Abstrak
Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim
melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his
yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan
putar paksi selama 2 jam terakhir.
Penyebab partus tak maju antara lain adalah kelainan letak janin, kelainan panggul,
kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua,
perut gantung, grandmulti dan ketuban pecah dini. Penatalaksanaan pada partus tak maju salah
satunya dengan melakukan sectio caesaria.
Pengaruh partus tak maju pada bayi antara lain perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan
kulit kepala serta kematian Janin Pada kasus persalinan macet atau tidak maju akan ditemukan
tanda-tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan : dehidrasi dan
ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering), demam, nyeri abdomen
Abstract
Parturition is the process of expulsion from the conception that can live to the outside world
from the womb through the birth canal or by other means. A non-progressing parturition is an
adequate delivery of labor that does not show progress at the cervical opening, head drop and
rotate for the last 2 hours.
Causes of parturition are not advanced include fetal abnormalities, pelvic abnormalities,
abnormalities of his, wrong parturition, large fetuses or congenital abnormalities, primitua,
stomach hanging, grandmulti and premature rupture of membranes. Management in parturition
is not advanced one of them by doing sectio caesaria.
Influences of parturition in infants include changes in cranial bones and scalp and fetal death.
In cases of labor that is stuck or not progressing will find signs of physical and mental fatigue
that can be observed with: dehydration and ketoacidosis (ketonuria, rapid pulse dry mouth),
fever, abdominal pain.
Identitas Pasien
Nama : Ny. x
Umur : 20 th
Pekerjaan :-
Alamat :-
Status : Menikah
Agama :-
Anamnesis
Keluhan Utama : mulas – mulas sejak 5 jam yang lalu SMRS. Mulas masih jarang
dan tidak semakin bertambah sering dan kuat
Keluhan Tambahan : - keluar cairan banyak dari jalan lahir diakui 1 jam SMRS, saat
sudah di observasi di puskesmas.
- Gerakan bayi masih di rasakan aktif oleh pasien.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang perempuan berusia 20 tahun G1P0A0 hamil cukup bulan dirujuk oleh bidan
puskesmas karena partus tidak maju. Pasien tidak ingat kapan HPHT-nya, namun hari ini
merupakan hari perkiraan lahir (HPL) bayinya. Pasien mengeluh mulas-mulas sejak 5 jam
SMRS, namun mules masih jarang dan tidak semakin bertambah serinf dan kuat. Keluar cairan
banyak dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS saat sudah di observasi di puskesmas. Gerakan bayi
masih di rasakan aktif oleh pasien.
Riwayat ANC
Pasien melakukan ANC di puskesmas sebanyak 3 kali selama kehamilan.
Rutin minum supplement untuk kehamilan
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : abdomen cembung, lembut. Striae gravidarum (-), linea nigra (+). Tidak
terdapat bekas luka operasi.
Palpasi : Leopold I : TFU : 36 cm, teraba massa bulat noduler, tidak
melenting
Leopold II : Teraba bagian tubuh janin keras seperti papan di kanan
Ibu dan bagian kecil di kiri ibu.
Leopold III : Bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul.
Leopold IV : Divergen
His : 1-2 kali dalam 30 menit, 10 detik, lembut.
Diagnosis Kerja
Partus Tak Maju
Partus tak maju yaitu persalinan yang di tandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2
jam dan tidak ada penurunan janin dalam 1 jam.
Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak
dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas
panggul, tetapi dapat juga terjadi pada rongga panggul atau pintu bawah panggul.
Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan
kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir.
Klasifikasi
Menurut Jhonson (2004) partus tidak maju dapat digolongkan menjadi empat yaitu:
1. Persalinan disfungsi akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau upaya mengedan ibu.
2. Perubahan struktir pelvis ( jalan lahir)
3. Kelainan kelahiran posisi, bayi besar dan jumlah bayi
4. Respon psikologis ibu terhadap persalinan.
Menurut Prawirhajo, partus tidak maju dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
Diagnosis Banding
Partus lama
Persalinan Kasep adalah persalinan lama yang disertai dengan komplikasi ibu maupun janin.
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Biasanya
pada kala I lebih lama, fase aktif dan laten menjadi lebih lama dan terjadi kegagalan dilatasi
serviks dalam waktu yang dapat di terima.
