Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

LOW BACK PAIN

Pembimbing :
dr. H. Agus Permadi, Sp.S

Oleh :
Asepky Zakia
61112102

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
RSUD EMBUNG FATIMAH BATAM
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami telah dapat menyelesaikan tugas laporan kasus dengan judul Low Back
Pain.
Tugas laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Penyakit Syaraf RSUD Embung Fatimah Batam. Sebagai Dokter
Muda yang sedang menjalankan kepaniteraan klinik, penyusun melihat tugas laporan
kasus ini.sebagai pelatihan agar kelak menjadi dokter umum yang selalu menambah
ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Penyakit Syaraf.
Selama penyusunan tugas laporan kasus ini, penyusun telah banyak
mendapatkan bantuan yang tidak sedikit dari beberapa pihak, sehingga dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. H.
Agus Permadi, Sp.S sebagai dokter Pembimbing penyusunan tugas laporan kasus ini.
Penyusun menyadari bahwa selama dalam penyusunan tugas laporan kasus ini jauh dari
sempurna dan banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas
laporan kasus ini. Penyusun berharap tugas laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan teman-teman semua di masa yang akan datang.

Batam 09 Agustus 2016

Asepky Zakia

STATUS PASIEN
1. IDENTITAS

Nama

: Ny. R

Umur

: 26 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Tembesi Simp. Barelang

Pekerjaan

: IRT

Pendidikan

: SLTA

No.RM : 0154269
Tanggal masuk : 02 - 06 - 2016
1. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri tulang belakang (+) 1 minngu yang lalu.
RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)
Pasien mengatakan mengatakan nyeri tulang belakang (+)
dari 1 minggu yang lalu, os juga mengeluh pusing (+), batuk (-),
demam (-), lemes (+).
Riwayat Penyakit : Hipertensi (-), penyakit jantung (-), dm (-), asma (-), tb (-).
Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat Penyakit Terdahulu:2. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran

: Composmentis

BB

: 87 kg

TB

: 158 cm

Vital Sign

:Tekanan darah : 120/70 mmHg


Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit Temp : 36,4 0C

Status Generalis:

Kepala : Bentuk normochepal, simetris, deformitas (-)


Facial : simetris, deformitas(-), pucat (-),chloasma gravidarum
(+)
Mata: konjungtiva anemis (+), sclera icteric(-), edema palpebra
(+), mata merah (-) reflek cahaya positif
Telinga : deformitas negative, serumen minimal, ganguan
pendengaran negative, otalgia negative.
Hidung : nafas cuping hidung negative, deformitas/deviasi
septum negative.
Mulut : bibir tidak sianosis ataupun kering, stomatitis negative,
lidah tidak kotor, karies.
Leher : Tak ada deviasi trachea, pembesaran kelenjar thyroid dan
limponodi.
Thorax
Inspeksi : Simetris, bentuk normal, sikatrik negative,
benjolan negative, mamae simetris tidak membesar. Sifat
pernafasan

kombinasi

(thorako

abdominal),

irama

frekuensi nafas normal. Ictus cordis tak tampak


Palpasi : Fokal fremitus seimbang antara paru kanan dan
kiri. Pembesaran limfonodi axillaries negative. Nyeri
tekan negative. Ictus cordis dan massa pada thorax tak
teraba
Perkusi : Seluruh lobus paru sonor, batas redup hepar
antara SIC 5 dan 6 midclavicula. Batas redup jantung atas
di SIC II parasternal kiri, batas kanan di SIC IV
parasternal kanan, batas kiri di SIC IV midclavicula kiri.
Auskultasi : Suara dasar paru vesikuler, tak ada wheezing
dan ronchi. Bunyi jantung I dan II regular, frekuensi
meningkat, tak ada bising jantung
Ekstrimitas: Deformitas negative, Edema Ekstremitas sedang,

Status Neurologis :
Motorik

5 5
<5 <5

Sensorik N N
N N
Refleks Fisiologis + +
+ +
Refleks Patologis - -

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Tgl 06 06 - 2016
Hematologi
HB : 13,8 g/dl
Leukosit : 6,800 /ul
Hematokrit : 41%
Eritrosit : 4,9 juta/ul
Trombosit : 228 ribu/ul
MCV : 84 fl
MCH : 28 pg
MCHC : 34g/dl
Hitung jenis leukosit
Netrofil segment 86%
Limfosit : 20%
Monosit : 5%
Kimia darah

