Anda di halaman 1dari 56

Pendekatan pada Mata Merah

Miratasya Zulkarnaen
Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RSCM Kirana
Anatomi Mata

Ansari MW, Nadeem A. Atlas of Ocular Anatomy. Cham: Springer International Publishing; 2018.
Bola Mata
• Bola mata terdiri dari 3 lapisan dari luar ke dalam yaitu :
• Lapisan fibrosa
• Kornea di anterior dan sklera di posterior.
• Lapisan vascular
• koroid, badan silier, dan iris à UVEA
• Lapisan neural, disebut juga retina.
Accessory structures of the Eye
from a sagittal view
Internal Anatomy of the Eye
Detail view of the anterior anatomy
of the eye
Anamnesis Mata merah
• Penglihatan buram/tidak Riwayat yang ditanyakan

• Onset & Durasi • Pemakaian lensa kontak


• Trauma
• Unilateral/Bilateral
• Terpapar orang sakit dengan
• Keluhan lain: mata merah
• Nyeri, sensasi benda • Penyakit sistemik (autoimmune,
asing, gatal, fotofobia, alergi, dll)
secret • Tindakan/operasi pada mata
(Clear/Purulen/Mucoid)
• Pengobatan sebelumnya
• Rekurensi • Pengobatan alternatif/herbal

1. Frings A, Geerling G, Schargus M. Red Eye: A Guide for Non-specialists. Dtsch Arztebl Int. 2017;114(17):302-12
2. Cronau H, Kankanala RR, Mauger T. Diagnosis and management of red eye in primary care. Am Fam Physician. 2010;81(2):137-44.
3. Kaur S, Larsen H, Nattis A. Primary Care Approach to Eye Conditions. Osteopath Fam Physician. 2019;11(2).
Pemeriksaan Mata
• Tajam penglihatan
• Gerakan bola mata
• Tekanan bola mata
• Inspeksi pasien secara
keseluruhan
• Evaluasi
• Kelopak mata
• Konjungtiva
• Kornea (kejernihan, tes
fluorescein dengan cobalt blue
filter)
• Pupil (Bentuk, refleks cahaya)
• Lensa, Badan vitreus dan retina

1. Frings A, Geerling G, Schargus M. Red Eye: A Guide for Non-specialists. Dtsch Arztebl Int. 2017;114(17):302-12
2. Cronau H, Kankanala RR, Mauger T. Diagnosis and management of red eye in primary care. Am Fam Physician. 2010;81(2):137-44.
3. Kaur S, Larsen H, Nattis A. Primary Care Approach to Eye Conditions. Osteopath Fam Physician. 2019;11(2).
Alat – alat
pemeriksaan mata
• Snellen Acuity Chart
• Alat pengukur tekanan
bola mata (Jika tidak
ada alat bisa dengan
perpalpasi)
• Penlight
• Loupes
• Ophthalmoscope
• Fluorescein dan artificial
tears
• Slit lamp biomicroscopy

Contoh-contoh alat pengukur tekanan bola


mata
(A) Non-contact tonometer
(B) Goldmann applanation tonometer
(C) Perkins applanation tonometer
(D) iCare rebound tonometer
1. Frings A, Geerling G, Schargus M. Red Eye: A Guide for Non-specialists. Dtsch Arztebl Int. 2017;114(17):3
2. Kaur S, Larsen H, Nattis A. Primary Care Approach to Eye Conditions. Osteopath Fam Physician. 2019;11
Jenis-jenis Injeksi

Azari AA, Barney NP. Conjunctivitis: a systematic review of diagnosis and treatment. JaAMA. 2013;310(16):1721-30.
Mata merah ?

Hordeolum/
Blefaritis Pterigium
Chalazion

Perdarahan
Konjungtivitis Keratitis
subkonjungtiva

Endoftalmitis Panoftalmitis Glaukoma

Episkleritis dan Exposure


Uveitis Anterior
Skleritis Keratitis
Konjungtivitis
Pterigium
Hordeolum –
Visus tenang Chalazion
Perdarahan
Subkonjungtiva
Episkleritis - SKleritis

Mata Merah

Keratitis – Ulkus
kornea
Uveitis anterior
Visus turun Endoftalmitis
Panoftalmitis
Glaukoma
Exposure Keratitis
Blefaritis (Kompetensi: 4A)
Anterior
• Mengenai kelopak mata
bagian luar depan (tempat
melekatnya bulu mata).
• Etiologi:
• Staphylococcus aureus
(ulseratif)
• Blefaritis seboroik (non-
ulseratif)

