Kompetensi Hari :


Waktu :
Sesi di dalam kelas 2 X 60 menit
Sesi dengan fasilitas pembimbing 4 X 60 menit
Sesi praktek dan pencapaian kompetensi 10 minggu ( kegiatan 3 X/ minggu)

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan dan ketrampilan serta perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan ketrampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
menatalaksana penyakit Rinitis Alergi tersebut diatas, yaitu :
1. Menguasai menjelaskan patogenesis timbulnya gejala dan tanda rinitis alergi
.
2. Trampil melakukan dan menginterpretasi hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik penderita rhinitis alergi
3. Mampu menetapkan diagnosis klinik RA dan mengklasifikasikan RA yang
dihadapi
4. Mampu melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan tes kulit.
5. Memutuskan pemeriksaan penunjang laboratorium yang diperlukan dan
menginterpretasi hasil nya.
6. Mampu memberikan pengobatan yang sesuai dengan guideline RA dan
kemampuan ekonomi serta pekerjaan penderita .
7. Mampu memberikan edukasi kepada penderita tentang RA.
8. Mampu menentukan indikasi IT dan melakukannya jika fasilitas tersedia

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti sesi ini setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :
1. Mengenali gejala dan tanda rhinitis alergi
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik penderita rhinitis alergi
3. Mengenali adanya manifestasi penyakit alergi lain seperti asma bronkhial,
urtika, alergi obat , alergi makanan dan adanya riwayat keluarga alergi.
4. Mampu menetapkan diagnosis klinik RA dan mengklasifikasikan RA yang
dihadapi
5. Memutuskan pemeriksaan penunjang /laboratorium yang diperlukan dan
6. menginterpretasi hasil pemeriksaan penunjang.
7. Mampu memutuskan pengobatan yang sesuai .
8. Mampu memberikan penyuluhan / penjelasan tentang RA.
9. Mampu mengenali komplikasi RA seperti OME, sinusitis dan polip hidung

2
III.2 -Rinitis Alergi
.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini setiap peserta didik diharapkan mampu :
1. Menjelaskan patogenesis gejala dan tanda rhinitis alergi
2. Menetukan diagnosis klinik RA berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
hidung.
3. Mengklasifikan RA yang dihadapi menurut klasifikasi WHO-ARIA.
4. Menjelaskan pengobatan yang harus diberikan kepada penderita dan dapat
memberikan arahan sesuai dengan penyakit dan daya beli penderita.
5. Mengenali berbagai jenis antihistamin, dekongestan hidung dan steroid,
efektifitas, dosis dan efek samping dari obat-obat tersebut
6. Menentukan indikasi, kontra indikasi untuk dilakukan tes alergi
7. Mempersiapkan penderita untuk dilakukan tes alergi/ tes kulit
8. Melakukan tes kulit dan menginterpretasikan hasilnya
9. Mengenali dan mengatasi jika terjadi komplikasi reaksi sistemik/ anafilaksi
selama tes kulit.
10. Menginterpretasi dan menjelaskan kepada penderita tentang hasil tes alergi
11. Menentukan indikasi dan kontra indikasi pemberian IT allergen spesifik pada
pend RA
12. Memilih allergen dan melakukan IT allergen spesifik pada pend RA.
13. Menentukan dosis terapi dari IT allergen spesifik pada pend RA
14. Mengenali gejala dan tanda jika terjadi reaksi sistemik selama IT dan
mengatasinya.

C. METODE PEMBELAJARAN

Tujuan 1. Mampu menjelaskan patogenesis timbulnya gejala serta tanda


rinitis alergi
Untuk mencapai tujuan ini dipilih metoda/proses pembelajaran dengan
cara :
 Interactive lecture
 Small group discussion
 Text book review
Peserta didik harus tahu :
1. Definisi RA
2. Fase-fase reaksi alergi tipe I ( sensitisasi, aktifasi dan elisistasi)
3. Berbagai mediator pada reaksi alergi tipe I yang berperan pada
gejala RA

Tujuan 2. Trampil melakukan dan menginterpretasi hasil anamnesis dan


pemeriksaan
fisik penderita rhinitis alergi
Untuk mencapai tujuan tersebut dipilih proses /pembelajaran melalui :
3
III.2 -Rinitis Alergi
.

