Menurut Nurjannah, dkk (2020) dikenal beberapa jenis sectio caesarea, yakni
sebagai berikut:
Insisi longitudiunal digaris tengah dibuat dengan skapel kedalam dinding anterior
uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting berujung tumpul
diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi dilahirkan dengan presentasi bokong
dahulu, janin atau plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.
2) Sectio caesarea profundal: insisi melintang konkaf pada segmen bawah rahim.
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti pada insisi
melintang. Insisi membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan gunting
Sayatan vertikal banyak dilakukan pada post sectio caesareazaman dulu. Sekarang
sudah dokter yang menerapkan sayatan vertikal ini karena biasanya hanya diterapkan
sekarang ini lebih dari 95% post sectio caesareamenerapkan sayatan ini. Dibuat
melintang pada bagian perut paling bawah atau bagian terendah dari rahim. Sayatan
ini membuat perdarahan lebih sedikit juga kemungkinan anda melahirkan normal
setelah melakukan post sectio caesareadengan sayatan ini bisa lebih besar.
Menurut Hartati (2021) menyatakan bahwa syarat tindakan sectio caesareasebagai berikut:
a. Rahim dalam keadaan utuh (karena pada sectio caesarea, uterus akan diinsisi).
Menurut Hartati (2021) beberapa indikasi yang dilakukan operasi sectio caesarea, antara
lain:
a. Pada ibu
caesarea,antara lain:
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di atas dan bagian bokong berada di bawah kavum uteri.Indikasi dilakukan tindakan
jaringan lunak. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu di lakukan anestesi bila
bersifat regional atau umum, namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya
suatu keadaan dimana yang terjadi karena bayi terlalu besar melebihi 4000 gram atau
3) Sectio Caesareaberulang
ini dilakukan secara elektif dikarenakan pilihan pasien yang pernah mengalami sectio
masa kehamilan. Jika indikasi Sectio Caesarea bukan secara berulang tetapi dengan
komplikasi medik pada wanita hamil dan sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas
pada ibu dan janin. Secara umum HDK dapat didefinisikan sebagai kenaikan tekanan
darah sistolik >140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik <90 mmHg yang diukur
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu. Sebagian besar ketuban
pecah dini terjadi pada kehamilan aterm kurang dari 36 minggu, sedangkan lebih dari
disebut “kejadian pecah dini” (periode laten). Kejadian pecah dini mendekati 10%
dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu, kejadian sekitar
4%. Sebagian dari ketuban pecah dini mempunyai periode laten melebihi satu
minggu. Early rupture of membrane adalah ketuban pecah pada fase laten persalinan.
Indikasi pada janin yang dilakukan operasi sectio caesarea, antara lain:
1) Gawat janin.
3) Primigravida tua.
6) Kehamilan kembar.