Anda di halaman 1dari 31

DEPARTEMEN IKM-IKK LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2017


UNIVERSITAS HASANUDDIN

HIPERTENSI

Disusun Oleh:
Tirza Yustiana Limbong C111 12106
Annisa Riska Yanti C111 12321
Sunaia Bt Ismail C111 12873

Pembimbing:
Dr. dr. H. Rasyidin Abdullah, MPH,MH.Kes, DPDK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DANILMU KEDOKTERAN
KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………...iii

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………..1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………4

2.1 Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBK)………………………. 4

2.2 Angka Kontak………………………………………………………….22

2.3 Rasio Rujukan………………………………………………………….26

2.4 Rasio Peserta Prolanis………………………………………………….28

BAB III. HASIL………………………………………………………………….31

3.1 Angka Kontak …………………………………………………………31

3.2 Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS)……….. 32

3.3 Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke FKTP (RPPB) ………….33

BAB IV. KESIMPULAN………………………………………………………..35

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...36

2
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Tirza Yustiana Limbong C111 12106


Annisa Riska Yanti C111 12321
Sunaia Bt Ismail C111 12873

Laporan Kasus : Hipertensi

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

Makassar, November 2017

Pembimbing

Dr. dr. H. Rasyidin Abdullah, MPH,MH.Kes, DPDK

3
BAB I
LAPORAN KASUS
KEDOKTERAN KELUARGA
(HIPERTENSI)
Data riwayat keluarga :
I. Identitas pasien :
Nama : Tn. R
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan PT Mikase
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Paccerakang
Status Pasien : BPJS
Waktu Pemeriksaan : 2 November 2017

II. Riwayat biologis keluarga :


a. Keadaan kesehatan sekarang : Sedang
b. Kebersihan perorangan : Baik
c. Penyakit yang sering diderita : Hipertensi
d. Penyakit keturunan : Hipertensi
e. Penyakit menular : Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Baik
h. Pola istirahat : Sedang
i. Jumlah anggota keluarga : 6 orang

III. Psikologis keluarga


a. Kebiasaan buruk : Tidak ada
b. Pengambilan keputusan : Ayah (Kepala keluarga)
c. Ketergantungan obat : Tidak ada
d. Tempat pelayanan kesehatan : Klinik
e. Pola rekreasi : Kurang

4
IV. Keadaan rumah/ lingkungan
a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : Keramik
c. Luas rumah : 8 x 15 m2
d. Penerangan : Cukup
e. Kebersihan : Cukup
f. Ventilasi : Baik
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : PDAM
j. Sumber pencemaran air : Tidak ada
k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Baik

V. Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik

VI. Keadaan sosial keluarga


a. Tingkat pendidikan : Baik
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Baik
e. Keadaan ekonomi : sedang

VII. Kultural keluarga


a. Adat yang berpengaruh : Makassar
b. Lain-lain : Tidak ada

5
No Nama Hub Um Pendi Pekerj Agama Keadaan Keadaa Imuni KB Ket
dgn KK ur dikan aan kesehatan n gizi sasi

1 Tn. R Suami 49 S1 Karya Islam Sakit Normal Lengk - -


thn wan PT ap
MIkase

VIII. Anggota Keluarga : 6 orang, tidak ada anggota keluarga yang datang berobat ke
klinik

IX. Anamnesis
a. Keluhan utama : Tekanan Darah Tinggi

b. Riwayat Penyakit Sekarang :


Dialami sejak satu tahun yang lalu. Pasien telah didiagnosis hipertensi sejak
tanggal 20 Januari 2016. Keluhan lain tidak ada. Batuk tidak ada, sesak tidak ada,
mual tidak ada, muntah tidak ada.BAB lancer
c. Riwayat Pengobatan : Pasien mengonsumsi obat Bisoprolol 5 mg,
Allupurinol 100 mg, B1 B6 B12 sejak satu tahun lalu.

d. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Hipertensi sejak 1 tahun yang


lalu.Riwayat hiperurisemia asimptomatik ada.
e. Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu kandung pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi. Ayah tidak ada. Pasien merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara.
Semua saudara pasien tidak terdiagnosis hipertensi dan tidak memiliki riwayat
penyakit lain. .

f. Riwayat Alergi : Pasien tidak mempunyai riwayat alergi.


g. Riwayat Psikososial : Pasien memiliki lima orang anak. Pasien
sangat memperhatikan kondisi kesehatan. Pasien rajin kontrol ke klinik,
membatasi asupan garam, dan rutin berjalan di pagi hari. Istri pasien
memperhatikan komposisi makanan pasien.

