UNIVERSITAS HALUOLEO
BILOMA
Oleh :
K1A1 15 113
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Referat : Biloma
Telah menyelesaikan tugas Referat dalam rangka kepanitraan klinik pada Bagian Ilmu
Mengetahui,
Pembimbing
2
BILOMA
A. PENDAHULUAN
abdomen baik dapat berupa intrahepatik maupun ekstrahepatik. Biloma dapat terjadi
secara spontan, akibat adanya lesi traumatis serta tindakan iatrogenik pada sistem
bilier. Kasus pertama ditemukan pada tahun 1898 oleh Gould yang dimana biloma
terjadi akibat trauma benda tumpul. Namun, biloma lebih sering terjadi akibat
mengakibatkan kerusakan pada sistem bilier. Ketika penyebab terjadinya biloma tidak
Biloma merupakan kasus langka dengan insiden hanya sekitar 0,3% hingga
pasca laparoskopi atau intervensi hepatobilier. Adapun etiologi biloma yang jarang
terjadi adalah Spontan Bilier Leak (SBL), di mana penyebab spesifik tetap tidak dapat
diidentifikasi. Temuan klinis biloma sangat bervariasi, mulai dari temuan insidental
pada pencitraan dalam keadaan asimtomatik sampai dengan keluhan perut terasa
3
B. ANATOMI
Hati merupakan organ terbesar dengan berat 1,4 kg yang menyumbang sebagian
berat badan setiap individu. Hati berbentuk seperti baji, menempati sebagian besar
daerah hipokondrium dan epigastrik kanan. Terletak di bawah diafragma, hati hampir
seluruhnya diproteksi atau dilindungi oleh tulang rusuk. Hati memiliki empat lobus
primer yaitu lobus hepatic dextra, lobus hepatic sinistra, lobus kaudatus dan lobus
kuadratus. Lobus hepatic dextra dan lobus hepatic sinistra dipisahkan oleh
ligamentum teres.
4
Gambar 2. Anatomi Sistem Biliaris
memiliki beberapa saluran yang akhirnya akan bermuara menuju duodenum. Kantung
empedu adalah kantung otot berdinding tipis berwarna hijau dengan panjang sekitar
10 cm (4 inci). Kantung empedu memiliki ukuran seperti buah kiwi. Kantung empedu
menyimpan cairan empedu yang tidak segera dikeluarkan untuk proses pencernaan.
berlemak dengan tujuan untuk mengemulsifikasi lemak. Cairan empedu akan keluar
trigliserida, fosfolipid (lesitin dan lainnya), dan berbagai elektrolit. Dari jumlah
tersebut, hanya garam empedu dan fosfolipid yang memiliki peran dalam proses
5
Pigmen empedu utama adalah bilirubin yang merupakan produk dari hasil
pemecahan eritrosit. Hem dan globin akan disimpan dan didaur ulang, tetapi bilirubin
diserap dari darah oleh sel hati, diekskresikan ke empedu, dan dimetabolisme di usus
kecil oleh bakteri. Bilirubin akan dimetabolisme menjadi sterkobilin yang akan
memberi warna kecoklatan pada feses dan akan dimetabolisme menjadi urobilinogen
C. DEFINISI
ataupun tidak berkapsul yang dapat dijumpai pada intrahepatik maupun ekstrahepatik.
Umumnya biloma bersifat iatrogenik atau dihasilkan dari adanya trauma abdominal.
Istilah "biloma" pertama kali digunakan oleh Gould & Patel pada tahun 1979, yang di
definisikan sebagai pecahnya kandung empedu secara spontan yang dikaitkan dengan
koledokolitiasis4.
D. EPIDEMIOLOGI
bile leak atau biloma yang merupakan cedera pada saluran empedu dalam beberapa
antara 0,3% hingga 0,6% pasca operasi kolesistektomi. Biloma didefinisikan sebagai
kumpulan cairan empedu yang berada dirongga intraperitoneum. Jika tidak diobati,
empedu bisa cepat atau lambat yang dimana pada akhirnya tetap akan menyebabkan
terjadinya peritonitis5.
6
Selain akibat prosedur operati, kasus biloma dapat terjadi oleh karena luka
bakar. Luka bakar dapat menyebabkan ablasi pada sel-sel saluran empedu sehingga
ekstravasasi cairan empedu kerongga peritoneum. Insidensi biloma yang terjadi akibat
E. ETIOLOGI
1. Pasca kolesistektomi
2. Penyebab Lain
dalam waktu 1 sampai 2 hari setelah trauma. Meskipun sangat jarang, ruptur
spontan sistem duktus bilier dapat terjadi, pada kasus ini untuk mendiagnosis
penyebab dari biloma sangat sulit, namun kasus yang paling sering menyebabkan
ruptur. Selain itu biloma dapat terjadi oleh akibat adanya keganasan salah satunya
kanker pankreas7.
F. PATOMEKANISME
Pembentukan enkapsulasi dari biloma terjadi akibat salah satu dari dua
mekanisme yang tergantung pada tingkat kebocoran bilier. Enkapsulasi lebih umum
7
menginduksi respon inflamasi ringan dan pembentukan jaringan fibrosis. Kebocoran
empedu akut dapat juga membentuk enkapsulasi namun jarang oleh karena peritonitis
bilier yang muncul secara akut dengan disertai sepsis oleh karena itu tidak ada waktu
pembentukan enkapsulasi.