GDS : 106 mg/dl


Tgl 1606 2016
Radiologi Os sacrum-coccygeus AP dan Lateral
Kesan :
Kedudukan os sacrum coccygeus baik, tidak tampak sublukasi, dislokasi.
Tidak tampak tanda-tanda fraktur, destruksi, lesi titik/blastik
Vertebrae lumbosakral
Kesan :
- straight lumbalis e.c muscle spasme
- Instability lumbalis
5. DIAGNOSA
Low Back Pain e.c Muscle Spasme
6. Therapi :
R/ ivfd RL 20tpm
Metilprednisolon 120mg/12jam/iv
Ketorolac 30mg/8jam/iv
Mecobalamine 1amp/24jam/drip
Esperison HCl
Omeprazole 20mg/24jam
Sukralvat 3x1 c
Amitripilin 25mg 1/2 -0-1/2
Paracetamol 500mg/8jam
Amlodipin 10mg 1-0-0
Tramadol 50mg/12jam
Pregabalin 75mg /24jam, Gabapentin 300mg 1-0-1
Follow Up tgl 02 - 06 2016, Anggrek
S

Nyeri punggung bawah (+)

Mot : K
RP
O

KU : lemah
Kesadaran : CM
TD : 120/70mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5
FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

RF

Sensorik : N/N
Otonom : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Metilprednisolon 120mg/12jam/iv, Ketorolac 30mg/gka
Paracetamol 500mg/12jam, Mecobalamin 1amp/48jam/iv
Esperisone hcl /12jam, Amlodipin 10mg 1-0-0

Follow Up tgl 03-06-2016, Anggrek

Mot : K

Nyeri punggung bawah (+), masih


ada dibokong kanan, duduk bisa
RP
sebentar, tidur (+).

KU : lemah Kesadaran : CM,


TD : 150/80mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5,FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

RF

Sensorik : N/N
Otonom : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Metilprednisolon 120mg/12jam/iv, Ketorolac 30mg/gka
Paracetamol 500mg/12jam, Mecobalamin 1amp/48jam/iv
Esperisone hcl /12jam, Amlodipin 10mg 1-0-0

Follow Up tgl 04- 06-2016, Anggrek


S

Panas + Nyeri punggung bawah (+), tidur bisa (+), BAB sulit

Mot : K
RP
O

KU : lemah
Kesadaran : CM
TD : 120/70mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5
FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

RF

Sensorik : N/N
Otonom : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Metilprednisolon 120mg/12jam/iv
Ketorolac 30mg/8jam/iv
Paracetamol 500mg/12jam
Mecobalamin 1amp/48jam/iv
Esperisone hcl /12jam

sukralfat syr 3x1 c


dulcolax supp 1
omeprazole 4mg 1x1
amitripilin 25mg -0-
Amlodipin 10mg 1-0-0

Follow Up tgl 06-06-2016, Anggrek


S

Nyeri banyak berkurang, tetapi belum bisa duduk lama dan jalan , nyeri
tekan tulang ekor

KU : lemah, Kes: CM
TD : 120/80mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5 FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Tramadol 50mg
Paracetamol 500mg/12jam
Metilcobalt /12jam
Omeprazole 20mg/12jam

Amlodipin 10mg 1-0-0


Amitripilin 20mg 1-0-0
Mecobalamin 1amp/48jam/iv
Sukralvat /8jam c

Follow Up tgl 07-06-2016, Anggrek


S

Nyeri pada tulang ekor (+), nyeri perut bawah tengah, BAK lancar,
demam (-)

Mot
Mot :: K
K
RP
RP
O

Kesadaran : Composmentis,
TD : 130/90mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5
FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Tramadol 50mg
Amitripilin 20mg -0-
Mecobalamin 1amp/48jam/iv
Sukralvat /8jam c

