PENDAHULUAN
Antara 1970 dan 1988, tingkat kelahiran sesar di Amerika Serikat meningkat
drastis dari 5% menjadi hampir 25%. Penyebabnya diantaranya adalah praktek
forsep midpelvic menurun dan pengiriman kehamilan dengan letak sungsang,
meningkatkan keamanan melalui bedah caesar dan meningkatkan ketergantungan
terus menerus terhadap pemantauan FHR elektronik. VBAC adalah modalitas
terbaik untuk mengurangi tingkat seksio sesarea secara keseluruhan dan berbagai
pedoman yang dibingkai untuk mendorongnya.
0 0
Dengan dikembangkannya persalinan pervaginam pada parut uterus (vaginal birth
after cesarean/VBAC ) atau dikenal pula sebagai Trial of Labor After Cesarean
(TOLAC) angka persalinan dengan parut uterus meningkat. Ini dapat terlihat di
Amerika Serikat pada tahun 1996 hampir 30% menjalani persalinan pervaginam
pada wanita yang sebelumnya pernah seksio sesarea.
0 0
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Vaginal Birth After Cesarean (VBAC) adalah proses persalinan per
vaginam yang dilakukan terhadap pasien yang pernah mengalami seksio
sesarea pada kehamilan sebelumnya atau pernah mengalami operasi pada
dinding rahim (misalnya satu atau lebih miomektomi intramural).
• Indikasi VBAC
• Taksiran berat janin < 3500 gram
• Ibu bersedia dilakukan VBAC (informed consent)
• Tidak ada tanda-tanda CPD
• Tebal SBU (segmen bawah uterus) > 2,5 mm
• Usia kehamilan cukup bulan (37 minggu – 41
minggu)
• Presentasi belakang kepala (verteks) dan janin
tunggal
• Ketuban masih utuh atau sudah pecah tak lebih dari
enam jam
• Tidak ada tanda-tanda infeksi
• Janin dalam keadaan sehat dengan pemeriksaan
denyut jantung janin (Doppler atau non-stress
testing).
• Kontraindikasi Mutlak
• Seksio sesarea terdahulu adalah seksio korporal (klasik)
• Adanya hemoragia antepartum oleh sebab apapun
• Terbukti bahwa seksio sebelumnya adalah karena cephalo
pelvic
• dysproportion (CPD).
0 0
• Malpresentasi atau malposisi
• Bayi besar (makrosomia)
• Seksio sesaria lebih dari satu kali
• Kehamilan post term (> 42 minggu) dengan pelvic score rendah
• Terdapat tanda-tanda hipoksia intrauterin (dari frekuensi bunyi
• jantung janin, non-stress testing atau contraction stress testing)
• Kontraindikasi Relatif
• Kehamilan kembar/gemeli
• Hipertensi dalam kehamilan, termasuk preeklampsia
• Seksio terdahulu pasien dirawat lebih dari sewajarnya (> 7 hari)
• Operasi terdahulu berupa miomektomi multipel
0 0
dalam mortalitas maternal dan perinatal pada insisi seksio sesarea
transversalis atau longitudinalis.
0 0
penelitian ini, jumlah VBAC dengan riwayat seksio sesarea 1 kali
adalah 83% manakala 2 kali atau lebih adalah 17%.
0 0
Menurut Cunningham FG (2001) menyatakan bahwa
penyembuhan luka seksio sesarea adalah suatu generasi dari
fibromuskuler dan bukan pembentukan jaringan sikatrik.
Menurut Cunningham FG (1993), dasar dari keyakinan ini adalah
dari hasil pemeriksaan histologi dari jaringan di daerah bekas
sayatan seksio sesarea dan dari 2 tahap observasi yang pada
prinsipnya :
• Tidak tampaknya atau hampir tidak tampak adanya jaringan
sikatrik pada uterus pada waktu dilakukan seksio sesarea
ulangan
• Pada uterus yang diangkat, sering tidak kelihatan garis sikatrik
atau hanya ditemukan suatu garis tipis pada permukaan luar dan
dalam uterus tanpa ditemukannya sikatrik diantaranya.
