Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu


individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri
dan menentukan jumlah anak dalam keluarga 1. Program KB tidak hanya
bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, melainkan
juga untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi untuk membentuk keluarga kecil berkualitas.1
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah
visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera(NKKBS)
menjadi visi untuk mewujudkan”keluarga berkualitas tahun 2015” 1.

Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana


nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan
kualitas penduduk. Dalam kontribusi tersebut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) telah mewujudkan keberhasilannya selain
berhasil menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga
terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental dan perilaku
masyarakat dalam upaya membangun keluarga berkualitas1 .

Salah satu prioritas pembangunan nasional di dalam Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2010-2025 adalah
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang. Sehingga BKKBN
berkomitmen untuk mendukung peningkatan kualitas hidup manusia
Indonesia dengan menjadi “Lembaga yang handal dan dipercaya dalam
mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga Berkualitas”,

1
pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas ditandai
dengan menurunnya Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,1 dan Net
Reproductive Rate (NRR) = 1 pada tahun 2025, serta keluarga berkualitas
ditandai dengan keluarga yang terbentuk berdasarkan perkawinan yang sah
dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri dan memiliki jumlah anak
yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.1

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa


pada wanita 15-49 tahun dengan status kawin sebesar 59,3%,
menggunakan metode KB modern (implant, metode operatif wanita –
MOW, metode operatif pria-MOP, IUD, kondom, suntikan, pil), 0,4%
menggunakan metode tradisional, 24,7% pernah melakukan KB dan
15,5% tidak pernah menggunakan KB.1

Mengingat IUD sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang


efektif, sedangkan angka pemakaiannya masih rendah, maka perlu
dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan angka cakupan pemakaiannya.
Program BKKBN memberikan penekanan pada kontrasepsi AKDR
terutama adalah CuT380 A yang menjadi primadona BKKBN. Namun
begitu tidak semua klien berminat terhadap alat kontrasepsi AKDR
dikarenakan berbagai alasan yang berbeda-beda seperti takut efek
samping, takut proses pemasangan, dilarang oleh suami, dan kurang
mengetahui tentang KB AKDR. Untuk itu, dalam referat ini akan dibahas
tentang KB IUD1.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya


kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,
ayah serta keluarga yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagai akibat langsung dari kehamilan 1,2.

2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana

Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi


suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya2 .

2.1.3 Sasaran Program Keluarga Berencana

Adapun sasaran program keluarga berencana adalah Pasangan Usia


Subur <20 tahun dengan tujuan menunda kehamilan. Pasangan Usia Subur
20-35 tahun dengan tujuan mengatur kesuburan dan menjarangkan
kehamilan. Pasangan Usia Subur dengan usia >35 tahun tujuannya untuk
mengakhiri kehamilan 2 .

2.2 Kontrasepsi

2.2.1 Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” berarti mencegah atau


melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel
wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan

3
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan, sebagai akibat adanya peertemuan antara sel telur
1,3
dan sel sperma tersebut . Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula
bersifat permanen 2,3 .

2.2.2 Cara Kerja Kontrasepsi

Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya


terdapat 3 cara, yaitu: Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi,
melumpuhkan sperma dan menghalangi pertemuan sperma dengan sel
telur2.

2.2.3 Syarat-syarat Metode Kontrasepsi

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi


yang baik adalah : Aman dan tidak berbahaya, dapat diandalkan,
sederhana, murah, dapat diterima oleh banyak orang, pemakaian jangka
lama 2,3.

2.3 Intra Uterine Device (IUD)

2.3.1 Pengertian IUD

IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim) disebut juga spiral, alat ini dipasang dalam
rahim wanita. IUD atau AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang efektif,
aman, dan nyaman bagi banyak wanita. Alat ini merupakan metode
kontrasepsi reversibel yang paling sering digunakan diseluruh dunia
dengan pemakai saat ini mencapai sekitar 100 juta wanita. AKDR
memiliki efektifitas lebih dari 99% dalam mencegah kehamilan pada
pemakaian 1 tahun atau lebih 1,4.

