Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH PADA PASIEN INFEKSI SALURAN

PERNAPASAN AKUT

Oleh :

Sabda Yulika Rahmayanthy


K1A1 15 113

Pembimbing
dr. Syamsiah Pawennei, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN


KEDOKTERAN KOMUNITAS BAGIAN KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Nama : Sabda Yulika Rahmayanthy
Stambuk : K1A1 15 113
Judul Kasus : Laporan Kunjungan Rumah Pada Pasien Infeksi Saluran
Pernapasan Akut
Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus dengan judul Upaya
Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien dengan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) dalam rangka kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan
Kedokteran Komunitas Bagian Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo.

Kendari, 22 Juli 2019


Mengetahui :
Pembimbing,

dr. Syamsiah Pawennei, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kasus dengan judul Laporan Kunjungan Rumah Pada Pasien Infeksi Saluran
Pernapasan Akut sebagai tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dan Kedokteran Komunitas Bagian Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo.
Penulis menyadari bahwa pada proses pembuatan Laporan Kasus masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari semua
pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan berikutnya
sangat penulis harapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Syamsiah
Pawennei, M.Kes atas bimbingan dan arahannya sehingga berbagai masalah dan
kendala dalam proses penyusunan laporan ini dapat teratasi dan terselesaikan
dengan baik.
Atas segala bantuan dan perhatian baik berupa tenaga, pikiran dan materi
pada semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan laporan ini penulis
mengucapkan terima kasih.

Kendari, 22 Juli 2019

Sabda Yulika Rahmayanthy

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................. 3
C. Manfaat............................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ........................................... 4
a. Definisi .......................................................................................... 4
b. Etiologi ......................................................................................... 4
c. Epidemiologi ................................................................................. 4
d. Patogenesis .................................................................................... 5
e. Faktor Risiko.................................................................................6
f. Klasifikasi .................................................................................... 10
g. Cara penularan ............................................................................. 10
h. Gejala dan tanda ............................................................................ 11
i. Penatalaksanaan ............................................................................ 12
j. Pencegahan .................................................................................... 13
BAB III. LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita .............................................................................. 14
B. Anamnesis .......................................................................................... 14
C. Pemeriksaan Fisik .............................................................................. 16
D. Pemeriksaan Penunjang...................................................................... 19
E. Resume ............................................................................................... 19

iv
F. Diagnosis Holistik .............................................................................. 20
G. Penatalaksanaan Holistik.................................................................... 20
H. Prognosis ............................................................................................ 20
BAB IV. PEMBAHASAN ASPEK KEDOKTERAN KELUARGA
A. Identifikasi Keluarga .......................................................................... 21
B. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup .............................. 22
C. Identifikasi Fungsi-Fungsi dalam Keluarga ....................................... 24
D. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan .............. 31
E. Daftar Masalah ................................................................................... 32
BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 33
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan Holistik ........................................................................... 36
B. Saran ....................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37
LAMPIRAN .........................................................................................................39

v
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 1 Hasil Perkusi 24
Tabel 2 Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal 28
Serumah
Tabel 3 Pelayanan Kesehatan 29
Tabel 4 APGAR Score Tn. H. T 32
Tabel 5 APGAR Score Ny. Hj. Y 33
Tabel 6 APGAR Score Tn. B 34
Tabel 7 APGAR Score Ny. Y 35
Tabel 8 SCREEM Keluarga An. A 37

vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
Gambar 1 Denah Rumah Keluarga An. A 29
Gambar 2 Genogram Keluarga 38

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iiiiiiiInfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut yang
berlangsung selama 14 hari yang disebabkan oleh mikroorganisme dan
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernapasan mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Pangaribuan,
2017). Penyakit ini merupakan penyebab utama penyakit akut di seluruh
dunia dan bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 3,9 juta anak setiap
tahun di seluruh dunia. Selain itu, dilaporkan bahwa di negara berkembang
seperti Bangladesh, India, Indonesia dan Nepal terjadi kematian akibat ISPA
secara global sekitar 40%. Kematian ISPA sekitar 90% karena pneumonia
(Kumar dkk, 2015;Taksande dan Yeole, 2016). Secara global pneumonia
bertanggung jawab atas morbiditas dan mortalitas yang tinggi diantara anak-
anak di bawah usia 5 tahun dan WHO memperkirakan kejadian pneumonia
klinis di India menyumbang 36% dari total beban regional di Asia Tenggara
(Gothankar dkk, 2018).
iiiiiiiPersentase kematian yang disebabkan oleh ISPA adalah antara 2 kali
sampai 6 kali lebih tinggi di negara-negara kurang berkembang dibanding di
negara maju (Ujunwa dan Ezeonu, 2014). Beberapa faktor resiko yang dapat
dicegah dari pneumonia yang terjadi di masyarakat seperti kurangnya
pemberian ASI eksklusif untuk 6 bulan pertama kehidupan, pemberian makan

1
2

gratis yang tidak tepat, anemia defisiensi besi, kekurangan gizi, dan polusi
udara dalam ruangan harus ditangani secara memadai. Masyarakat perlu
mengetahui dan gejala pneumonia yang didapat masyarakat dan bahayanya
sehingga keterlambatan dalam pencarian perawatan dan pengobatan yang
memenuhi syarat dapat dihindari, untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan ≤25 di bawah lima kematian per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2030 (Yadav dan Awasthi, 2016). Anak- anak di negara Afrika sub
sahara yang mengalami kekurangan gizi dari kategori sosioekonomi yang
lebih rendah lebih mungkin menderita ISPA (Geberetsadik dkk, 2015).
iiiiiiiInfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menempati urutan pertama
penyakit yang diderita pada kelompok bayi dan balita serta anak di Indonesia,
dan sekitar 25,5% prevalensi ISPA di Indonesia dengan morbiditas
pneumonia pada bayi 2,2% dan pada balita 3% sedangkan mortalitas pada
bayi 23,8% dan balita 15,5%.(Malik, 2015). Riskesdas 2013 menyatakan
bahwa prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan
gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9
persen (2010) kemudian meningkat lagi menjadi 19,6 persen tahun 2013.
Konsumsi anak yang defisit akan berdampak pada ketahanan tubuh yang
kurang, dan akibatnya tubuh rentan terhadap infeksi. Penyakit infeksi
berhubungan dengan gizi kurang yaitu dengan anak mempunyai penyakit
infeksi maka akan memperburuk keadaan gizi nya. Kondisi ini juga kembali
menyebabkan terjadinya infeksi. (Nurwijayanti, 2016).
i Data Profil Puskesmas Perumnas, pada tahun 2018 tercatat ISPA masuk
dalam daftar 10 besar penyakit dan menduduki urutan pertama, dengan
insiden sebanyak 613 kasus. Selain itu, dilaporkan masih ada anak balita
dengan gizi buruk sejumlah 5 orang, gizi kurang 11 orang dan gizi lebih 20
orang.
3

