Anda di halaman 1dari 16

Partus Tak Maju

Mega Rebeka 102016173


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida Waca
Email: mega.2016fk173@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim
melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his
yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan
putar paksi selama 2 jam terakhir.
Penyebab partus tak maju antara lain adalah kelainan letak janin, kelainan panggul,
kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua,
perut gantung, grandmulti dan ketuban pecah dini. Penatalaksanaan pada partus tak maju salah
satunya dengan melakukan sectio caesaria.
Pengaruh partus tak maju pada bayi antara lain perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan
kulit kepala serta kematian Janin Pada kasus persalinan macet atau tidak maju akan ditemukan
tanda-tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan : dehidrasi dan
ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering), demam, nyeri abdomen

Kata kunci: Partus tak maju, His, Sectio caesaria

Abstract
Parturition is the process of expulsion from the conception that can live to the outside world
from the womb through the birth canal or by other means. A non-progressing parturition is an
adequate delivery of labor that does not show progress at the cervical opening, head drop and
rotate for the last 2 hours.
Causes of parturition are not advanced include fetal abnormalities, pelvic abnormalities,
abnormalities of his, wrong parturition, large fetuses or congenital abnormalities, primitua,
stomach hanging, grandmulti and premature rupture of membranes. Management in parturition
is not advanced one of them by doing sectio caesaria.
Influences of parturition in infants include changes in cranial bones and scalp and fetal death.
In cases of labor that is stuck or not progressing will find signs of physical and mental fatigue
that can be observed with: dehydration and ketoacidosis (ketonuria, rapid pulse dry mouth),
fever, abdominal pain.

Keywords: Parthus is not progressing, His, Sectio caesaria

Identitas Pasien
 Nama : Ny. x
 Umur : 20 th
 Pekerjaan :-
 Alamat :-
 Status : Menikah
 Agama :-
Anamnesis
Keluhan Utama : mulas – mulas sejak 5 jam yang lalu SMRS. Mulas masih jarang
dan tidak semakin bertambah sering dan kuat
Keluhan Tambahan : - keluar cairan banyak dari jalan lahir diakui 1 jam SMRS, saat
sudah di observasi di puskesmas.
- Gerakan bayi masih di rasakan aktif oleh pasien.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang perempuan berusia 20 tahun G1P0A0 hamil cukup bulan dirujuk oleh bidan
puskesmas karena partus tidak maju. Pasien tidak ingat kapan HPHT-nya, namun hari ini
merupakan hari perkiraan lahir (HPL) bayinya. Pasien mengeluh mulas-mulas sejak 5 jam
SMRS, namun mules masih jarang dan tidak semakin bertambah serinf dan kuat. Keluar cairan
banyak dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS saat sudah di observasi di puskesmas. Gerakan bayi
masih di rasakan aktif oleh pasien.

Riwayat kehamilan dan persalinan

1. Hamil saat ini

Riwayat ANC
 Pasien melakukan ANC di puskesmas sebanyak 3 kali selama kehamilan.
 Rutin minum supplement untuk kehamilan

Riwayat penyakit dahulu:


 Asma : keluhan sesak napas disertai bunyi mengi, tidak ada data
 Penyakit jantung : keluhan cepat lelah saat beraktivitas sehari-hari, sesak saat tidur
telentang, sesak dimalam hari, tidak ada data
 Hepatitis : mata berwarna kuning, nyeri perut kanan atas dan ulu hati, tidak ada data
 Hipertensi : keluhan nyeri kepala disertai nyeri tengkuk dan tekanan darah tinggi,
tidak ada data
 Diabetes melitus : keluhan banyak makan, banyak minum, dan BAK yang sering dimalam
hari, tidak ada data
 HIV : riwayat periksa HIV positif, seks bebas, pakai narkoba tidak ada data
Riwayat penyakit keluarga :
 Asma : keluhan sesak napas disertai bunyi mengi, tidak ada data
 Penyakit jantung : keluhan cepat lelah saat beraktivitas sehari-hari, sesak saat tidur
telentang, sesak dimalam hari, tidak ada data
 Hepatitis : mata berwarna kuning, nyeri perut kanan atas dan ulu hati, tidak ada data
Hipertensi : keluhan nyeri kepala disertai nyeri tengkuk dan tekanan darah tinggi,
tidak ada data
 Diabetes melitus : keluhan banyak makan, banyak minum, dan BAK yang sering dimalam
hari, tidak ada data
 HIV : riwayat periksa HIV positif, seks bebas, peakai narkoba tidak ada data

II.3. PEMERIKSAAN FISIK

 Tanda-tanda vital dan LILA


 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis, tidak ikterik
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 87 x/menit
 Pernafasan : 20 x/menit
 Suhu : 36,5° C

Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : abdomen cembung, lembut. Striae gravidarum (-), linea nigra (+). Tidak
terdapat bekas luka operasi.
 Palpasi : Leopold I : TFU : 36 cm, teraba massa bulat noduler, tidak
melenting
Leopold II : Teraba bagian tubuh janin keras seperti papan di kanan
Ibu dan bagian kecil di kiri ibu.
Leopold III : Bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul.
Leopold IV : Divergen
His : 1-2 kali dalam 30 menit, 10 detik, lembut.