Sejarah mula IUD/AKDR tidak begitu jelas. Akan tetapi terungkap


bahwa pada zaman dahulu orang arab memasukkan batu kedalam rahim

4
unta mereka dan ternyata unta mereka memang tidak hamil. IUD/AKDR
mulai dikembangkan pada tahun 1909 di polandia, yaitu ketika Richter
membuat suatu alat kontrasepsi dari benang sutra tebal yang dimasukkan
kedalam rahim. Kemudian pada tahun 1930 berkembang dengan dibuatnya
cincin perak yang juga dimasukkan kedalam rahim dan hasilnya
memuaskan. Pada tahun 1962 Dr.Lippes membuat IUD/AKDR dari plastik
yang disebut lippes loop 3,4 .

2.3.2. Profil dan Jenis IUD


A. Profil IUD
a. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10
tahun: CuT-380A).
b. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
c. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
d. Dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif.
e. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi
Menular Seksual (IMS).

B. Jenis-jenis IUD
Menurut Hartanto (2008) IUD yang banyak dipakai di Indonesia
dewasa ini dari jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis
Medicated adalah Cu-T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.

a. Lippes Loop IUD


Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada
bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio
opaque pada pemeriksaan dengan sinar-X. IUD Lippes Loop bentuknya
seperti spiral atau huruf S bersambung.3,4 Untuk memudahkan kontrol dan
dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda ukuran panjang bagian atasnya4. Adapun tipe dari Lippes Loops
adalah sebagai berikut:

5
Tabel 2.1. Jenis dan Ukuran Lippes Loops
Sumber : Kontraseptive Teknologi, 18th edition

Macam Loop Panjang Berat Warna


Benang
LL A 22,5 cm 290 mg Hitam
LL B 27,5 cm 526 mg Biru
LL C 30,0 cm 615 mg Kuning
LL D 30,0 cm 709 mg Putih

IUD jenis Lippes Loops mempunyai angka kegagalan yang rendah.


Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan
plastik 5 .

b. Cu T 380 A
IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T
dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak,
dibalut tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya
masing-masing mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan
380 ± 23m2. Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm,
dengan diameter 3 mm. Pada bagian ujung bawah dikaitkan benang
monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan IUD3,4.

c. Multiload 375
IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan
mempunyai luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus
tembaga yang membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas.
Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian
lengannya didesain sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan
meminimalkan terjadinya ekspulsi 2,4.

6
d. Nova – T
IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan
bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan
luka pada jaringan setempat pada saat dipasang 2,4.

e. Cooper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas
permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus
pada jenis Copper-T 4,5.

Gambar 2.1. Jenis-Jenis IUD


Sumber : Bayer Health Care Pharmaceutical, Inc ( 2015)

7
Jenis kontrasepsi IUD pasca salin aman dengan menggunakan IUD Cu T
(copper T), sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6
minggu sehingga tidak cocok untuk pasca salin 5.

IUD terdiri dari IUD hormonal dan non hormonal2,3 :

1. IUD Non-hormonal
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. Karena itu
berpuluh-puluh macam IUD telah dikembangkan. Mulai dari generasi
pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik
(polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak.

A. Menurut bentuk 3,4:

1) Bentuk terbuka (Open Device):


Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload,
Nova-T.

2) Bentuk tertutup (Closed Device):


Misalnya : Ota-Ring, Altigon, dan Graten ber-ring.

B. Menurut Tambahan atau Metal4 :


1) Medicated IUD:

Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3


tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya
kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-
Cu 375 (daya kerja 3 tahun).

Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di belakang IUD


menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu
T 220 berarti tembaga adalah 220 mm2.

Cara insersi: Withdrawal. Menarik keluar tabung inserter sampai


pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong.

8
2) Unmedicated IUD :

Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.

Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Dorong klem dan tabung
inserter sehingga menekan fundus dengan dikendalikan jari tangan kiri yang
menekan fundus dari luar.
Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai
menopause, sepanjang tidak ada keluhan persoalan bagi akseptornya.

2. IUD yang mengandung hormonal 3,6

a. Progestasert –T = Alza T :

Dengan daya kerja 18 bulan dan dilakukan dengan teknik insersi: Plunging
(modified withdrawal).