 Small group discussion


 Stase di klinik alergi
 Presentasi kasus
Peserta didik harus tahu :
1. RA merupakan penyakit yang diturunkan dan dapat mempunyai
manifestasi
penyakit alergi yang berbeda-beda pada penderitanya maupun pada
keluarganya.
2. Gejala serta tanda Rinitis alergi yang khas/ sering didapatkan

Tujuan 3. Mampu menetapkan diagnosis klinik RA dan mengklasifikasikan


RA yang
dihadapi
Untuk mencapai tujuan tersebut dipilih proses / pembelajaran melalui:
 Text book review
 Small group discussion
 Stase di klinik alergi
Peserta didik harus tahu :
1. Gejala dan tanda Rinitis alergi
2 . Konsep tentang kualitas hidup
3. Klasifikasi RA menurut WHO-ARIA.

Tujuan 4. Mampu melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan tes kulit


Untuk mencapai tujuan tersebut dipilih proses / pembelajaran melalui:
 Text book review
 Stase di klinik alergi
 Presentasi kasus
Peserta didik harus tahu :
1. Imunoglobulin yang berperan pada penyakit alergi
2. Mekanisme imunologis tes alergi
3. Teknik pemeriksaan in vivo untuk diagnosis penyakit alergi
4. Macam-macam teknik pemeriksaan tes kulit, kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing pemeriksaan
5. Persiapan, teknik yang dipilih dan interpretasi hasil tes kulit.

Tujuan 5. Memutuskan pemeriksaan penunjang laboratorium yang


diperlukan dan menginterpretasi hasil nya.
Untuk mencapai tujuan tersebut dipilih proses / pembelajaran
melalui :
 Text book review
 Small group discussion
4
III.2 -Rinitis Alergi
.

 Stase di klinik alergi


Peserta didik harus tahu :
1 Prinsip pemeriksaan in vitro dan metoda pemeriksaan in vitro
untuk IgE.
2. Indikasi pemeriksaan in vitro dan nilai normalnya
3. Peran hasil pem in vitro dalam menegakan diagnosis RA.

Tujuan 6. Mampu memberikan pengobatan yang sesuai dengan guideline


RA (ARIA -WHO) dan kemampuan ekonomi serta pekerjaan
penderita.
Untuk mencapai tujuan tersebut dipilih proses / pembelajaran
melalui :
 Text book review
 Small group discussion
 Stase di klinik alergi
Peserta didik harus tahu :
1. Guideline penatalaksanaan RA dari WHO-ARIA
2. Berbagai macam antihistamin yang ada : klasifikasi, prinsip kerja
efektifitas, dosis dan keamanan masing –masing .
3. Kortikosteroid : indikasi, efektifitas, jenis sediaan, dosis , cara
pakai dan keamanan
4. Macam-macam dekongestan hidung: indikasi, dosis cara pakai dan
keamanan
5. Indikasi untuk pemberian IT dan menjelaskan kepada penderita
tentanmg teknik, keterbatasan dan keuntungan IT
6. Menentukan indikasi terapi operatif pada RA

Tujuan 7. Mampu memberikan edukasi kepada penderita tentang RA.


Untuk mencapai tujuan tersebut dipilih proses / pembelajaran melalui:
 Text book review
 Small group discussion
 Stase di klinik alergi
 Presentasi kasus
Peserta didik harus tahu :
1. Cara menjelaskan terjadinya gejala rhinitis alergi kepada penderita
2. Berbagai jenis allergen yang sering berperan penting pada
penyakit alegi hidung
3. Ekologi dermatophagoides ( dust mite) yang sangat berperan
pada rhinitis alergi di daerah tropis
4. Cara menjelaskan kepada penderita teknik mengurangi paparan
alergen
5
III.2 -Rinitis Alergi
.