 Auskultasi : BJA : 144-148 kali / menit.


 Pemeriksaan dalam (VT) :- Genitalia luar dalam batas normal.
- Pembukaan 5-6 cm.
- Ketuban (-)
- Kepala Station 2

II.4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

- Hb: 11,0 g/dl


- Hematokrit: 32 %
- Leukosit: 7.200/μl
- Trombosit: 270.000/μl

Diagnosis Kerja
Partus Tak Maju

Partus tak maju yaitu persalinan yang di tandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2
jam dan tidak ada penurunan janin dalam 1 jam.
Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak
dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas
panggul, tetapi dapat juga terjadi pada rongga panggul atau pintu bawah panggul.
Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan
kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir.

Klasifikasi
Menurut Jhonson (2004) partus tidak maju dapat digolongkan menjadi empat yaitu:

1. Persalinan disfungsi akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau upaya mengedan ibu.
2. Perubahan struktir pelvis ( jalan lahir)
3. Kelainan kelahiran posisi, bayi besar dan jumlah bayi
4. Respon psikologis ibu terhadap persalinan.

Menurut Prawirhajo, partus tidak maju dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

1. Kelahiran tenaga (his atau kekuatan kontraksi)


2. Kelahiran janin atau : persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin
3. Kelainan jalan lahir : Kelainan dalam lahir biasanya menghalangi kemajuan atau
penyebab kemacetan nyeri.

Diagnosis Banding

Partus lama
Persalinan Kasep adalah persalinan lama yang disertai dengan komplikasi ibu maupun janin.
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Biasanya
pada kala I lebih lama, fase aktif dan laten menjadi lebih lama dan terjadi kegagalan dilatasi
serviks dalam waktu yang dapat di terima.
Partus lama dapat disebabkan oleh :

1. His tidak efisien (adekuat)


2. Tali pusat pendek
3. Faktor jalan lahir ( panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
4. Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah masuk dalam persalinan
(inpartu) atau belum.

Partus lama yang berlangsung lebih dari 18 jam, partus berlangsung lebih dari 24 jam atau kala I
20 jam kala II 2 jam. Pada partus lama pada umumnya ibu dalam keadaan lelah, demikian juga
keadaan janin dan uterus. Bila partus lama dibiarkan tanpa pertolongan aktif, tidak dapat
diharapkan persalinan akan berakhir sendiri tanpa membahayakan jiwa ibu maupun janin,
adapun tanda-tanda partus lama:

1. Keadaan umum lemah kelelahan


2. Nadi cepat, Nafas cepat
3. Dehidradi
4. Perut kembung

Penyebab Partus Tak Maju


Penyebab partus tak maju yaitu :

1. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)


Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang
penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam
perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul. Panggul
yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi,
kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase.
Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk
molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin. Kehamilan pada ibu dengan tinggi
badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding
dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri.

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan
menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga
terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin
besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat
didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala
belum mencapai ukuran lahir normal.

Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :

a. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-sendi
pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran
pervaginam).
b. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini memerlukan
kelahiran dengan tindakan operasi).
c. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran
besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).

2. Presentasi yang abnormal


Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit lahir
pada presentasi bokong.
a. Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan
defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi
karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak
dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau
pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2%
kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.

b. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi
kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul
menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah,
bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari
vagina.
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut
akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi
bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur,
prematuritas, obstruksi panggul.

c. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada
punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena
ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara,
terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan
punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah
oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait
dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.

3. Abnormalitas pada janin


Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus, pertumbuhan
janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.