0 0
kencang, jarak jahitan yang tidak beraturan, penyimpulan yang
tidak tepat, dan lain-lain.
0 0
Menurut Troyer (1992) pada penelitiannya mendapatkan
keberhasilan penanganan VBAC boleh dihubungkan dengan
indikasi seksio sesarea yang lalu seperti pada tabel dibawah ini :
Hubungan indikasi seksio sesarea lalu dengan keberhasilan penanganan
VBAC Indikasi seksio yang lalu
0 0
• Riwayat
Persalinan Pervaginam
• Karakteristik Maternal
Beberapa studi penelitian menunjukkan berat dan tinggi badan dari
ibu mempengaruhi penentuan jenis persalinan. Ibu dengan
perawakan pendek dan yang obesitas lebih cenderung untuk
menjalani jenis persalinan seksio sesarea. Berhubungan dengan
persalinan pervaginam pada parut uterus, beberapa penelitian
menunjukkan wanita dengan obesitas memiliki risiko tinggi untuk
terjadinya kegagalan dalam persalinan pervaginam. Usia maternal
0 0
juga diteliti mempengaruhi proses persalinan pervaginam pada
parut uterus. Wanita berusia lebih dari 40 tahun memiliki risiko 3
kali lebih tinggi gagal persalinan pervaginam pada parut uterus.
• Induksi Persalinan
Penggunaan oksitosin dan prostaglandin untuk menginduksi
persalinan pada pasien dengan parut uterus dapat meningkatkan
risiko ruptur uterus. Risiko ruptur uterus meningkat 2-3 kali pada
mereka yang menjalani persalinan dengan induksi.
• Usia Kehamilan
Semakin besar usia kehamilan, semakin kecil tingkat keberhasilan
VBAC.
0 0
rentang yang kurang dari 18 bulan tingkat keberhasilan mencapai
79%.
Skor Alami
Kriteria Skor
Riwayat persalinan sebelumnya 2
Indikasi SC sebelumnya
▪ Sungsang, gawat janin, plasenta 2
previa, SC selektif
▪ distosia pada ø < 5 1
▪ < 2 cm 0
Station dibawah – 2 1
Panjang serviks ≤ 1 cm 1
Persalinan timbul spontan 1
Ketebalan segmen bawah uterus (SBU) yang diketahui dari USG juga
perlu dinilai sebagai prediksi untuk terjadinya risiko ruptur uterus.
Tebal SBU dan probabilitas kegagalan VBAC
≥ 4, 5 :0%
0 0
3, 6 – 4, 5 : 0, 6 %
2, 6 – 3, 5 : 6,6 %
< 2, 5 : 9, 8 %
Kemungkinan ruptur pada BSC juga berkaitan dengan tipe insisi SC.
Transversal : 0, 3 – 2, 5 %
Klasik :4–9%
Skor Weinstein
Skor
Nilai bishop ≥ 4 4
Persalinan pervaginam sebelumnya 2
Indikasi SC yang lalu:
A. Malpresentasi 6
HDK / PEB
Gemelli
B. Plasenta previa/solusio 4
plasenta
Prematuritas
KPD 4
C. Gawat Janin
CPD/ distosia 3
D. Makrosomia
IUGR
Nilai: ≥ 4 → 58 %
≥ 6 → 67 %
≥ 8 → 78 %
≥ 10 → 85 %
≥ 12 → 88 %
0 0
b. Dilakukan pemeriksaan NST atau CST (bila sudah inpartu), jika
memungkinkan lakukan continuous electronic fetal heart monitoring.
c. Kemajuan persalinan dipantau dan dievaluasi seperti halnya persalinan
biasanya, yakni menggunakan partograf standar.
d. Setiap patologi persalinan atau kemajuannya, memberikan indikasi
untuk segera mengakhiri persalinan itu secepatnya (yakni dengan
seksio sesarea kembali).
e. Kala II persalinan sebaiknya tidak dibiarkan lebih dari 30 menit,
sehingga harus diambil tindakan untuk mempercepat kala II (ekstraksi
forseps atau ekstraksi vakum) jika dalam waktu tersebut bayi belum
lahir.
f. Dianjurkan untuk melakukan eksplorasi/pemeriksaan terhadap
keutuhan dinding uterus setelah lahirnya plasenta, terutama pada lokasi
irisan seksio sesarea terdahulu.
g. Dilarang keras melakukan ekspresi fundus uteri (perasat Kristeller).
h. Apabila syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tak terpenuhi
(misalnya kala II dengan kepala yang masih tinggi), dapat dilakukan
seksio sesarea kembali.
i. Apabila dilakukan seksio sesarea kembali, diusahakan sedapat
mungkin irisan mengikuti luka parut terdahulu, sehingga dengan
begitu hanya akan terdapat 1 (satu) bekas luka/irisan.
0 0
e. Mortalitas ibu pada seksio sesarea ulangan elektif dan persalinan
pervaginam sangat rendah
f. Kelompok persalinan pervaginam mempunyai rawat inap yang lebih
singkat, penurunan insiden transfusi darah pada paska persalinan dan
penurunan insiden demam paska persalinan dibanding dengan seksio
sesarea elektif.
0 0
ruptur uteri pada persalinan pervaginam dengan riwayat insisi seksio
sesarea korporal dilaporkan oleh Scott dan American College of
Obstetricans and Gynekologists adalah sebesar 4–9%. Farmer melaporkan
kejadian ruptur uteri selama partus percobaan pada bekas seksio sesarea
sebanyak 0,8% dan dehisensi 0,7%
Apabila terjadi ruptur uteri maka janin, tali pusat, plasenta atau bayi akan
keluar dari robekan rahim dan masuk ke rongga abdomen. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan pada ibu, gawat janin dan kematian janin serta
ibu. Kadang-kadang harus dilakukan histerektomi emergensi. Kasus
ruptur uteri ini lebih sering terjadi pada seksio sesarea klasik dibandingkan
dengan seksio sesarea pada segmen bawah rahim. Ruptur uteri pada
seksio sesarea klasik terjadi 5-12 % sedangkan pada seksio sesarea pada
segmen bawah rahim 0,5-1 %.
Tanda yang sering dijumpai pada ruptur uteri adalah denyut jantung janin
tak normal dengan deselerasi variabel yang lambat laun menjadi
deselerasi lambat, bradiakardia, dan denyut janin tak terdeteksi. Gejala
klinis tambahan adalah perdarahan pervaginam, nyeri abdomen, presentasi
janin berubah dan terjadi hipovolemik pada ibu.
Tanda-tanda ruptur uteri adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut abdomen
b. Sensasi popping (seperti akan pecah)
c. Teraba bagian-bagian janin diluar uterus pada pemeriksaan leopold
d. Deselerasi dan bradikardi pada denyut jantung bayi
e. Presenting parutnya tinggi pada pemeriksaan pervaginam
f. Perdarahan pervaginam
Pada wanita dengan bekas seksio sesarea klasik sebaiknya tidak dilakukan
persalinan pervaginam karena risiko ruptur 2-10 kali dan kematian
maternal dan perinatal 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seksio
sesarea pada segmen bawah rahim.
0 0
Alasan mengapa seseorang wanita seharusnya dibantu dengan persalinan
pervaginam. Hal ini disebabkan karena komplikasi akibat seksio sesarea
lebih tinggi. Pada seksio sesarea terdapat kecendrungan kehilangan darah
yang banyak, peningkatan kejadian transfusi dan infeksi, akan menambah
lama rawatan masa nifas di rumah sakit serta akan memperpanjang
perawatan di rumah dibandingkan persalinan pervaginam sehingga
terdapat peningkatan beban biaya rumah sakit yang lebih mahal.
0 0
DAFTAR PUSTAKA
0 0