5. Cara menjelaskan prognosis penyakit alergi dengan berbagai


cara pengobatan yang dipilih.

Tujuan 8. Mampu menentukan indikasi IT dan melakukannya jika fasilitas


tersedia.
Untuk mencapai tujuan tersebut dipilih proses / pembelajaran melalui:
o Text book review
o Small group discussion
o Stase di klinik alergi

Peserta didik harus tahu :


1. Mekanisme kerja IT
2. Indikasi dan kontra indikasi pemberian IT
3. Macam teknik IT
4. Cara IT dengan suntikan konvensional
5. Efek samping dan cara mengatasi bila terjadi selama IT.

Tujuan 9. Mampu mengenali komplikasi RA seperti sinusitis, OME dan


polip hidung
Untuk mencapai tujuan tersebut dipilih proses / pembelajaran melalui:
 Text book review
 Small group discussion
 Stase di klinik alergi
 Presentasi kasus

Peserta didik harus tahu :


1. Patogenesis sinusitis, OME dan polip hidung pada penderita RA .
2. Tanda dan gejala sinusitis, OME dan polip hidung
3. Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis pasti sinusitis, polip
hidung dan OME.

Rangkuman
Rinitis alergi adalah penyakit yang banyak ditemukan, dapat mengenai
semua jenis kelamin dan umur. Meskipun tidak fatal, RA menurunkan kualitas
hidup serta produktifitas penderitanya dan dapat komplikasi. Pengobatan dapat
secara medika mentosa dan imunoterapi. Hal penting yang harus diberikan
kepada penderita selain pengobatan adalah edukasi.

6
III.2 -Rinitis Alergi
.

D. PERSIAPAN SESI

 Materi presentasi:
LCD 1 : Definisi RA, klasifikasi RA
LCD 2 : Patogenesis reaksi alergi tipe I
LCD 3 : Patofisiologi reaksi alergi pada Rinitis Alergi
LCD 4 : Metoda diagnostik Rinitis Alergi
LCD 5. : Guideline Penatalaksanaan Rinitis Alergi dari ARIA WHO

 Kasus : Rinitis alergi tanpa komplikasi

 Sarana dan Alat Bantu Latih :


o Penuntun belajar (learning guide) terlampir
o Tempat belajar (training setting): bangsal THT, Poliklinik THT.
o Video
o Demo prosedur

E. KOMPETENSI

Mampu membuat diagnosis Rinitis alergi berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaan fisik serta dapat melakukan / menginterpretasikan hasil pemeriksaan
penunjang. Dokter dapat memutuskan terapi yang sesuai dengan guideline
penyakit dan kemampuan / situasi penderita dan dapat melakukan edukasi yang
tepat kepada penderita

Keterampilan:
Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Mengenali gejala dan tanda rhinitis alergi
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik penderita rhinitis alergi dan
menginterpretasi hasilnya.
3. Mengenali adanya manifestasi penyakit alergi lain seperti asma bronkhial,
urtika, alergi obat, alergi makanan dari anamnesis/ pemeriksaan fisik.
4. Memutuskan pemeriksaan penunjang /laboratorium yang diperlukan dan
menginterpretasi hasil pemeriksaan
5. Menetapkan diagnosis dan mengklasifikasikan RA yang dihadapi
6. Memutuskan dan memberikan pengobatan RA yang sesuai dengan guideline
.
7. Mengevaluasi hasil pengobatan dan merencanakan tindakan selanjutnya sesuai
guideline

7
III.2 -Rinitis Alergi
.

8. Memberikan penyuluhan / penjelasan tentang RA untuk mengurangi paparan


sehingga mencegah kekambuhan
9. Mampu memutuskan kapan seorang penderita RA perlu mendapat IT dan
dapat melakukannya jika terdapat fasilitas di tempat pelayanannya.
10. Mampu mengenali adanya komplikasi Rinitis alergi pada kasus yang datang
seperti sinusitis, OME dan polip nasi.