Partus lama dapat disebabkan oleh :
Partus lama yang berlangsung lebih dari 18 jam, partus berlangsung lebih dari 24 jam atau kala I
20 jam kala II 2 jam. Pada partus lama pada umumnya ibu dalam keadaan lelah, demikian juga
keadaan janin dan uterus. Bila partus lama dibiarkan tanpa pertolongan aktif, tidak dapat
diharapkan persalinan akan berakhir sendiri tanpa membahayakan jiwa ibu maupun janin,
adapun tanda-tanda partus lama:
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan
menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga
terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin
besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat
didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala
belum mencapai ukuran lahir normal.
a. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-sendi
pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran
pervaginam).
b. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini memerlukan
kelahiran dengan tindakan operasi).
c. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran
besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).
b. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi
kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul
menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah,
bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari
vagina.
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut
akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi
bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur,
prematuritas, obstruksi panggul.
c. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada
punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena
ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara,
terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan
punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah
oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait
dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.
4. Malposisi
Kepala janin biasanya masuk ke rongga panggul ibu dengan posisis ubun-ubun kecil lintang
dengan ubun-ubun kecil janin melintang pada rongga panggul ibu. Dengan penurunan,
kepala janin mengalami rotasi sehingga ubun-ubun kecil terletak di bagian depan pada
rongga panggul ibu. Kegagalan perputaran ubun-ubun kecil ke depan sebaiknya
ditatalaksana sebagai ubun-ubun kecil belakang. Posisi oksiput lintang terjanin jika posisis
oksiput janin terletak lintang terhadap rongga panggul ibu. Jika posisi lintang ini menetap
sampai akhir kala I persalinan, maka posisi ini sebaiknya ditangani sebagai posisi oksiput
posterior.
Pada kasus ini kemungkinan untuk panggul sempit dan abnormalitas janin (bayi besar) dapat
disingkirkan dengan dasar anamnesis yang menyatakan bahwa pasien pernah melahirkan
anak pertama dengan berat 2.800 gram, sedangkan taksiran berat janin saat ini tidak melebihi
berat anak pertama, yaitu sekitar 2.790 gram.
Untuk presentasi janin yang abnormal juga dapat disingkirkan dengan pemeriksaan fisik
pada vaginal touche yang menyebutkan bahwa bagian terbawah janin adalah kepala dengan
denominator ubun-ubun kiri depan.
Akan tetapi, jika memang benar data pada saat pemeriksaan vaginal touche denominator
janin adalah ubun-ubun kiri depan, harusnya dengan his yang adekuat janin dapat lahir
normal pervaginam.
Pada kasus ini penulis berpendapat hal yang memungkinkan terjadinya partus tak maju
adalah malposisi kepala janin. Kepala janin biasanya masuk ke rongga panggul ibu dengan
posisis ubun-ubun kecil lintang dengan ubun-ubun kecil janin melintang pada rongga
panggul ibu. Dengan penurunan, kepala janin mengalami rotasi sehingga ubun-ubun kecil
terletak di bagian depan pada rongga panggul ibu. Kegagalan perputaran ubun-ubun kecil ke
depan sebaiknya ditatalaksana sebagai ubun-ubun kecil belakang. Posisi oksiput lintang
terjadi jika posisi oksiput janin terletak lintang terhadap rongga panggul ibu. Jika posisi
lintang ini menetap sampai akhir kala I persalinan, maka posisi ini sebaiknya ditangani
sebagai posisi oksiput posterior.
Penanganan Khusus
Posisi Oksiput posterior
Rotasi secara spontan terjadi pada 90% kasus. Persalinan yang terganggu terjadi jika kepala
janin tidak rotasi atau turun.
jika ada tanda-tanda persalinan macet atau DJJ>180 atau <90 pada fase apapun, segera
lakukan seksio sesarea.
Jika ketuban utuh, pecahkana ketuban dengan pengait amnion
Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, akselerasi persalinan
dengan oksitosin.
Jika pembukaan serviks lengkap dan tidak ada kemajuan dalam fase pengeluaran, periksa
kemungkinan adanya obstruksi
Jika tidak ada tanda obstruksi, akselerasi persalinan dengan men ggunakan oksitosin
jika pembukaan lengkap dan jika :
kepala janin teraba 3/5 atau lebih daitas simpisis pubis (PAP) atau kepala diatas station-2,
lakukan seksio sesarea.
Kepala janin di antara 1/5 dan 3/5 diatas simpisis pubis atau bagian terdepan kepala janin
diantara stasion 0 dan -2 : lakukan VE atau SC
Kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simpisis pubis atau bagian terdepan dari kepala janin
berada di stasion 0, lakukan ekstraksi cunam.
Berdasarkan teori diatas tindakan sectio caesaria yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat.
d. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih,
serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis
mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada
jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam
beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal
(diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan
serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya
terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara,
terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.10
e. Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat
antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah
persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50 c atau
lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk
dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus. Infeksi merupakan bagian
serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan partu tak maju terutama
karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan
vagina yang berulangulang.10
b. Kematian Janin Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat
mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada
plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5
minggu mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi
intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan
kematian pada maternal.
Pada kasus persalinan macet atau tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan
mental yang dapat diobservasi dengan :
a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
b. Demam
c. Nyeri abdomen
d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok dapat
disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.
B. Agent
Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada persalinan yaitu terhambatnya jalan
lahir janin. Terhambatnya jalan lahir disebabkan ketidakseimbangan bentuk dan ukuran
panggul (passage), besarnya janin (passenger) dan kontraksi uterus (power). Bentuk dan
ukuran panggul yang sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang sempit
dipengaruhi faktor nutrisi dalam pembentukan tulang panggul, penyakit dan cedera pada
tulang panggul.
C. Enviroment
1. Keadaan Sosial ekonomi Derajat sosial ekonomi masyarakat akan menunjukan
tingkat kesejahteraan dan kesempatannya dalam menggunakan pelayanan
kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya akan mencerminkan keadaan
sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut dapat dilihat
kemampuan mereka terutama dalam pemenuhan makanan bergizi, khususnya
bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuhan makanan bergizi sangat berpengaruh
terhadap kehamilannya. Kekurangan gizi dapat Universitas Sumatera Utara
berakibat buruk pada ibu dan anak, misalnya terjadi anemia, keguguran,
perdarahan saat hamil. sesudah hamil, infeksi dan partus macet. Perbedaan
pemukiman antara daerah perkotaan dan pedesaan ternyata mempengaruhi tinggi
rendahnya kematian maternal. Kemiskinan, ketidaktahuan, kebodohan,
transportasi yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik,
kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, jarak rumah yang jauh untuk
mendapatkan bantuan tenaga ahli juga mempengaruhi persalinan, kebiasaan
kawin muda, kepercayaan masyarakat dan praktik tradisional, pantangan
makanan tertentu pada wanita hamil merupakan faktor ikut berperan.10
Pencegahan
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat
atau tidak sakit. Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan :
a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama kehamilan dan
persalinan.
b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia reproduksi pra-nikah.
c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang sudah berkeluarga.
d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.
e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu hamil terutama
risiko tinggi
f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada primigravida.
g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.
h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.
i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang melahirkan dirumah
(Maternity Waiting Home) apabila terjadi komplikasi, sehingga harus di rujuk ke fasilitas yang
lebih baik.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk
mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :
a. Diagnosis dini partus tak maju meliputi
1.Pemeriksaan Abdomen.
Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen sebagai berikut :
a. Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss karena kepala tidak dapat turun
b. Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami kontraksi
yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti karena kelelahan
uterus).
c. Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi uterus
bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.
d. Cincin Band atau Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada daerah
diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat dilihat dan diraba
selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah ini disebut cincin retraksi.
Secara normal daerah ini seharusnya tidak terlihat atau teraba pada pemeriksaan
abdomen, cincin bandl adalah tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk
uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda yang terlihat
pada waktu observasi.
2. Pemeriksaan Vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut :
a. Bau busuk dari drainase mekonium.
b. Cairan amniotik sudah keluar.
c. Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung
mekonium atau darah.
d. Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama mengedan),
vagina panas dan mengering karena dehidrasi, pembukaan serviks tidak
komplit. Kaput suksedaneum yang besar dapat diraba dan penyebab
persalinan macet antara lain kepala sulit bermolase akibat terhambat di pelvis,
presentasi bahu dan lengan prolaps.
3. Pencatatan Partograf
Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf menunjukan :
1. Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder.
2. Kala II yang lama.
3. Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk dari drainase
mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal 120-160 permenit).
4. Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat.
KESIMPULAN
Pada kasus ini diagnosa yang dibuat sudah tepat yaitu G1P0A0 Hamilcukup bulan inpartu kala I
fase aktif dengan KPD 17 jam dan inersia uteri, janin tunggal hidup presentasi kepala.
Penanganan terakhir yang dilakukan yaitu seksio cesarean juga tepat untuk meminimalisir risiko
terjadinya kematian janin karena persalinan lama akibat partus tak maju.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. Depkes RI. 2010
2. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga, jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. 2010
3. Komite Medis RSUD Serang. Prosedur Tetap Pelayanan Medis. SMF Kebidanan dan
Kandungan RSUD Serang. 2009
4. Mochtar R. Sinopsis Obstetri jilid 1, Obstetri Fisiologi dan Patologi. Edisi 2, Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1998.
5. Leveno KJ. Manual Williams Komplikasi Kehamilan. Edisi 23. Jakarta: EGC; 2016, hal
230-6.