Posterior
• Mengenai kelopak mata
bagian dalam
• Berhubungan dengan
kelainan kelenjar meibom

Bowling B, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic approach. 8. ed. s.l.: Elsevier; 2016.
Blefaritis
Anamnesis
•Kelopak mata terasa gatal,
panas
•Kelopak mata merah dan berair
•Bulu mata rontok
•Skuama/ keropeng pada bulu
mata

Pemeriksaan fisik
•Skuama pada tepi kelopak
•Madarosis
•Obstruksi pada duktus kelenjar
meibom
•Sekresi meibom keruh
•Injeksi pada tepi kelopak
•Abnormalitas film air mata:
foamy tears

Bowling B, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic approach. 8. ed. s.l.: Elsevier; 2016.
Penatalaksanaan
• Lid hygiene (bersihkan seluruh skuama atau
krusta)
• Lid massage
• Antibiotik empirik
• Steroid (dari dokter mata)
• Artificial tears

Bowling B, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic approach. 8. ed. s.l.: Elsevier; 2016.
Hordeolum / Chalazion
Kompetensi: 4A

Tear Film
• Lipid : Holokrin
1. Meibom (Tarsus)
2. Zeiss (Palpebra) + Moll
• Aqueos : Eksokrin
1. Kelenjar Lakrimal Utama
2. Krauss (Palpebra)
3. Wollfring (Palpebra)
• Mucin : Holokrin
1. Sel Goblet Konjungtiva
2. Sel epitel Konjungtiva
Hordeolum / Chalazion
Kompetensi: 4A

• Hordeolum: abses pada kelenjar palpebra yang umumnya


disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
• Dibagi menjadi 2:
• Interna à infeksi kelenjar Meibom
• Externa à Infeksi kelenjar Zeiss atau Moll
• Gejala Klinis:
• Benjolan merah pada kelopak mata, nyeri, pembengkakan kelopak,
fotofobia, rasa hangat, gatal, mata berair
• Tatalaksana
• Kompres hangat, 3-4x sehari selama 10-15 menit
• Salep antibiotic topikal
• Analgesik

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551666/
Hordeolum Hordeolum
Eksterna Interna

Lang GK, Wagner P. The eyelids. In: Ophthalmology. New York: Thieme Stuttgart; 2009. p.
Chalazion
Kompetensi: 3A

• Peradangan granulomatosa kronis kelenjar


Meibom yang tersumbat

• Gejala Klinis:
• Benjolan pada kelopak tidak hiperemis dan tidak
nyeri
• Pseudoptosis

• Tatalaksana
• Insisi drainase

Lang GK, Wagner P. The eyelids. In: Ophthalmology. New York: Thieme Stuttgart; 2009. p.
Pterigium
Kompetensi: 3A

• Tiga penyebab utama: sinar ultraviolet, mata kering, paparan debu


• Anamnesis:
• Jaringan fibrovaskular menonjol pada permukaan perilimbus konjungtiva hingga kornea mata. Bisa tidak
bergejala atau dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, merah, gatal, hingga distorsi penglihatan
• PF:
• Jaringan fibrovaskular biasanya mulai muncul dari konjungtiva nasal (atau temporal), berbentuk segitiga,
dengan puncak yang menuju pusat dari kornea.

• Diagnosis Banding:
• Pseudopterigium (bekas trauma kimia/thermal), neoplasia, pinguekula (hanya di konjungtiva, tidak
menjalar ke kornea)
• Tatalaksana
• Observasi
• Artificial tears
• Rujuk jika muncul keluhan: mata sering merah, pterigium mendekati aksis penglihatan, gangguan
penglihatan
• Operasi eksisi, rekurensi 80%
• AVULSI dan CONJUNCTIVAL LIMBAL GRAFT : rekurensi 20%

https://emedicine.medscape.com/article/1192527-
Pterigium

Bowling B, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic approach. 8. ed. s.l.: Elsevier; 2016.
Konjungtivitis
Kompetensi: 4A
• Inflamasi atau peradangan pada konjungtiva akibat paparan agen infeksi, baik
endogen (hipersensitivitas dan autoimun) maupun eksogen (bakteri, virus, jamur)

Konjungtivitis Bakteri
• Etiologi: Staphylococci, streptococci, gonococci
• Gejala klinis: Konjungtiva hiperemis, sekret mukopurulen di forniks
• Tata laksana: Kloramfenikol 1% atau gentamisin 0.3% tetes mata setiap 3-4 jam

