FRAKTUR CRANIUM
PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
Achmad Qinthara
1820221111
RSUP PERSAHABATAN
2019
KATA PENGANTAR
Dalam kesempatan ini puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena atas rahmat dan nikmat-Nya lapran kasus yang berjudul fraktur
cranium dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis ucapkan terima kasih kepada dr. Iqbal Rivai, Sp.BS selaku
pembimbing selama penulis menjalani kepaniteraan klinik di RSUP Persahabatan
serta teman-teman yang saling membantu dan mendukung.
Jakarta, 2019
Penulis
PENGESAHAN
NRP : 1820221111
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : , 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda paksa
tumpul / tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral
sementara.Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan lalu lintas. Hal ini
diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif sedangkan
kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah, disamping
penanganan pertama yang belum benar - benar , serta rujukan yang terlambat.
Di Indonesia kajadian cidera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai
500.000 kasus. Dari jumlah diatas , 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah
sakit.80 % di kelompokan sebagai cedera kepala ringan, 10%termasuk cedera
sedang dan 10 % termasuk cedera kepala berat.
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, sehingga diharapkan para
dokter mempunyai pengetahuan praktis untuk melakukan pertolongan pertama
pada penderita. Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan
tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak dan menghindarkan terjadinya cedera
otak sekunder merupakan pokok-pokok tindakan yang sangat penting untuk
keberhasilan kesembuhan penderita.Sebagai tindakan selanjutnya yang penting
setelah primary survey adalah identifikasi adanya lesi masa yang memerlukan
tindakan pembedahan, dan yang terbaik adalah pemeriksaan dengan CT Scan
kepala.
BAB II
PEMBAHASAN
1. LAPORAN KASUS
Nama : Tn. AF
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Status : Lajang
Pekarjaan : Pelajar
Jaminan : BPJS
No. RM : 251-79-05
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis pada salah satu keluarga pasien pada
pukul 14.00 hari Rabu tanggal 02 Oktober tahun 2019 di ruang rawat ICU IGD.
Keluhan Utama:
Pasien laki-laki usia 18 tahun datang ke IGD RSP dengan keluhan utama
penurunan kesadaran disertai nyeri kepala. Berdasarkan alloanamnesis, 1 hari
sebelum masuk RS pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, pasien terjatuh dari
motornya saat mengendarai motornya yang oleng dan saat jatuh kepalanya
terbentur aspal, mekanisme jatuh sulit dijelaskan oleh pasien. Pasien sempat
mengalami muntah sebanyak 2x. Setelah itu pasien dibawa ke RS Sentosa dan
direncanakan dilakukan CT Scan, namun karena adanya kendala dengan alat CT
scan yang sedang bermasalah, akhirnya pasien dibawa ke RSP untuk penanganan
yang lebih memadai. Pasien tidak sedang dibawah pengaruh alkohol, pasien juga
tidak menggunakan helm saat mengendarai motor.
Riwayat Obat-Obatan:
1. Airway: Clear
3. Circulation:
5. Suhu: 36 C
Status Generalis:
1) Kepala : Vulnus excoriatum regio frontalis (+)
2) Mata : Reflek pupil anisokhor, gerak bola mata normal,
Racoon eye (-) Anemis (-)
3) Telinga
: Battle sign (-)
4) Hidung
: Napas cuping hidung (-)
5) Mulut
: Sumbatan jalan napas (-)
6) Thorax
: Dinding dada simetris (+), Retraksi dada (-)
7) Jantung
: S1>S2 Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
8) Paru
: Suara Dasar Vesikuler (+/+),
Ronki basah kasar (-/-),Ronki basah halus (-/-)
9) Abdomen : Bising usus (+) Normal, Jejas (-),
Laserasi (-)Hematom (-)
10) Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, Edema -/-/-/-, Sianosis -/-/-/-
11) Motorik : +/+/+/+
12) Genitalia : Tidak ada kelainan urologis
PT 12.8 H 9.8-11.2
CT Scan Kepala
1.5 DIAGNOSIS
2. Hematoma Epidural
. Cefotaxime 3x1gr
. Ketorolac 3x30mg
. Pro Craniotomy
2. FRAKTUR KRANIAL
2.1. Definisi
Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dapat
berbentuk garis/linear atau bintang/stelata, dan dapat pula terbuka ataupun tertutup.
Fraktur dasar tengkorak biasanya memerlukan pemeriksaan CT Scan dengan
dengan teknik bone window untuk memperjelas garis frakturnya. Adanya tanda-
tanda klinis fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk kecurigaan untuk
melakukan pemeriksaan lebih rinci. Tanda-tanda tersebut antara lain ekimosis
periorbital (raccoon eye sign), ekimosis retroauikular (battle sign), kebocoran
CSS(Rhinorrhea, otorrhea) dan paresis nervus fasialis.
2.2. Epidemiologi
Cedera kepala merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
padausia muda di berbagai Negara. Insiden cedera kepala meningkat secara tajam
di seluruh dunia, hal ini terutama diakibatkan oleh meningkatnya penggunaan
kendaraan bermotor di negara-negara berkembang. Insiden bervariasi antara 67
sampai 317 per 100.000 individu dan rasio mortalitas berkisar antara 4% sampai
7% untuk cedera kepala sedang dan sekitar 50% pada cedera kepala berat.
Kejadian cedera kepala berat di Indonesia berkisar antara 6% sampai 12%
dari semua cedera kepala dengan mortalitas berkisar antara 25 sampai 37%.
