Anda di halaman 1dari 8

REFERAT

“KALAZION”

Pembimbing : dr. Iman Krisnugroho, Sp.M


Nama : M. Rafid H. Ifnu R.
NIM : 1913020016

KEPAITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
RSUD SALATIGA
2020
KALAZION

A. Definisi

Adalah massa di kelopak mata yang dihasilkan dari peradangan noninfeksi

granulomatosa kronis pada kelenjar meibom. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar

Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut.

Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut

lainnya

Kalazion terkadang sulit dibedakan dengan hordeolum, dimana dari hasil

pemeriksaan fisik, yang juga muncul sebagai benjolan pada kelopak mata.

B. Etiologi

Kalazion disebabkan oleh minyak dalam kelenjar terlalu pekat untuk mengalir

keluar kelenjar atau saluran kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh karena tidak dapat

mengalir keluar, produksi minyak tertimbun di dalam kelenjar dan membentuk tembel di

palpebra. Kelenjar dapat pecah, mengeluarkan minyak ke jaringan palpebra sehingga

menyebabkan inflamasi dan kadang-kadang jaringan parut

C. Faktor Risiko
 Belum diketahui dengan pasti factor resiko apa yang menyebabkan terjadinya

kalazion

 Hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan kalazion

meskipun perannya masih perlu dibuktikan.

 Stress juga sering dihubungkan dengan kalazion namun stress belum dibuktikan

sebagai penyebab dan mekanisme stress dalam menyebabkan kalazion belum

diketahui

D. Patofisiologi

 Kalazion adalah peradangan noninfeksi granulomatosa pada kelenjar Meibom.

 Nodul kalazion terdiri dari berbagai jenis sel imun yang responsif terhadap steroid,

termasuk makrofag jaringan ikat yang dikenal sebagai histiosit, sel-sel raksasa

multinukleat, sel plasma, leukosit PMN, dan eosinofil.

 Kalazion mungkin merupakan agregasi sisa sel-sel inflamasi setelah infeksi kelopak

mata seperti hordeolum dan selulitis preseptal, atau mungkin berkembang dari retensi

sekresi kelenjar Meibom

 Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan

karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan

inflamasi.

 Proses granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum

internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul),

walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya

E. Gejala
 Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi,

tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preurikel tidak membesar.

Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya

sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut

 Awalnya, gejala kalazion mungkin menyerupai hordeolum. Setelah beberapa hari,

gejala-gejala awal hilang, tanpa rasa sakit, tumbuh lambat, benjolan tegas dalam

kelopak mata. Kulit di atas benjolan dapat digerakkan secara longgar.

 Kalazion lebih sering terjadi pada palpebra superior dibandingkan palpebra inferior

karena banyaknya jumlah kelenjar Meibom di palpebra superior.

 Gejala yang mungkin dirasakan pasien dengan kalazion adalah sebagai berikut:

- Pembengkakan di kelopak mata

- Kekakuan pada kelopak mata

- Sensitivitas terhadap cahaya

- Peningkatan keluarnya air mata

- Berat dari kelopak mata

- Rasa seperti mengantuk.

F. Diagnosis

 Dari anamnese diriwayatkan pembesaran dari waktu ke waktu, dan mungkin ada

riwayat infeksi pada kelopak mata yg nyeri sebelum terbentuk kalazion, tapi ini tidak

selalu terjadi

 Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tes penglihatan masing-masing mata dan

inspeksi muka, palpebra, dan mata itu sendiri. Sebagai tambahan dalam memeriksa
kulit palpebra, dokter mata juga akan melihat bagian dalam palpebra superior jika

tembel ada di palpebra superior

 Temuan klinis dan respon terhadap terapi pada pasien kalazion biasanya spesifik.

Materi yang diperoleh dari kalazion menunjukkan campuran sel-sel inflamasi akut

dan kronik.

 Analisis lipid memberikan hasil asam lemak dengan rantai karbon panjang.

 Kultur bakteri biasanya negatif, tapi Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus,

atau organisme komensal kulit lainnya bisa ditemukan. Propionibacterium acnes

mungkin ada di dalam isi kelenjar

 Pencitraan fotografik infra merah dari kelenjar Meibom dapat menunjukkan dilatasi

abnormal yang tampak pada permukaan tarsal palpebra yang dieversi.

 Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk

memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsy/histopatologis

G. Tatalaksana

 kompres hangat dengan cara menempelkan handuk basah oleh air hangat selama lima

sampai sepuluh menit. Kompres hangat dilakukan empat kali sehari untuk

mengurangi pembengkakan dan memudahkan drainase kelenjar. Meskipun handuk

dan air harus bersih, namun tidak perlu steril. Selain itu, pasien juga bisa memijat

dengan lembut area kalazion beberapa kali sehari. Namun, kalazion tidak boleh

digaruk.

 Pemberian antibiotic diperlukan jika dicurigai adanya infeksi bakteri.

 Injeksi steroid di area tembel dapat membantu meredakan inflamasi.


 Jika kalazion menimbulkan gejala yang berat atau tidak sembuh setelah berminggu-

minggu, mungkin diperlukan operasi. Jika pembengkakan tidak berakhir dalam

beberapa minggu atau muncul gejala penglihatan kabur, dokter mata akan

menyarankan operasi untuk mengangkat kalazion. Jika penampilan kalazion

mengganggu pasien, operasi juga akan menjadi indikasi

 Insisi dan kuretase:

- Langkah 1: Setelah prepping kulit, disuntikkan lokal anastesi menggunakan

campuran Xylocaine volume kecil dan Adrenalin (1:100.000). Adrenalin

meminimalkan perdarahan pasca-operasi.

- Langkah 2: lokalisasi lesi pada permukaan konjungtiva sebelum dijepit dengan

penjepit kalazion ukuran yang sesuai

- Langkah 3: Jepit dan pastikan bahwa lesi berada dalam penjepit sehingga massa

kalazion berpusat pada cincin penjepit terbuka pada permukaan konjungtiva

- Langkah 4: Sebuah sayatan vertikal dibuat dengan pisau No.15 Bard Parker.

Alasan untuk pemotongan vertikal adalah bahwa kelenjar meibomian ditempatkan

secara vertikal berarti bahwa pemotongan vertikal tidak akan merusak kelenjar

yang normal yang berdekatan meibomian

- Langkah 5: Isi kalazion tebal akan keluar segera setelah sayatan ditempatkan di

tempat yang benar dan kedalaman yang benar dari massa

- Langkah 6: Lalu sendok isi kalazion dengan bantuan kuret berukuran terbesar

yang mungkin

- Langkah 7: Setelah yakin bahwa kista telah sepenuhnya dikosongkan dari isinya,

bersihkan massa yang ada dengan menggunakan lidi kapas. Jika pasien ini
merupakan pasien kalazion berulang maka massa akan dikirim ke laboratorium

Patologi Anatomi untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk mengetahui

kemungkinan suatu keganasan. Sebagai efek hemostat penjepit dilepas akan mulai

terjadi perdarahan Bersihkan perdarahan dan beri salep antibiotik untuk mencegah

infeksi. Salep antibiotik diberikan dua kali untuk 3-5 hari

H. Prognosis

Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali

timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang

kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan

sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.

I. Komplikasi

Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan

bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampak atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan

adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah

kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa

jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.


DAFTAR PUSTAKA

1. External Disease and Cornea. America Academic of Ophtalmology. Singapura.2008-

2009. Hal 87-88

2. Ilyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2009. Hal

28-29.

3. Wijaya Nana: Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke 5. Abadi Tegal. Jakarta. 1993. Hal 20-

21.

4. Riordan P, FRCS, FRCOphth. Chalazion, In: Riordan P, Whitcher JP, Editors.

Oftalmologi Umum Ed 17. Jakarta: EGC, 2015. Hal 15-17

5. Ilyas Sidarta H: Ilmu Penyakit Mata Edisi ke 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2010.

Hal 94-95

6. Sullivan JH, Shetlar DJ, Whitcher JP. Chalazion, In: Riordan P, Whitcher JP, Editors.

Oftalmologi Umum Ed 17. Jakarta: EGC, 2015. Hal 97-98

Anda mungkin juga menyukai