Konjungtivitis Gonore
• Gejala klinis: nyeri, sekret banyak, edema palpebra, hiperemis, kemosis konjungtiva, pembesaran
kelenjar limfa
• Tata laksana: Ceftriaxone 1g IM, topikal levofloxacin / gentamisin setiap jam selama 2-3 hari
pertama kemudian 6x sehari selama 7 hari
Konjungtivitis

Konjungtivitis Viral
• Gejala klinis: reaksi konjungtiva folikular akut,
limfadenopati, sekret jernih
• Tatalaksana: suportif

Konjungtivitis Alergi
• Gejala klinis: umumnya pada anak-anak, gatal, mata
berair, kemosis
• Tata laksana: hindari allergen, antihistamin topikal, mast
cell stabilizer, simptomatik

Bowling B, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic approach. 8. ed. s.l.: Elsevier; 2016.
Konjungtiva hiperemis Folikel dan papil

Kemosis Pseudomembran
Perdarahan Subkonjungtiva
Kompetensi: 4A

• Kemungkinan penyebab: trauma, batuk, bersin, atau bahkan mengucek mata


atau secara spontan akibat peningkatan tekanan darah di pembuluh darah
mata yang singkat dan tiba-tiba.
• Anamnesis:
• Riwayat penyakit vascular (HT/hiperlipidemia/diabetes), penggunaan obat
(antikoagulan/antiplatelet), dan kondisi lain yang menimbulkan gejala yang
meningkatkan tekanan intraokular (batuk/muntah/konstipasi)
• PF:
• perdarahan terlokalisir dengan batas tegas pada permukaan bawah konjungtiva,
tanpa nyeri, dan tanpa penurunan visus
• Biasanya unilateral, dan pada kuadran inferotemporal
• Tidak disertai: kemosis, proptosis, sekret purulent, oftalmoplegia, injeksi silier
• Tatalaksana
• Tidak perlu tatalaksana khusus
• Jika tidak nyaman: tetes air mata artifisial atau kompres dingin
• Biasanya tidak berbahaya (self-limiting) dan darah akan diserap dalam 1-2 minggu,
kecuali persisten atau rekuren
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551666/
Perdarahan
Subkonjungtiva

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551666/
EPISKLERITIS - SKLERITIS
• Inflamasi berulang jinak dari episklera.
• Dapat membaik sendiri dan sering rekuren
• Lebih sering terjadi pada wanita > pria
• Etiologi yang pasti masih belum diketahui hingga saat ini.
• Berhubungan dengan penyakit sistemik (gout, rheumatoid
arthritis, rosacea, dan psoriasis)
• Dipertimbangkan sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap
endogen tuberkuler atau toksin streptokokus
Diagnosis (Episkleritis Simpel)
ANAMNESIS
• Mata merah, tidak nyaman
• Sensasi seperti benda asing
• Fotofobia dan lakrimasi bisa saja muncul

PEMERIKSAAN FISIK
• Lebih dari setengahnya bilateral
• Kemerahan sectoral atau difus à distribusi seringnya di interpalpebra,
berbentuk triangular dengan dasar di limbus
Gambar episkleritis simpel, A = sectoral, B = difus
Diagnosis (Episkleritis Nodular)
ANAMNESIS
• Mata merah
• Rasa tidak nyaman à muncul nodul

PEMERIKSAAN
• Nodul vaskular kemerahan, nyeri (+) di
fisurainterpalpebra
• Slitlamp à Reaksi bilik mata depan (+/-
10%)
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang episkleritis :
• Tes phenilefrin10% à menghilangkan
kongesti pembuluh darah konjungtiva
dan episklera.
Tata Laksana
• Jika penyakitnya ringan, tidak perlu diberi pengobatan, cukup
diberikan kompres dingin atau air mata artifisial.
• NSAID atau Steroid topikal lemah 4 x sehari selama 1-2 minggu
• Tatalaksana underlying disease
SKLERITIS
• Peradangan pada sklera yang ditandai dengan edema dan infiltrasi
seluler dari seluruh lapisan sklera.
• Insidensi skleritis lebih rendah jika dibandingkan dengan episkleritis.
• Skleritis biasanya muncul pada pasien usia lanjut (umur 40 – 70
tahun) dan lebih sering mengenai wanita.
• Skleritis yang non-infeksius / dimediasi oleh imun merupakan tipe
yang paling sering terjadi berkaitan dengankondisi inflamasi sistemik.
Etiologi
• Autoimmune collagen disorders, terutama rheumatoid arthritis
• Kelainan metabolik, seperti gout dan tirotoksikosis
• Infeksi, seperti herpes zoster, infeksi kronik stafilokokus dan
streptokokus
• Penyakit granuloma seperti tuberculosis, sifilis
• Berbagai kondisi, seperti radiasi, luka bakar kimiawi
• Skleritis diinduksi operasi
• Idiopatik
Klasifikasi
• Skleritis Anterior
• Skleritis anterior non-necrotizing
üDifus
üNodular
• Skleritis anterior necrotizing
üDengan inflamasi
üTanpa inflamasi (scleromalacia perforans)
• Skleritis Posterior
skleritis anterior difus non-necrotizing
Skleritis anterior nodular non-necrotizing