Angka kejadian cedera kepala tertinggi adalah pada kelompok usia dewasa
muda yang berusia 15-24 tahun, dimana kejadian pada laki-laki 58% lebih banyak
dibandingkan dengan wanita.
2.3. Etiologi
Terdapat beberapa fator yang dapat menebabkan cedera kepala, yaitu:
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Jatuh
3. Trauma benda tumpul
4. Kecelakaan kerja
5. Kecelakaan rumah tangga
6. Kecelakaan olahraga
7. Trauma tembak
Fraktur tengkorak linier pada umumnya dihasilkan dari energi yang tidak
kuat seperti halnya trauma tumpul pada permukaan yang luas dari tulang tengkorak.
Dalam tidaknya fraktur mempengaruhi bagian dari tengkorak. Secara umum fraktur
ini tidak terlalu memberikan arti klinis yang berarti, kecuali mengenai jaringan
vaskuler, sinus pembuluh darah. Epidural hematom bisa memperberat. Fraktur
linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi tidaklah
begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat membuat
hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya. Apabila
ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi
penurunan kesadaran, kejang, koma hingga kematian.
Gambar Fraktur Linier
Fraktur yang terjadi pada sutura sehingga terjadi pemisahan sutura kranial.
Fraktur ini biasa terjadi pada anak usia di bawah 3 tahun.
Fraktur depresi apabila fragmen tulang tertekan, dengan atau tanpa robekan
pada kulit kepala. Fraktur Depresi bisa saja memerlukan perawatan pembedahan
untuk mengoreksi kelainannya. Fraktur Basilar adalah yang paling parah dan terjadi
retakan pada dasar tulang tengkorak.
Pukulan yang kuat pada tulang tengkorak dapat mengakibatkan patah tulang
depresi. Misalnya benturan oleh martil, kayu, batu, pipa besi, dll. Fraktur ini
biasanya comuniti, dengan fragmen tulang yang mulai dari fragmen maksimum
tumbukan dan tersebar ke daerah perifer. Sebagian besar fraktur depresi meliputi
regio frontoparietal, karena tulang pada daerah ini relatif tipis.
meliputi:
a) Primary Survey
1) Airway : Periksa apakah adanya patensi saluran napas atau suara tambahan,
3) Circulation : Cek apakah perfusi jaringan adekuat dengan periksa pulsasi dan
volume nadi, perhatikan warna kulit dan cek capillary return, cek apakah ada
perdarahan. Lakukan pemeriksaan abdomen dan jika dicurigai adanya
kemungkinan perdarahan periksa dengan pemeriksaan USG dan CT abdomen
curiga adanya trauma spinal periksa CT scan kepala atau CT/X- ray spinal
5) Exposure : Cek apakah terdapat cedera pada organ lain dengan perhatikan
adanya jejas, deformitas dan gerakan ekstremitas. Evaluasi respon terhadap
b) Secondary survey
2) Tanda adanya fraktur petrous atau fraktur bassis cranium fossa media
b. Adanya memar pada area mastoid atau battle’s sign yang muncul pada
d) Respon pupil
Periksa reflek cahaya untuk memeriksa fungsi nervus opticus (II) dan
oculomotor (III). Herniasi lobus temporal ke arah tentorial hiatus yang disebabkan
adanya hematoma cerebral akan menyebabkan kerusakan pada nervus III, sehingga
pemeriksaan nervus oculomotor jika curiga adanya cedera kepala merupakan
pemeriksaan yang penting. Kerusakan nervus III akan menyebabkan adanya tanda
dilatasi pada pupil. Peningkatan intracranial yang berlangsung lama juga dapat
menyebabkan gangguan pada nervus III yang menyebabkan dilatasi pupil bilateral.
2.7. Penatalaksanaan
Pertahankan A (airway)
Pertahankan B (Breathing)
Pertahankan C (Circulation)
Pada pemeriksaan sistem sirkulasi ukur dan catat frekuensi denyut jantung
dan tekanan darah jika diperlukan pasang EKG. Apabila denyut nadi/jantung,
tidak teraba lakukan resusitasi jantung, Kemudian tentukan perdarahan dan
kenali tanda-tanda siaonosis. Waspada terjadinya shock dan lakukan penanganan
luka secara baik serta pasang infus dengan larutan RL.
Disability
Exposure.
Tanggalkan pakaian pasien dan cari apakah ada luka atau trauma lain
secara generalis. Tetapi jaga agar pasien tidak hipotermi.
b. SECONDARY SURVEY
Secondary survey baru dilakukan setelah primary survey selesai dan ABC
sudahmulai stabil dan membaik. Dilakukan secondary survey dengan
anamnesis danpemeriksaan fisik lebih lanjut dan melakukan pemeriksaan
ambahan seperti skull foto, foto thorax, MRI dan CT Scan. (ATLS).
Bila fraktur depres disertai dengan adanya luka pada kulit kepala maka
disebut fraktur depres terbuka, yang memerlukan tindakan operasi mutlak. Hal
yang harus diperhatikan adalah bahaya perdarahan yang berasal dari luka pada
kulit kepala. Hal ini jarang diperhatikan sehingga banyak pasien
ditemukan dalam keadaan anemia atau syok. Penanganan sementara sangat
diperlukan terutaana saat transport ke rumah sakit dengan cara membalut tekan
luka dengan kassa atau jika diperlukan dengan elastik verband.
Indikasi Operasi
Fraktur depresi terbuka
Adanya kebocoran LCS
Mengenai sinus paranasalis
Defisit neurologis otak dibawahnya
Kosmetik
Komplikasi operasi
Perdarahan
Infeksi
Robeknya duramater
Kejang dan kelainan neurologis lainnya