Anda di halaman 1dari 14

REFLEKSI KASUS

REGIONAL ANASTESI DENGAN TEKNIK SAB PADA KASUS SECTIO CAESARIA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Anestesi RSUD Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :
dr. Dedy Hartono, Sp. An.

Disusun oleh :
Himatul Mahmudah
20174011167

SMF ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

REFLEKSI KASUS
REGIONAL ANASTESI DENGAN TEKNIK SAB PADA KASUS SECTIO CAESARIA

Disusun oleh :
Himatul Mahmudah
20174011167

Telah disetujui dan dipresentasikan


Pada tanggal Maret 2019

Mengetahui,
Dokter Pembimbing

dr. Dedy Hartono, Sp. An.


I. RANGKUMAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. NA
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 24 tahun
Berat Badan : 50 kg
Agama : Islam
Alamat : Triwidadi, pajangan
Diagnosis : Presbo, PPROM pada G1P0A0 Gravid 34 minggu Belum Dalam
Persalinan dengan hiponatremia
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 5 Maret 2019,
pukul 06.00 WIB di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
a. Keluhan utama : menyatakan perutnya mules dan keluar air yang
merembes.
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pada anamnesis didapatkan pasien mengeluh mules seperti nyeri perut tembus
belakang, dirasakan pagi hari sebelum masuk RS. Keluhan disertai pelepasan
lendir, darah dan air. Pasiren merasa air ketuban merembes sejak 1 jam
sebelum masuk RS (15.00 tanggal 4 Maret 2019).Keluhan tidak disertai dengan
mual, muntah, pusing, sakit kepala dan tidak ada demam. BAB dan BAK baik
dan lancar
c. Riwayat penyakit dahulu:
1) Riwayat asma disangkal
2) Riwayat alergi makanan dan obat disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga: Riwayat asma, alergi dan riwayat penyakit yang
sama dengan pasien disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
GCS : E4V5M6 = 15
Vital Sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,4C
Pernafasan : 20 x/menit

Status Generalis
a. Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit cukup,
capilary refill kurang dari 2 detik dan teraba hangat.
b. Kepala : Tampak tidak ada jejas, tidak ada bekas trauma, distribusi merata dan
tidak mudah dicabut.
c. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
d. Pemeriksaan Leher
1) Inspeksi : Tidak terdapat jejas, jvp tidak meningkat
2) Palpasi : Trakea teraba di tengah, tidak terdapat pembesaran kelenjar
tiroid. Tidak teraba pembesaran limfonodi.
e. Pemeriksaan Thorax
1) Jantung
a) Inspeksi : Tampak ictus cordis 2 cm dibawah papila mamae sinistra
b) Palpasi : Ictus cordis teraba kuat
c) Perkusi :
i.Batas atas kiri : ICS II garis parasternal sinsitra
ii.Batas atas kanan : ICS II garis parasternal dextra
iii.Batas bawah kiri : ICS V garis midclavikula sinistra
iv.Batas bawah kanan : ICS IV garis parasterna dextra
d) Auskultasi : S1 > S2 reguler, tidak ditemukan gallop dan murmur.
2) Paru
a) Inspeksi : Dinding dada simetris pada saat statis dandinamis serta
tidak ditemukan retraksi danketertinggalan gerak.
b) Palpasi : Simetris, vokal fremitus kanan sama dengan kiridan tidak
terdapat ketertinggalan gerak.
c) Perkusi : Sonor kedua lapang paru
d) Auskultasi : Tidak terdengar suara rhonkhi pada kedua pulmo. Tidak
terdengar suara wheezing
3) Pemeriksaan Abdomen

4). Pemeriksaan Ekstremitas :


 Tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa, dan sianosis
 Turgor kulit cukup, akral hangat.
5). Status obstetri
a. Abdomen
- Leopold I : teraba keras, bulat melenting
- Leopold II : teraba bagian terkecil dari janin disebelah kanan
(ekstremitas)
- Leopold III : teraba bagian lunak, seperti bokong dibagian bawah, masih
bisa digoyangkan
- Leopold IV : konvergen
b. Tinggi fundus uteri (TFU) : 24 cm
c. His : (positif) 23x /10 menit selama 30 detik
d. Denyut Jantung Janin (DJJ) : (144 x /menit)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium 5 Maret 2019
Pemeriksaan Hasil Lab Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 11,0 12,0-16,0 g/dL
Leukosit 9,46 4000-11.000/L
Hematokrit 33,2 36-46%
Eritrosit 3,52 4,00-5,00x106/
Trombosit 257 150.000-450.000/L
Eosinophil 3 2-4%
Basophil 0 0-1 %
Batang 0 2-5%
Segmen 65 51-67%
Limfosit 23 20-35%
Monosit 9 4-8%
PPT 11,4 12-16 detik
APTT 34,7 28-38 detik
Control PPT 13,5 11-16 detik
Control APTT 30,9 28-36,5 detik
Gol. Darah O
Kimia Klinik
GDS 83 80-200 mg/dL
Natrium 136,7 137-145 mmol/l
Kalium 3,97 3,5-5,1 mmol/l
Klorida 103,4 98,0-107,0 mmol/l
Seroimmunologi
HbsAg Negatif Negatif
HIV Screening Non Reaktip Non reaktip
Urinalisa
Protein Negatip Negatip
 EKG :
o Sinus rhtym : Reguler
o Heart rate : 72 BPM
o Gelombang P : Normal
o PR interval : Normal
o QRS kompleks : Normal
E. DIAGNOSIS
Presbo, PPROM pada G1P0A0 Gravid 34 minggu Belum Dalam Persalinan
dengan hiponatremia.
F. PENATALAKSANAAN
 Rencana operasi Sectio Caesaria Transperitonial Profunda
 Lengkapi Informed Consent Anestesi
 Puasa 8 jam sebelum operasi
 Tidak menggunakan perhiasan/kosmetik
 Tidak menggunakan gigi palsu
 Memakai baju khusus kamar bedah
 Pasang IV Line + 3 way,p astikan tetesan lancar, infus RL 500 cc
G. KESIMPULAN
1. Diagnosis Pre Operatif : Presbo, PPROM pada G1P0A0 Gravid 34 minggu
Belum Dalam Persalinan dengan hiponatremia
2. Diagnosis Pasca Bedah : P1A0 post partum SC atas indikasi presbo dan
PPROM pada primigravida
3. Status Operatif : ASA II, Mallampati I
4. Jenis Operasi : SCTP
5. Jenis Anastesi : Regional Anastesi
6. Tehnik anestesi : Sub Arachnoid Block
H. PREINDUKSI
Pemeriksaan fisik preoperatif
1. B1 (Breath) :
Airway : bebas, gurgling/snoring/crowing : (-/-/-), potrusi mandibular (-), buka
mulut 5 cm, jarak mentohyoid 6 cm, jarak hyothyoid 6,5 cm, leher pendek (-),
gerak leher bebas, tonsil (T1-T1), faring hiperemis (-), frekuensi pernapasan : 24
kali/menit, suara pernapasan : bronkovesikular (+/+), suara pernapasan
tambahan ronchi (-/-), wheezing (-/-), skor Mallampati : 2, massa (-), gigi
ompong (-), gigi palsu (-).
2. B2 (Blood) :
Akral hangat : ekstremitas atas (+/+) dan ekstremitas bawah (+/+), tekanan
darah : 120/70 mmHg, denyut nadi : 92 kali/menit, reguler, kuat angkat, bunyi
jantung S1/S2 murni regular.
3. B3 (Brain) :
Kesadaran : Composmentis, Pupil : isokor Ø 3 mm/3 mm, defisit neurologi (-).
4. B4 (Bladder) :
Buang air kecil spontan dengan frekuensi 4-5 kali sehari berwarna kekuningan.
5. B5 (Bowel) :
Abdomen : tampak cembung, stria gravidarum (+), peristaltik (+) kesan
normal, massa (-), jejas (-), nyeri tekan (-).
6. B6 Back & Bone :
Skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-), edema ekstremitas atas (-/-), edema
ekstremitas bawah (-/-).
Persiapan pasien preoperatif :
IVFD RL 500 ml
Persiapan di kamar operasi :
Hal-hal yang perlu dipersiapkan di kamar operasi antara lain adalah :
 Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan.
 Mesin anestesi dengan sistem aliran gasnya.
 Alat-alat resusitasi (STATICS).
 Obat-obat anastesia yang diperlukan.
 Obat-obat resusitasi, misalnya ; adrenalin, atropine, aminofilin, natrium
bikarbonat dan lain-lainnya.
 Tiang infus, plaster dan lain-lainnya.
 Alat pantau tekanan darah, suhu tubuh, dan EKG.
 Alat-alat pantau yang lain sesuai dengan indikasi, misalnya; “Pulse
Oxymeter” dan “Capnograf”.
 Kartu catatan medik anestesia
 Selimut penghangat khusus untuk bayi dan orang tua.
Tabel komponen STATICS
S Scope Stetoscope untuk mendengarkan suara paru dan
jantung.
Laringo-Scope: pilih bilah atau daun (blade) yang
sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.
T Tubes Pipa trakea, pilih sesuai ukuran pasien, pada kasus ini
digunakan laryngeal mask airway ukuran 2 ½
A Airways Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau
pipa hidung-faring (nasi-tracheal airway). Pipa ini
menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk
mengelakkan sumbatan jalan napas.
T Tapes Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau
tercabut.
I Introducer Mandarin atau stilet dari kawat dibungkus plastic
(kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu
supaya pipa trakea mudah dimasukkan. Pada pasien ini
tidak digunakan introducel atau stilet.
C Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anastesia.
S Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.