1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 μg
progesteron setiap hari.
3) Tabung insersinya berbentuk lengkung.

b. Mirena :

Mirena adalah IUD yang terbuat dari plastik, berukuran kecil,


lembut, fleksibel, yang melepaskan sejumlah kecil levonogestrel dalam
rahim. Mirena merupakan plastik fleksibel berukuran 32 mm berbentuk T
yang diresapi dengan barium sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi
dalam pemeriksaan rontgen. Mirena berisi sebuah reservoir silindris,
melilit batang vertikal, berisi 52 mg levonorgestrel (LNG). Setelah
penempatan dalam rahim, LNG dilepaskan dalam dosis kecil (20g/hari
pada awalnya dan menurun menjadi sekitar 10g/hari setelah 5 tahun)
melalui membran polydimethylsiloxane ke dalam rongga rahim. Pelepasan
hormon yang rendah menyebabkan efek sampingnya rendah. Keunggulan
dari IUD ini adalah efektivitasnya tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih
pendek dan lebih ringan. Mirena merupakan sebuah pilihan alternatif yang

9
tepat untuk wanita yang tidak dapat mentoleransi estrogen untuk
5,6
kontrasepsinya. Mengurangi frekuensi ovulasi .Cara kerja mirena
melakukan perubahan pada konsistensi lendir serviks. Lendir serviks
menjadi lebih kental sehingga menghambat perjalanan sperma untuk
bertemu sel telur. Menipiskan endometrium, lapisan dinding rahim yang
dapat mengurangi kemungkinan implantasi embrio pada endometrium.
Setelah mirena dipasang 3 sampai 6 bulan pertama, menstruasi mungkin
menjadi tidak teratur. Mirena dapat dilepas dan fertilitas dapat kembali
dengan segera 6 .

2.3.3. Waktu Pemasangan IUD


IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut 3,4:
1. Sewaktu haid sedang berlangsung
Dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid.
Keuntungan IUD pada waktu ini antara lain ialah :
a. Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak
terbuka dan lembek.
b. Rasa nyeri tidak seberapa keras.
c. Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa
dirasakan.
d. Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak
ada.
Kerugian IUD pada waktu haid sedang berlangsung antara lain :
a. Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila pemasangan dilakukan saat haid.
b. Dilatasi canalis cervikal adalah sama pada saat haid maupun pada saat
mid - siklus.
2. Sewaktu pasca salin
Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah
bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya IUD ditangguhkan sampai
6- 8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan IUD dilakukan

10
antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi
atau ekspulsi lebih besar.
3.Sewaktu post abortum
Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic
abortion merupakan kontraindikasi.
4.Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk
bersenggama sebelum IUD dipasang. Sebelum pemasangan IUD
dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk IUD yang
dipasang, dan bagaimana IUD tersebut terletak dalam uterus setelah
terpasang. Dijelaskan bahwa kemungkinan terjadinya efek samping
seperti perdarahan, rasa sakit, IUD keluar sendiri.

IUD pasca plasenta aman dan efektif, tetapi tingkat ekspulsinya


lebih tinggi dibandingkan ekspulsi ≥4 minggu pasca persalinan. Eskpulsi
dapat diturunkan dengan cara melakukan insersi IUD dalam 10 menit
setelah ekspulsi plasenta, memastikan insersi mencapai fundus uteri, dan
dikerjakan oleh tenaga medis dan paramedis yang terlatih dan
berpengalaman. Jika 48 jam pasca persalinan telah lewat, insersi IUD
ditunda sampai 4 minggu atau lebih pasca persalinan. IUD 4 minggu
pasca persalinan aman dengan menggunakan IUD copper T, sedangkan
jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu pasca
persalinan1,2,7 .
Pelayanan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan,
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/MENKES/Per/IX/2010, Pasal 12 tentang ijin dan penyelenggaraan
praktik bidan, dimana dinyatakan bahwa bidan dapat : 1) memberikan
penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana. 2) memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom, dan dalam
Pasal 13dinyatakan bahwa bidan berwenang memberikan pelayanan:1)

11
pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim dan
memberikan alat kontrasepsi bawah kulit. 2) pelayanan tersebut hanya
dapat diberikan oleh bidan yang terlatih7 .

2.3.4. Mekanisme Kerja IUD


Mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa
mekanisme kerja IUD yang telah dianjurkan8 :
1.Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2. Prodiksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambat
implantasi.
3.Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium oleh
sel-sel makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak atau tidak
dapat bernidasi.
4.Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi
progesteron) yang menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium yang
berakibat menghambat nidasi, mempengaruhi lendir serviks yang
menghalangi gerak sperma.
5. IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang
menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel sperma
ke kavum uteri.
6. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan gangguan
gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan
konsepsi.
Kedua jenis spiral mencegah pembuahan sel telur dengan merusak
atau membunuh sperma. Spiral juga mempengaruhi lapisan rahim (di mana
sel telur yang dibuahi akan melekat dan tumbuh)4,8.
Spiral hormon: mencegah pembuahan dengan merusak atau
membunuh sperma dan membuat lendir di leher rahim lebih kental dan
lengket, sehingga sperma tidak bisa melaluinya ke rahim. Spiral ini juga
membuat dinding rahim (endometrium) tumbuh sangat tebal sehingga tidak