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien ISPA
dan keluarganya untuk mewujudkan keadaan sehat di Kelurahan Kadia
Kota Kendari
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik keluarga meliputi fungsi keluarga, bentuk
keluarga, dan siklus keluarga pada pasien ISPA
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan pada pasien ISPA
c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pada pasien ISPA dan
keluarganya
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang Infeksi Saluran
Pernapasan Akut dan upaya penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut dengan pendekatan Kedokteran Keluarga
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar memberikan
penatalaksanaan kepada pasien secara holistik, terpadu, paripurna dan
berkesinambungan serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses
penyembuhan
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan informasi kepada keluarganya bahwa keluarga juga
memiliki peranan yang begitu penting dalam kesembuhan pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
a. Definisi
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah kelompok penyakit
heterogen dan kompleks yang disebabkan oleh berbagai patogen yang
menyerang saluran napasdari faring ke alveoli (Ujunwa dan Ezeonu,
2014). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi
akut berlangsungselama 14 hari yang disebabkan oleh mikroorganisme
dan menyerang salah satu bagianatau lebih dari saluran pernapasan mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli(saluran bawah) termasuk
jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah danpleura
(Pangaribuan, 2017).
b. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia
(Trisnawati dan Khasanah, 2013). ISPA bisa disebabkan oleh virus,
bakteri, riketsia. Infeksi bakterial merupakan penyulit ISPA oleh virus
terutama bila ada epidemi/ pdanemi. Bakteri penyebab ISPA misalnya
dari genus Streptococcus, Haemophylus, Stafilococcus, Pneumococcus,
Bordetella, dan Corynebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain grup
Mixovirus (virus influenza, parainfluenza, respiratory syncytial virus),
Enterovirus (Coxsackie virus, echovirus), Adenovirus, Rhinovirus,
Herpesvirus, Sitomegalovirus, virus Epstein-Barr. Jamur penyebab ISPA
antara Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Cryptococcus
neoformans. Selain itu ISPA pada anak disebabkan kurangnya
pengetahuan dan sikap ibu tentang ISPA (Musthafa, 2017).
c. Epidemiologi
Persentase kematian yang semua disebabkan ISPA adalah antara 2
kali dan 6 kali lebih tinggi di negara-negara kurang berkembang daripada
di negara maju. ISPA merupakan penyebab sepertiga dari kematian pada
anak di bawah lima tahun di negara-negara berkembang. Serta menjadi

4
5

penyebab 30-40% dari anak-anak pasien rawat jalan dan 20-30% dari
penerimaan rumah sakit. Telah terbukti bahwa ISPA mengkonsumsi
sumber daya sektor kesehatan yang signifikan dan pengobatan empiris
jangka panjang ISPA berkontribusi terhadap resistensi antibiotik di
seluruh dunia. Insiden ISPA yang dilaporkan secara keseluruhan adalah
6-8 episode selama 5 tahun pertama kehidupan (Ujunwa dan Ezeonu,
2014).
iiiiiiiSedangkan untuk angka kematian akibat ISPA dan pneumonia pada
tahun 1999 untuk Negara Jepang yaitu 10%, Singapura sebesar 10,6 %,
Thailand sebesar 4,1 %, dan Brunei sebesar 3,2 %. ISPA menyebabkan
40% dari kematian anak usia 1 bulan sampai 5 tahun. Hal ini berarti dari
seluruh jumlah anak umur 1 bulan sam-pai 4 tahun yang meninggal, lebih
dari sepertiganya meninggal karena ISPA atau diantara 10 kematian 4
diantaranya meninggal disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5
juta bayi dan balita di berbagai Negara setiap tahun mati karena ISPA
(Saleh dkk, 2017).
iiiiiiiBerdasarkan Riskesdas tahun 2013, period prevalence Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
dan keluhan penduduk adalah 25,0 persen. Lima provinsi dengan ISPA
tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Nusa Tenggara Barat, dan
Jawa Timur. Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga
merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA.
d. Patogenesis
Saluran pernapsan dari hidung sampai bronchus dilapisi oleh
membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung
disaring, dihangatkan dan dilembutkan. Partikel debu yang kasar dapat
disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, seangkan partikel debu
yang halus akan terjerat dalam memberan mukosa. Gerakan silia
mendorang memberan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah
superior menuju faring. Secara umum efek pencemaran udara
terhadappernapasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi
6

lembat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat


membersihkan saluran pernapasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan
saluran pernapasan dan makrofage disaluran pernapasan. Akibat dari dau
hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernapas sehingga benda asing
tertarik dan bakteri tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan, hal
ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan.
e. Faktor Resiko
Prevalensi ISPA ditentukan secara individual atau kolektif oleh
sejumlah faktor, yaitu usia, jenis kelamin, status gizi, menyusui ( jenis
dan durasi), status sosial ekonomi, kepadatan penduduk, polusi dalam
ruangan, perokok pasif, dll. Faktor-faktor risiko ini dikatakan lazim di
lingkungan kita dan mungkin area intervensi dalam
mengimplementasikan program pengendalian ISPA (Ujunwa dan
Ezeonu, 2014).
iiiiiiiSecara umum, ada tiga faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor
individu, faktor lingkungan, serta faktor perilaku. Faktor individu anak
meliputi usia anak, jenis kelamin, berat anak lahir, dan genetik.
Faktorlingkungan meliputi pencemaran udara, kondisi fisik rumah, dan
jumlah penghuni dalam rumah. Sedangkan faktor perilaku berhubungan
dengan pecegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan
balita, terutama yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga
lainnya, misalnya status gizi, imunisasi, jumlah penghuni rumah, paparan
asap rokok, dan perilaku mencuci tangan (Hendrini dkk, 2015).
iiiiiiiMenurut World Health Organization (WHO) beberapa faktor yang
telah diketahui mempengaruhipneumonia dan kematian ISPA adalah
malnutrisi,pemberian ASI eksklusif kurang cukup, imunisasitidak
lengkap, defisiensi vitamin A, BBLR, kepadatanhunian, udara yang
dingin, terpapar polusi udara olehasap rokok dan gas beracun (Malik dkk,
2015).
7

iiiiiiiMenurut Desiyana (2017) faktor- faktor yang mempengaruhi


terjadinya ISPA yaitu:
1) Faktor Individu Anak (Host)
a) Umur Anak
iiiiiiiUmur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk
terjadinya ISPA terutama pada bayi dan anak-anak. Sejumlah
studi yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit
pernapasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak
dan tetap menurun terhadap usia. Oleh sebab itu kejadian ISPA
pada bayi dan anak balita akan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Kejadian ISPA pada bayi dan balita akan
memberikan gambaran klinik yang lebih besar , hal ini
disebabkan karena ISPA pada bayi dan balita umumnya
merupakan kejadian infeksi pertama serta belum terbentuknya
secara optimal proses kekebalan secara alamiah (Desiyana, 2017).
b) Jenis Kelamin
iiiiiiiHasil penelitian Ranny Ranantha tahun 2014 menunjukkan
70% ISPA terjadi pada balita laki – laki. Balita dengan jenis
kelamin laki – laki 1,5 kali lebih sering menderita penyakit ISPA
dibdaningkan dengan balita perempuan. Hal ini lebih disebabkan
karena anak laki – laki lebih banyak berada di luar rumah
dibdaningkan anak perempuan.
c) Berat Badan Lahir
iiiiiiiBayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu
berat lahir yang kurang dari 2.500 gram. Berat bayi lahir
menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental
pada masa balita. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
mempunyai risiko kematian yang lebih besar dibdaningkan
dengan bayi berat lahir normal serta memiliki resiko lebih besar
untuk terjadinya resiko terkena penyakit infeksi , terutama
pneumonia dan infeksi pernapasan lainnya, terutama pada bulan-
8

bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan


kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi
(Desiyana,2017).
d) Status Gizi
iiiiiiiBalita dengan gizi kurang akan lebih mudah terserang ISPA
dibandingkan dengan balita dengan gizi normal karena faktor daya
tahan tubuh yang kurang. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh
mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri
terhadap infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi
kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh
mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi menurun.
Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai
nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan
gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA lebih berat bahkan
serangannya lebih lama.
e) Status Imunisasi
iiiiiiiImunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja
memberikan atau memasukan kekebalan (imunisasi) pada bayi atau
anak sehingga terhindar dari penyakit. Anak yang diimunisasi
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Dalam
imunologi, kuman atau racun kuman (toksin) disebut antigen. ISPA
dapat di cegah dengan melakukan imunisasi seperti difteri, pertusis,
campak, maka peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar
dalam upaya pemberantasan ISPA. Untuk menghindari faktor yang
meningkatkan mortalitas ISPA, diupayakan imunisasi lengkap.
Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap bila
menderita ISPA dapat di harapkan perkembangan penyakitnya
tidak akan menjadi lebih berat. Cara yang terbukti paling efektif
saat ini adalah dengan pemberian imunisasi campak dan pertusis
(DPT). Dengan imunisasi campak yang efektif sekitar 11%
9

kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan imunisasi


DPT 6% kematian pneumonia dapat di cegah (Desiyana,2017).
2) Faktor Agent (Bibit Penyakit)
iiiiiiiTimbulnya infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme yang merupakan penyebab utama kejadian
ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia Kelompok
virus umumnya menyerang saluran pernapasan bagian atas dengan
kata lain, ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus,
sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus
dan mycoplasma. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri
umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga
menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya (Desiyana,
2017).
3) Faktor Lingkungan
a) Pencemaran Udara dalam Rumah
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk
memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme
pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA.
Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya
kurang. Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA
dan polusi udara, diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis,
pneumonia pada anak- anak yang tinggal didaerah lebih terpolusi,
dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 9 bulan dan 6 – 10
tahun (Desiyana, 2017).
b) Ventilasi Rumah
Udara dalam rumah akan baik dan mendapatkan suhu yang
optimum harus mempunyai ventilasi minimal 10% dari luas
lantai. Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan
dalam penularan ISPA, dimana ventilasi dapat memelihara
kondisi udara yang sehat bagi manusia (Desiyana, 2017).
10

c) Kepadatan Hunian Rumah


Tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor
polusi dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada
hubungan bermakna antara kepadatan dan kematian dari
bronkopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi
udara, tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang
tinggi pada faktor ini (Desiyana, 2017).
f. Klasifikasi
Program P2 ISPA menyatakan bahwa klasifikasi ISPA
menurutkelompok umur 2 bulan-5 tahun yaitu (Wardani dkk, 2015):
1) Pneumonia berat, yaitu adanya batuk dan atau kesukaran bernapas
disertaipenarikan dinding dada bagian bawahke dalam (chest
indrawing),
2) Pneumonia yaitu batuk dan atau kesukaranbernapas disertai napas
cepat denganbatas napas cepat pada anak usia 2bulan sampai kurang
dari tahun 1 tahunadalah 50 kali atau lebih permenit dan40 kali atau
lebih permenit,
3) Batuk bukan pneumonia yaitu penderita batukyang tidak disertai
napas cepat dantidak ada tarikan dinding dada bagianbawah ke
dalam
g. Cara Penularan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Infeksi saluran pernapasan akut dapat ditularkan melalui air ludah,
darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup
oleh orang sehat kesaluran pernapasannya (Fahrizal dan Zulaikha, 2018).
iiiiiiiKelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran
pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati
bagian yangcukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering
terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
dingin(Fahrizal dan Zulaikha, 2018).
11

h. Gejala dan Tanda


Gejala umum pada ISPA adalah batuk, kesulitan bernapas, sakit
tenggorokan, pilek dan demam (Trisnawati dan Khasanah, 2013). Secara
umum tanda yang sering didapat pada saat terjadinya ISPA adalah rhinitis,
nyeri tenggorokan, batuk- batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri
retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari,
disertai demam, mialgia, nyeri kepala,anoreksia, mual, muntah-muntah
dan insomnia, kadang- kadang dapat juga terjadi diare (Desiyana, 2017).
iiiiiiiSeorang anak yang menderita ISPA biasa menunjukkan bermacam
macam tanda dan gejala seperti batuk, bersin, serak, sakit tenggorokan,
sakit telinga, keluar cairan dari telinga, sesak napas, pernapasan yang
cepat, napas yang berbunyi, penarikan dada ke dalam, bias mual, muntah,
tak mau makan, badanlemah dan sebagainya. Berikut adalah tanda gejala
ISPA berdasarkan derajatpenyakit (Desiyana, 2017):
1) Tanda dan Gejala ISPA Ringan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ringan dapat ditandai
dengan gejala seperti batuk, serak yaitu anakbersuara parau pada
waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktuberbicara atau
menangis), pilek yaitu mengeluarkan lender/ingus darihidung, panas
atau demam, suhu badan lebih dari 37˚ C jika dahi anakdiraba
dengan punggung tangan terasa panas.
2) Tanda dan Gejala ISPA Sedang
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sedang ditandai dengan gejala
Pernapasan lebih dari 50 kalipermenit pada anak yang ber umur
kurang dari 1 tahun atau lebih dari 40kali permenit pada anak yang
berumur 1 tahun atau lebih, Suhu lebih dari39˚ C (diukur dengan
thermometer), tenggorokan berwarna merah, timbulbercak-bercak
pada kulit menyerupai bercak campak, telingga sakit
ataumengeluarkan nanah dari lubang telinga, pernapasan berbunyi
sepertimengorok (mendengkur), dan pernapasan berbunyi menciut-
ciut. Darigejala-gejala ISPA sedang perlu hati-hati karena jika
12

menderita ISPAringan sedangkan ia mengalami panas badanya lebih


dari 39˚ C, mengalami Gizi kurang, umurnya 4 bulan atau kurang.
Maka anak tersebut tergolong dalam ISPA sedang
3) Tanda dan Gejala ISPA Berat\
Jika dijumpai gejala –gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu
atau lebih gejala-gejala berikut ini seperti bibir atau kulit membiru,
lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernapas, anak tidak sadar atau kesadaran menurun, nadi cepat lebih
dari 160 kali per menit atau tidak teraba , sela iga tertarik kedalam
pada waktu benapas dan tenggorokan berwarna merah berarti balita
mengalami gejala ISPA berat.
i. Tatalaksana
1) Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengdanung zat yang
merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin. Bila
demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar
getah bening di leher dianggap sebagai radang tenggorokan oleh
kuman streptococcus dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
2) Pneumonia : diberi obat antibiotik Kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberikan kotrimoksasol atau mungkin
dengan pemberian kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat
diberikan obat antibiotik pengganti seperti ampisilin, amoksilin atau
penisilin prokain.
3) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigen dan sebagainya. (Musthafa, 2017)
13