Skleritis Posterior

Dari pemeriksaan didapatkan :


• Ablasio retina eksudatif
• Edema diskus dengan disertai
penurunan penglihatan
KERATITIS - ULKUS KORNEA (3A)
• Keratitis: infeksi pada kornea mata
• Menyebabkan mata merah, edema pada kornea, dan peradangan pada bilik
mata depan
• Disebabkan paling sering oleh infeksi (bakteri, jamur, virus)
• Namun dapat juga karena non-infeksi, seperti autoimun, alergi, dry eye, trauma
kimia, etc
• Dapat berprogresi menjadi ulkus kornea (tanda klinis menyerupai yang disertai
dengan defek pada kornea, staining positif) dapat berlanjut hingga perforasi bilik
mata depan dan endoftalmitis

Bowling B, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic approach. 8. ed. s.l.: Elsevier; 2016.
Manifestasi Klinis

Mata merah Sensasi benda


Nyeri
unilateral asing

Berair, keluar Penurunan


Fotofobia tajam
sekret dari mata
penglihatan

Bowling B, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic approach. 8. ed. s.l.: Elsevier; 2016.
Pemeriksaan Penunjang
Corneal
scraping

- Preparat basah diambil


dari dasar dan tepi ulkus
- KOH 10% untuk mencari
elemen filamen atau sel
ragi
- Staining Gram/Giemsa

- Kultur di agar dextrous


sabouraud Preparat KOH 10%: tanda Preparat gram positif:
panah menunjukkan filamen filamen terwanai gram
- Analisis PCR

Rathi VM, Thakur M, Sharma S, Khanna R, Garg P. KOH mount as an aid in the management of infectious
keratitis at secondary eye care centre. Br J Ophthalmol. 2017;1447–50.
Keratitis Jamur
- Faktor resiko: riwayat trauma
dengan tumbuhan, mencuci
dengan air sirih
- Karakteristik: infiltrat putih
keabuan, lesi eksofitik,
endothelial plaque, batas
feathery edge, dengan lesi
satelit, dapat disertai
dengan hipopion
- Tatalaksana: rujuk ke spesialis
mata, antifungal topikal
(Natamycin eyedrop per
jam), antifungal oral
(Ketoconazole 2x200 mg),
irigasi/aspirasi hipopion,
injeksi antifungal
(Voriconazole atau
Amfoterisin B)
Mahmoudi S, Masoomi A, Ahmadikia K, Tabatabaei SA, Soleimani M, Rezaie S, et al. Fungal keratitis: An
overview of clinical and laboratory aspects. Mycoses. 2018;61:916–30.
Keratitis Bakteri
- Faktor resiko: penggunaan
lensa kontak, mencuci
dengan air keran/air
kencing, kelilipan
debu/serangga
- Karakteristik: infiltrat
berbatas tidak tegas, defek
pada kornea, melting,
dapat disertai dengan
hipopion
- Tatalaksana: rujuk ke spesialis
mata, antibiotik topikal
(Levofloksasin atau
Gentamycin atau
Kloramfenikol), antifungal
oral (Levofloksasin atau
Amoksiklav)

American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea. USA: AAO; 2019
Keratitis Akantamoeba
- Faktor resiko:
penggunaan lensa
kontak dipakai berenang
- Karakteristik: nyeri mata
hebat, ulkus dengan
perineural dan stromal
ring infiltrate
- Tatalaksana: rujuk ke
spesialis mata,
poliheksametilen
biguanid 0.02%,
klorheksidin 0.02%

