Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aisyah Fani Herawati

Stambuk : 11020210201
Kelompok : Kalazion
Pendamping : Ghina Ayuna Rizka (11020190158)

KALAZION

A. Definisi
Kalazion merupakan peradangan lipogranulomatosa kelenjar meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Pada
kalazion terbentuk nodul pada palpebra yang bersifat kenyal dan tidak nyeri.
Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip hordeolum
dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut. Kalazion
cenderung membesar lebih jauh dari tepi kelopak mata dari pada hordeolum.
Selain itu, kalazion berbeda dengan hordeolum dimana biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit meskipun terasa kekakuan akibat pembengkakan, serta
berbeda dari segi ukurannya. Kalazion cenderung lebih besar dari hordeolum.

B. Etiologi
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran
kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum.
Kalazion disebabkan oleh minyak dalam kelenjar terlalu pekat untuk
mengalir keluar kelenjar atau saluran kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh
karena tidak dapat mengalir keluar, produksi minyak tertimbun di dalam kelenjar
dan membentuk tembel di palpebra. Kelenjar dapat pecah, mengeluarkan minyak
ke jaringan palpebra sehingga menyebabkan inflamasi dan kadang-kadang
jaringan parut. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan
obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne
rosasea berupa kemerahan pada wajah (facial erythema), teleangiektasis dan
spider nevi pada pipi, hidung, dan kulit palpebra.
Faktor Resiko :
 Belum diketahui dengan pasti factor resiko apa yang menyebabkan
terjadinya kalazion
 Hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan
kalazion meskipun perannya masih perlu dibuktikan
 Stress juga sering dihubungkan dengan kalazion namun stress belum
dibuktikan sebagai penyebab dan mekanisme stress dalam menyebabkan
kalazion belum diketahui.
 Faktor makanan seperti susu, coklat, seafood dan telur mungkin berperan

C. Patogenesis
Nodul kalazion terdiri dari berbagai jenis sel imun yang responsif terhadap
steroid, termasuk makrofag jaringan ikat yang dikenal sebagai histiosit, sel-sel
raksasa multinukleat, sel plasma, leukosit PMN, dan eosinofil.
Kalazion mungkin merupakan agregasi sisa sel-sel inflamasi setelah
infeksi kelopak mata seperti hordeolum dan selulitis preseptal, atau mungkin
berkembang dari retensi sekresi kelenjar Meibom Kerusakan lipid yang
mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena enzim dari
bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses
granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal
atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun
kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik,
nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra
atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang
berdilatasi.
Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim
sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai.
D. Manefestasi Klinis
Tampak sebagai pembengkakan sebesar kacang, tanpa keluhan apa-apa,
rabaannya agak keras, melekat pada tarsus, akan tetapi lepas dari kulit. Terjadinya
perlahan-lahan sampai beberapa minggu. Kalau palpebra dibalik, konjungtiva
pada tempat kalazion menonjol merah. Pada ujung kelenjar Meiboom terdapat
masa yang kuning dari sekresi yang tertahan. Bila kalazion yang terinfeksi
memecah, dapat tampak pada tempat tersebut di konjungtiva palpebra, sebagai
jaringan granulasi yang menonjol keluar. Kalazion yang cukup besar, dapat
menyebabkan penekanan pada bola mata dan menimbulkan gangguan refraksi.

E. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis pasien, pemeriksaan
klinis, pemeriksaan hitopatologis, sebagai pemeriksaan penunjang
Jika kalazion sering berulang disebabkan terutama karena kurang menjaga
kebersihan yang kurang atau bersamaan dengan blepharitis . Drainase yang tidak
adekuat pada saat melakukan insisi dan kuretase dapat menyebabkan kekambuhan
lokal.

F. Penatalaksanaan
 Medikamentosa
- Topikal : Gentamicin Salep mata
- Oral : amoxicillin 3x500 mg
- Parenteral
- Operatif : dieksisi dan kuretase untuk mengeluarkan isi Gl. Meiboom.
Caranya :
Disinfeksi dari palpebra dan sekitarnya dengan asam pikrin 2%.
Anestesi lokal dengan novokain 2% atau prokain 2% mula mula
subkutan kemudian intramuskuler. Kalau sudah tak terasa sakit ,
dipasang klem palpebra atau forseps kalazion dengan bagian cincinnya
pada konjungtiva palpebra dan bagian masifnya diluar , lalu disekrup.
Palpebra kemudian dibalik dan kalazionnya dipotong vertikal terhadap
margo palpebra dengan pisau skalpel, melalui konjungtiva, tarsus dan
dinding kista. Isinya dikeluarkan. Isinya dikeluarkan, dindingnya
dikuret. Kemudian diberi salep mata antibiotika atau sulfa dan
matanya diperban. Setelah operasi ruangannya diisi oleh darah beku.
Absorpsi dari darah beku ini dapat dipercepat dengan pijatan yang
dilakukan 2 kali sehari. Pengobatan dari kalazion marginalis dengan
elektrokoagulasi. Kalau ada tendens untuk residif, maka margo
palpebra dipijit pijit untuk mengeluarkan isi Gl. Meiboom, kemudian
mata dicuci beberapa kali sehari , untuk selanjutnya diberi salep mata
antibiotika dan sulfa.bila sering residif mungkin keganasan
 Non medika mentosa
Kompres hangat dengan cara menempelkan handuk basah oleh air
hangat selama lima sampai sepuluh menit. Kompres hangat dilakukan
empat kali sehari untuk mengurangi pembengkakan dan memudahkan
drainase kelenjar. Meskipun handuk dan air harus bersih, namun tidak
perlu steril. Selain itu, pasien juga bisa memijat dengan lembut area
kalazion beberapa kali sehari. Namun, kalazion tidak boleh digaruk.

G. Edukasi
 Menjelaskan kepada pasien bahwa terapi kalazion adalah dengan cara
mengambilnya melalui tindakan bedah minor
 Menjelaskan pada pasien bahwa benjolan pada kelopak mata kanan
bawahnya dapat timbul kembali di tempat yang sama atau dimata lainnya
dan penyakitnya ini tidak menular. Mata yang sehat dapat terkena penyakit
benjolan juga
 Menjelaskan kepada pasien tetap menjaga kebersihan mata, seperti cuci
tangan sebelum menyentuh kulit disekitar mata
 Apabila muncul benjolan kembali segera datang ke dokter karena masih
ada kemungkinan benjolan tersebut berupa keganasan

REFERENSI
Pangestu, M. S. 2018. OD Palpebra Inferior Kalazion. Semarang. Universitas
Islam Sultan Agung.

Anda mungkin juga menyukai