RF
RF

Sensorik
Sensorik :: N/N
N/N
Otonom
Otonom :: normal
normal
Amlodipin 10mg 1-0-0
Metilcobalt /12jam
Omeprazole 20mg/12jam

Follow Up tgl 08-06-2016, Anggrek


S

Nyeri pada bokong kiri, nyeri perut bawah, BAK sedikit-sedikit dan
panas, demam (+)

Kesadaran : Composmentis,
TD : 120/80mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Tramadol 50mg
Amitripilin 20mg -0-
Metilcobalt /12jam
Mecobalamin 1amp/48jam/iv
Cotrimoxazole 960mg/12jam

Amlodipin 10mg 1-0-0


esperisone/12jam
gabapentin 300mg 0-0-1
Omeprazole 20mg/12jam

Follow Up tgl 09-06-2016, Anggrek


S

Nyeri pada tulang ekor (+), nyeri perut bawah tengah masih dirasakan,
sulit tidur (+)

Mot : K
Mot
RP : K
RP
O

Kesadaran : Composmentis,
TD : 120/80mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Tramadol 50mg
Amitripilin 20mg -0-
Metilcobalt /12jam
Mecobalamin 1amp/48jam/iv
Cotrimoxazole 960mg/12jam

RF
RF

Sensorik : N/N
Sensorik
N/N
Otonom :: normal
Otonom : normal
Amlodipin 10mg 1-0-0
esperisone/12jam
gabapentin 300mg 0-0-1
Omeprazole 20mg/12jam

Follow Up tgl 10-06-2016, Anggrek


S

Nyeri pada tulang ekor (+), nyeri perut bawah (-), nyeri pinggang (-)

Kesadaran : Composmentis,
TD : 120/80mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5
FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Tramadol 50mg
Amitripilin 20mg -0-
Metilcobalt /12jam
Mecobalamin 1amp/48jam/iv
Cotrimoxazole 960mg/12jam

Amlodipin 10mg 1-0-0


esperisone/12jam
Pregabalin 7mg/12jam
Omeprazole 20mg/12jam

Follow Up tgl 13-06-2016, Anggrek


S

Nyeri dan panas tulang duduk (+), nyeri perut bawah (-), tidur (+)

10

Mot : K
RP
O

Kesadaran : Composmentis,
TD : 120/80mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5
FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Tramadol 50mg
Amitripilin 20mg -0-
Metilcobalt /12jam
Ketorolac 30mg/8jam
Ranitidine 50mg/12jam
Cotrimoxazole 960mg/12jam

RF

Sensorik : N/N
Otonom : normal
Amlodipin 10mg 1-0-0
esperisone/12jam
gabapentin 300mg 0-0-1
metilprednisolon 125mg/12jam
duragesic patch/72jam

Follow Up tgl 14-06-2016, Anggrek


S

Nyeri dan panas tulang duduk (+), nyeri perut bawah (+), tidur (+)

Kesadaran : Composmentis,
TD : 120/80mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5
FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Metilcobalt /12jam
Ketorolac 30mg/8jam
Ranitidine 50mg/12jam
Cotrimoxazole 960mg/12jam

gabapentin 300mg 1-0-1


metilprednisolon 125mg/24jam
duragesic patch/72jam

Follow Up tgl 15-06-2016, Anggrek


S

Nyeri tulang ekor (+), sulit tidur (+), nyeri di kedua bokong, tidak bisa
duduk (+).

11

Mot : K
RP
O

Kesadaran : Composmentis,
TD : 120/80mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5
FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Metilcobalt /12jam
Ketorolac 30mg/8jam
duragesic patch/72jam
Cotrimoxazole 960mg/12jam
MST 10mg/12jam

RF

Sensorik : N/N
Otonom : normal
gabapentin 300mg 1-0-1
metilprednisolon 125mg/24jam

Follow Up tgl 16-06-2016, Anggrek


S

Nyeri tulang belakang/ tulang ekor

Kesadaran : Composmentis,
TD : 120/80mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5
FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Metilcobalt /12jam
Ketorolac 30mg/8jam
Ranitidine 50mg/12jam
Cotrimoxazole 960mg/12jam

gabapentin 300mg 1-0-1


metilprednisolon 125mg/24jam
duragesic patch/72jam

Follow Up tgl 17-06-2016, Anggrek


S

Nyeri bokong (+) pegal

12

Mot : K
RP
O

Kesadaran : Composmentis,
TD : 120/80mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/m
Temp : 36,40C
GCS : E4M6V5
FKL : dbn
RM : KK -/-, KS -/Ncr : normal