F. REFERENSI

1. John H Krause, Stephen J Chadwick, Bruce R Gordon, M Jennifer


Derebery . Allergy and Immunology An Otolaringic approach,
Lippincott Williams & Wilkins A Walters Kluwer Co, Philadelphia.
Baltimore. New York. London 2002 part I, II, III and V.
2. Byron J Bailey . Head and Neck Surgery – Otolaryngology , Lippicontt
Williams & Wilkins A Wolter Kluwer Co. Philadhelpia 2014 p 274-290.
3. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Celluler and Moleculer Immunology
Philadelphia: WB Saunders Co; 2014.

G. GAMBARAN UMUM

Rinitis alergi ( RA) merupakan manifestasi penyakit alergi yang banyak


dijumpai di klinik THT baik pada anak maupun dewasa. Pada survey anak
sekolah usia 13 dan 14 tahun didapatkan gejala RA sebanyak 18%. Penderita
sering mengeluhkan penyakitnya sudah berlangsung bertahun-tahun. Bagi
dokter, gejala klinik RA cukup jelas sehingga mudah dikenali, meskipun
demikian untuk memastikan apakah betul suatu RA harus dilakukan anamnesis ,
pemeriksaan fisik yang teliti dan jika memungkinkan dipastikan dengan
pemeriksaan alergi baik in vitro maupun in vivo. Masalahnya penderita sering
merasa terganggu dengan gejala RA, tetapi belum mengetahui faktor pencetusnya
sehingga mereka merasa tidak dapat menghindarinya. Penderita juga sering
khawatir bila terus menerus harus minum obat. Jika sudah diketahui pasti bahwa
penyakitnya adalah RA maka dapat dilakukan edukasi kepada penderita sehingga
dapat mengurangi paparan terhadap alergen penyebab. Dengan menguasai
patofisologi RA dan mengetahui berbagai obat anti alergi maka sebagian besar
gejala RA dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat ( aman dan terjangkau).
Jika memungkinkan dapat diberikan terapi yang dapat merubah perjalanan
penyakit RA seperti pemberian imunoterapi alergen spesifik. Jika terdapat kasus
yang sudah dengan komplikasi seperti sinusitis dan polip hidung atau asma
bronkhial maka pengobatan RA bersamaan dengan pengobatan komplikasinya,
dapat mengurangi kemungkinan terulangnya terjadi komplikasi tersebut.

8
III.2 -Rinitis Alergi
.

H. CONTOH KASUS

Tn M , umur 40 tahun datang ke klinik THT-KL dengan keluhan sering


mengalami bersin-bersin > 5 kali hampir setiap pagi selama kurang lebih 7 tahun.
Selain bersin-bersin juga disertai hidung gatal dan keluar ingus cair, jernih dan
banyak dari kedua lubang hidung. Hidung tersumbat pada malam hari, tetapi
tidurnya tidak terganggu. Keluhan bertambah hebat jika penderita terkena debu
dan keluhan berkurang setelah minum obat flu yang dibeli sendiri. Penderita
belum pernah berobat ke dokter. Penderita masih dapat melakukan kegiatan
sehari-hari, tetapi dirasakan terganggu dalam pekerjaanya. Tidak ada gangguan
tidur, tidak demam dan tidak batuk. Daya penciuman berkurang saat keluhan
muncul dan membaik setelah minum obat.
Riwayat alergi lain seperti asama pada penderita tidak ada. Anak ke dua
penderita menderita sakit yang sama. Riwayat alergi pada orang tua penderita
tidak diketahui dan sudah meninggal. Pada pemeriksaan fisik hidung didapatkan
mukosa hidung pucat, konka edem dan ingus cair. Septum nasi deviasi ringan ke
kiri. Telinga dan tenggorok dalam batas normal. Tes kulit cara prick hasilnya
positif (+++) terhadap alergen tungau debu rumah ( D farinei dan D pterinosinus),
human danders dan kecoa.

