Anda di halaman 1dari 30

MINI PROJECT

UPAYA PENINGKATAN TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI


DIARE ANAK PADA MASYARAKAT DESA SUMBERSOKO
KECAMATAN SUKOLILO, KABUPATEN PATI, PROVINSI JAWA
TENGAH

Disusun oleh:
FAIZAL RACHMAN

Pembimbing:
DR.IKHA SEPTIANA WULANSARI

Puskesmas Sukolilo I
Kabupaten Pati , Jawa Tengah
Program Dokter Internship Periode Februari 2022 – Februari 2023
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL....................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 3
A. Latar Belakang........................................................................ 3
B. Rumusan Masalah................................................................... 6
C. Tujuan..................................................................................... 6
D. Manfaat................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 7
A. pendahuluan............................................................................ 7
B. definisi.................................................................................... 8
C. epidemiologi........................................................................... 8
D. klasifikasi................................................................................ 8
E. etiologi.................................................................................... 8
F. patofisiologi………………………………………………… 10
G. manifestasi klinis…………………………………………… 10
H. penatalaksanaan……………………………………………. 11
I. gambaran wilayah kecamatan sukolilo…………………….. 17
J. pusat Kesehatan masyarakat (puskesmas)…………………. 18
BAB III METODE PENGUMPULAN DATA, PERENCANAAN DAN PEMILIHAN
INTERVENSI ............................................................................................... 20
A. metode pengambilan data....................................................... 20
B. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi………………..………21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 23
Hasil Penelitian....................................................................... 23
BAB V KESIMPULAN............................................................................. 26
Kesimpulan............................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 27

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan,
puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan
upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Sebagai salah satu perangkat
pemerintahan yang berkecimpung dalam kesehatan, Puskesmas memiliki program
P2PM yang bertugas untuk melakukan pemberantasan penyakit menular, salah
satunya adalah diare.
Penyakit diare merupakan penyebab kedua kematian pada anak, dan sebanyak 1,8
juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit diare, 90% adalah anak, terutama
dinegara berkembang (WHO, 2016). Pada tahun 2015 kejadian luar biasa (KLB) diare
terjadi di 11 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian
sebanyak 73 orang dengan CFR (Case Fatality Rate) sebesar 1,74%. Diare merupakan
salah satu dari 10 penyakit terbanyak pada pasien anak yang di rawat inap di Rumah
Sakit pada tahun 2016, dengan jumlah kasus 71.889, dan pasien yang meninggal dunia
sebanyak 1.289 dengan CFR sebesar 1,79% (Kemenkes RI, 2016).
Data Kemenkes RI dari tahun 2010-2020 terlihat kecenderungan insidens naik.
Pada tahun 2010 Insiden Rate (IR) diare 301/1000 penduduk, tahun 2103 naik menjadi
374/1000 penduduk, tahun 2016 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2020
menjadi 411/1000. Sedangkan berdasarkan angka kesakitan akibat diare didapatkan
bahwa angka kesakitan akibat diare adalah sebanyak 1310 per 1000 penduduk
(Kemenkes RI, 2020). Cakupan penemuan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2018
sebanyak 48,5%, kasus diare pada anak pada tahun 2018 sebanyak 300.000 (Dinkes
Jateng, 2019). Period prevalence diare Provinsi Jawa Tengah pada Riskesdas 2018
(6,7%). Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di Jawa Tengah adalah 3,3%.
Kasus diare di Jawa Tengah menempati urutan ketiga terbesar setelah Jawa Barat
dan Jawa Timur dengan jumlah kasus sebanyak 1.337.427 kasus (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan lapopran Dinas Kesehatan Jawa Tengah (2918), kota Semarang menempati

