Anda di halaman 1dari 9

Prosedur yang utama diulangi di meridian jam 8, menggeser probe secara sementara

disekitar bolamata.2,3,12(Byrne ,2002)(Colemann J, Silverman RH, 2006)(Waldron, Rhonda G, 2012)

Gambar. Probe untuk


pemindaian dalam delapan
meridian(HV Nema, Nitin Nema, 2009)
Gambar. Pemeriksaan A scan dengan posisi probe limbus
arah jam 6, forniks, dan perpendikular terhadap retina
yang bersebrangan(HV Nema, Nitin Nema, 2009)

Walaupun terbatas untuk mengevaluasi segmen


anterior, A scan dapat digunakan dengan memakai
tehnik immersi sederhana. Kulit sklera sentuhkan dengan probe yang berisi
methylselulosa/cairan imersi. Dengan menggunakan tehnik ini, kornea, kamera okuli
anterior, iris, lensa dan ukuran axial lenght dapat diperoleh.(HV Nema, Nitin Nema, 2009)(Waldron, Rhonda G,
2012)

IV.2. Indikasi dari A Scan


USG A Scan di indikasikan untuk mengevaluasi segmen posterior pada keadaan
opak menyeluruh ataupun sebagian dari segmen anterior atau posterior. Dapat juga
digunakan untuk melihat posisi, mengukur tumor dan evaluasi pertumbuhannya, juga
untuk mendeteksi benda asing intraokuler dan memperhitungkan luas dari kerusakan
intraokular pada kasus trauma.(HV Nema, Nitin Nema, 2009)
Biometri merupakan indikasi penting lainnya dari A Scan, untuk pengukuran
panjang lensa yang tepat yang diperlukan pada kalkulasi kekuatan lensa intraokuler. (HV Nema,
Nitin Nema, 2009)

IV. 3. Interpretasi A Scan normal


Pemeriksaan echospike balamata normal dari kiri ke kanan: (HV Nema, Nitin Nema, 2009)
1. Puncak Initial (I) mewakili gaung pada petunjuk probe dan tidak mempunyai makna
klinis
2. Garis dasar (B) mewakili rongga vitreous yang dicirikan oleh ketidak adaan echospike
dalam kondisi normal. Adanya beberapa titik garis horizontal memerlukan evaluasi
untuk melihat kondisi patologis
3. Puncak retina (R) Satu garis lurus, echospike naik tinggi perpendikular dari garis
dasar. Echospike bergerigi artinya bahwa probe tidak di tempatkan secara
perpendikular
4. Puncak koroid banyak memantulkan cahaya echospike tinggi yang terlihat antara
puncak retina (R) dan puncak sclera (S)
5. Puncak sklera sulit untuk dibedakan dari puncak koroid
6. Puncak orbital (O) echospike multiple disamping puncak sclera. Puncak awal
memantulkan cahaya tinggi dan reflektivitas berkurang dengan cepat karena
kelemahan suara pada orbita
7. Skala elektronik (E) ditampilkan lebih rendah pada layar. Pemeriksaan pada
sensitivitas sistem yang rendah (low gain) identifikasi secara jelas echospike retina
dan sklera.

Gambar. Tampilan normal A Scan(HV Nema, Nitin Nema, 2009)

Interpretasi A Scan:(Kurana,2007)
 Jarak antara dua echospike menunjukkan ukuran tidak langsung dari jaringan
seperti panjang bola mata, kedalaman anterior chamber dan ketebalan lensa
 Tinggi dari spike/puncak menunjukkan kekuatan dari jaringan mengirim balik echo.
Kornea, lensa dan sclera membentuk amplitude spike/puncak yang sangat tinggi.
Sedangkan membrane vitreus, perdarahan pada vitreus membentuk puncak yang
rendah

Gambar. Echo dari mata normal(Kurana,2007)