j. Pencegahan ISPA
iiiiiiiTindakan pencegahan dan pengendalian penularan ISPA, dapat
melakukan hal berikut ini (Desiyana, 2017):
1) Menjaga keadaan gizi keluarga agar tetap baik.
2) Memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai batas usia 2 tahun.
3) Menjaga pola hidup bersih, sehat, istirahat yang cukup dan olah raga
teratur.
4) Gunakan fasilitas kebersihan tangan seperti sabun dan air bersih yang
mengalir, antiseptik berbasis alkohol dan hdanuk sekali pakai
5) Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan
penyakit infeksi lainnya.
6) Melakukan imunisasi pada anak. Imunisasi yang dapat mencegah
ISPA diantaranya imunisasi influenza dan imunisasi DPT-HB .
7) Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.
8) Hindari menyentuh mulut atau hidung setelah kontak dengan flu.
Segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hdan sanitizer setelah
kontak dengan penderita ISPA.
9) Apabila sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak
menulari anak dana atau anggota keluarga lainnya.
10) Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan anggota keluarga
lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin dapat
dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan anggota
keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
11) Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
Susun rencana untuk pemeriksaan dan penanganan pasien yang
diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan
kekhawatiran, seperti penyaringan cepat (pembuatan sistem triase
pasien) dan pelaksanaan segera tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
Nama : An. A
Usia : 9 bulan
Status :-
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Agama : Islam
Suku : Muna
Alamat : Jln Syeh Yusuf
Tanggal Periksa : 9 Juli 2019
B. Anamnesa (Alloanamnesa)
Keluhan Utama : Flu dan batuk
Riwayat Penyakit sekarang :
Pasien datang ke Poli Klinik Umum Puskesmas Perumnas Kadia
diantar oleh orang tuanya (ibu) dengan flu dan batuk. Keluhan ini dirasakan
pasien sejak 1 minggu yang lalu dan terjadi secara tiba-tiba. Keluhan ini
disertai dengan demam (+), sesak (+), muntah (+), mual (+) serta nafsu makan
berkurang hal ini ditandai dengan setiap kali makanan yang dimasukan
kedalam mulut pasien selalu memuntahkannya atau mengeluarkannya
kembali, biasanya hal tersebut jarang bahkan tidak pernah terjadi, BAB dan
BAK dalam batas normal. Orang tua pasien mengaku bahwa flu dan batuk
yang dirasakan pasien berlendir namun pasien belum bisa mengeluakan
lendirnya sendiri. Orang tua pasien mengaku keluhan ini sudah sering
dirasakan namun terkadang timbul apabila kondisi cuaca cukup buruk
sehingga pasien tidak menggap penyakit ini berbahaya. Orang tua pasien
mengaku bahwa anaknya telah diberikan obat sanmol untuk menurunkan suhu
tubuhnya namun suhunya turun hanya sebentar kemudian naik kembali.

14
15

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Namun
keluhan yang dirasakan tidak seberat dengan keluhan saat ini. Riwayat asma (-
) dan riwayat alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Di dalam keluarga, orang tua (bapak) pasien menderita flu dan batuk
namun sudah sembuh 2 minggu yang lalu sebelum pasien merasakan hal yang
sama
Riwayat Kebisaaan :
Dalam kesehariannya, pasien merupakan seorang anak dari sepasang
suami istri. Sehari-hari pasien melakukan aktifitas layaknya anak kecil seperti
main bersama dengan orang tua dan kakek serta nenek pasien. Pasien cepat
akrab dengan orang yang baru dijumpai oleh sebab itu pasien dengan
mudahnya digendong dari satu orang ke orang lain. Selain itu pasien sudah
berhenti mengkonsumsi ASI sejak berusia 6 bulan hal ini dikarenakan ibu
pasien telah mengandung adik dari pasien sehingga untuk mencukupi
kebutuhan gizi pasien, orang tua pasien menggantinya dengan susu formula
dan bubur. Dua minggu sebelumnya bapak pasien mengalami flu dan batuk
namun sudah sembuh. Dikeluarganya bapak pasien tergolong seorang perokok
aktif.
Riwayat Pengobatan :
Pasien sebelumnya sudah sempat berobat ke Puskesmas Perumnas
Kadia yang berada dekat dengan rumahnya dan diberikan obat minum yaitu
Paractin 3x1, Cefadroxil 2x1, Cavicur syr dan di uap diruang tindakan dengan
obat yang diberikan bisolvon sebanyak 5 tetas dilarukan dalam 1 cc NaCl.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Saat ini An. A tinggal bersama dengan orang tuanya dirumah kakek
dan neneknya. Saat ini An. A dan kedua orang tuanya belum mempunyak
rumah sendiri. Aspek ekonomi keluarga An. A tergolong menengah ke atas
dengan pekerjaan bapak An. A sebagai karyawan swasta dan ibu sebagai
wiraswasta. Sedangkan kakek An. A seorang pensiunan PNS. Keluarga pasien
16

tidak mengeluh adanya kesulitan dalam keuangan yang dihadapi. Di keluarga


pasien ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Gizi
An. A makan dalam sehari terkadang lebih dari 4 kali dalam sehari dan
keluarga An. A makan sehari-hari biasanya 3 kali sehari dengan nasi, sayur
dan lauk pauk bervariasi serta buah-buahan. Makanan yang An. A selalu
konsumsi yaitu meminum susu formula sebanyak 3 kali yang diberikan tiap
pagi, siang dan malam sebelum tidur, bubur sum-sum atau bubur lembek serta
sering mengkonsumsi buah-buahan seperti pisang lembek dan pepaya. Selain
itu pasien gemar mengkonsumsi biskuit dan sering di beri makanan ringan.
Orang tua pasien mengatakan tidak ada masalah apabila anaknya diberi
makanan seperti itu hal ini dikarenakan tidak terjadi sesuatu pada anak
mereka.
Keadaan Lingkungan
Lingkungan sekitar rumah pasien cukup baik yang dimana rumah
pasien cukup tinggi sehingga tidak akan terkena banjir apabila musim hujan
serta rumah An. A dikelilingi drainase yang cukup baik. Selain itu rumah
pasien tergolong cukup bersih dan luas terbukti tidak adanya sampah yang
berserakan disekitar dan di halaman rumahnya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status General
Pemeriksaan fisik dilakukan pada saat berkunjung ke rumah pasien.
1. Kesadaran Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis, GCS : E4V5M6 : 15
3. Tanda vital
a. Tekanan Darah: 80/55 mmHg
b. Nadi : 110x/menit, regular, kuat angkat
c. Respirasi : 60x/menit
d. Suhu : 36°C
4. Status Gizi : BB = 9 kg
TB = 72 cm
17

9
IMT = 0,72² = 17 kg

Kesan : Status gizi An. A termasuk kategori normal


5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk normocephal, rambut warna hitam bercampur sedikit uban,
mudah rontok, mudah dicabut, tidak ada luka
1) Wajah
Simetris, eritema (-), ruam muka (-), luka (-)
2) Mata
Konjungtiva palpebra anemis (-), sclera ikterik (-), udem
palpebra (-), sianosis (-), pupil isokor (3 mm/3 mm), reflex
cahaya direct/indirect (+/+), perdarahan subkonjungtiva (-/-)
3) Telinga
Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), gangguan fungsi
pendengaran (-)
4) Hidung
Deviasi septum nasi (-), epiktasis (-), nafas cuping hidung (-),
sekret (-), fungsi pembau baik, foetor ex nasal (-)
5) Mulut
Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-),stomatitis (-),pucat (-),
lidah tifoid (-), papil lidah atropi (-), luka pada sudut bibir (-)
b. Leher
Leher simetris,retraksi suprasternal (-),deviasi trakea(-),
pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
c. Thorax
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-),
pernafasan thorakoabdominal, sela iga melebar (-), jejas (-)
Jantung
1) Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
18