I. INTRAOPERATIF
1. Diagnosis Pre Operatif : Presbo, PPROM pada G1P0A0 Gravid 34 minggu
Belum Dalam Persalinan dengan hiponatremia
2. Diagnosis Pasca Bedah : P1A0 post partum SC atas indikasi presbo dan
PPROM pada primigravida
3. Penatalaksanaan anestesi
a. Jenis anestesi : Regional Anestesi
b. Lama anestesi : 10.20 – 11.50 (85 menit)
c. Lama operasi : 10.30 – 11.40 (60 menit))
d. Anestesiologi : dr. Dedy Hartono, Sp. An.
e. Ahli Bedah : dr. I Nyoman Tritia, Sp.OG
f. Posisi : duduk
g. Infus : 2 line di tangan kiri dan kanan
h. Teknik anastesi : Sub Arachnoid Block (SAB)
 Inspeksi dan palpasi daerah lumbal yang akan ditusuk
 Posisi pasien :
1) Posisi Lateral. Pada umumnya kepala diberi bantal setebal 7,5-10 cm, lutut
dan paha fleksi mendekati perut, kepala ke arah dada. (pada pasien)
2) Posisi duduk. Dengan posisi ini lebih mudah melihat columna vertebralis,
tetapi pada pasien-pasien yang telah mendapat premedikasi mungkin akan
pusing dan diperlukan seorang asisten untuk memegang pasien supaya tidak
jatuh. Posisi ini digunakan terutama bila diinginkan sadle block.
3) Posisi Prone. Jarang dilakukan, hanya digunakan bila dokter bedah
menginginkan posisi Jack Knife atau prone.
 Kulit dipersiapkan dengan larutan antiseptik seperti betadine, alkohol,
kemudian kulit ditutupi dengan “doek” bolong steril.
 Cara penusukan :
Memakai jarum yang kecil (no. 25, 27 atau 29). Makin besar nomor jarum,
semakin kecil diameter jarum tersebut, sehingga untuk mengurangi
komplikasi sakit kepala (PDPH=post duran puncture headache), dianjurkan
dipakai jarum kecil. Penarikan stylet dari jarum spinal akan menyebabkan
keluarnya likuor bila ujung jarum ada di ruangan subarachnoid. Bila likuor
keruh, likuor harus diperiksa dan spinal analgesi dibatalkan. Bila keluar
darah, tarik jarum beberapa mili meter sampai yang keluar adalah likuor
yang jernih. Bila masih merah, masukkan lagi stylet-nya, lalu ditunggu 1
menit, bila jernih, masukkan obat anestesi lokal, tetapi bila masih merah,
pindahkan tempat tusukan. Darah yang mewarnai likuor harus dikeluarkan
sebelum menyuntik obat anestesi lokal karena dapat menimbulkan reaksi
benda asing (Meningismus).