Biloma merupakan cairan empedu yang berwarna kuning kehijauan tetapi dapat
dijumpai darah dan cairan eksudasi oleh karena adanya infeksi sekunder. Lokasi dan
ukuran biloma bergantung oleh beberapa faktor seperti penyebab kebocoran empedu,
G. DIAGNOSIS
1. Klinis
Gejala klinik yang paling sering dirasakan adalah nyeri kuadran kanan atas
atau nyeri epigastrik yaitu (92%), ikterus (80%), asites (70%), demam (68%) dan
klinis yang muncul dari biloma yaitu dijumpai adanya fistel pada kulit disekitar
kuadran kanan atas, disertai adanya nyeri perut hebat (peritonitis) dan asites8,9.
8
Gambar 3. Fistula bilier eksternal
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
diagnosis pasti kasus biloma namun ada beberapa hasil yang khas dijumpai
kolangitis. Peningkatan kadar bilirubin total dan bilirubin direk terjadi akibat
adanya obstruksi bilier oleh karena kompresi duktus bilier ektrahepatik yang
b. Pencitraan
9
Cholangiopancreatography (MRCP), masing-masing memiliki kelebihan dan
lokasi cedera pada saluran empedu sulit untuk dideteksi. Ultrasound dapat
USG namun kekurangan dari CT-scan sulit untuk menilai adanya cedera
arteri yang dikarenakan resolusinya cukup tinggi serta tidak dapat digunakan
duktus dan mampu menilai derajat atau tingkat keparahan dari cedera11.
10
Gambar 5. Bismuth Classification of Bile Duct Injuries
H. TATALAKSANA
Pada umumnya bile leaked atau biloma dapat sembuh secara spontan dengan
syarat tidak adanya obtruksi bilier bagian distal. Namun apabila didapatkan fistula
11
external billier persisten maka harus segera ditatalaksana dengan cara yaitu dengan
Terapi pembedahan yang dapat dilakukan harus sesuai dengan jenis cidera.
setiap kasus sesuai dengan mekanisme etiologi cidera. Tujuan dari manajemen BDI
(Bile Duct Injury) adalah mengembalikan aliran duktus bilier agar masuk ke traktus
1. Strasberg A
bocor. Jika tidak ada endoskopi, dapat menggunakan T-tube. Jika itupun tidak
ada, dapat di pasang drain sub hepatal untuk mengontrol kebocoran empedu dan
2. Strasberg B
Oklusi duktus biliaris segmental adalah merupakan penyebab dari tipe ini.
Jika nyerinya ringan, peningkatan test fungsi liver tanpa gangguan klinis dapat
berat diperlukan drainase dari segmen yang oklusi. Drainase perkutaneus atau
reseksi bedah dapat dilakukan jika kolangitis tidak membaik dengan pengobatan.
NGT 5F sebagai stent bilier) dari duktus bilier segmental dapat dilakukan
12
Gambar 7. Hepatiko yeyenostomi Roux en Y
3. Strasberg C
Tidak adanya kontinyuitas dengan system duktus bilier yang tersisa membuat
tidak mungkin dilakukan tindakan secara endoskopi. bile sub hepatic injury
sering terjadi post operasi, kasus ini harus dilakukan drainase untuk mencegah
terjadinya peritonitis atau syok sepsis. Biasanya dapat tertutup secara spontan,
jika tidak menutup dapat dilakukan manajemen seperti cidera tipe Strasberg B
4. Strasberg D
5.0 absorbable. Pada kasus yang jarang terjadi, bisa di pasang drainase eksternal
13
monofilamen 5.0 absorbable, dapat terjadi bile leak pada minggu pertama post
ditemukan adanya jaringan duktus bilier yang hilang dan berpindah menjadi
biliaris yang baik dan mencegah terjadinya peningkatan tegangan dari hasil
anastomosis.
14
Gambar 8. Anastomosis koledoko-duedenum
I. KOMPLIKASI
Bile Leak atau biasa dikenal dengan istilah biloma membutuhkan intervensi
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Valle Della, Eshja and Bassi. 2015. Spontaneous Biloma: A Case Report. Journal
2. Yousaf Muhammad N, Souza Rowena, Chaudarhy Fizah, et.all. 2020. Biloma: A Rare
3. Marieb EN, Hoehn K, Textbook of Human Anatomy and Physiology. Ed 9. United State.
5. Cassis P, Sardar Musa Shah-Khan, John Nasr. 2020. EUS-Guided Drainage Of A 20-Cm
6. Liu Jia, Wu Yuxuan, Xu Erjiao, et all. 2019. Risk Factors Of Intrahepatic Biloma And
7. Alexander Copelan, Lawrence Bahoura, Frances Tardy, et al. 2015. Etiology, Diagnosis,
Gastroenterology and Surgical Oncology St. Isabel’s Hospital and Chennai Meenakshi
16
Multispeciality Hospital, Mylapore Harvey Multispeciality Hospital, Alwarpet, Chennai,
India
10. Claudio Tana, Patrizio D’Alessandro, Armando Tartaro, et al. 2013. Sonographic
Assessment Of A Suspected Biloma: A Case Report And Review Of The Literature. World
Italy
11. Nael Saad, MB, bch, and Michael Darcy, MD. 2008. Iatrogenic Bile Duct Injury During
13. Tariq Al-Munaizel, Abdulhamid Al-Abbadi, Raed Al-Jarrah, et al. 2020. Novel Surgical
14. Muhammad Sayuti. 2019. Variations And Management Of Bile Duct Injury In Post-
Malikussaleh
15. Charu Tiwari, Om Prakash Makhija, Deepa Makhija, et al. 2016. Post Laparoscopic
17
Pancreatography and Stenting: A Case Report. Department of Paediatric Surgery,
18