3) Perkusi
Batas Jantung
Kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah : ICS V 2 cm medial linea midclavicularis
sinistra
Kanan atas : ICS II linea parasternalis dekstra
Kanan bawah : ICS IV linea parasternalis dekstra
Pinggang Jantung : ICS II-III parasternalis sinistra
Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni regular, gallop (-)
Paru-Paru
1) Inspeksi
Normochest, sela iga tidak melebar, gerkan pernafasan simetris
kanan kiri, retraksi intercostae (-)
2) Palpasi
Dada tertinggi (-)
Ekstremitas dalam batas normal
3) Perkusi
Tabel 1. Hasil Perkusi
Depan Belakang
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
4) Auskultasi
Suara dasar vesikuler
Suara tambahan : wheezing (+/+), ronkhi (-)
d. Abdomen
1) Inspeksi
Dinding perut sejajar dengan dinding dada, datar dan ikut gerak
napas
19

2) Auskultasi
Peristaltik (+) normal
3) Perkusi
Timpani (+), asites (-), shifting dullness (-)
4) Palpasi
Nyeri tekan epigastrium (-), lien, hepar, dan ginjal tidak teraba
e. Ekstremitas
1) Ekstremitas superior
a) Dekstra
Pergerakan motorik dalam batas normal, tanda-tanda
inflamasi (-), udem (-), CRT < 3 detik, clubbing finger (-),
kuku nekrosis (-), akral hangat (+), deformitas (-)
b) Sinistra
Pergerakan motorik dalam batas normal, tanda-tanda
inflamasi (-), udem (-), CRT < 3 detik, clubbing finger (-),
kuku nekrosis (-), akral hangat (+), deformitas (-)
2) Ekstremitas inferior
a) Dekstra Et Sinistra
Pergerakan motorik sendi lutut tidak terbatas, tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (-), udem (-), CRT < 3 detik, clubbing
finger (-), kuku nekrosis (-), akral hangat (+), deformitas (-)
D. Pemeriksaan Penunjang
Uji Tempel: Tidak dilakukan
E. Resume
Pasien datang ke Poli Klinik Umum Puskesmas Perumnas Kadia
diantar oleh orang tuanya (ibu) dengan flu dan batuk. Keluhan ini dirasakan
pasien sejak 1 minggu yang lalu dan terjadi secara tiba-tiba. Keluhan ini
disertai dengan demam (+), sesak (+), muntah (+), mual (+) serta nafsu makan
berkurang hal ini ditandai dengan setiap kali makanan yang dimasukan
kedalam mulut pasien selalu memuntahkannya atau mengeluarkannya
kembali, biasanya hal tersebut jarang bahkan tidak pernah terjadi, BAB dan
20

BAK dalam batas normal. Orang tua pasien mengaku bahwa flu dan batuk
yang dirasakan pasien berlendir namun pasien belum bisa mengeluakan
lendirnya sendiri. Orang tua pasien mengaku keluhan ini sudah sering
dirasakan namun terkadang timbul apabila kondisi cuaca cukup buruk
sehingga pasien tidak menggap penyakit ini berbahaya. Orang tua pasien
mengaku bahwa anaknya telah diberikan obat sanmol untuk menurunkan suhu
tubuhnya namun suhunya turun hanya sebentar kemudian naik kembali.
Saat ini Pasien tengah mengkonsumsi obat dari dokter Puskesmas
Perumnas dan keluhan seperti demam, flu dan batuk mulai berkurang. Pasien
juga mulai mengurangi mengkonsumsi makanan ringan.
Pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Namun
keluhan yang dirasakan tidak seberat dengan keluhan saat ini. Riwayat asma (-
) dan riwayat alergi (-).
Dari pemeriksaan fisik yang dapat dijumpai secara bermakna yaitu
terdapat bunyi suara tambahan wheezing dikedua lapang paru. Frekuensi
napas 60x/menit. Selain itu semua hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal.
F. Diagnosis Holistik
1. Diagnosis dari Segi Biologis : Infeksi saluran pernapasan atas
2. Diagnosis dari Segi Psikologis :Dari segi psikologis An. A dan
keluarga tidak ada masalah.
3. Diagnosis dari Segi Sosial dan Ekonomi : Menurut keluarga An. A tidak
terdapat kesulitan keuangan yang dihadapi karena keluarga pasien
tergolong keluarga yang berada.
G. Penatalaksanaan Holistik
Farmakologi : Paractin 3x1, Cefadroxil 2x1, Cavicur syr
Non Farmakologi : Hentikan makanan ringan
H. Prognosis
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad functionam : Bonam
Qua ad sanationam : Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN ASPEK KEDOKTERAN KELUARGA
A. Identifikasi Keluarga
1. Profil Keluarga
a. Karakteristik Demografi Keluarga
Tanggal Kunjungan Pertama : 9 Juli 2019
Tanggal Kunjungan Kedua : 10 Juli 2019
Tanggal Kunjungan Keriga : 11 Juli 2019
Nama Kepala Keluarga : Tn. B
Alamat : Jln Syeh Yusuf
Bentuk Keluarga : Keluarga Besar
Struktur Komposisi Keluarga :
Tabel 2. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
No Nama Kedu L/ Umur Pendi Pekerjaan Ket
dukan P dikan
1 Tn. T Kakek L 63 S1 Pensiunan Sehat
2 Ny. Y Nenek P 60 D3 IRT Sehat
3 Tn. B Bapak L 27 SMA Karyawan Sehat

4 Ny. Y Ibu P 24 SMA Wiraswasta Sehat


5 An. A Anak L 9 - - Sakit
bulan Imunisasi
lengkap
Sumber: Data Primer, 2019
Kesimpulan : Keluarga An.A adalah keluarga besar (extended family)
yang terdiri atas kakek dan nenek dari orang tua ibu,
bapak, ibu yang sedang mengandung. Terdapat satu
orang yang sakit yaitu An. A berumur 9 bulan dengan
diagnosa Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),
sedangkan bapak pasien mengaku telah sembuh dari
penyakit flu dan batuknya sejak 2 minggu yang lalu.