3
urutan pertama kasus diare dengan jumlah kasus sebanyak 52.049, sedangkan Kabupaten
Pati sebanyak 34.645 kasus (Dinkes Jawa Tengah, 2019). Angka kejadian diare tertinggi
pertama di Kabupaten Pati pada tahun 2020 berada di Kecamatan Pati sebanyak 2.245
kasus, kedua di Kecamatan Sukolilo sebanyak 1.990 kasus, ketiga di Kecamatan
Tlogowungu sebanyak 1.870 kasus, keempat di Kecamatan Juwana sebanyak 1.763
kasus dan kelima di Kecamatan Dukuhseti sebanyak 1.754 kasus. Prevalensi kasus diare
di Kecamatan Sukolilo terdapat 2 Puskesmas, dimana kasus diare di Puskesmas Sukolilo
I sebanyak 1.275 kasus dan Puskesmas Sukolilo II sebanyak 715 kasus (Dinkes Kab Pati,
2020).
Beberapa faktor yang diduga merupakan faktor risiko kejadian diare pada anak
adalah faktor host, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Synthamurniwaty (2018) mengenai faktor risiko umur dan
kepemilikan jamban di Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa umur dan kepemilikan
jamban memiliki risiko 3,18 dan 2,208 kali terhadap kejadian diare. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Purwidiana (2019) di Kabupaten Sragen, mengenai sumber air
minum dan jenis lantai rumah menunjukkan bahwa memiliki hubungan yang signifikan
terhadap kejadian diare. Penelitian yang dilakukan oleh Rosyidi (2017) di Kabupaten
Pekalongan yang berkaitan dengan kebiasaan memasak air sebelum diminum
menunjukkan bahwa kebiasaan memasak air minum berisiko 3,365 kali terhadap
kejadian diare.
Perilaku ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu
pengetahuan ibu tentang pencegahan diare pada anak, karena pengetahuan merupakan
salah satu komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak
selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai
hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya
perubahan perilaku akan cepat (Notoatmodjo, 2014). Salah satu pengetahuan ibu yang
sangat penting adalah bagaimana penanganan awal diare pada anak yaitu dengan
mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (rehidrasi) baik
yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun parenteral (melalui infus) telah
berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada anak yang menderita diare
(IDAI, 2014).
Pengetahuan ibu tentang pencegahan diare pada anak dapat dilakukan ibu dengan
pemberian oralit, pembuatan sendiri dengan campuran gula dan garam, adapula yang

4
memberikan daun jambu kepada anaknya. Pemberian daun jambu ini juga bermacam-
macam yaitu dengan cara dikunyah- kunyah oleh anak yang terserang diare, dan adapula
yang memasak daun jambu dengan air kemudian airnya diminum, pemberian cairan
pengganti (cairan rehidrasi) untuk mengganti cairan yang hilang (Susi, 2016).
Berdasarkan data yang didapatkan pada tanggal 20 Juli 2021 di Puskesmas
Sukolilo 1 Pati, dengan telaah data dari rekam medis Puskesmas Sukolilo 1 Pati
menyebutkan kasus diare pada anak menempati urutan nomor tiga pada kasus 10 besar
penyakit yang ada di Puskesmas Sukolilo 1 Pati di tahun 2021 pada tiga bulan terakhir
ini (April-Juni) kasus diare pada anak tercatat sebanyak 108 kasus, dimana angka
kejadian diare di Kabupaten Pati pada tahun 2020 sebanyak 27.550 kasus berada di
wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 1 sebanyak 715 kasus.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sukolilo 1 Pati
menggunakan wawancara terbuka, terhadap 10 dari 15 orang tua dari anak yang
menderita diare tidak mengetahui faktor resiko penyabab diare dan bagaimana harus
berperilaku dalam penatalaksanaan diare. Tidak sedikit anak yang diare dibawa ke
puskesmas sudah dalam keadaan dehidrasi yang berat, hal tersebut dikarenakan
kurangnya pengetahuan orang tua, dan kurangnya perilaku orang tua dalam
penatalaksanaan diare pada anak. Banyak dari orang tua yang belum mengetahui dampak
lanjut dari diare yaitu dehidrasi berat, para orang tuapun tidak mengetahui tanda- tanda
dehidrasi. Tindakan perilaku ibu anak yang dilakukan sebelum dibawa ke Puskesmas
hanya dengan memberikan minum air/susu. Disinilah pengetahuan dan peran orang tua
sangat menentukan dalam keberhasilan proses pengobatan selanjutnya pada kasus diare
pada anak. Rendahnya pengetahuan dan kurangnya perilaku ibu dalam pencegahan diare
pada anak, menyebabkan angka kasus diare di Puskesmas Sukolilo 1 Pati meningkat.
Berdasarkan permasalah latar belakang diatas, maka saya tertarik untuk mengkaji
secara mendalam tentang gambaran pengetahuan ibu tentang diare pada anak di
Puskesmas Sukolilo 1 Pati.
Atas latar belakang tersebut dilaksanakan mini project sosialisasi dan penyuluhan
diare pada anak kepada masyarakat di wilayah cakupan puskesmas Sukolilo I yaitu Desa
sumbersoko, Kecamatan Sukolilo.