4. Malposisi
Kepala janin biasanya masuk ke rongga panggul ibu dengan posisis ubun-ubun kecil lintang
dengan ubun-ubun kecil janin melintang pada rongga panggul ibu. Dengan penurunan,
kepala janin mengalami rotasi sehingga ubun-ubun kecil terletak di bagian depan pada
rongga panggul ibu. Kegagalan perputaran ubun-ubun kecil ke depan sebaiknya
ditatalaksana sebagai ubun-ubun kecil belakang. Posisi oksiput lintang terjanin jika posisis
oksiput janin terletak lintang terhadap rongga panggul ibu. Jika posisi lintang ini menetap
sampai akhir kala I persalinan, maka posisi ini sebaiknya ditangani sebagai posisi oksiput
posterior.

Pada kasus ini kemungkinan untuk panggul sempit dan abnormalitas janin (bayi besar) dapat
disingkirkan dengan dasar anamnesis yang menyatakan bahwa pasien pernah melahirkan
anak pertama dengan berat 2.800 gram, sedangkan taksiran berat janin saat ini tidak melebihi
berat anak pertama, yaitu sekitar 2.790 gram.
Untuk presentasi janin yang abnormal juga dapat disingkirkan dengan pemeriksaan fisik
pada vaginal touche yang menyebutkan bahwa bagian terbawah janin adalah kepala dengan
denominator ubun-ubun kiri depan.
Akan tetapi, jika memang benar data pada saat pemeriksaan vaginal touche denominator
janin adalah ubun-ubun kiri depan, harusnya dengan his yang adekuat janin dapat lahir
normal pervaginam.
Pada kasus ini penulis berpendapat hal yang memungkinkan terjadinya partus tak maju
adalah malposisi kepala janin. Kepala janin biasanya masuk ke rongga panggul ibu dengan
posisis ubun-ubun kecil lintang dengan ubun-ubun kecil janin melintang pada rongga
panggul ibu. Dengan penurunan, kepala janin mengalami rotasi sehingga ubun-ubun kecil
terletak di bagian depan pada rongga panggul ibu. Kegagalan perputaran ubun-ubun kecil ke
depan sebaiknya ditatalaksana sebagai ubun-ubun kecil belakang. Posisi oksiput lintang
terjadi jika posisi oksiput janin terletak lintang terhadap rongga panggul ibu. Jika posisi
lintang ini menetap sampai akhir kala I persalinan, maka posisi ini sebaiknya ditangani
sebagai posisi oksiput posterior.

Penanganan Khusus
Posisi Oksiput posterior
Rotasi secara spontan terjadi pada 90% kasus. Persalinan yang terganggu terjadi jika kepala
janin tidak rotasi atau turun.

 jika ada tanda-tanda persalinan macet atau DJJ>180 atau <90 pada fase apapun, segera
lakukan seksio sesarea.
 Jika ketuban utuh, pecahkana ketuban dengan pengait amnion
 Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, akselerasi persalinan
dengan oksitosin.
 Jika pembukaan serviks lengkap dan tidak ada kemajuan dalam fase pengeluaran, periksa
kemungkinan adanya obstruksi
 Jika tidak ada tanda obstruksi, akselerasi persalinan dengan men ggunakan oksitosin
jika pembukaan lengkap dan jika :
 kepala janin teraba 3/5 atau lebih daitas simpisis pubis (PAP) atau kepala diatas station-2,
lakukan seksio sesarea.
 Kepala janin di antara 1/5 dan 3/5 diatas simpisis pubis atau bagian terdepan kepala janin
diantara stasion 0 dan -2 : lakukan VE atau SC
 Kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simpisis pubis atau bagian terdepan dari kepala janin
berada di stasion 0, lakukan ekstraksi cunam.
Berdasarkan teori diatas tindakan sectio caesaria yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat.

Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju

a. Ketuban pecah dini


Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh
janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.27 Bila kepala tertahan pada pintu atas
panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os
internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.

b. Pembukaan serviks yang abnormal


Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin
tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks
sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat juga
normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul.
Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan
ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi. Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks
tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini
biasanya menunjukan bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran
pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah
panggul).

c. Bahaya ruptur uterus


Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan
obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak dilakukan
intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka
kematian bayi berkisar 50%.23 Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir
keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi
berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis
dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen
bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti
sehingga ruptur uterus berkurang. Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara
jarang terjadi, pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat
riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak
dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.

d. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih,
serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis
mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada
jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam
beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal
(diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan
serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya
terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara,
terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.10

e. Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat
antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah
persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50 c atau
lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk
dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus. Infeksi merupakan bagian
serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan partu tak maju terutama
karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan
vagina yang berulangulang.10

Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi

a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala


Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau
pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling
dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin
mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala.10 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma
atau penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat
membesar setelah lahir.

b. Kematian Janin Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat
mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada
plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5
minggu mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi
intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan
kematian pada maternal.