12
mendukung perlekatan dan pertumbuhan telur yang telah dibuahi. Hormon-
hormon dalam spiral ini juga mengurangi perdarahan dan kram
menstruasi2,7,8.
Spiral tembaga: tembaga merupakan racun bagi sperma. Spiral jenis
ini membuat rahim dan saluran telur menghasilkan cairan yang membunuh
sperma. Cairan ini mengandung sel darah putih, ion tembaga, enzim, dan
prostaglandin3,7.
Selain itu lilitan tembaga yang terdapat pada IUD berfungsi untuk
menghambat laju sperma supaya tidak bisa mencapai sel telur yang berada di
saluran telur (tuba falopii) dengan sempurna. Keberadaan lilitan tembaga ini
bisa diibaratkan sebagai jalan berkelok yang akan dilalui sel sperma sehingga
lajunya menjadi lebih lambat4,7,8.
2.3.5. Indikasi dan Kontraindikasi IUD
1. Indikasi pemakaian IUD1,9
Yang dapat menggunakan:
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Resiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metode hormonal
i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama.
Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan
efektif. AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan
keadaan misalnya:
a. Perokok
b. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat
adanya infeksi

13
c. Sedang memakai antibiotika atau antikejang
d. Gemuk ataupun yang kurus
e. Sedang menyusui
Begitupun juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat
menggunakan AKDR:
a. Penderita tumor jinak payudara
b. Penderita kanker payudara
c. Pusing-pusing, sakit kepala
d. Tekanan darah tinggi
e. Varises di tungkai atau vulva
f. Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat
diberi antibiotika sebelum pemasangan AKDR)
g. Pernah menderita stroke
h. Penderita diabetes
i. Penderita panyakit hati atau empedu
j. Malaria
k. Skistosomiasis (tanpa anemia)
l. Penyakit tiroid
m. Epilepsy
n. Nonpelvik TBC
o. Setelah kehamilan ektopik
p. Setelah pembedahan pelvik
2. Kontraindikasi pemakaian IUD1,9
Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR
a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
b. Perdaraha vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)
c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septik.
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempengaruhi kavum uteri.

14
f. Penyakit trofoblas yang ganas
g. Diketahui menderita TBC pelvik
h. Kanker alat genital
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
2.3.6. Keuntungan dan Kerugian IUD
1. Keuntungan pemakaian IUD6,9
a. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi.
b. Sangat efektif – 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
c. AKDR dapat efektif segera stelah pemasangan.
d. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti).
e. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat.
f. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
g. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil.
h. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
i. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
j. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi).
k. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih stelah haid
terakhir).
l. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
m. Membantu mencegah kehamilan ektopik
2. Kerugian pemakaian IUD6,9 :
a. Efek samping yang umum terjadi:
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan (spotting) antarmenstruasi.
4) Saat haid lebih sakit.Komplikasi lain:

15
b. Komplikasi lain:
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan.
2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia.
3) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar).
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan.
e. Penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas.
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
h. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.
i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan).
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR
untuk mencegah kehamilan normal.
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke
waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke
dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.

Selain itu kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol


kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu
kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah :
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. setiap 6 bulan berikutnya
d. bila terlambat haid 1 minggu

16
e. perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya.
2.3.7. Cara Pemasangan dan Pelepasan IUD
1. Cara pemasangan10 :
Alat dan bahan yang harus disiapkan:
 Bivalve speculum (kecil, sedang atau besar)
 Tenakulum
 Sonde uterus
 Forsep/korentang
 Gunting
 Mangkuk untuk larutan antiseptic
 Sarung tangan (yang telah diDTT atau disterilisasi atau sarung
tangan periksa yang baru)
 Cairan antiseptic (mis : Povidon iodin) untuk membersihkan
serviks.
 Kain kasa atau kapas
 Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks (lampu senter
sudah cukup)
 Copper T 380A IUD yang belum rusak dan terbuka
Berikut adalah langkah-langkah pemasangan (AKDR copper T 380A):
a. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan
klien mengajukan pertanyaan.
b. Periksa genetalia eksterna. Setelah itu lakukan pemeriksaan
speculum, dan lakukan pemeriksaan panggul.
c. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi.
d. Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan
sterilnya.
e. Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan
antiseptik, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.
f. Masukkan sonde uterus.