21
22

B. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup


1. Desain rumah keluarga An. A

WC Kamar 1 Kamar 2

Ruang Ruang Keluarga


Makan Ruang tamu

Kamar 3

Gambar 1. Denah Rumah Keluarga An. A


2. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
Jenis tempat berobat : Puskesmas Perumnas Kadia
Asuramsi/Jaminan Kesehatan : Menggunakan JKN
Jarak layanan kesehatan : Jarak Puskesmas Perumnas dengan rumah
pasien dekat dan terjangkau dapat ditempuh 20 menit dengan
kendaraan roda empat atau sepeda motor.
3. Sarana Pelayanan Kesehatan
Tabel 3. Pelayanan Kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara mencapai Jalan kaki An. A diantar oleh
Pusat Pelayanan Naik motor orang tuanya ke
Kesehatan Naik mobil puskesmas dengan
kendaraan pribadi baik
itu menggunakan
motor ataupun mobil
Tarif Pelayanan Sangat mahal Tarif pelayanan
Kesehatan Mahal kesehatan
Terjangkau terjangkau karena
Murah menggunakan
Gratis fasilitas kartu
Jamkesmas yang
23

iurannya dibayar
oleh orang tua An. A
Kualitas Pelayanan Sangat memuaskan
Kesehatan Memuaskan
Cukup memuaskan
Kurang memuaskan
4. Pola Konsumsi Makanan Keluarga
An. A makan dalam sehari terkadang lebih dari 4 kali dalam sehari
dan keluarga An. A makan sehari-hari biasanya 3 kali sehari dengan nasi,
sayur dan lauk pauk bervariasi serta buah-buahan. Makanan yang An. A
selalu konsumsi yaitu meminum susu formula sebanyak 3 kali yang
diberikan tiap pagi, siang dan malam sebelum tidur, bubur sum-sum atau
bubur lembek serta sering mengkonsumsi buah-buahan seperti pisang
lembek dan pepaya. Selain itu pasien gemar mengkonsumsi biskuit dan
sering di beri makanan ringan. Orang tua pasien mengatakan tidak ada
masalah apabila anaknya diberi makanan seperti itu hal ini dikarenakan
tidak terjadi sesuatu pada anak mereka.
4. Pola Dukungan Keluarga
Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Dalam menyelesaikan masalah, Suami Ny. Y yaitu Tn. B
merupakan pengambil keputusan utama dengan menerima saran-saran
dari Ny. Y dan sebagai bahan pertimbangan. Sedangkan bagi Ny. Y,
keputusan dari Tn. B adalah keputusan yang terbaik untuk keluarga
sehingga Ny. Y dengan senang hati mengikuti keputusan Tn. B demi
kepentingan untuk buahati mereka. An. A belum turut berpartisipasi
dalam memberikan saran hal ini dikarenakan An. A masih berumur 9
bulan.
Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga
Tidak Ada
24

C. Identifikasi Fungsi-Fungsi Dalam Keluarga


1. Fungsi Holistik
a. Fungsi Biologis
Keluarga Tn. B terdapat satu orang yang sakit yaitu An. A 9
bulan dengan diagnosa Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Sedangkan Tn. B mengaku pernah menderita sakit yang sama namun
telah sembuh dalam waktu 2 minggu terakhir.
b. Fungsi Psikologis
Dari segi psikologis, Tn. B dan keluarga tidak ada masalah
dengan penyakit yang diderita oleh An. A karena dengan
mengkonsumsi obat dari dokter sakitnya berkurang dan mulai sembuh.
c. Fungsi Sosial dan Ekonomi
Menurut Ny. Y dan Tn. B tidak ada kesulitan keuangan yang
mereka hadapi karena Tn. B juga masih aktif bekerja ditambah Ny. Y
sedang cuti dalam kerjanya sebagai wiraswasta sehingga
perekonomian keluarga sangat baik.
2. Fungsi Fisiologis dengan APGAR Score
a. Adaptation
Kemampuan anggota keluarga beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain serta penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota
keluarga yang lain.
b. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh
keluarga tersebut.
c. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga lain.
d. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota.
25

e. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
f. Penilaian
Hampir selalu : 2 poin
Kadang-kadang : 1 poin
Hampir tak pernah: 0 poin
g. Penyimpulan
Nilai rata-rata ≤ 5 : kurang
Nilai rata-rata 6-7 : cukup/sedang
Nilai rata-rata 8-10: baik
Tabel 4. APGAR Score Tn. H. T (63 tahun)
Sering/ Kadang- Jarang
No Pertanyaan Skor
selalu kadang / tidak
Saya puas kembali ke
1 keluarga saya bila saya 2
menghadapi masalah
Saya puas dengan cara
keluarga saya 2
2. membahas dan
membagi masalah
dengan saya
Saya puas dengan cara
keluarga saya
menerima dan 2
3. mendukung keinginan
saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
26

Saya puas dengan cara


keluarga saya
mengekspresikan kasih 2
4. sayangnya dan
merespon emosi saya
seperti kemarahan,
perhatian dll
Saya puas dengan cara
keluarga saya dan saya 2
5.
membagi waktu
bersama-sama

Total 10

Tabel 5. APGAR Score Ny. Hj. Y (60 tahun)


Sering/ Kadang- Jarang
No Pertanyaan Skor
selalu kadang / tidak
Saya puas kembali ke
1 keluarga saya bila saya 2
menghadapi masalah
Saya puas dengan cara
keluarga saya membahas 2
2.
dan membagi masalah
dengan saya
Saya puas dengan cara
keluarga saya menerima
dan mendukung 2
3. keinginan saya untuk
melakukan kegiatan
baru atau arah hidup
yang baru
27

Saya puas dengan cara


keluarga saya
mengekspresikan kasih 2
4. sayangnya dan
merespon emosi saya
seperti kemarahan,
perhatian dll
Saya puas dengan cara
keluarga saya dan saya
5.
membagi waktu
bersama-sama

Total 10

Tabel 6. APGAR Score Tn. B (27 tahun)


Sering/ Kadang- Jarang
No Pertanyaan Skor
selalu kadang / tidak
Saya puas kembali ke
1 keluarga saya bila saya 2
menghadapi masalah
Saya puas dengan cara
keluarga saya membahas 2
2.
dan membagi masalah
dengan saya
Saya puas dengan cara
keluarga saya menerima
dan mendukung 2
3. keinginan saya untuk
melakukan kegiatan
baru atau arah hidup
yang baru
28

Saya puas dengan cara


keluarga saya
mengekspresikan kasih 2
4. sayangnya dan
merespon emosi saya
seperti kemarahan,
perhatian dll
Saya puas dengan cara
keluarga saya dan saya
5.
membagi waktu
bersama-sama

Total 10
Tabel 7. APGAR Score Ny. Y (24 tahun)
Sering/ Kadang- Jarang
No Pertanyaan Skor
selalu kadang / tidak
Saya puas kembali ke
1 keluarga saya bila saya 2
menghadapi masalah
Saya puas dengan cara
keluarga saya membahas 2
2.
dan membagi masalah
dengan saya
Saya puas dengan cara
keluarga saya menerima
dan mendukung 2
3. keinginan saya untuk
melakukan kegiatan
baru atau arah hidup
yang baru
29

Saya puas dengan cara


keluarga saya
mengekspresikan kasih 2
4. sayangnya dan
merespon emosi saya
seperti kemarahan,
perhatian dll
Saya puas dengan cara
keluarga saya dan saya
5.
membagi waktu
bersama-sama