LBP e.c Muscle Spasme

R/ ivfd Rl 20tpm
Metilcobalt /12jam
gabapentin 300mg 1-0-1
duragesic patch/72jam
MST 10mg/12jam
Acc rawat jalan

RF

Sensorik : N/N
Otonom : normal

Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)


1. Definisi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah nyeri pada daerah
punggung bawah yang berkaitan dengan masalah vertebra lumbar, diskus
intervetebralis, ligamentum di antara tulang belakang dengan diskus, medula

13

spinalis, dan saraf otot punggung bawah, organ internal pada pelvis dan abdomen
atau kulit yang menutupi area lumbar (Medicine dictionary, 2012).
Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah salah satu masalah
kesehatan yang umum dijumpai dalam masyarakat industri. Kondisi yang tidak
mengenakan atau nyeri kronik minimal keluhan 3 bulan disertai adanya
keterbatasan aktivitas yang diakibatkan nyeri apabila melakukan pergerakan atau
mobilisasi (Helmi, 2014).
2. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya nyeri
punggung bawah (Low Back Pain) terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
a.

Acute Low Back Pain


Acute Low Back Pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Acute Low Back Pain dapat disebabkan karena luka
traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat
kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai
otot, ligamen, dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang
pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini
penatalaksanaan awal nyeri punggung akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.

14

2. Chronic Low Back Pain


Rasa nyeri pada Chronic Low Back Pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic
Low Back Pain dapat terjadi karena Osteoarthritis, Rhematoid Arthritis, proses
degenerasi Discus Intervertebralis dan Tumor.
3. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Di Jerman, sekitar 30% populasi menderita nyeri punggung bawah (Low
Back Pain), dan 125 diantaranya dialami setiap hari. Nyeri punggung bawah (Low
Back Pain) menempati posisi pertama dalam menimbulkan hari cuti kerja (80 juta
hari cuti kerja/tahun) dan ikut berperan sebagaian besar angka rawat inap di rumah
sakit (5 juta hari rawat inap/tahun). Setiap 5 orang yang mengalami pensiun dini,
bila ditelusuri, akan menjadikan nyeri punggung bawah (Low Back Pain) sebagai
alasan mereka pensiun. Biaya yang harus dikeluarkan karena keadaan tersebut
sangat cepat meningkat.
Data epidemiologik mengenai nyeri punggung bawah (Low Back Pain) di
Indonesia belum ada. Diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia diatas 65
tahun pernah menderita nyeri pinggang dan prevalensinya pada laki-laki 18,2%
dan pada wanita 13,6%. Prevalensi ini meningkat sesuai dengan meningkatnya usia
(Sadeli dkk, 2001).

15

4. Faktor-faktor Risiko terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)


Beberapa pekerjaan / aktifitas berikut ini merupakan faktor risiko yang
menyebabkan nyeri punggung bawah.:
a. Umur
Umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65
tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan keluhan
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena penurunan
kekuatan dan ketahanan otot sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat.
Tubuh mengalami perubahan sejalan dengan usia, dan diskus intervertebralis
merupakan salah satu bagian tubuh yang paling awal berubah, yaitu suplai darah
langsung ke diskus tidak ada lagi pada usia antara 15 dan 20 tahun. Nyeri
punggung bawah (Low Back Pain) lebih sering menganggu pada pekerja dan
merupakan penyebab utama penyakit serta ketidakmampuan pada pekerja yang
berusia 20-60 tahun. (Jhon D, 1995).
b. Jenis kelamin
Laki- laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri
punggung bawah (Low Back Pain) sampai umur 60 tahun. Namun pada
kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan
nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Karena pada wanita keluhan ini lebih
sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses
menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan

16

hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri punggung bawah.