1.2 Rumusan Masalah

5
- Bagaimana tingkat pengetahuan diare pada anak di Desa Sumbersoko, Kecamatan
Sukolilo, Kabupaten Pati ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
- Peningkatan pengetahuan masyarakat di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo,
Kabupaten Pati, tentang diare pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat terkait diare di Desa Sumbersoko,
Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
- Berperan serta dalam upaya deteksi dan intervensi dini diare
- Mengaplikasikan pengetahuan mengenai program deteksi dan intervensi dini diare.
- Melaksanakan mini project dalam rangka program internship dokter Indonesia

1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas


- Menambah pemahaman masyarakat Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo,
Kabupaten Pati mengenai karakteristik dan deteksi diare.
- Diharapkan dapat memberi informasi kepada instansi kesehatan terutama Puskesmas
Sukolilo 1 Pati terkait dasar untuk pencegahan dan penatalaksanaan diare pada anak
dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu tentang cara penanganan
pertama kasus diare sehingga dapat meninggkatkan pengetahuan ibu tentang
pencegahan diare pada anak.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat


- Masyarakat mendapatkan tambahan pengetahuan tentang deteksi dan intervensi dini
diare

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di
negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga
diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di
Indonesia1. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel,
penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges
dan malabsorpsi2. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat
mengalami invasi sistemik2. 
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi
dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi
serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif,
efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara
umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika
terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi
serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika
yang spesifik dan antiparasit3.

7
2.2 Definisi

Diare akut menurut Cohen4 adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang
berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. Menurut Noerasid5 diare akut
ialah diare yang terjadi secara mendakak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
Sedangkan American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan
karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa
gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 – 7
hari6.

2.3 Epidemiologi

Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta
kasus kematian sebagai akibatnya7. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang
berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5
episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan8. Hasil survei oleh Depkes.
diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini
meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare
masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan anak. Hasil Surkesnas 2001 didapat
proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian anak 13,2% dengan
peringkat 29. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara
langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus
ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di
Amerika Serikat.

2.4 Klasifikasi

Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi lagi
atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obat-obatan
dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non infeksi
karena alergi, radiasi10.

2.5 Etiologi

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare
8
pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari
80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi7.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan virus
lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus
cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli,
Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan
Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli,
Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia,
Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan
trichuris trichiura. 4,7,11,12
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui
makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi
usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang,
villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan
meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul
diare.4,7
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis
terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh
virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel
mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat
masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri
ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri. 5,7
Sebuah studi tentang maslah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak di
bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga agen
infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan meningkat pada anak penderita
diare. Agen ini adalah Rotavirus,Shigella spp dan E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas
merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas
tropis dan iklim sedang.13 Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan
tertentu seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau
tidak sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan

9
kimia. Beberapa macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare.
Antibiotika akan menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang
kebal antibiotika akan berkembang bebas.7,14 Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu
sendiri juga memegang peranan penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit lain
misalnya malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya,
pneumonia, radang tenggorokan, dan otitis media.4,7

2.6 Patofisiologi

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare


osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena
terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus
sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare
sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus
terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post
vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.7

2.7 Manifestasi kinis

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan
berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan
dhidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.7,15
Derajat Dehidrasi