Jawaban :
Rinitis alergi dapat mengenai semua umur dan jenis kelamin. Keluhan / gejala
klinik yang berupa hidung gatal, rinore dan obstruksi hidung mungkin dapat
dijumpai semua pada seorang penderita dengan derajat gangguan yang bervariasi.
Untuk mendapat riwayat manifestasi alergi keluarga dapat ditanya dari orang tua,
saudara kandung atau anak penderita.
Septum deviasi dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit RA, tetapi untuk
melakukan koreksi operatif harus dipertimbangkan kontribusinya terhadap gejala
klinik / keluhan penderita karena keluhan dari RA penderita tidak akan hilang
setelah dilakukan operasi.
Selain pemeriksaan tersebut pemeriksaan naso endoskopi perlu dilakukan
jika setelah pengobatan RA tidak ada perbaikan yang nyata, untuk menilai derajat
obstruksi dari septum deviasinya atau kemungkinan kelainan anatomi lain.

I. EVALUASI

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk tertulis ( essay) dan
oral sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai
pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik dan peserta didik dapat
mempunyai gambaran apa yang harus diketahui dan dipelajari sehingga dapat
diidentifikasi kekurangan yang ada .
Materi pre tes terdiri dari :
9
III.2 -Rinitis Alergi
.

- Anatomi & fisiologi hidung


- Reaksi hipersensitifitas ( klasifikasi dari Gel & Combs)
- Patogenesis dan klasifikasi RA
- Diagnosis klinik dan terapi RA
- Indikasi dan kontra indikasi, persiapan dan teknik tes kulit serta
interpretasinya
- Guideline penatalaksanaan RA dari WHO ARIA
- Konsep kualitas hidup
- Macam –macam farmakoterapi untuk RA
- Indikasi, dosis, teknik IT alergen spesifik pada RA
- Tanda , gejala dan cara mengatasi jika terjadi reaksi sistemik/ anafilaksis
pada tes kulit dan IT.
- Cara penyuluhan/ penjelasan kepada penderita untuk menghindari
allergen.

2. Dilakukan diskusi dengan instruktur/ pembimbing untuk membahas


kekurangan yang teridentifikasi, membahas hal-hal yang tercantum dalam
penuntun belajar , kesempatan yang akan diperoleh selama bedside teaching
dan proses penilaiannya.

3. Setelah mempelajari penuntun belajar, peserta didik diwajibkan untuk melihat


dan memperhatikan aplikasi langkah – langkah yang tertera dalam penuntun
belajar yang dilakukan oleh kakak kelasnya pada Standardized Patient (SP)
yang sedang bekerja pada penderita/ kasus RA. Pada saat tersebut peserta
didik belum diperkenankan untuk mengerjakan sendiri, tetapi boleh membawa
penuntun belajar sambil memperhatikan yang dikerjakan oleh peserta didik
yang lebih senior. Setelah melihat, dilakukan diskusi dengan pembimbing
untuk membicarakan hal-hal yang belum jelas dari penuntun belajar. Baru
kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk mengaplikasikan penuntun
belajar dibawah pengawasan pembimbing / kakak seniornya dengan pedoman
penuntun belajar. Setelah dianggap cukup, peserta didik diberi kesempatan
untuk melakukan pada berbagai kasus yang datang di klinik alergi dan
diharuskan membicarakan / mendiskusikan rencana pengelolaan pasien yang di
hadapinya dengan pembimbing.
Pada saat pelaksanaan , evaluator/ senior melakukan pengawasan langsung
dan mengisi formulir penilaian yang isinya sebagai berikut :
Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkahnya
tidak dilaksanakan
Cukup : pelaksanaan sudah benar tapi tidak efisisen, misalnya
memerlukan waktu lama atau
membuat pasien tidak nyaman.
Baik : pelaksanaan sudah benar dan efisien.
10
III.2 -Rinitis Alergi
.

4. Setelah selesai bedsideteaching, dilakukan kembali diskusi untuk


mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan
dibicarakan di depan pasien dan memberikan masukan untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan.