Karakteristik A Scan yang baik pada biometri:(Istiantoro Sukardi, Johan A, Hutauruk, 2004)
Terdapat 5 buah echo
 Echo kornea yang tinggi
 Echo yang tinggi dari lensa bagian anterior dan posterior lensa
 Echo retina yang tinggi dengan bentuk yang langsing tegak lurus
 Echo yang tidak terlalu tinggi dari sklera
 Echo yang rendah yang berasal dari lemak orbita
Tinggi echo yang baik
 Ketinggian echo dari bagian anterior lensa harus lebih dari 90%
 Echo yang berasal dari posterior lensa tingginya antara 50 s/d 75%
 Echo retina mempunyai tinggi yang lebih dari 75%
V. USG B Scan
USG B Scan menggabungkan scanning transduser dengan proses sinyal untuk
menghasilkan gambar cross sectional dari bola mata dan orbita. Kualitas bergantung pada
faktor sistem mode A, akan tetapi ada tambahan mekanikal dan pertimbangan-
pertimbangan untuk penggunaan klinis optimal dan interpretasi yang layak. B Scan juga
cocok untuk semua jenis artiefak yang sudah dikenal dan dapat dieliminasi dengan mudah.
Servo pada B Scan adalah suatu alat untuk mengontrol pergerakan dari transduser
dengan probe dan menetapkan orientasi dari transduser pada waktu tertentu. Kontrol
dari servo dimasukkan ke mesin oleh probe dan gerak transduser, penerima servo terus
menerus pada posisi itu.(Colemann, Silverman RH, 2006)
Sistem mode B yang paling sederhana menggunakan pergerakan scan transduser
linear. Pada transduser digerakkan secara tegak lurus untuk axis sinar. Pada pemeriksaan
linear sumber ganda ultrasound disejajarkan pada suatu jaringan untuk membungkus
daerah tertentu. Jumlah suara tercermin digambarkan sebagai suatu titik cahaya. Semakin
banyak suara tercermin, semakin jelas titik-titik tersebut. (Colemann, Silverman RH, 2006) (Kanski, 2006)
Gambar. Contoh A/B Scan(Anon, 2013)
B Scan (B untuk brightness). Tampilan B Scan pada struktur okuler tersebut tidak
diperlihatkan sebagai defleksi-defleksi vertikal pada layar terapi lebih sebagai titik-titik
cahaya. Semakin banyak suara yang kembali dari struktur okular, maka semakin padatlah
titik-titik cahaya. Transduser USG untuk tampilan B Scan di scan pada mata, baik secara
manual maupun dengan dorongan mata. Scanning ini menghasilkan suatu seri banyak
titik-titik yang terangnya bervariasi dan struktur okular maupun orbital dan secara
essensial menggambarkan potongan silang dua dimensi orbital dan bola mata. (HV Nema, Nitin
Nema, 2009) (Fulles D, Hutton WR, 2007)

V. 1. Indikasi USG B Scan


USG B Scan dapat digunakan sebagai pemeriksaan lanjut pada beberapa kondisi,
antara lain :
 Perdarahan Intraokuler Spontan
 Dislokasi Lensa
 Penderita yang diduga mengalami peningkatan tekanan intrakranial
 Pra pembedahan okuler dll. (Colemann, Silverman RH, 2006) (Hewick S, Fairhead A, Cully J, at all, 2004)
Media okuler keruh
 Segmen Anterior
o Kekeruhan kornea
o Hifema
o Katarak
o Miosis
 Segmen posterior
o Perdarahan vitreus
o Evaluasi retina koroid
Media okuler jernih
 Segmen Anterior
o Lesi di iris
o Lesi di korpus siliaris
 Segmen Posterior
o Evaluasi tumor dan massa
o Deteksi dan diferensiasi ablasio retina (regmatogen/eksudat)
o Deteksi dan diferensiasi benda asing intra okuler