(Aulia, 2014).
c. Aktivitas / Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri punggung bawah (Low
Back Pain) yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh
yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang seperti duduk, berdiri, tidur,
mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri punggung
bawah (Low Back Pain) misalnya pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk
dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa
yang sering kali membungkukan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri
yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur
yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang di
letakan diatas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur.
Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil
beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut di angkat setelah
jongkok terlebih dahulu . Selain sikap tubuh yang salah seringkali menjadi
kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi
duduk yang menoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tanga lebih dari
3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan risiko timbulnya nyeri punggung
bawah (Low Back Pain) (Adelia, Rizma, 2007).
d. Indeks Massa Tubuh

17

1) Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri
punggung bawah (Low Back Pain) lebih besar, karena beban pada sendi penumpu
berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri
punggung bawah (Low Back Pain).
2) Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai

lengan beban

anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat tubuh.


Indeks massa tubuh dihitung dengan cara membagi berat badan subjek dengan
kuadrat tinggi badannya, yang biasanya ditulis baik dalam satuan metrik maupun
dalam sistem Amerika :
Metrik: Indeks Massa Tubuh = Kilogram/Meter2
Sistem Amerika dan Imperial: Indeks Massa Tubuh = lb*703/in2
Dengan lb adalah berat badan subyek dalam pon dan in adalah tinggi badan subyek
dalam inci.
Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

18

Sumber

Indeks MassaTubuh

Klasifikasi

< 18.5

Berat Badan Kurang

18.5-24.9

Normal

> 24.9

Over Weight

Berrington de Gonalez A, 2010


5. Etiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Etiologi nyeri punggung bawah (Low Back Pain) menurut Adelia Risma
(2007) dapat berupa :
a. Proses

Degeneratif,

seperti

Spondilosis,

Stenosis

Spinalis,

dan

Osteoarthritis. Perubahan degeneratif juga dapat menyerang anulus


fibrosus dari diskus intervetebralis.
b. Penyakit Inflamasi, seperti Rhematoid Arthritis yang sering timbul
sebagian penyakit akut dengan ciri persendian ke empat gerak terkena
secara serentak atau spondilitis ankilopoetika dengan keluhan sakit
punggung dan pinggang yang bersifat pegal atau kaku.
c. Osteoporosis, pada orang tua dan jumpo terutama menyerang kaum wanita.
Sakit bersifat pegal, tajam dan radikuler.
d. Kelainan Kongenital yang diperlihatkan foto Rontgen polos dari Vetebra
Lubosakralis sering di anggap sebagai penyebab low back pain.
e. Gangguan Sirkulasi, seperti Aneurisma Aorta Abdominalis dapat
menyebabkan low back pain yang hebat. Gangguan Sirkulasi lain seperti

19

Trombosis Aorta Terminalis, dengan gejala nyeri yang menjalar sampai


bokong, belakang paha dan tungkai kedua sisi.
f. Tumor, dapat berupa Tumor jinak seperti Osteoma, Osteoblastoma,
Hemangioma, atau Tumor ganas seperti Mieloma Multipel, maupun
sekunder.
g. Infeksi Akut, yang disebabkan oleh kuman piogenik seperti Spondilitis
Tuberkolosis, dan Osteomielitis.
h. Psikoneuritik, seperti Histeria, Depresi.
6. Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Ada beberapa mekanisme yang telah di ajukan mengenai proses perkembangan
nyeri punggung bawah (Low Back Pain) dan kelumpuhan yang bisa digunakan
untuk menentukan apakah proses patologis yang terlihat pada gambaran radiologis
berhubungan dengan gejala yang dialami pasien. Nyeri pada bagian apapun
memerlukan perlepasan dari agen-agen inflamasi yang menstimulasi reseptor nyeri
dan menyebabkan sensasi nyeri pada jaringan, tulang belakang merupakan struktur
yang unik karena memiliki banyak jaringan di sekitarnya yang dapat memicu nyeri.
Inflamasi pada sendi tulang belakang, intervetebral diskus, ligamen, otot, meninges
dan akar saraf dapat menyebabkan nyeri punggung bawah. Jaringan-jaringan ini
memberikan respon terhadap nyeri dengan melepaskan beberapa agen kimia seperti
bradikinin, prostagladin, dan leukotrin. Agen-agen kimia ini mengaktifkan ujung
saraf dan menyebabkan impuls yang menjalar ke korda spinalis. Saraf-saraf
nosiseptif yang teraktivasi akan melepaskan neuropeptida, dimana yang paling

20

banyak adalah substansi P. Neuropeptida ini bekerja pada pembuluh darah,


menyebabkan ekstravasai, dan menstimulasi sel mast untuk melepas histamin dan
melebarkan pembuluh darah. Sel mast juga melepaskan leukotrin dan agen-agen
inflamasi lainnya yang menarik leukosit dan onosit. Proses tersebut menghasilkan
gejala-gejala inflamasi seperti pembengkakan jaringan, kongesti vaskular dan
stimulasi ujung-ujung saraf bebas. Impuls nyeri tersebut dihasilkan oleh jaringan
tulang belakang yang mengalami inflamasi. Korda spinalis dan otak memiliki
mekanisme khusus dalam memodifikasi nyeri yang berasal di daerah jaringan
spinal. Korda spinalis, impuls nyeri terkonversi pada neuron yang juga menjadi
resptor sensoris. Hal ini menyebabkan perubahan derajat sensasi nyeri yang di
transmisikan ke otak melalui proses yang disebut gate control system. Impuls nyeri
selanjutnya akan masuk ke proses yang kompleks dan berlangsung pada berbagai
tingkatan saraf pusat. Otak akan mengeluarkan substansi kimiawi yang merespon
nyeri yang disebut endorfin. Endorfin merupakan analgesik alami yang dapat
menghambat

respon

terhadap

nyeri

melalui

serotonorgic

pathway

(Haldeman,2002).

7. Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)


Penatalaksanaan nyeri punggung didasarkan pada empat pilar:

21

a. Terapi Medikamentosa
Penatalaksanaan Medikamentosa mencakup berbagai golongan obat:
1) Antirheumatik non-steroid (NSAID)
a) Ibuprofen: 3 x 600 mg
b) Diklofenak: 2 x 100 mg
NSAID tetap merupakan golongan obat yang paling sering diberikan
dengan jumlah 100 juta kali peresepan per tahunnya di seluruh dunia
meskipun obat ini menimbulkan penyakit yang bermakna, yang di
timbulkan obat tersebut pada terapi jangka panjang: 10% pasien mengalami
ulkus.
Coxibe (Coc-2-inhibitor):
(1) Celecoxib: 2 x 400 mg/hari
(2) Etoricoxib: 1 x 60-90 mg/hari
Inhibitor siklooksigenase 2 selektif tampaknya menjadi jalan keluar
dari dilema tersebut. Berbeda dengan nsaid yang konvensional, inhibitor
Cox-2 menunjukan keunggulan karena kurang menimbulkan toksisitas
saluran cerna. Meskipun begitu, relevansi terapeutik efek tersebut relatif
kecil pada beberapa kelompok pasien, yang berlawanan dengan harapan
(contohnya, penggunaan tambahan asam asetil salisilat untuk profilaksis
infark jantung). Efek samping kardiovaskular yang dapat timbul membatasi
penggunaan inhibitor Cox-2.

22

2) Kortikoid
Rute pemberian yang dipilih adalah periradikular atau peridural pada
gejala radikular, yang kebanyakan dikombinasi dengan anestesi lokal.
Teknik terapi nyeri secara invasif harus dilaksanakan oleh dokter spesialis
yang berpengalaman.
3) Relaksans/pelemas otot
Ketegangan otot yang timbul akibat refleks merupakan gejala yang
sering timbul pada nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Obat lain
adalah dengan sifat pelumas otot yang perlu dipertimbangkan adalah
benzodiazepin (potensi yang tinggi dalam menimbulkan ketergantungan,
risiko untuk terjatuh, waktu paruh yang lama):
a) Flupirtin: mengendalikan tonus otot
Flupirtin (contohnya, katalodon) merupakan pembuka kanal kalium
selektif dan bekerja seperti antagonis reseptor, yang menunjukan efek
analgetik, pelemas otot dan neuroprotektif. Mekanisme kerja obat
tersebut di tingkat saraf pusat menjelaskan pentingnya peran obat ini
dalam mencegah timbulnya keadaan nyeri kronik. Flupirtin juga cocok
digunakan dalam jangkau panjang.
b) Metokarbamol (Ortoton)
c) Tolperison

23

Penyekat kanal natrium dengan cara menstabilkan membran di


perifer.
4) Antidepresan dan antikonvulsan
Indikasi pemberian pada nyeri punggung bawah (Low Back Pain)
dengan komponen neuropatik.
5) Opioid
Ketergantungan opioid merupakan nyeri, yang tidak dapat diredakan
dengan analgetik yang biasa, dengan kronik yang beresiko timbul atau
sudah terjadi atau tidak dapat ditoleransi pada penggunaan NSAID akibat
efek samping yang ditimbulkan. Keuntungan opioid terletak pada
kemampuannya ditoleransi dengan baik dalam jangka panjang karena jarang
menimbulkan toksisitas organ, bentuk pemberian yang bervariasi, rentang
dosis obat yang lebar, banyaknya kemungkinan kombinasi terapi dan
akhirnya, adanya bentuk sediaan lepas lambat yang alami. Indikasi
pemberian opioid harus ditentukan dan disesuaikan secara individual.
Peningkatan dosis obat secara bertahap pada opioid lemah (tilidin, tramadol)
dalam bentuk sediaan lepas-lambat juga dianjurkan. Bentuk sediaan alami
obat dengan masa kerja singkat hanya diindikasikan sebagai penyelamat
untuk nyeri yang sangat menyiksa.
Indikasinya adalah nyeri punggung bawah (Low Back Pain) dengan
derajat kronisitas yang tinggi:

24

a) Osteoporosis
b) Nyeri radikular kronik tanpa indikasi operasi
c) Stenosis canalis spinalis
d) Nyeri punggung yang tidak spesifik
6) Anastesi lokal
Anestesi lokal dengan atau tanpa steroid pada struktur yang terasa nyeri
akan memutus nyeri memungkinkan rehabilitas fisik dengan lebih cepat.
Penatalaksanaannya harus dilakukan dengan pertimbangan yang sangat
cermat dan mengikuti implementasi pada konsep penatalaksanaan secara
keseluruhan. Monoterapi dengan serangkaian injeksi sudah ditingalkan
(Madl et al. 2007; Karppinen 2001).
7) Fitofarmaka
Tersedia fitoformika untuk nyeri punggung bawah (Low Back Pain)
yang ringan sampai yang cukup bersifat tidak spesifik, yang memberi hasil
yang memuaskan karena ditoleransi dengan baik dan menimbulkan
efektivitas yang relavan secara klinis:
a) Ekstrak Harpagophytum (devil`s claw, Rivoltan) mempengaruhi
kemampuan reaksi sensorik dan vaskular otot serta

resistensi otot

sehingga menunjukan efek analgetik dan pelemas otot. Dosis yang di


anjurkan: 2 x 480 mg/hari, lama terapi 4 minggu atau lebih lama.
b) Ekstrak berkonsentrasi tinggi dari kulit tanaman willow ungu: bekerja
dengan menimbulkan efek antiinflamasi, analgetik dan antipiretik

25

karena kandungan salisin yang terdapat di dalamnya. Fitoanalgetik


dapat diberikan pada nyeri punggung yang tidak spesifik dengan
intesitas nyeri yang lemah dan dapat - seperti halnya NSAID dikombinasi dengan agen terapeutik lainnya. Dosis yang dianjurkan:
800 mg/hari.
Terapi medikamentosa harus ditentukan secara individual dan menurut
rencana bertahap yang sesuai dengan lama keluhan (terapi kombinasi, pemberian
obat-obatan yang disusun berdasarkan prioritas):
Minggu ke-1 (Nyeri punggung akut):
1) NSAID
2) Flupirtin
3) Anastesi lokal terapeutik
4) Relaksans/pelemas otot (contohnya : Mydocalm,Tetrazzepam, harus
diberikan

dengan

sangat

hati-hati

karena

dapat

menimbulkan

ketergantungan
Dengan lama keluhan yang mencapai 3 bulan:
1) Flupirtin
2) NSAID
3) Opioid ( opioid lemah dianjurkan, opioid kuat diberikan pada indikasi
yang kritis)
4) Anestesi lokal

26

5) Pelemas otot
Pada lama keluhan yang melampaui 3 bulan:
1) Antidepresan (golongan antidepresan trisiklik,dengan dosis rendah,
contohnya amitriptilin 5-10 mg atau doksepin 5mg)
2) Opioid
3) Flupiritin
4) NSAID
Hal yang dapat dilihat dari rencana terapi bertahap diatas adalah bahwa nilai
terapeutik NSAID makin berkurang pada terapi nyeri punggung dengan
bertambahnya keadaan kronik, dan opioid serta flupirtin semakin mendapatkan
prioritas utama.kenyataan ini berasal dari kebutuhan untuk menentukan suatu obat
yang digunakan sebagai terapi jangka panjang.analgetik yang baik dapat ditoleransi
dengan baik dalam jangka panjang,menimbulkan sedikit toksisitas pada
organ,bentuk

penggunaan

yang

bervariasi,tidak

memiliki

potensi

untuk

menimbulkan ketergantungan, memiliki efek melemaskan otot, dan memiiki sifat


mengmenghambat timbulnya keadaan kronik. Analgetik yang ideal belum
tersedia,tetapi opioid dan flupirtin paling mendekati dalam memenuhi kebutuhan
tersebut sehingga paling sesuai digunakan untuk penatalaksanaan jangka panjang.
b. Intervensi Operatif
Meskipun operasi biasanya dianggap sebagai harapan terakhir, pilihan terapi
ini perlu dipikirkan secara kritis dan penggunaannya dibatasi (Bogduk, Barnsley
1999).

27

Indikasi operasi dibatasi pada:


1) Keadaan peringatan
2) Sindrom cauda
3) Paresis yang parah dan progresif
4) Stenosis canalis spinalis dengan claudicatio spinalis yang
bermanifestasi secara klinis
5) Keadaan instabilitas
6) Sedikitnya kumpulan gejala lain
Nyeri persisten maupun perubahan yang terdiagnosis dari pemeriksaan
radiologis tidak menjadi indikasi operasi. Risiko penempatan indikasi operasi
yang tidak dilakukan secara kritis akan menyebabkan keadaan nyeri kronik
yang tidak dapat dihindari (contohnya sindrom pascanukleotomi).
c. Terapi Perilaku
Pendekatan terapi perilaku dengan penerapan strategi penanganan untuk
mengurangi perilaku menghindar-gerakan dan pengkondisian ulang (linton
2002).
d. Rehabilitasi Fungsional
Rehabilitasi dalam arti senam terarah pada pasien berdasarkan sudut
pandang neurofisiologis atau terapeutik manual secara `aktivasi` dan motivasi
pasien untuk melakukan latihan dalam jangka panjang. Melalui program terapi

28

berintensitas tinggi (`restorasi fungsional`), sekitar 60-80% pasien nyeri


punggung dengan derajat keadaan kronik yang rendah dapat di integrasikan
kembali ke lingkungan kerja.keberhasilan terapi ini dibatasi oleh beberapa faktor:
1) Keadaan nyeri kronik yang sudah timbul (nyeri yang timbul dalam
jangka lama dan ketidakmampuan bekerja, operasi berulang kali,
berbagai sesi terapi yang melelahkan)
2) Inaktivasi
3) Usia lanjut
4) Tingkat pendidikan yang rendah
5) Gejala depresi hebat
6) Gangguan somatisasi
7) Adanya penyakit sekunder
Hal yang menentukan pada keberhasilan terapi : pengenalan tanda-tanda
keadaan kronik sejak dini dan terapi dengan konsep multimodalitas, dengan titik
berat yang terletak pada penggunaan berbagai metode terapi secara bersamaan.
Karena itu, pasien perlu dirujuk secepat mungkin dan perlunya kerjasama antar
disiplin.

29

Anda mungkin juga menyukai