Tanda Partus tak maju

Pada kasus persalinan macet atau tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan
mental yang dapat diobservasi dengan :
a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
b. Demam
c. Nyeri abdomen
d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok dapat
disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.

Faktor dari Partus Tak Maju


A. Host
1. Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan adalah
20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang
dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Usia 35 tahun organ reproduksi
mengalami perubahan yang terjadi karena proses menuanya organ kandungan dan
jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi. Selain itu peningkatn umur seseorang akan
mempengaruhi organ yang vital seperti sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur
tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu yang akan memperberat tugas organ-organ
tersebut sehingga berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan janin).44 Universitas
Sumatera Utara Sesuai dengan hasil penelitian di Makassar yang dilakukan oleh
Idriyani tahun 2006 dengan menggunakan desain penelitian case control study
menemukan ibu yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,8 kali lebih besar
berumur < 20 tahun dan > 35 tahun dibandingkan umur 20-35 tahun.41
2. Paritas
Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal yang lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.27 Ibu hamil yang
memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan mengalami gangguan kesehatan,
kekendoran pada dinding perut dan kekendoran dinding rahim sehingga berisiko
mengalami kelainan letak pada janin, persalinan letak lintang, robekan rahim,
persalinan macet dan perdarahan pasca persalinan.1 Sesuai dengan hasil penelitian di
Subang Jawa Barat yang dilakukan oleh Olva tahun 2001 dengan menggunakan
desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami partus tak maju
kemungkinan 1,3 kali lebih besar yang paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan paritas 1-3.
3. Riwayat Persalinan
Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, seksio caesarea,
bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan induksi serta semua persalinan
tidak normal yang dialami ibu merupakan risiko tinggi pada persalinan berikutnya.10
Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan hasil penelitian di Medan yang dilakukan
oleh Sarumpaet tahun 1998-1999 dengan menggunakan desain penelitian case
control study menemukan ibu yang mengalami komplikasi persalinan kemungkinan
7,3 kali lebih besar mempunyai riwayat persalinan jelek dibandingkan yang tidak
mempunyai riwayat persalinan jelek. Riwayat persalinan jelek pada kasus didapatkan
partus tak maju 24,6%.42 Hasil penelitian di Kasongo Zaire tahun 1971-1975, Ibu
yang memiliki riwayat persalinan yang buruk kemungkinan 10 kali lebih besar untuk
mengalami persalinan macet dari pada ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan
buruk
4. Anatomi Tubuh
Ibu Melahirkan Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan
malnutrisi dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam
persalinan, tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit.
Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar
kepala janin.1,10 Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh tulang
panggul ibu terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu bersalin.
Proporsi wanita dengan rongga panggul yang sempit menurun dengan meningkatnya
tinggi badan, persalinan macet yang disebabkan panggul sempit jarang terjadi pada
wanita tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu yang mengalami persalinan
macet, proporsi wanita dengan panggul sempit memiliki tinggi badan < 145 cm
sebesar 40%, tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm sebesar 1%.
5. Pendidikan
Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih memperhatikan kesehatannya selama
kehamilan dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya rendah. Pendidikan
ibu merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak
dan juga keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin meningkat juga
pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan kehamilan dan
persalinan sehingga termotivasi untuk melakukan pengawasan kehamilan secara
berkala dan teratur.

B. Agent
Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada persalinan yaitu terhambatnya jalan
lahir janin. Terhambatnya jalan lahir disebabkan ketidakseimbangan bentuk dan ukuran
panggul (passage), besarnya janin (passenger) dan kontraksi uterus (power). Bentuk dan
ukuran panggul yang sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang sempit
dipengaruhi faktor nutrisi dalam pembentukan tulang panggul, penyakit dan cedera pada
tulang panggul.

C. Enviroment
1. Keadaan Sosial ekonomi Derajat sosial ekonomi masyarakat akan menunjukan
tingkat kesejahteraan dan kesempatannya dalam menggunakan pelayanan
kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya akan mencerminkan keadaan
sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut dapat dilihat
kemampuan mereka terutama dalam pemenuhan makanan bergizi, khususnya
bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuhan makanan bergizi sangat berpengaruh
terhadap kehamilannya. Kekurangan gizi dapat Universitas Sumatera Utara
berakibat buruk pada ibu dan anak, misalnya terjadi anemia, keguguran,
perdarahan saat hamil. sesudah hamil, infeksi dan partus macet. Perbedaan
pemukiman antara daerah perkotaan dan pedesaan ternyata mempengaruhi tinggi
rendahnya kematian maternal. Kemiskinan, ketidaktahuan, kebodohan,
transportasi yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik,
kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, jarak rumah yang jauh untuk
mendapatkan bantuan tenaga ahli juga mempengaruhi persalinan, kebiasaan
kawin muda, kepercayaan masyarakat dan praktik tradisional, pantangan
makanan tertentu pada wanita hamil merupakan faktor ikut berperan.10