Bowling B, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic approach. 8. ed. s.l.: Elsevier; 2016.
Keratitis Viral

- Disebabkan: virus herpes


simpleks atau herpes zoster
- Karakteristik:
blefarokonjungtivitis, infiltrat
intrastromal, lesi kornea
berbentuk
dendritik/pseudodendritik
- Tatalaksana: rujuk ke spesialis
mata, antiviral topikal (salep
asiklovir 3%), antiviral oral
(Asiklovir 5x400 mg)

American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea. USA: AAO;


Uveitis Anterior
• Anterior uveitis akut terjadi lebih sering terjadii dibandingkan
kronik.
• unilateral
• Dari anamnesis bisa didapatkan :
• Nyeri, fotofobia, mata merah, keluar sekret berair, rasa tidak nyaman
• Tajam penglihatan terganggu/tidak tergantung tingkat keparahan
inflamasinya
Gambar nodul Busacca dan Koeppe

Gambar A = injeksi siliaris, B = miosis pupil, C = anterior


chamber cells, D = hipopion
Gambar sinekia posterior

Rujuk ke Spesialis Mata


• Peradangan purulen pada jaringan
intraocular
• Bisa eksogen / endogen
• Merupakan suatu kegawatdaruratan mata
• Gejala dan tanda : nyeri, kemosis,
Endoftalmitis bengkak pada kelopak, kornea keruh,
mata merah, hipopion, fotofobia
(Kompetensi 2)
• Perlu diberikan antibiotik sistemik segera
dan injeksi antibiotic intravitreal
• Pilihan AB intravitreal : vancomycin,
ceftazidime
• Pilihan AB sistemik: floroquinolones
• AB topikal
• Rujukan segera
Endoftalmitis

Post-op akut

Post-op
kronik

Trauma
Eksogen
Bleb-
associated

Post injeksi
intravitreal
Endoftalmitis
Ulkus kornea

bakteri
Endogen
fungus

Bowling B, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic approach. 8. ed. s.l.: Elsevier; 2016.
Panoftalmitis
• Peradangan jaringan bola mata dan
jaringan periokular
• Terdapat gangguan gerak bola mata
• Merupakan suatu kegawatdaruratan
mata
• Gejala dan tanda : nyeri, kemosis,
bengkak pada kelopak, kornea keruh,
mata merah, hipopion, fotofobia,
gangguan gerak bola mata
• Perlu rujukan segera !

Bowling B, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic approach. 8. ed. s.l.: Elsevier; 2016.
Glaukoma
Akut
(Kompetensi 3B)
GEJALA
• Mata merah dan buram
• Nyeri yang berat pada mata
• Nyeri kepala sebelah
• Mual dan muntah

TANDA
• Visus menurun MENDADAK
• Peningkatan TIO
• Sudut bilik mata tertutup
• Edema kornea
• Pupil middilatasi

Bowling B, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic approach. 8. ed. s.l.: Elsevier; 2016.
Acute Angle-closure Glaucoma

Signs

• Severe corneal oedema • Ciliary injection • Complete angle closure


(Shaffer grade 0)

• Dilated, unreactive, • Shallow anterior


vertically oval pupil chamber
Manajemen
• Rujuk ke dokter spesialis mata
• Secepatnya menurunkan tekanan bola mata:
1. Asetazolamid loading dose 500 mg lanjut 3x250 mg
2. Oral gliserin / IV mannitol apabila diperlukan
3. Timolol 0.5% 2x sehari
4. Latanoprost 1x sehari
5. Tindakan laser/operasi
Keratitis exposure
• Kerusakan pada kornea dikarenakan
tidak adekuatnya eyelid closure.
• Sering ditemukan pada pasien dengan
penurunan kesadaran, facial nerve
palsy, tumor yang menyebabkan mata
menjadi proptosis
• Apabila tidak diatasi dapat berakhir ke
infeksi dan kebutaan

Tatalaksana
• Konsul Spesialis mata
• Lid taping dan artificial tears
Take Home Message
• Banyak sekali penyebab mata merah
• Edukasi kepada pasien dan keluarga sangat penting
• Edukasi stigma yang salah berupa kebiasaan di masyarakat
mencuci mata dengan air rebusan daun, urin, menjilat mata
• Hindari penggunaan kontak lensa tanpa konsultasi terlebih
dahulu ke SpM
• Pemberiaan obat-obatan yang mengandung steroid harus
dalam pengawasan ketat dan tepat guna
• Selalu semangat, salam sehat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai