Diajukan kepada :
dr. Dedy Hartono, Sp. An.
Disusun oleh :
Himatul Mahmudah
20174011167
REFLEKSI KASUS
REGIONAL ANASTESI DENGAN TEKNIK SAB PADA KASUS SECTIO CAESARIA
Disusun oleh :
Himatul Mahmudah
20174011167
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
Status Generalis
a. Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit cukup,
capilary refill kurang dari 2 detik dan teraba hangat.
b. Kepala : Tampak tidak ada jejas, tidak ada bekas trauma, distribusi merata dan
tidak mudah dicabut.
c. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
d. Pemeriksaan Leher
1) Inspeksi : Tidak terdapat jejas, jvp tidak meningkat
2) Palpasi : Trakea teraba di tengah, tidak terdapat pembesaran kelenjar
tiroid. Tidak teraba pembesaran limfonodi.
e. Pemeriksaan Thorax
1) Jantung
a) Inspeksi : Tampak ictus cordis 2 cm dibawah papila mamae sinistra
b) Palpasi : Ictus cordis teraba kuat
c) Perkusi :
i.Batas atas kiri : ICS II garis parasternal sinsitra
ii.Batas atas kanan : ICS II garis parasternal dextra
iii.Batas bawah kiri : ICS V garis midclavikula sinistra
iv.Batas bawah kanan : ICS IV garis parasterna dextra
d) Auskultasi : S1 > S2 reguler, tidak ditemukan gallop dan murmur.
2) Paru
a) Inspeksi : Dinding dada simetris pada saat statis dandinamis serta
tidak ditemukan retraksi danketertinggalan gerak.
b) Palpasi : Simetris, vokal fremitus kanan sama dengan kiridan tidak
terdapat ketertinggalan gerak.
c) Perkusi : Sonor kedua lapang paru
d) Auskultasi : Tidak terdengar suara rhonkhi pada kedua pulmo. Tidak
terdengar suara wheezing
3) Pemeriksaan Abdomen
I. INTRAOPERATIF
1. Diagnosis Pre Operatif : Presbo, PPROM pada G1P0A0 Gravid 34 minggu
Belum Dalam Persalinan dengan hiponatremia
2. Diagnosis Pasca Bedah : P1A0 post partum SC atas indikasi presbo dan
PPROM pada primigravida
3. Penatalaksanaan anestesi
a. Jenis anestesi : Regional Anestesi
b. Lama anestesi : 10.20 – 11.50 (85 menit)
c. Lama operasi : 10.30 – 11.40 (60 menit))
d. Anestesiologi : dr. Dedy Hartono, Sp. An.
e. Ahli Bedah : dr. I Nyoman Tritia, Sp.OG
f. Posisi : duduk
g. Infus : 2 line di tangan kiri dan kanan
h. Teknik anastesi : Sub Arachnoid Block (SAB)
Inspeksi dan palpasi daerah lumbal yang akan ditusuk
Posisi pasien :
1) Posisi Lateral. Pada umumnya kepala diberi bantal setebal 7,5-10 cm, lutut
dan paha fleksi mendekati perut, kepala ke arah dada. (pada pasien)
2) Posisi duduk. Dengan posisi ini lebih mudah melihat columna vertebralis,
tetapi pada pasien-pasien yang telah mendapat premedikasi mungkin akan
pusing dan diperlukan seorang asisten untuk memegang pasien supaya tidak
jatuh. Posisi ini digunakan terutama bila diinginkan sadle block.
3) Posisi Prone. Jarang dilakukan, hanya digunakan bila dokter bedah
menginginkan posisi Jack Knife atau prone.
Kulit dipersiapkan dengan larutan antiseptik seperti betadine, alkohol,
kemudian kulit ditutupi dengan “doek” bolong steril.