j. Premedikasi : Ondansentron 4 mg
Ranitidin 50 mg
k. Induksi : Bupivacaine Hyperbaric 0,5% 10 mg
l. Medikasi tambahan : Ceftriaxone 1 gr
Ephedrin 30 mg
Methylergometrine 0,2 mg
Oxytocin drips 10 IU
Ketorolac 30 mg
Dexametasone 10 mg
Petidin 40 mg
i. Maintanance : O2 3 lpm
j. Respirasi : Pernapasan spontan
k. Posisi : Supinasi
l. Cairan durante operasi : RL 1.500 ml + Gelafusin 500 ml

Penatalaksanaan Preoperasi
 Inspeksi dan palpasi daerah lumbal yang akan ditusuk
 Posisi pasien :
4) Posisi Lateral. Pada umumnya kepala diberi bantal setebal 7,5-10 cm, lutut dan
paha fleksi mendekati perut, kepala ke arah dada. (pada pasien)
5) Posisi duduk. Dengan posisi ini lebih mudah melihat columna vertebralis, tetapi
pada pasien-pasien yang telah mendapat premedikasi mungkin akan pusing dan
diperlukan seorang asisten untuk memegang pasien supaya tidak jatuh. Posisi ini
digunakan terutama bila diinginkan sadle block.
6) Posisi Prone. Jarang dilakukan, hanya digunakan bila dokter bedah menginginkan
posisi Jack Knife atau prone.
 Kulit dipersiapkan dengan larutan antiseptik seperti betadine, alkohol, kemudian
kulit ditutupi dengan “doek” bolong steril.
 Cara penusukan:
Pakailah jarum yang kecil (no. 25, 27 atau 29). Makin besar nomor jarum,
semakin kecil diameter jarum tersebut, sehingga untuk mengurangi komplikasi
sakit kepala (PDPH=post duran puncture headache), dianjurkan dipakai jarum
kecil. Penarikan stylet dari jarum spinal akan menyebabkan keluarnya likuor bila
ujung jarum ada di ruangan subarachnoid. Bila likuor keruh, likuor harus
diperiksa dan spinal analgesi dibatalkan. Bila keluar darah, tarik jarum beberapa
mili meter sampai yang keluar adalah likuor yang jernih. Bila masih merah,
masukkan lagi stylet-nya, lalu ditunggu 1 menit, bila jernih, masukkan obat
anestesi lokal, tetapi bila masih merah, pindahkan tempat tusukan. Darah yang
mewarnai likuor harus dikeluarkan sebelum menyuntik obat anestesi lokal karena
dapat menimbulkan reaksi benda asing (Meningismus).
d. Mulai Anestesi : 07 April 2017, pukul 11.50 WITA
e. Mulai Operasi : 07 April 2017, pukul 12.05 WITA
f.Premedikasi : Ondansentron 4 mg/iv
Ranitidin 50 mg
g. Induksi : Bupivacaine Hyperbaric 0,5% sebanyak 10 mg
h. Medikasi tambahan : Ceftriaxone 1 gr
Ephedrin 3 mg
Methylergometrine 0,2 mg
Oxytocin 10 IU
Ketorolac 30 mg
Petidin 50 mg
Dexametasone 10 mg
i. Maintanance : O2 3 lpm
j. Respirasi : Pernapasan spontan
k. Posisi : Supine
l. Cairan Durante Operasi : RL 1500 ml + Gelafusin 500 ml
m. Pemantauan Tekanan Darah dan HR : Terlampir
n. Selesai operasi : 13.05 WITA
o. Selesai anastesi : 13.15 WITA
I. PLANNING
 PRE-OPERATIF
Anamnesis Pre Operasi (06/04/2017) : Autoanamnesis pada pasien.
 Allergies : Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan dan obat-obatan
 Medications : -