Estimasi
Gejala & Keadaan Mulut/
Mata Rasa Haus Kulit BB % def.
Tanda Umum Lidah
cairan

Tanpa Minum Normal,


Baik, Sadar Normal Basah Turgor baik <5 50 %
Dehidrasi Tidak Haus

Dehidrasi Gelisah Rewel Cekung Kering Tampak Turgor 5 – 10 50–100


Ringan – Kehausan lambat %
10
Sedang

Letargik, Sangat Turgor


Dehidrasi Sangat Sulit, tidak bisa
Kesadaran cekung dan sangat >10 >100 %
Berat kering minum
Menurun kering lambat

Sumber : Sandhu 200116


Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi
hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema (130m – 150 mEg/L) dan dehidrasi
hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso –
natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare
hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik
dengan anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia. Selain
penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal ini akan
merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya
meningkatkan eksresi CO2 melalui paru (pernapasan Kussmaul) Untuk pemenuhan
kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya
produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara
bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.17
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga pada
keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan
tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan
hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali
pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian
karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi
lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya
gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel
tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.7

2.8 Penatalaksanaan

11
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif
diare akut.6 Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang hilang
sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya
sebagai baku emas.18
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara
oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa
nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe
vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat
(violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat
dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya
untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi15. Keuntungan upaya terapi oral karena
murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral
(ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk
pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L 11 Anak yang diare dan
tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur6.

2.8.1 Dehidrasi Ringan – Sedang

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral
sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena sebanyak
: 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum
sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam
pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak
10ml/kgbb setiap diare atau muntah.17
Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar yang perlu
diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak, yaitu12 :
1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )
2. Cairan hipotonik
3. Rehidrasi oral cepat 3 – 4 jam
4. Realiminasi cepat dengan makanan normal
5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus
6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan
7. ASI diteruskan

12
8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )
9. Anti diare tidak diperlukan
2.8.2 Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak
dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma, pernafasan Kussmaul,
gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. Penggantian
cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut 12,15,17 :
Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan penderita
akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya menyangkut waktu
yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana biasanya . Segala
kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah
sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila
memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai biasanya bahkan pada
dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum
tetap dapat dilanjutkan.18
2.8.3. Pemilihan jenis cairan
Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok,
sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki renjatan
hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan
mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme
menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung
glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat
dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis
cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan
pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan
osmolaliti 210 – 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 – 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi
pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.19
Komposisi cairan Parenteral dan Oral :

Osmolalitas
Glukosa(g/L) Na+(mEq/L) CI-(mEq/L) K+(mEq/L) Basa(mEq/L)
(mOsm/L)

13
NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -

NaCl 0,45 %
428 50 77 77 - -
+D5

NaCl 0,225%
253 50 38,5 38,5 - -
+D5

Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28

Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20

Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10

Standard WHO-
311 111 90 80 20 Citrat 10
ORS

Reduced
osmalarity 245 70 75 65 20 Citrat 10
WHO-ORS

EPSGAN
213 60 60 70 20 Citrat 3
recommendation

 Komposisi elektrolit pada diare akut :

Komposisi rata-rata elektrolit


mmol/L
Macam

Na K Cl HCO3

Diare Kolera
140 13 104 44
Dewasa

Diare Kolera Anak 101 27 92 32

14
Diare Non Kolera
56 26 55 14
Anak

Sumber : Ditjen PPM dan PLP,199920


2.8.4. Mengobati kausa Diare
Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis.18 Obat
anti diare hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki
kehilangan air dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.
Antibiotik yang tidak diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan
sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi.21 Sebagian
besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada
umumnya sembuh sendiri (self limiting).12 Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil
penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak
adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau
pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau
menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis15. Anti
motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga
terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.21
Beberapa antimikroba yang sering menjadi etiologi diare pada anak15,18
Kolera :
Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)
Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)
Amebiasis:
Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg) (im) s/d
5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis :
Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )

15
Antisekretorik - Antidiare
Salazer–lindo E dkk22 dari Department of Pedittrics, Hospital Nacional Cayetano
Heredia, Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril (acetorphan) yang
merupakan enkephalinace inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata cukup
efektif dan aman bila diberikan pada anak dengan diare akut oleh karena tidak mengganggu
motilitas usus sehingga penderita tidak kembung .Bila diberikan bersamaan dengan cairan
rehidrasi oral akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan hanya
memberikan cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama juga didapatkan oleh Cojocaru dkk
dan cejard dkk.untuk pemakaian yang lebih luas masih memerlukan penelitian lebih lanjut
yang bersifat multi senter dan melibatkan sampel yang lebih besar.23
Probiotik
Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada
host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna
sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor
dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai
dengan cara untuk pencegahan dan pengobatn diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus
maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh
karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan
travellers,s diarrhea. 14,15,24
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut
pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk 25 menyatakan lactobacillus aman dan efektif
dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3
lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1 – 2
kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah : Perubahan
lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen,
kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor
toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno modulasi.14,24
Mikronutrien
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut didasarkan
kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan
terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare. Seng telah dikenali berperan di
dalam metallo – enzymes, polyribosomes , selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan penting
di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan .19 Sazawal S dkk 26 melaporkan pada bayi

16
dan anak lebih kecil dengan diare akut, suplementasi seng secara klinis penting dalam
menurunkan lama dan beratnya diare. Strand 27 Menyatakan efek pemberian seng tidak
dipengaruhi atau meningkat bila diberikan bersama dengan vit A. Pengobatan diare akut
dengan vitamin A tidak memperlihatkan perbaikan baik terhadap lamanya diare maupun
frekuensi diare. 19 Bhandari dkk 28 mendapatkan pemberian vitamin A 60mg dibanding
dengan plasebo selama diare akut dapat menurunkan beratnya episode dan risiko menjadi
diare persisten pada anak yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak demikian pada yang
mendapat ASI.
Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi
Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama
pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih dari 24
jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.Bila tidak makalah ini
akan merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik29 Pemberian kembali
makanan atau minuman (refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi
kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan
lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan
pada umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan oleh
Lama more RA dkk30 menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara
signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh karena nucleotide adalah
bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan sel
imunokompeten. Pada anak lebih besar makanan yang direkomendasikan meliputi tajin
( beras, kentang, mi, dan pisang) dan gandum ( beras, gandum, dan cereal). Makanan yang
harus dihindarkan adalah makanan dengan kandungan tinggi, gula sederhana yang dapat
memperburuk diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak
yang sulit ditoleransi karena karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.31
Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita yang
menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa
berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe yang ringan
sehingga cukup memberikan formula susu biasanya diminum dengan pengenceran oleh
karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam waktu 2 – 3 hari akan sembuh
terutama pada anak gizi yang baik. Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat dan
berkepanjangan tetap diperlukan susu formula bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama.
Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa.

17
Sabagaimana halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya
sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.Pada
situasi yang memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah
lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik 32
Menanggulangi Penyakit Penyerta
Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga
dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa
penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain : infeksi saluran
nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi sistemik lain
(sepsis,campak ), kurang gizi, penyakit jantung dan penyakit ginjal 33.

2.9 Gambaran Wilayah Kecamatan Sukolilo

Puskesmas Sukolilo I terletak di Desa Ngawen Kecamatan Sukolilo 1 Kabupaten


Pati, tepatnya di jalan Pati - Purwodadi KM 27 dengan luas lahan 1.500 M 2, merupakan
bangunan yang didirikan pada tahun 1970. Puskesmas Sukolilo 1 mempunyai status
Puskesmas Rawat Inap. Puskesmas Sukolilo I adalah salah satu puskesmas rawat inap di
Kecamatan Sukolilo 1 dimana kunjungan pasiennya rata rata 7 sampai dengan 10 atau
nilai BOR nya berkisar 55 % perbulan. Puskesmas Sukolilo 1 berstatus Akreditasi Utama
pada tahun 2017. Jumlah tenaga kerja yang ada di Puskesmas Sukolilo I sebanyak 78
karyawan (68 PNS dan 10 Tenaga kontrak harian lepas Non PNS), yang terdiri dari dari
tenaga medis, tenaga paramedis perawatan, tenaga paramedis bidan, tenaga non
paramedis dan tenaga administrasi

2.10 Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas )

2.10.1 Gambaran Umum Puskesmas


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan meliputi
pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga
serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu.2

18
Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam melaksanakan
tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis, demografi, beban kerja Puskesmas dan
lain-lain. Selain itu juga harus memperhatikan upaya untuk meningkatkan koordinasi,
memperjelas tanggung jawab pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan
sinergisme pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme kegiatan
dan meningkatkan kinerja. Apabila dalam satu wilayah kecamatan terdapat lebih dari
satu Puskesmas maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah
satu Puskesmas sebagai koordinator pembangunan kesehatan di kecamatan. 2
Puskesmas memiliki tanggung jawab dalam hal mempromosikan kesehatan
kepada seluruh masyarakat sebagai upaya untuk memberikan pengalaman belajar,
menyediakan media informasi, dan melakukan edukasi baik untuk perorangan,
kelompok, dan masyarakan guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
masyarakat. Dengan berjalanannya program kesehatan yang dijalankan oleh setiap
Puskesmas, di harapkan pada akhirnya akan berpengaruh pada perubahan kepada setiap
individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.3

19
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA, PERENCANAAN DAN PEMILIHAN
INTERVENSI

3.1 Metode Pengumpulan Data


3.1.1 Rancangan Pengumpulan Data
Pengumpulan data digunakan untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan ibu
tentang pencegahan diare pada anak di Puskesmas Sukolilo 1 Pati.. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

3.1.2 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu para peserta kelas balita di
Desa Sumbersoko yang merupakan wilayah cakupan Puskesmas Sukolilo 1 Pati
yang berjumlah 15 orang.
2. Sampel
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik sampling non probability,
yaitu menggunakan total sampling dimana cara pengambilan sampel ini adalah
seluruh populasi diambil semua yakni sebamyak 15 orang. Adapun kriteria-
kriteria sampel ditetapkan sebagai berikut Kriteria sampel yang memenuhi syarat
yaitu :
1. Kriteria inklusi
Sampel merupakan para ibu peserta kelas anak desa sumbersoko puskesmas sukolilo 1
2. Kriteria eksklusi
- Sampel yang tidak mengikuti kelas anak
- Sampel yang tidak bersedia mengisi kuisioner
Jadi total sampel dalam mini project ini adalah 15 orang
Berikut adalah skala ukur penilaian berdasarkan nilai hasil kuesioner
1. Kurang, jika skor ≤ 50%
2. Cukup, jika skor 51%-75%
3. Baik, jika skor 76 %-100%

3.1.3 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data

20
Pengumpulan data dilakukan ketika kegiatan kelas anak di Desa Sumbersoko
Kecamatan sukolilo pada tanggal 22 Juli 2022.

3.1.4 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data pada mini project ini adalah kuesioner, yang terdiri atas
data tentang pengetahuan terkait definisi, tanda dan gejala, komplikasi serta pencegahan
diare.

3.1.5 Cara Pengumpulan Data


Semua jenis data yang dikumpulkan pada mini project ini adalah data berupa hasil intervensi.
Pengumpulan data yang dilakukan dengan pengisian kuesioner dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

a. Pelaksana dalam hal ini dokter internship Puskesmas Sukolilo I meminta persetujuan
responden untuk melakukan pengisian kuesioner.
b. Memberikan penjelasan tentang tujuan pengumpulan data dan sifat keikutsertaan
responden dalam hal ini.
c. Membagikan kuesioner pre-test kepada responden
d. Memberikan penjelasan kepada responden pada masing-masing pertanyaan yang belum
jelas dan mendampingi selama pengisian kuesioner.
e. Kuesioner yang telah diisi, dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya.
f. Memberikan materi seputar diare kepada para responden
g. Membagikan Kembali kuesioner post-test kepada responden
h. Kuesioner yang telah diisi, dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya

3.2 Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


3.2.1 Metode Intervensi
Metode intervensi yang digunakan dalam mini project ini adalah penyuluhan group
discussion dengan alat bantu slide dengan kuesioner yang dibagikan sebelumnya. Kuesioner
akan diberikan dalam bentuk soal pilihan benar atau salah.

3.2.2 Petugas Penyuluhan


Petugas penyuluhan dari kegiatan mini project ini adalah :

21
1. Dokter Internship Puskesmas Sukolilo I periode Februari – Agustus 2022 dalam hal ini dr.
Faizal Rachman selaku narasumber.
2. Petugas kesehatan lain dari Puskesmas Sukolilo I

3.2.3 Lokasi dan Waktu Penyuluhan


Kegiatan mini project ini bertempat di Rumah kader Kesehatan Desa Sumbersoko,
Kecamatan Sukolilo. Pelaksanaan pada tanggal 22 Juli 2022, pukul 09.00-11.30 WIB.

3.2.4 Sasaran Penyuluhan


Sasaran kegiatan mini project ini adalah para ibu peserta Kelas Anak di Desa
Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo.

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil test yang diperoleh dari total 15 orang subjek, didapatkan hasil
sebagai berikut.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden
Pendidikan Frekuensi %
Sekolah Dasar Sederajat 2 13.33
Sekolah menengah Pertama
5 33.33
Sederajat
Sekolah Menengah Atas Sederajat 8 53.33
Jumlah 100

Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Diare pada anak di


Puskesmas Sukolilo 1 Pati (pre-test)
Pengetahuan Frekuensi %
Pengetahuan Kurang 3 20
Pengetahuan Cukup 8 53.33
Pengetahuan Baik 4 26.66
Jumlah 15 100

Tabel 4.3 Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Diare pada anak di Puskesmas
Sukolilo 1 Pati (post-test)
Pengetahuan Frekuensi %
Pengetahuan Kurang 1 6.66
Pengetahuan Cukup 7 46.66
Pengetahuan Baik 7 46.66
Jumlah 15 100

23
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu di Desa Sumbersoko
Kecamatan Sukolilo tentang diare cukup baik, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2; 8 dari 15
responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik (53.33%) dan 4 orang memliki tingkat
pengetahuan yang baik (26.66%), yang mana hasil tersebut didapatkan sebelum dilakukan
pemaparan materi, Hal ini dibuktikan banyak responden yang menjawab benar tentang
pemberian ASI, memasak dan merebus makanan dengan benar, perilaku cuci tangan setelah
Buang Air Besar, pembuangan tinja bayi di WC, pemberian imunisasi campak, susu formula
dapat menyebabkan diare, memperkenalkan makanan lunak, cuci tangan sebelum menyuapi
anak, dan membersihkan jamban.. Pengetahuan baik diatas dikarenakan responden yang
berpengetahuan baik mempunyai pendidikan cukup baik yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
sehingga akan berpengaruh dengan pengetahuan tentang pencegahan penyakit diare yang
baik pula. Hasil penelitian tentang pendidikan ibu yaitu responden yang mempunyai
pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sederajat sebanyak 8 orang (53.33%).
Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai akses informasi yang lebih luas
dibandingkan ibu yang berpendidikan lebih rendah. Selain itu, ibu yang berpendidikan tinggi
akan lebih mudah menyerap informasi kesehatan.
Hasil penelitian selanjutnya didapatkan bahwa responden dengan pengetahuan kurang
sebanyak 3 orang (20%) responden. Pengetahuan kurang tersebut dikarenakan banyak
responden yang bekerja dan ibu rumah tangga sehingga banyak responden yang kurang
mendapat informasi tentang pencegahan diare karena pekerjaannya banyak menyita waktu.
Sedangkan ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga selalu banyak di rumah serta
pendidikan responden yang kurang yaitu masih banyak Sekolah dasar dan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama. Hasil tersebut ditunjukkan bahwa hasil penelitian berdasarkan pendidikan
diperoleh sebagian besar responden mempunyai pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Sederajat sebanyak 5 orang (33.33%) responden dan pendidikan Sekolah Dasar
sederajat sebanyak 2 orang (13.33%) responden.
Sedangkan hasil yang didapatkan setelah diberikan materi cukup mengubah tingkat
pengetahuan responden, hal ini dibuktikan pada tabel 4.3 didapatkan peningkatan pada
jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik menjadi 7 orang (46.66%), serta terjadi
penurunan pada jumlah responden yang memiliki pengetahuan kurang menjadi 1 orang
(6.66%).
Menurut persepsi saya, hasil diatas menunjukan bahwa sudah banyak ibu yang
mempunyai pengetahuan baik. Hal tersebut perlu dipertahankan untuk pencegahan diare