2. Ketersediaan Tenaga Ahli dan Rujukan.


Angka kematian maternal yang tinggi disuatu negara sesungguhnya
mencerminkan rendahnya mutu pelayanan. Pelayanan kesehatan mempunyai
peran yang sangat besar dalam kematian materal. Faktor tersebut meliputi :
kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang
kurang dan kurangnya tenaga yang terlatih.23 Petugas kesehatan yang tidak
terlatih untuk mengenali persalinan macet (partograf tidak digunakan). Kegagalan
dalam bertindak terhadap faktor risiko dan penundaan dalam merujuk ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi (misalnya untuk seksio caesarea) merupakan fakor
partus tak maju.3

Pencegahan
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat
atau tidak sakit. Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan :
a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama kehamilan dan
persalinan.
b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia reproduksi pra-nikah.
c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang sudah berkeluarga.
d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.
e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu hamil terutama
risiko tinggi
f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada primigravida.
g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.
h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.
i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang melahirkan dirumah
(Maternity Waiting Home) apabila terjadi komplikasi, sehingga harus di rujuk ke fasilitas yang
lebih baik.

Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk
mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :
a. Diagnosis dini partus tak maju meliputi
1.Pemeriksaan Abdomen.
Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen sebagai berikut :
a. Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss karena kepala tidak dapat turun
b. Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami kontraksi
yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti karena kelelahan
uterus).
c. Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi uterus
bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.
d. Cincin Band atau Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada daerah
diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat dilihat dan diraba
selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah ini disebut cincin retraksi.
Secara normal daerah ini seharusnya tidak terlihat atau teraba pada pemeriksaan
abdomen, cincin bandl adalah tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk
uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda yang terlihat
pada waktu observasi.

2. Pemeriksaan Vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut :
a. Bau busuk dari drainase mekonium.
b. Cairan amniotik sudah keluar.
c. Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung
mekonium atau darah.
d. Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama mengedan),
vagina panas dan mengering karena dehidrasi, pembukaan serviks tidak
komplit. Kaput suksedaneum yang besar dapat diraba dan penyebab
persalinan macet antara lain kepala sulit bermolase akibat terhambat di pelvis,
presentasi bahu dan lengan prolaps.

3. Pencatatan Partograf
Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf menunjukan :
1. Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder.
2. Kala II yang lama.
3. Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk dari drainase
mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal 120-160 permenit).
4. Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat.

b. Melakukan penanganan secepat mungkin


Untuk mencegah terjadinya komplikasi, partus tak maju berisiko mengalami infeksi sampai
ruptur uterus dan biasanya ditangani dengan tindakan bedah, seksio caesarea, ekstraksi cunam
atau vacum oleh sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat dan
kematian, yaitu :
a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma normal dan menangani dehidrasi,
ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.
b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan intensif setelah
melahirkan.

KESIMPULAN
Pada kasus ini diagnosa yang dibuat sudah tepat yaitu G1P0A0 Hamilcukup bulan inpartu kala I
fase aktif dengan KPD 17 jam dan inersia uteri, janin tunggal hidup presentasi kepala.
Penanganan terakhir yang dilakukan yaitu seksio cesarean juga tepat untuk meminimalisir risiko
terjadinya kematian janin karena persalinan lama akibat partus tak maju.

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. Depkes RI. 2010

2. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga, jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. 2010

3. Komite Medis RSUD Serang. Prosedur Tetap Pelayanan Medis. SMF Kebidanan dan
Kandungan RSUD Serang. 2009

4. Mochtar R. Sinopsis Obstetri jilid 1, Obstetri Fisiologi dan Patologi. Edisi 2, Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1998.

5. Leveno KJ. Manual Williams Komplikasi Kehamilan. Edisi 23. Jakarta: EGC; 2016, hal
230-6.

6. Manuaba I, Manuaba C, Manuaba F. Buku ajar Ginekologi untuk mahasiswa kebidanan.


Jakarta : EgC; 2009

7. Walyani, Purwoastuti. Ilmu Obsetri dan Ginekologi Sosial untuk Kebidanan.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015

Anda mungkin juga menyukai