17
g. Pasang AKDR Copper T 380A dengan menggunakan teknik
withdrawal.
h. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum
melepas sarung tangan. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
i. Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera
setelah selesai dipakai.
j. Ajarkan kepada klien bagaimana memeriksa AKDR (dengan
menggunakan model bila tersedia).
k. Minta klien menunggu hingga 15-30 menit setelah pemasangan
AKDR.

2. Cara pencabutan
Berikut adalah langkah-langkah pencabutan (AKDR Copper T 380A),
yaitu:10
a. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilakan
klien untuk bertanya.
b. Memasukkan speculum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
c. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptic 2 – 3 kali.
d. Memberitahu kepada klien bahwa kemungkinan timbul rasa sakit
tapi itu normal. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan
klem lurus atau lengkung yang sudah didesenfeksi tingkat tinggi
atau steril dan tarik benang pelan – pelan, tidak boleh menarik
dengan kuat, AKDR biasanya dicabut dengan mudah. Untuk
mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut
AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi
ujung AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut
dan tarik keluar.

18
e. Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya
memungkinkan.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intrauterine device (IUD)/ Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih
efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat
kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau
campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti
fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan
metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran
tuba.
Di Indonesia terdapat dua tipe IUD. Tipe pertama yaitu IUD pelepas
progestin (levonorgestrel), memiliki masa efektif selama 5 tahun. Selama
periode 5 tahun tersebut, hanya sekitar 0,5 % wanita yang mengalami
kehamilan.
Tipe yang kedua adalah IUD yang melepaskan tembaga yang pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga, memiliki efektivitas sekitar
10 tahun. Selama waktu tersebut, kurang dari 2% wanita hamil. Satu tahun
setelah IUD dilepas, 80 sampai 90% yang ingin hamil, bisa hamil.
Benang plastik tetap menempel pada IUD sehingga wanita dapat
memastikan alat IUD masih pada tempatnya.
IUD/ AKDR memiliki keuntungan yaitu hanya perlu dipasang setiap 5-
10 tahun sekali, tergantung dari tipe alat yang digunakan. Pemasangan dan
pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter
atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular
seksual. Jenis-jenis IUD yaitu : Copper-T, Copper-7, Multi load, lippes loap.
Sama seperti alat kontrasepsi lainnya IUD juga memiliki beberapa efek
samping namun yang paling sering muncul adalah perdarahan sedangkan
perforasi rahim juga ditemukan namun (jarang sekali) dan yang menjadi

20
pertimbangan dalam hal pemakaian IUD adalah Kadangkala IUD / AKDR
dapat terlepas.

B. Saran
Ada baiknya untuk pasien maka apabila ingin menghentikan pemakaian
IUD, segera kunjungi pekerja kesehatan yang memasangnya atau yang
terlatih dan jangan mencoba mencopot spiral sendiri di rumah.
Sedangkan untuk petugas kesehatan diharapkan agar memberikan
Pelayanan IUD lebih Kompoten agar tidak terjadi komplikasi-
komplikasiyang merugikan bagi pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.1981.Pedoman Cara


Pelayanan Kontrasepsi AKDR.Jakarta:BKKBN.
2. BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga
Sejahtera. Jakarta : BKKBN.
3. Okusanyo BO da Oduwole O. Juli 2014. Inserting an IUD right after
abortion or miscarriage versus at a later time. The Cochrane Collaboration.
England. 7 : 1002-1005.
4. 2013. IUD Insertion Timing vital in Postpartum Use . University of
Washigton. Seattle. 27:1.
5. Imbarwati. 2015. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan
KB IUD Pada Peserta KB Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang.Jurnal Permata Indonesia. Surabaya.
6. Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengarui
Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur.
Diperoleh tanggal 29 desember 2017.
http://jurnalkesehatan.com/radita_kusuma_ningrum/2008/.
7. Rustam Mochtar, 2008.Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Hal -243-245.
8. Saefuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
9. Prawirohardjo Sarwono. 2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan
Maternal. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta.hal 24-25
10. Maryani, Heti. 2004. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga
Berencana Bagi Wanita, diakses tanggal 29 desember 2017.Vol1. no.1

22

Anda mungkin juga menyukai