 Past Medical History: Operasi SC tahun 2015 atas indikasi KPD
Pemeriksaan Fisik Pre Operasi :
 B1 (Breath): Airway : clear, gurgling/snoring/crowing:-/-/-, potrusi mandibular (-),
buka mulut 5 cm, jarak mentohyoid 6 cm, jarak hyothyoid (6,5 cm), leher pendek
(-), gerak leher bebas, tenggororok (T1-1), faring hiperemis (-), RR: 20 x/mnt, SP:
Vesikuler, ST(-), Mallampati : 1, massa (-), gigi geligi lengkap. Riwayat asma (-)
alergi (-), batuk (-), sesak (-)
 B2 (Blood): Akral: hangat, TD: 100/70 mmHg, HR : 78 x/mnt, reguler, T/V
kuat/cukup, bunyi jantung S1 dan S2 murni regular, masalah pada sistem
cardiovaskuler (-).
 B3 (Brain): Kesadaran: Compos Mentis, Pupil: isokor Ø 3 mm / 3mm, RCL +/+,
RCTL +/+. Defisit neurologis (-). Masalah pada sistem neuromuskuloskeletal (-).
 B4 (Bladder): BAK (+), volume : 50 cc/jam , warna : kuning jernih.
 B5 (bowel): Abdomen: tampak datar, peristaltik (+) dbn, mual (-), muntah (-).
 B6 Back & Bone : Oedem pretibial (-)
Di Ruangan :
KIE (+), Surat persetujuan operasi (+), surat persetujuan tindakan anestesi (+), site
mark (+)
 Puasa: (+) 6-8 jam preop
 Persiapan Whoole blood (+) 2 bag Gol. O
 IVFD RL 28 tpm selama puasa
Di Kamar Operasi :
Hal-hal yang perlu dipersiapkan di kamar operasi antara lain adalah:
 Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan
 Mesin anestesi dengan sistem aliran gasnya
 Alat-alat resusitasi (STATICS)
 Obat-obat anestesia yang diperlukan.
 Obat-obat resusitasi, misalnya; adrenalin, atropine, aminofilin, natrium bikarbonat
dan lain-lainnya.
 Tiang infus, plaster dan lain-lainnya.
 Alat pantau tekanan darah, suhu tubuh, dan EKG dipasang.
 Alat-alat pantau yang lain dipasang sesuai dengan indikasi, misalnya; “Pulse
Oxymeter” dan “Capnograf”.
 Kartu catatan medik anestesia
 Selimut penghangat khusus untuk bayi dan orang tua.
Tabel Komponen STATICS
S Scope Stetoscope untuk
mendengarkan suara
paru dan jantung.
Laringo-Scope: pilih
bilah atau daun
(blade) yang sesuai
dengan usia pasien.
Lampu harus cukup
terang.
T Tubes Pipa trakea, pilih sesuai
ukuran pasien, pada
kasus ini digunakan
laryngeal mask
airway ukuran 2 ½
A Airways Pipa mulut-faring
(Guedel, orotracheal
airway) atau pipa
hidung-faring (nasi-
tracheal airway).
Pipa ini menahan
lidah saat pasien
tidak sadar untuk
mengelakkan
sumbatan jalan
napas.
T Tapes Plaster untuk fiksasi pipa
supaya tidak
terdorong atau
tercabut.
I Introducer Mandarin atau stilet dari
kawat dibungkus
plastic (kabel) yang
mudah
dibengkokkan untuk
pemandu supaya
pipa trakea mudah
dimasukkan. Pada
pasien ini tidak
digunakan introducel
atau stilet.
C Connector Penyambung antara pipa
dan peralatan
anastesia.
S Suction Penyedot lendir, ludah
dan lain-lainnya.
II. PERASAAN TERHADAP PENGALAMAN
III. EVALUASI
IV. ANALISIS
V. KESIMPULAN
VI. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai