TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Vaginal Birth After Cesarean (VBAC) adalah proses persalinan per
vaginam yang dilakukan terhadap pasien yang pernah mengalami seksio
sesarea pada kehamilan sebelumnya atau pernah mengalami operasi pada
dinding rahim (misalnya satu atau lebih miomektomi intramural).(1)
2.2 Epidemiologi
A Indikasi VBAC
a. Taksiran berat janin < 3500 gram
b. Ibu bersedia dilakukan VBAC (informed consent)
c. Tidak ada tanda-tanda CPD
d. Tebal SBU (segmen bawah uterus) > 2,5 mm
e. Usia kehamilan cukup bulan (37 minggu – 41 minggu)
f. Presentasi belakang kepala (verteks) dan janin tunggal
g. Ketuban masih utuh atau sudah pecah tak lebih dari enam jam
h. Tidak ada tanda-tanda infeksi
i. Janin dalam keadaan sehat dengan pemeriksaan denyut jantung
janin (Doppler atau non-stress testing).
B Kontraindikasi Mutlak
a. Seksio sesarea terdahulu adalah seksio korporal (klasik)
b. Adanya hemoragia antepartum oleh sebab apapun
c. Terbukti bahwa seksio sebelumnya adalah karena cephalo
pelvic
d. dysproportion (CPD).
e. Malpresentasi atau malposisi
f. Bayi besar (makrosomia)
g. Seksio sesaria lebih dari satu kali
h. Kehamilan post term (> 42 minggu) dengan pelvic score
rendah
i. Terdapat tanda-tanda hipoksia intrauterin (dari frekuensi bunyi
j. jantung janin, non-stress testing atau contraction stress testing)
C Kontraindikasi Relatif
a. Kehamilan kembar/gemeli
b. Hipertensi dalam kehamilan, termasuk preeklampsia
c. Seksio terdahulu pasien dirawat lebih dari sewajarnya (> 7 hari)
d. Operasi terdahulu berupa miomektomi multipel
riwayat seksio sesarea yang lebih satu kali mempunyai risiko untuk
seksio sesarea ulang lebih tinggi. Menurut Jamelle (1996)
menyatakan diktum sekali seksio sesarea selalu seksio sesarea
tidaklah selalu benar, tetapi beliau setuju dengan pernyataan bahwa
setelah dua kali seksio sesarea selalu seksio sesarea pada
kehamilan berikutnya, dimana diyakini bahwa komplikasi pada ibu
dan anak lebih tinggi. Menurut Farmakides (1987) dalam Miller
(1994) melaporkan 77% dari pasien yang pernah seksio sesarea
dua kali atau lebih yang diperbolehkan persalinan pervaginam dan
berhasil dengan luaran bayi yang baik. Menurut Cunningham
(2001), American College of Obstetricians and Gynecologists pada
tahun 1999 telah memutuskan bahwa pasien dengan bekas seksio
dua kali boleh menjalani persalinan pervaginam dengan
pengawasan yang ketat. Menurut Miller (1994), bahwa insiden
ruptur uteri terjadi 2 kali lebih sering pada VBAC dengan riwayat
seksio sesarea 2 kali atau lebih. Pada penelitian ini, jumlah VBAC
dengan riwayat seksio sesarea 1 kali adalah 83% manakala 2 kali
atau lebih adalah 17%.
Skor Alami
Kriteria Skor
Riwayat persalinan sebelumnya 2
Indikasi SC sebelumnya
Sungsang, gawat janin, plasenta 2
previa, SC selektif
distosia pada ø < 5 1
distosia pada ø > 5 0
Dilatasi serviks
4 cm 2
2 – 4 cm 1
< 2 cm 0
Station dibawah – 2 1
Panjang serviks ≤ 1 cm 1
Persalinan timbul spontan 1
Kemungkinan ruptur pada BSC juga berkaitan dengan tipe insisi SC.
Transversal : 0, 3 – 2, 5 %
Klasik :4–9%
Skor Weinstein
Skor
Nilai bishop ≥ 4 4
Persalinan pervaginam sebelumnya 2
Indikasi SC yang lalu:
A. Malpresentasi 6
HDK / PEB
Gemelli
B. Plasenta previa/solusio 4
plasenta
Prematuritas
KPD 4
C. Gawat Janin
CPD/ distosia 3
D. Makrosomia
IUGR
Nilai: ≥ 4 → 58 %
≥ 6 → 67 %
≥ 8 → 78 %
≥ 10 → 85 %
≥ 12 → 88 %
Apabila terjadi ruptur uteri maka janin, tali pusat, plasenta atau bayi akan
keluar dari robekan rahim dan masuk ke rongga abdomen. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan pada ibu, gawat janin dan kematian janin serta
ibu. Kadang-kadang harus dilakukan histerektomi emergensi. Kasus
ruptur uteri ini lebih sering terjadi pada seksio sesarea klasik dibandingkan
dengan seksio sesarea pada segmen bawah rahim. Ruptur uteri pada
seksio sesarea klasik terjadi 5-12 % sedangkan pada seksio sesarea pada
segmen bawah rahim 0,5-1 %.
Tanda yang sering dijumpai pada ruptur uteri adalah denyut jantung janin
tak normal dengan deselerasi variabel yang lambat laun menjadi
deselerasi lambat, bradiakardia, dan denyut janin tak terdeteksi. Gejala
klinis tambahan adalah perdarahan pervaginam, nyeri abdomen, presentasi
janin berubah dan terjadi hipovolemik pada ibu.
Tanda-tanda ruptur uteri adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut abdomen
b. Sensasi popping (seperti akan pecah)
c. Teraba bagian-bagian janin diluar uterus pada pemeriksaan leopold
d. Deselerasi dan bradikardi pada denyut jantung bayi
e. Presenting parutnya tinggi pada pemeriksaan pervaginam
f. Perdarahan pervaginam
Pada wanita dengan bekas seksio sesarea klasik sebaiknya tidak dilakukan
persalinan pervaginam karena risiko ruptur 2-10 kali dan kematian
maternal dan perinatal 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seksio
sesarea pada segmen bawah rahim.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Bangdiwala S, Brown SS, Dean TM, Frederiksen M, Rowland
Hogue CJ, et al. Vaginal Birth After Cesarean: New Insights. National Institutes
of Health Consensus Development Conference Statement. 2010; 115(6):1279–
1295.