5. Self assessment dan peer assisted evaluation dengan menggunakan penuntun


belajar

6. Pendidik/ fasilitator
Pengamatan langsung dengan menggunakan evaluation chek list form
(terlampir)
Penjelasan lisan dari peserta didik/ diskusi
Kriteria penilaian keseluruhan : Cakap, Tidak cakap, Lalai

7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi
tugas yang
dapat memperbaiki kinerja ( task-based medical education).

8. Pencapaian pembelajaran
Ujian akhir stase oleh unit kerja oleh masing-masing sentra pendidikan
Ujian akhir kognitif dilakukan di akhir tahap oleh masing-masing sentra
dilanjutkan
Ujian kognitif dilakukan dengan ujian tulis dan OSCA oleh Kolegium IK
THT –KL,

J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF

A. Kuesioner sebelum pembelajaran ( Pre tes )


1. Rinitis alergi merupakan manifestasi reaksi hipersensitifitas type I yang
gejalanya terdiri atas gejala reaksi fase segera dan reaksi fase lambat . B
/S
2. Mediator kimia yang berperan pada timbulnya semua gejala rinitis alergi
adalah histamin. S / B
3. Penilaian pada hasil tes kulit / tes alergi adalah berdasarkan adanya
bentol dan flare yang merupakan efek histamin. B /S.

Jawaban :
1. B 2. S 3. B

B. Kuesioner tengah pembelajaran


1. Yang menyebabkan kegagalan tes kulit adalah :
11
III.2 -Rinitis Alergi
.

A. Minum obat yang mengandung anti histamin


B. Penderita sedang mengalami serangan alergi berat
C. Penderita yang takut suntik
D. Penderita yang tidak alergi
2. Jika terjadi tanda-tanda reaksi sistemik selama tes alergi atau sesudah IT,
maka yang harus dilakukan pertama kali adalah :
A. Berikan oksigen
B. Ukur tensi dan nadi
C. Berikan adrenalin sub kutan/im
D. Berikan antihistamin
E. Berikan kortikosteroid

Jawaban :
1. A 2. B

12
III.2 -Rinitis Alergi
.

K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR TES ALERGI

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai


berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya
(jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan
atau membantu untuk kondisi di luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja
yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)

Nama Peserta ........................... Tanggal : ..........................

13
KEGIATAN KASUS

 Nama
III.2 -Rinitis Alergi
.  Diagnosis
 Informed Choice & Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan Sebelum Tindakan

II. PERSIAPAN PROSEDUR TES ALERGI

 Pastikan kelengkapan peralatan, bahan


dan obat-obatan esensial untuk prosedur
TES ALERGI yang telah tersedia dan
lengkap, yaitu :
1. Emergensi kit ( epineprin, seteroid,
antihistamin, spuit disposibel 1cc
tuberkulin), tensimeter, stetoskup,
Oksigen.
2. Ekstrak alergen dan jarum disposibel
(no 26) atau lanset darah disposibel.
3. Formulir hasil tes kulit dan inform
consent.
4. Pastikan penderita tidak
mengkonsumsi obat anti alergi atau
obat yang menekan reaksi histamin
selama 3 hari sebelumnya
5. Pastikan penderita tidak mengalami
serangan aleregi berat pada malam
hari atau sehari sebelumnya.

III. PROSEDUR TES ALERGI

1. Desinfeksi daerah volar lengan bawah ,


jika perlu cuci dulu dengan sabun ( jika
sebelumnya pasien mengenakan body
lotion)
2. Teteskan larutan kontrol positif (histamin)
dan kontrol negatif ( phenol/ bufer fosfat,
saline) dari KIT tes alergi yang tersedia
pada bagian proksimal lengan bawah
dengan jarak minimal 2 cm. Biasakan
daerah ulnar kontrol (+) histamin dan
daerah radial kontrol (-) larutan saline.
Tusuk dengan jarum disposibel ukuran 26
G atau lanset darah atau alat tes kulit yang
lain intra kutan/ dengan tusukan
superfisial tanpa mengeluarkan darah.
3. Tunggu kurang lebih 5-10 menit, dan
baca hasilnya. Beri tanda dan ukur bentol
pada histamin dan pada kontrol. 14
4. Jika terdapat bentol diameter minimal 3
mm pada histamin dan negatif pada
saline, lanjutkan dengan teteskan jenis
alergen yang tersedia dengan jarak tetesan
minimal 2 cm dan lakukan tusukan yang
sama. Hasilnya ditunggu paling lama 15
menit.
5. Ukur bentol yang terjadi pada masing-
masing jenis alergen dan bandingkan
III.2 -Rinitis Alergi
.

L. DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA

PROSEDUR TES ALERGI

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang


diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur,
dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur
atau panduan standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai
dengan prosedur atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan
oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih

PESERTA: _______________________ TANGGAL :______________


KEGIATAN NILAI
I. PERSIAPAN TES KULIT TUSUK
1. Menyiapkan alat dan ekstrak alergen untuk tes
alergi
2. Periksa obat emergensi untuk mengatasi jika
terjadi reaksi sistemik/ anafilaksi
3. Menyiapkan posisi pasien
4. Melakukan tindakan desinfeksi pada lokasi tes
alergi
5. Menyiapkan formulir hasil dan inform consent
II. PROSEDUR TES KULIT TUSUK
1. Desinfeksi daerah volar lengan bawah , jika perlu
cuci dulu dengan sabun ( jika sebelumnya pasien
mengenakan body lotion)
2. Teteskan larutan kontrol positif ( histamin) dan
kontrol negatif ( phenol/ bufer fosfat, saline pada
bagian proksimal lengan bawah dengan jarak
minimal 2 cm.
3. Daerah ulnar kontrol (+) histamin dan daerah
radial kontrol (-) larutan saline.
4. Tusuk dengan jarum disposibel ukuran 26 G atau

15
III.2 -Rinitis Alergi
.

KEGIATAN NILAI
lanset darah atau alat tes kulit yang lain intra
kutan/ dengan tusukan superfisial tanpa
mengeluarkan darah.
5. Tunggu kurang lebih 5-10 menit, dan baca
hasilnya. Beri tanda dan ukur bentol pada
histamin dan pada kontrol.
6. Jika terdapat bentol diameter minimal 3 mm
pada histamin dan negatif pada saline, lanjutkan
dengan teteskan jenis alergen yang tersedia
dengan jarak tetesan minimal 2 cm dan lakukan
tusukan yang sama. Hasilnya ditunggu paling
lama 15 menit.
7. Ukur bentol yang terjadi pada masing-masing
jenis alergen dan bandingkan dengan besar bentol
dari kontrol histamin. Jika sama atau lebih besar
dari kontrol histamin dinilai positip ( +++).
8. Selama tes kulit perhatikan penampilan pasien
dan tanyakan jika terdapat keluhan, ngantuk,
lemes atau terasa mual karena keadaan tersebut
dapat merupakan petanda reaksi sistemik.
9. Jika terdapat gejala reaksi sistemik, segera
pasien dibaringkan tanpa bantal, ukur tensi dan
nadi.
10. Meskipun belum selesai penilaian, bila ada
ancaman reaksi sistemik berupa shock segera
berikan adrenalin sub kutan dan tes alergi
dihentikan dan dapat diulang lain kali dengan
persiapan pengobatan sebelumnya

16
III.2 -Rinitis Alergi
.

K. MATERI PRESENTASI

LCD 1 : Definisi dan klasifikasi Rinitis Alergi

Rinitis alergi : kelainan hidung karena proses inflamasi mukosa hidung yang
dimediasi oleh hipersensitifitas tipe I, dengan gejala hidung gatal, bersin-bersin,
rinore dan hidung tersumbat yang bersifat reversibel secara spontan maupun
dengan pengobatan.
Klasifikasi RA :
Berdasarkan terdapatnya simptom :
1. RA Intermiten, 2. RA Persisten
kurang dari 4 hari/ minggu , lebih dari 4hari/ minggu
atau bila kurang dari 4 minggu sudah lebih dari 4 minggu

Berdasarkan beratnya gejala :


1. Ringan, 2. Sedang sampai berat
jika tidak terdapat salah satu Jika didapatkan satu atau lebih hal
dari hal-hal sebagai berikut : hal sebagai berikut

gangguan tidur
gangguan aktifitas sehari-hari/ malas/ olah raga
gangguan pekerjaan atau sekolah
simptom dirasakan mengganggu.