V. 2. Tehnik pemeriksaan
a. Pada saat melakukan pemeriksaan, pasien berada dalam posisi baring terlentang.
b. Sebaiknya memulai pemeriksaan dengan mengatur pada usg B scan menggunakan
gain maksimal (80 dB).
c. Beri anestesi topikal jika probe dari usg ingin diletakkan di sklera atau jika probe
diletakkan di palpebra (mata dalam keadaan tertutup) maka tidak diperlukan anestesi
topikal.
d. Probe dari usg diletakkan berlawanan dari bagian mata yang akan diperiksa. Penanda
pada probe bertindak sebagai titik arah dan mewakili bagian atas dari echogram.
Untuk mengevaluasi bagian superior dan inferior dari fundus, penanda diletakkan
mengarah ke hidung (melintang horizontal), dan untuk mengevaluasi fundus bagian
nasal dan temporal, penanda diarahkan pada meridian pukul 12.
e. Detail terbaik dari patologi di bagian tengah dari echogram tersebut. Jika detail
patologi tidak ditemukan pada salah satu dari meridian utama (arah pukul 3,6,9,dan
12’), posisi oblik dapat dilakukan.
f. Untuk memeriksa mata secara utuh, pertama letakkan permukaan probe di limbus
dan kemudian bergerak lambat ke forniks. Cara ini dapat mengevaluasi mulai dari
polus posterior ke perifer dari tiap kuadran.
g. Setelah pemeriksaan secara cross sectional selesai, pada bagian yang diinginkan dapat
diperiksa secara longitudinal. Scan longitudinal memungkinkan evaluasi meridian dari
polus posterior sampai perifer dengan cara mengarahkan marker pada limbus kornea
berlawanan dengan area yang akan diperiksa.
h. Scan dengan posisi axial lebih menyenangkan dimana gambar yang dihasilkan
umumnya lebih mudah dimengerti. Namun penempatan probe secara langsung pada
kornea berisiko meningkatkan abrasi kornea.(HV Nema, Nitin Nema, 2009)
USG sebaiknya dilakukan dengan mata dalam keadaan terbuka dan probe langsung
menyentuh bola mata, karena pada saat mata tertutup sebagian echo akan diserap oleh
palpebra & pemeriksa tidak dapat mengetahui sisi sebelah mana yang sedang dievaluasi.
Bagian mata yang sedang dievaluasi yang tampak pada monitor bergantung pada posisi
probe dan marker.(Byrne, 2002) (Waldron, Rhonda G, 2012) (Ryan Sj, Green L, Byrne S, 2001)
V.3 Posisi Probe
Tiga posisi probe untuk mengevaluasi lesi intraokuler adahal potongan axial,
transversal dan longitudinal.(Ryan Sj, Green L, Byrne S, 2001) (Atta, 1999)
A. Potongan Awal
 Pasien melihat posisi primer dan probe diletakkan pada kornea langsung ke axial
 Permukaan posterior lens dan nervus optik terletak pada sentral echogram
 Potongan axial mudah digunakan unntuk orientasi dan memperlihatkan lesi pada
bagian posterior serta perlekatan membran pada nervus optik
 Karena melewati lensa maka banyak gelombang suara yanng akan diserap
sehingga kekuatan echo menjadi lemah dan diperlukan gain yang tinggi untuk
melihat struktur segmen posterior
Gambar. B-scan pada mata kanan potongan axial vertical(Atta, 1999)
A. Pasien melihat posisi primer dan probe diletakkan kornea dengan marker pada
jam 12;
B. ilustrasi orientasi sinar; C. L(lens) dan Nervus Optik (ON) pada sentral echogram

Gambar. B-scan pada mata kanan potongan axial horizontal (Atta, 1999)
A. Probe diletakkan pada kornea dengan marker pada jam 3 (nasal);
B. ilustrasi orientasi sinar; C. Panah menunjukkan makula
B. Potongan Transversal
 Sinar diarahkan transversal ke semua meridian & scan langsung ke lensa jika
dibutuhkan saja
 Probe diletakkan di limbus langsung ke posterior
 Potongan transversal menyediakan informasi lesi yang meluas ke lateral dan
tanpa melewati lensa menghasilkan resolusi yang lebih baik
C. Potongan longitudinal
 Potongan ini merupakan hasilpotongan anteroposterior dari mata sepanjang satu
meridien saja; dari nervus optik menuju ke corpus siliaris
 Probe diletakkan di sklera dengan marker pada sisi limbus
 Perifer dan korpus siliaris dapat dilihat ketika pasien menggerakkan mata menjauhi
probe, misalnya menuju meridian yang akan di scan.

Anda mungkin juga menyukai