24
pada anak. Masih pula terdapat pengetahuan yang kurang pada ibu tentang diare pada
anak. Hal ini perlu adanya sosialisasi pihak puskesmas terkait pada warga maupun
masyarakat yang mempunyai anak khususnya tentang diare pada anak. Sosialisasi
tersebut dapat dilaksanakan saat posyandu maupun adanya pertemuan ibu-ibu di Desa.

25
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

 Tingkat pengetahuan ibu di Desa Sumbersoko mengenai diare sudah cukup memadai.
Meskipun begitu terdapat peserta yang masih belum memahami sepenuhnya tentang
penanganan awal, komplikasi, etiologi dan definisi diare. Hal tersebut didukung
dengan hasil penelitian berdasarkan pengetahuan ibu tentang diare yaitu sebagian
besar responden mempunyai pengetahuan tentang diare dengan cukup dan baik
 Pemberian materi pada ibu di Desa Sumbersoko mengenai diare dinilai cukup efektif
untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai diare hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan jumlah pengetahuan pada kategori baik dan adanya penurunan
pada pengetahuan kategori kurang.
 Perlu dilakukan evaluasi secara berkala untuk menjaga dan meningkatkan
pengetahuan ibu di Kecamatan Sukolilo melalui upaya Promotive dan sosialisasi
mengenai diare, agar kasus diare pada anak di kecamatan Sukolilo dapat diturunkan
secara bertahap.

26
LAMPIRAN

27
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat dalam
kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003 hal 29
2. Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric Diagnosis
Little Brown and Company 1990;20 – 23.
3. Booth IW, CuttingWAM. Current Concept in The Managemnt of Acute in Children
Postgraad Doct Asia 1984 : Dec : 268 – 274
4. Coken MB Evaluation of the child with acute diarrhea dalam:Rudolp AM,Hofman
JIE,Ed Rudolp?s pediatrics: edisi ke 20 USA 1994 : prstice Hall international,inc hal
1034-36
5. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa
dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 : Salemba Medika hal
73-103
6. Barnes GL,Uren E, stevens KB dan Bishop RS Etiologi of acute Gastroenteritis in
Hospitalized Children in Melbourne, Australia,from April 1980 to March 1993
Journal of clinical microbiology, Jan 1998,p,133-138
7. Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta 2002
8. Lung E. Acute diarrheal Diseases dalam Current diagnosis abd treatment in
gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi ke 2 New Tork 2003 :McGraw Hill,hal 131-49
9. Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna. dalam Sari
pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001
10. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada bayi dan
anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/
11. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut
dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003
12. Ditjen PPM dan PLP, 1999, Tatalaksana Kasus Diare Departemen Kesehatan RI hal
24-25
13. Sinuhaji AB Peranan obat antidiare pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan
makalah Kongres Nasional II BKGAI juli 2003
14. Rohim A, Soebijanto MS. Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu penyakit anak
diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1 Jakarta 2002 Selemba
Medika hal 93-103

29
15. Suharyono.Terapi nutrisi diare kronik Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ilmu
Kesehatan Anak ke XXXI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1994
16. Ditjen PPM&PLP Depkes RI.Tatalaksana Kasus Diare Bermaslah. Depkes RI 1999 ;
31

30

Anda mungkin juga menyukai