Total 10

Untuk Tn. H. T, Ny. Hj. Y, Tn. B dan Ny.Y APGAR Score dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Adaptation: Tn. H. T, Ny. Hj. Y, Tn. B dan Ny.Y puas terhadap
dukungan dan saran yang diberikan keluarganya jika menghadapi
masalah.
b. Patnership: Komunikasi Ny. Y dan keluarga sangat baik. sangat
jarang terjadi masalah dalam keluarga, kalaupun ada hanya masalah
kecil namun diselesaikan sendiri
c. Growth: Keluarga Ny. Y tidak pernah memberi batasan terhadap
segala aktifitas Ny. Y maupun Tn. B baik pekerjaan atau kegiatan-
kegiatan.
d. Affection: Tn. H. T, Ny. Hj. Y, Tn. B dan Ny.Y puas dengan kasih
sayang dan perhatian yang diberikan satu sama lain.
e. Resolve: Tn. H. T, Ny. Hj. Y, Tn. B dan Ny.Y puas dengan waktu
yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan.
3. Fungsi Patologis dengan Alat SCREEM Score
Fungsi patologis keluarga N. H dinilai menggunakan alat SCREEM
sebagai berikut:
30

Tabel 8. SCREEM Keluarga


Sumber Patologis
Social An. A dan keluarga -
sering berkumpul
bersama keluarga
Culture Tn. B dan keluarga -
menggunakan bahasa
indonesia dalam
bebahasa serta Tn. B
pengambil keputusan
berdasarkan hasil
pengambil keputusan
keluarga terbesar
Religius Fungsi agama -
keluarga Tn. B
tergolong baik
Economic Kondisi keuangan -
An. A tergolong baik
Educational Tingkat pendidikan -
keluarga An. A
tergolong baik
Kesimpulan: Tidak ada fungsi patologis keluarga An.A yang menjadi
hambatan
4. Genogram dalam Keluarga
63 60 59 60

48 29 24 31 27

9bln
Gambar 2. Genogram Keluarga An. A
31

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien

: Meninggal
D. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan
1. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
a. Faktor Perilaku Keluarga
1) Pengetahuan
Tingkat pendidikan dan pengetahuan Keluarga An. A
tergolong baik dan paham mengenai seputar penyakit, sehingga
tidak ada hambatan yang berarti dalam hal pengobatan. Respon
keluarga An. A juga sangat baik pada saat terkena sakit pertama
kali dengan memberikan pengobatan awal berupa sanmol untuk
menurunkan suhu tubuh An. A.
2) Sikap
Sikap keluarga An. A terhadap kondisinya yaitu selalu
memberikan dukungan dan turut simpati.
3) Tindakan
Tindakan keluarga An. A terhadap kondisi pasien baik
terbukti dengan segera membawa An. A ke puskesmas untuk
mendapatkan pengobatan serta keluarga An. A mendengarkan dan
menuruti nasehat dari dokter untuk kesembuhan An. A.
b. Faktor Non Perilaku
1) Lingkungan
Lingkungan sekitar rumah An. A bersih. Terkait dengan
rumah yang memang berada di kawasan perumahan yang cukup
bagus.
32

2) Pelayanan Kesehatan
Tarif pelayanan kesehatan terjangkau karena menggunakan
fasilitas BPJS yaitu kartu jamkesmas yang iurannya dibayar
sendiri.
3) Usia, Keturunan dan Jenis Kelamin
Pada penyakit yang dialami oleh An. A, keturunan dan
jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap timbulnya ISPA. Namun
hal yang mempengaruhi adalah faktor asupan gizi yang diberikan
dan faktor kedekatan dengan keluarga yang sedang menderita
ISPA.
E. Daftar Maasalah
1. Masalah Medis : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
2. Masalah non medis : -
BAB V
PEMBAHASAN
Pasien datang ke Poli Umum Puskesmas Perumnas Kadia diantar oleh
orang tuanya (ibu) dengan flu dan batuk. Keluhan ini dirasakan pasien sejak 1
minggu yang lalu dan terjadi secara tiba-tiba. Keluhan ini disertai dengan demam
(+), sesak (+), muntah (+), mual (+) serta nafsu makan berkurang hal ini ditandai
dengan setiap kali makanan yang dimasukan kedalam mulut pasien selalu
memuntahkannya atau mengeluarkannya kembali, biasanya hal tersebut jarang
bahkan tidak pernah terjadi, BAB dan BAK dalam batas normal. Orang tua pasien
mengaku bahwa flu dan batuk yang dirasakan pasien berlendir namun pasien
belum bisa mengeluakan lendirnya sendiri. Orang tua pasien mengaku keluhan ini
sudah sering dirasakan namun terkadang timbul apabila kondisi cuaca cukup
buruk sehingga pasien tidak menggap penyakit ini berbahaya. Orang tua pasien
mengaku bahwa anaknya telah diberikan obat sanmol untuk menurunkan suhu
tubuhnya namun suhunya turun hanya sebentar kemudian naik kembali.
Pasien sebelumnya sudah sempat berobat ke Puskesmas Perumnas Kadia
yang berada dekat dengan rumahnya dan diberikan obat minum yaitu Paractin
3x1, Cefadroxil 2x1, Cavicur syr dan di uap diruang tindakan dengan obat yang
diberikan bisolvon sebanyak 5 tetas dilarukan dalam 1 cc NaCl. Saat ini Pasien
tengah mengkonsumsi obat dari dokter Puskesmas Perumnas dan keluhan seperti
demam, flu dan batuk mulai berkurang. Pasien juga mulai mengurangi
mengkonsumsi makanan ringan.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah kelompok penyakit
heterogen dan kompleks yang disebabkan oleh berbagai patogen yang menyerang
saluran napasdari faring ke alveoli (Ujunwa dan Ezeonu, 2014). Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut berlangsungselama 14 hari
yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagianatau lebih
dari saluran pernapasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli(saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura.

33
34

Dari pemeriksaan fisik yang dapat dijumpai secara bermakna yaitu


terdapat bunyi suara tambahan wheezing dikedua lapang paru. Frekuensi napas
60x/menit. Selain itu semua hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Dalam kesehariannya, pasien merupakan seorang anak dari sepasang
suami istri. Sehari-hari pasien melakukan aktifitas layaknya anak kecil seperti
main bersama dengan orang tua dan kakek serta nenek pasien. Pasien cepat akrab
dengan orang yang baru dijumpai oleh sebab itu pasien dengan mudahnya
digendong dari satu orang ke orang lain. Selain itu pasien sudah berhenti
mengkonsumsi ASI sejak berusia 6 bulan hal ini dikarenakan ibu pasien telah
mengandung adik dari pasien sehingga untuk mencukupi kebutuhan gizi pasien,
orang tua pasien menggantinya dengan susu formula dan bubur. Dua minggu
sebelumnya bapak pasien mengalami flu dan batuk namun sudah sembuh.
Dikeluarganya bapak pasien tergolong seorang perokok aktif. An. A makan dalam
sehari terkadang lebih dari 4 kali dalam sehari dan keluarga An. A makan sehari-
hari biasanya 3 kali sehari dengan nasi, sayur dan lauk pauk bervariasi serta buah-
buahan. Makanan yang An. A selalu konsumsi yaitu meminum susu formula
sebanyak 3 kali yang diberikan tiap pagi, siang dan malam sebelum tidur, bubur
sum-sum atau bubur lembek serta sering mengkonsumsi buah-buahan seperti
pisang lembek dan pepaya. Selain itu pasien gemar mengkonsumsi biskuit dan
sering di beri makanan ringan. Orang tua pasien mengatakan tidak ada masalah
apabila anaknya diberi makanan seperti itu hal ini dikarenakan tidak terjadi
sesuatu pada anak mereka.
Dalam menyelesaikan masalah, Suami Ny. Y yaitu Tn. B merupakan
pengambil keputusan utama dengan menerima saran-saran dari Ny. Y dan sebagai
bahan pertimbangan. Sedangkan bagi Ny. Y, keputusan dari Tn. B adalah
keputusan yang terbaik untuk keluarga sehingga Ny. Y dengan senang hati
mengikuti keputusan Tn. B demi kepentingan untuk buahati mereka. An. A belum
turut berpartisipasi dalam memberikan saran hal ini dikarenakan An. A masih
berumur 9 bulan. Adapun faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam
keluarga tidak ada sama sekali.
35