Cara penusukan :
Memakai jarum yang kecil (no. 25, 27 atau 29). Makin besar nomor jarum,
semakin kecil diameter jarum tersebut, sehingga untuk mengurangi
komplikasi sakit kepala (PDPH=post duran puncture headache), dianjurkan
dipakai jarum kecil. Penarikan stylet dari jarum spinal akan menyebabkan
keluarnya likuor bila ujung jarum ada di ruangan subarachnoid. Bila likuor
keruh, likuor harus diperiksa dan spinal analgesi dibatalkan. Bila keluar
darah, tarik jarum beberapa mili meter sampai yang keluar adalah likuor
yang jernih. Bila masih merah, masukkan lagi stylet-nya, lalu ditunggu 1
menit, bila jernih, masukkan obat anestesi lokal, tetapi bila masih merah,
pindahkan tempat tusukan. Darah yang mewarnai likuor harus dikeluarkan
sebelum menyuntik obat anestesi lokal karena dapat menimbulkan reaksi
benda asing (Meningismus).
j. Premedikasi : Ondansentron 4 mg
Ranitidin 50 mg
k. Induksi : Bupivacaine Hyperbaric 0,5% 10 mg
l. Medikasi tambahan : Ceftriaxone 1 gr
Ephedrin 30 mg
Methylergometrine 0,2 mg
Oxytocin drips 10 IU
Ketorolac 30 mg
Dexametasone 10 mg
Petidin 40 mg
i. Maintanance : O2 3 lpm
j. Respirasi : Pernapasan spontan
k. Posisi : Supinasi
l. Cairan durante operasi : RL 1.500 ml + Gelafusin 500 ml
Penatalaksanaan Preoperasi
Inspeksi dan palpasi daerah lumbal yang akan ditusuk
Posisi pasien :
4) Posisi Lateral. Pada umumnya kepala diberi bantal setebal 7,5-10 cm, lutut dan
paha fleksi mendekati perut, kepala ke arah dada. (pada pasien)
5) Posisi duduk. Dengan posisi ini lebih mudah melihat columna vertebralis, tetapi
pada pasien-pasien yang telah mendapat premedikasi mungkin akan pusing dan
diperlukan seorang asisten untuk memegang pasien supaya tidak jatuh. Posisi ini
digunakan terutama bila diinginkan sadle block.
6) Posisi Prone. Jarang dilakukan, hanya digunakan bila dokter bedah menginginkan
posisi Jack Knife atau prone.
Kulit dipersiapkan dengan larutan antiseptik seperti betadine, alkohol, kemudian
kulit ditutupi dengan “doek” bolong steril.
Cara penusukan:
Pakailah jarum yang kecil (no. 25, 27 atau 29). Makin besar nomor jarum,
semakin kecil diameter jarum tersebut, sehingga untuk mengurangi komplikasi
sakit kepala (PDPH=post duran puncture headache), dianjurkan dipakai jarum
kecil. Penarikan stylet dari jarum spinal akan menyebabkan keluarnya likuor bila
ujung jarum ada di ruangan subarachnoid. Bila likuor keruh, likuor harus
diperiksa dan spinal analgesi dibatalkan. Bila keluar darah, tarik jarum beberapa
mili meter sampai yang keluar adalah likuor yang jernih. Bila masih merah,
masukkan lagi stylet-nya, lalu ditunggu 1 menit, bila jernih, masukkan obat
anestesi lokal, tetapi bila masih merah, pindahkan tempat tusukan. Darah yang
mewarnai likuor harus dikeluarkan sebelum menyuntik obat anestesi lokal karena
dapat menimbulkan reaksi benda asing (Meningismus).
d. Mulai Anestesi : 07 April 2017, pukul 11.50 WITA
e. Mulai Operasi : 07 April 2017, pukul 12.05 WITA
f.Premedikasi : Ondansentron 4 mg/iv
Ranitidin 50 mg
g. Induksi : Bupivacaine Hyperbaric 0,5% sebanyak 10 mg
h. Medikasi tambahan : Ceftriaxone 1 gr
Ephedrin 3 mg
Methylergometrine 0,2 mg
Oxytocin 10 IU
Ketorolac 30 mg
Petidin 50 mg
Dexametasone 10 mg
i. Maintanance : O2 3 lpm
j. Respirasi : Pernapasan spontan
k. Posisi : Supine
l. Cairan Durante Operasi : RL 1500 ml + Gelafusin 500 ml
m. Pemantauan Tekanan Darah dan HR : Terlampir
n. Selesai operasi : 13.05 WITA
o. Selesai anastesi : 13.15 WITA
I. PLANNING
PRE-OPERATIF
Anamnesis Pre Operasi (06/04/2017) : Autoanamnesis pada pasien.
Allergies : Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan dan obat-obatan
Medications : -
Past Medical History: Operasi SC tahun 2015 atas indikasi KPD
Pemeriksaan Fisik Pre Operasi :
B1 (Breath): Airway : clear, gurgling/snoring/crowing:-/-/-, potrusi mandibular (-),
buka mulut 5 cm, jarak mentohyoid 6 cm, jarak hyothyoid (6,5 cm), leher pendek
(-), gerak leher bebas, tenggororok (T1-1), faring hiperemis (-), RR: 20 x/mnt, SP:
Vesikuler, ST(-), Mallampati : 1, massa (-), gigi geligi lengkap. Riwayat asma (-)
alergi (-), batuk (-), sesak (-)
B2 (Blood): Akral: hangat, TD: 100/70 mmHg, HR : 78 x/mnt, reguler, T/V
kuat/cukup, bunyi jantung S1 dan S2 murni regular, masalah pada sistem
cardiovaskuler (-).
B3 (Brain): Kesadaran: Compos Mentis, Pupil: isokor Ø 3 mm / 3mm, RCL +/+,
RCTL +/+. Defisit neurologis (-). Masalah pada sistem neuromuskuloskeletal (-).
B4 (Bladder): BAK (+), volume : 50 cc/jam , warna : kuning jernih.
B5 (bowel): Abdomen: tampak datar, peristaltik (+) dbn, mual (-), muntah (-).
B6 Back & Bone : Oedem pretibial (-)
Di Ruangan :
KIE (+), Surat persetujuan operasi (+), surat persetujuan tindakan anestesi (+), site
mark (+)
Puasa: (+) 6-8 jam preop
Persiapan Whoole blood (+) 2 bag Gol. O
IVFD RL 28 tpm selama puasa
Di Kamar Operasi :
Hal-hal yang perlu dipersiapkan di kamar operasi antara lain adalah:
Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan
Mesin anestesi dengan sistem aliran gasnya
Alat-alat resusitasi (STATICS)
Obat-obat anestesia yang diperlukan.
Obat-obat resusitasi, misalnya; adrenalin, atropine, aminofilin, natrium bikarbonat
dan lain-lainnya.
Tiang infus, plaster dan lain-lainnya.
Alat pantau tekanan darah, suhu tubuh, dan EKG dipasang.
Alat-alat pantau yang lain dipasang sesuai dengan indikasi, misalnya; “Pulse
Oxymeter” dan “Capnograf”.
Kartu catatan medik anestesia
Selimut penghangat khusus untuk bayi dan orang tua.
Tabel Komponen STATICS
S Scope Stetoscope untuk
mendengarkan suara
paru dan jantung.
Laringo-Scope: pilih
bilah atau daun
(blade) yang sesuai
dengan usia pasien.
Lampu harus cukup
terang.
T Tubes Pipa trakea, pilih sesuai
ukuran pasien, pada
kasus ini digunakan
laryngeal mask
airway ukuran 2 ½
A Airways Pipa mulut-faring
(Guedel, orotracheal
airway) atau pipa
hidung-faring (nasi-
tracheal airway).
Pipa ini menahan
lidah saat pasien
tidak sadar untuk
mengelakkan
sumbatan jalan
napas.
T Tapes Plaster untuk fiksasi pipa
supaya tidak
terdorong atau
tercabut.
I Introducer Mandarin atau stilet dari
kawat dibungkus
plastic (kabel) yang
mudah
dibengkokkan untuk
pemandu supaya
pipa trakea mudah
dimasukkan. Pada
pasien ini tidak
digunakan introducel
atau stilet.
C Connector Penyambung antara pipa
dan peralatan
anastesia.
S Suction Penyedot lendir, ludah
dan lain-lainnya.
II. PERASAAN TERHADAP PENGALAMAN
III. EVALUASI
IV. ANALISIS
V. KESIMPULAN
VI. DAFTAR PUSTAKA