17
III.2 -Rinitis Alergi
.

LCD 2 : Patogenesis rekasi alergi tipe I

Skema patogenesis rekasi alergi tipe I


Alergen

Sel APC
(mukosa) alergen dipecah
peptida ( 7-14 aa.)
+ MHC klas II kel limfe + Lien

sel Th0 ( TCR + mol CD4) orang atopy


MHC klas II + ligand pd APC

(+)

Th1 Th2
( IL-2 , IFN- ) IL-3, IL-4, IL-5, IL-9

sel B sel eosinofil

IgE

Sirkulasi jaringan
sel basofil sel mast

IgE pd sel mast dan basofil


( penderita sudah sensitif/
tersensitisasi )
Paparan alergen
ulang yang sama
Degranulasi sel mast dan basofil

Mediator penyebab gejala RA

18
III.2 -Rinitis Alergi
.

LCD 3 : Patofisiologi reaksi alergi pada Rinitis Alergi

Skema patogenesis reaksi alergi pada Rinitis Alergi


Sel mast/ basofil degranulasi
Mediator

Preformed mediators Newly mediators


Histamin Prostaglandin
Heparin Leukotrien C4, D4, E4
Triptase Leukotrien B
Kininogenase

Efek mediator kimia pada rinitis alergi

Saraf Kelenjar Pembuluh darah

Gatal mukus vasodelatasi


Refleks eksositosis penebalan mukosa
Bersin rinore permaibilitas meningkat
malaise

19
III.2 -Rinitis Alergi
.

LCD 4 : Metoda diagnostik Rinitis Alergi

ANAMNESIS
Anamnesis dimulai dengan pertanyaan yang meliputi gejala di hidung
Gejala rinitis alergi yang perlu ditanyakan adalah :
- Bersin-bersin (lebih dari 5 kali setiap kali serangan)
- Rinore (ingus bening encer)
- Hidung tersumbat ( menetap/ berganti-ganti)
- Gatal di hidung, tenggorok, langit-langit atau telinga
Selain itu perlu ditanyakan :
- Frekuensi serangan, beratnya penyakit, lama sakit, intermiten atau persisten. .
- Manifestasi penyakit alergi lain sebelum atau bersamaan dengan timbulnya
rinitis
- Riwayat atopi di keluarga
- Faktor pemicu timbulnya gejala rinitis alergi
Pemeriksaan penunjang :
- Tes alergi
- Naso endoskopi
- Pemeriksaan IgE spesifik

20
III.2 -Rinitis Alergi
.

LCD 5. Guideline Penatalaksanaan Rinitis Alergi dari ARIA WHO


Diagram panajemen Rinitis Alergi

Dengan co
RINITIS ALERGI morbid
Tanpa co morbid
RA tdk terkontrol
Co morbid terkontrol
Asma br 
kontrol
Kel anatomi 
intermitent persistent operasi
Infeksi  AB
Polip  operasi
Sinusitis kronik
Sedang- berat  operasi
ringan ringan Sedang- berat

Edukasi + avoidance Edukasi + Edukasi + avoidance


* avoidance * *
Antihistamin oral/ Antihistamin oral *
*Topical Antihistamin oral * Steroid topical **
Kromolin sodium Nasal dekongestan Decongestan *

Tak terkontrol ? Tak terkontrol ?

Steroid topical
** IMUNOTERAPI SPESIFIK
* / ** / ***
Tak terkontrol ?
Tak terkontrol ?
Keterangan :
Obstuks Rinore
* Rumah sakit Kabupaten
** RS Provinsi/ RS Pendidikan Sp THT
atau bila tersedia di aapotik
*** RS rujukan Nas/ RS pendidikan Sp THT
Operatif antikholinergik 21

Anda mungkin juga menyukai