Keluarga An.A adalah keluarga besar (extended family) yang terdiri atas
kakek dan nenek dari orang tua ibu, bapak, ibu yang sedang mengandung.
Terdapat satu orang yang sakit yaitu An. A berumur 9 bulan dengan diagnosa
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), sedangkan bapak pasien mengaku telah
sembuh dari penyakit flu dan batuknya sejak 2 minggu yang lalu.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan Keluarga An. A tergolong baik dan
paham mengenai seputar penyakit, sehingga tidak ada hambatan yang berarti
dalam hal pengobatan. Respon keluarga An. A juga sangat baik pada saat terkena
sakit pertama kali dengan memberikan pengobatan awal berupa sanmol untuk
menurunkan suhu tubuh An. A. Tindakan keluarga An. A terhadap kondisi pasien
baik terbukti dengan segera membawa An. A ke puskesmas untuk mendapatkan
pengobatan serta keluarga An. A mendengarkan dan menuruti nasehat dari dokter
untuk kesembuhan An. A.
Pada kunjungan kedokteran keluarga yang pertama yaitu pada tanggal 9
juli 2019 saya pertama-tama memperkenalkan diri pada Ny.Y selaku ibu dari
pasien yang bernama adik An.A serta tujuan saya dalam memilih adik An.A
sebagai pasien ISPA. Selain itu saya meminta izin kepada Ny. Y unuk mengambil
dokumentasi rumah Ny. Y serta kartu keluarga Ny. Y dan menanyakan beberapa
hal seputar masalah kesehatan yang diderita An. A. Pada tanggal 10 juli 2019 saya
kembali berkunjung di rumah Ny.Y, dalam kunjungan saya kali ini saya
melakukan pemeriksaan pada Anak Ny. Y yaitu adik An.A dimulai dari
pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan secara umum dan hasil yang saya
dapatkan semua dalam batas normal. Setelah melakukan pemeriksaan saya
melakukakn edukasi kepada Ny. Y bahwa An.A harus lebih diperhatikan masalah
kesehatannya. Hal ini dimulai kurangi memberikan jajanan sembarang pada adik
An. A serta meminta suami Ny. Y yaitu Tn. B untuk tidak merokok didalam
rumah dan apabila hendak menggendong An. A harus terlebih dahulu mengganti
dengan pakaian yang baru serta mencuci tangan dan menggosok gigi terlebih
dahulu.
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan Diagnosis Holistik
1. Diagnosis dari Segi Biologis : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA)
2. Diagnosis dari Segi Psikologis :Dari segi psikologis An. A dan
keluarga tidak ada
3. Diagnosis dari Segi Sosial dan Ekonomi : Menurut keluarga An. A
tidak terdapat kesulitan keuangan yang dihadapi karena keluarga
pasien tergolong keluarga yang berada
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat mengetahui bagaimana gejala ISPA
dan komplikasinya jika tidak tertangani, serta mengenali faktor-faktor
risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA, sehingga masyarakat
dapat menghindari faktor-faktor risiko tersebut.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan penyuluhan mengenai bahaya dan
faktor risiko ISPA.

36
DAFTAR PUSTAKA
Desiyana, F.D. 2017. Hubungan Berat Badan Lahir, Status Gizi Dan
Kelengkapan Imunisasi Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang
Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat Tahun 2017. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.
Geberetsadik, A., Worku, A., Berhane, Y. 2015. Factors Associated With Acute
Respiratory Infection In Children Under The Age Of 5 Years: Evidence
From The 2011 Ethiopia Demographic And Health Survey. Pediatric
health, medicine and therapeutics, 6.
Gothankar, J., Doke, P., Dhumale, G., Pore, P., Lalwani, S., Quraishi, S.,
Murarkar, S., Patil, R., Waghachavare, V., Dhobale, R., Rasote, K. 2018.
Reported Incidence And Risk Factors Of Childhood Pneumonia In India:
A Community-Based Cross-Sectional Study. BMC public health, 18(1).
Hendrini, A.R., Anam, M.S., Arkhaesi, N. 2015. Faktor Risiko Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Pada Anak Usia 6 Bulan Sampai 5 Tahun di
Puskesmas Rowosari. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 4(4).
Kumar, S.G., Majumdar, A., Kumar, V., Naik, B.N., Selvaraj, K., Balajee, K.
2015. Prevalence Of Acute Respiratory Infection Among Under-Five
Children In Urban And Rural Areas Of Puducherry, India. Journal of
natural science, biology, and medicine, 6(1).
Malik, I., Machfoedz, I., Mahfud, M. 2015. Cakupan Imunisasi Dasar dengan
Kejadian ISPA pada Balita Usia 1-3 Tahun di Wilayah Puskesmas
Wonosari 1 Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Ners dan Kebidanan
Indonesia, 3(1).
Musthafa, N. 2017. Faktor Determinan Kejadian ISPA pada Bayi dan Balita di
Desa Jumo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

37
38

Nurwijayanti, N. 2016. Keterkaitan Kekurangan Energi Protein (Kep) Dengan


Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Balita Usia (1-5
Tahun). Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 4(3).
Pangaribuan, S. 2017. Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian
ISPA pada Balita di Puskesmas Remu Kota Sorong. Global Health, 2(1).
Saleh, M., Gafur, A., Aeni, S. 2017. Hubungan Sumber Polutan dalam Rumah
Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita di
Kecamatan Mariso Kota Makassar. HIGIENE: Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 3(3)
Trisnawati, Y. 2013. Analisis Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik yang Berpengaruh
Terhadap Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita Tahun
2013. Jurnal Kebidanan, 5(2).
Taksande, A.M., Yeole, M. 2015. Risk Factors Of Acute Respiratory Infection
(ARI) In Under-Fives In A Rural Hospital Of Central India. Journal of
Pediatric and Neonatal Individualized Medicine (JPNIM), 5(1)
Ujunwa, F.A., Ezeonu, C.T. 2014. Risk Factors for Acute Respiratory Tract
Infections in Under five Children in Enugu Southeast Nigeria. Annals of
medical and health sciences research, 4(1).
Yadav, K.K., Awasthi, S. 2016. The Current Status Of Community-Acquired
Pneumonia Management And Prevention In Children Under 5 Years Of
Age In India: A Review. Therapeutic advances in infectious disease, 3
LAMPIRAN
1. Kunjungan Rumah Pertama (9 Juli 2019)

Gambar 3. Depan Rumah An. A

Gambar 4. Ruang Tamu An. A

Gambar 5. Kamar Tidur An.A

39
40

2. Kunjungan Rumah Kedua (10 Juli 2019)

Gambar 6. Pemeriksaan Fisik An.A

Anda mungkin juga menyukai