6
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Sakit ringan, gizi normal
• Kesadaran : Composmentis
• Tekanan darah : 130/90 mmHg
• Frekuensi nadi : 92 x/menit
• Frekuensi nafas : 16 x/menit
• Suhu : 36,6oC

Status generalis
Kepala-Leher
Kulit : Berwarna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut berwarna hitam
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata OD : Bentuk normal, Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
palpebral superior et inferior tidak edema, pupil bulat dengan
diameter kurang lebih 2,5 mm, reflek cahaya (+), mata cekung
(-).
OS : Bentuk normal, Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
palpebral superior et inferior tidak edema, pupil bulat dengan
diameter kurang lebih 2,5 mm, reflek cahaya (+), mata cekung
(-).
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret, tidak
ada serumen
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, tidak ada sekret
Mulut : Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir lembab, lidah
tidak kotor, arkus faring simetris, letak uvula di tengah, faring
tidak hiperemis, tonsil T1-T1, mukosa mulut tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran KGB -/-
Thorax
Inspeksi :
 Bentuk dan ukuran : Bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-),
pergerakan dinding dada simetris

7
 Permukaan dada : Papula (-), purpura (-), ekimosis (-), spider naevi (-),
vena kolateral (-), massa (-).
 Iga dan sela iga : Pelebaran ICS (-)
 Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis : cekung, simetris kiri dan kanan
Fossa jugularis : Tidak tampak deviasi
 Tipe pernafasan : Torako-abdominal
Palpasi
 Trakea : Tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V
linea parasternal sinistra
 Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
 Gerakan dinding dada : Simetris kiri dan kanan
 Fremitus vocal : Simetris kiri dan kanan
Perkusi
 Sonor seluruh lapang paru
 Batas paru-hepar : Inspirasi ICS VI, Ekspirasi ICS VI
 Batas paru-jantung :
 Kanan : ICS II linea parasternalis dekstra
 Kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi
 Cor : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).
 Pulmo :
 Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru
 Rhonki (-/-)
 Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi :
 Bentuk : Simetris
 Umbilicus : Masuk merata
 Permukaan Kulit : Tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-),massa (-),
vena kolateral (-), papula (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-),spider navy (-).
 Distensi (-)
 Ascites (-)
Auskultasi

8
 Bising usus (+) normal
 Metallic sound (-)
 Bising aorta (-)
Perkusi
 Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
 Nyeri ketok (-)
Palpasi
 Nyeri tekan epigastrium (-)
 Massa (-)
 Hepar / lien : tidak teraba
Ekstremitas

Inguinal-genitalia-anus : tidak diperiksa


X. Pemeriksaan Penunjang: -
XI. Resume Pasien
Seorang laki-laki berusia 49 tahun menderita tekanan darah tinggi sejak satu
tahun yang lalu. Pasien telah didiagnosis hipertensi sejak tanggal 20 Januari 2016.
Keluhan lain tidak ada. Batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah
tidak ada.BAB lancar, BAK lancar
Dari pemeriksaan fisis didapatkan status generalisata sakit ringan, gizi normal,
sadar. Tanda vital didapatkan tekanan darah, yaitu 130/90 mmhg, Frekuensi nadi:
92 x/menit, laju pernapasan : 16 x/menit, suhu aksila : 36,6oC

9
XII. Diagnosis Kerja
- Hipertensi grade I on Treatment

XIII. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit


a. Promotif : Menjelaskan tentang penyakit hipertensi kepada kepada pasien agar
dapat menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat,
mengurangi makanan mengandung garam yang tinggi, menghindari rokok,
melakukan aktifitas seperti biasa dan istirahat yang cukup, menghindari stress,
rutin memeriksakan tekanan darah, dan menghindari minuman beralkohol
b. Preventif Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan mengurangi
mengkonsumsi makanan mengandung garam, menghindari rokok, melakukan
aktifitas seperti biasa, mengurangi aktivitas yang membutuhkan banyak pikiran,
dan menghindari stress.
c. Kuratif :
 Terapi Medikamentosa :

- Bisoprolol 5 mg
- Allupurinol 100 mg,
- B1 B6 B12

 Terapi non medikamentosa :

- Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung garam yang


tinggi
- Membatasi makanan yang tinggi kalori dan lemak.
- Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi
pasien
d. Rehabilitatif :
 Kontrol penyakit ke dokter dua minggu sekali.
 Monitoring :
 Tekanan darah
 Gula darah
 Interaksi obat dan efek samping
 Kepatuhan

10
XIV. Prognosis
Ad vitam : Dubia at bonam
Ad sanationam : Dubia at bonam
Ad fungsionam : Dubia at bonam

11
PEMBAHASAN

Seorang laki-laki berusia 49 tahun menderita tekanan darah tinggi sejak satu tahun
yang lalu. Pasien telah didiagnosis hipertensi sejak tanggal 20 Januari 2016. Keluhan lain
tidak ada. Batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada.BAB lancar,
BAK lancar. Dari pemeriksaan fisis didapatkan status generalisata sakit ringan, gizi normal,
sadar. Tanda vital didapatkan tekanan darah, yaitu 130/90 mmhg, Frekuensi nadi: 92 x/menit,
laju pernapasan : 16 x/menit, suhu aksila : 36,6oC

Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik sistem


kardiovaskular, yang di mana patofisiologinya adalah multi faktor sehingga tidak bisa
diterangkan hanya satu mekanisme tunggal. Menurut Kaplan, hipertensi banyak menyangkut
menyangkut faktor genetik, lingkungan, dan pusat-pusat regulasi hemodinamik. Regulasi
tersebut diantaranya adalah gangguan Renin Angiotensin Aldosterone system (RAAS),
aktivasi saraf simpatis, retensi natrium dan air serta kerusakan endotel.Sehingga
mempengarungi interaksi antara cardiac output (CO) dan total peripheral resistance (TPR).
Tatalaksana hipertensi dan hiperurisemia asimptomatik pada pasien dengan Bisoprolol 5 mg,
Allupurinol 100 mg, dan B1 B6 B12

Pasien mendapat edukasi mengurangi konsumsi makanan yang mengandung garam


tinggi, baik untuk pasien maupun untuk keluarga pasien sebagai usaha preventif. Pasien juga
disarankan untuk rutin kontrol tiap 2x seminggu, menghindari rokok, melakukan aktifitas
seperti biasa, menghindari stress, dan menghindari minuman beralkohol.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang


memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga bisa menyebabkan
kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang
tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta
penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit tersebut
dapat pula menyebabkan gagal ginjal, diabetes mellitus dan lain-lain. 4

Hipertesi adalah tekanan sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg, sedangkan
Prehipertensi adalah tekanan sistolik 120-139 mmHg atau diastolic 80-89 mmHg.3

2.2 Etiologi

Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu esensial dan sekunder. Sebanyak 90 %
hipertensi esensial dan hanya 10 % yang penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal,
kelainan pembuluh darah, dan kelainan hormonal. 5

Hipertensi primer didefinisikan jika penyebab hipertensi tidak dapat diidentifikasi.


Ketika tidak ada penyebab yang dapat di identifikasi, sebagian besar merupakan interaksi
yang kompleks antara genetic dan interaksi lingkungan. Biasanya hipertensi esensial terjadi
pada usia antara 25-55 tahun dan jarang pada usia di bawah 20 tahun. 6
Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh sleep apnea, obat-obatan, gangguan ginjal,
coarctation aorta, pheochromocytoma, penyakit tiroid dan paratiroid. 7

2.2.1 Penyakit ginjal

Penyakit ginjal adalah penyebab terbanyak pada hipertensi sekunder.


Hipertensi dapat timbul dari penyakit diabetes nefropati ataupun inflamasi
glomerulus, penyakit intertisial tubulus, dan polikista ginjal. Kebanyakan kasus
berhubungan dengan peningkatan volume intravascular atau peningkatan system
renin-angiotensin-alodesteron.8

13
2.2.2 Renal vascular hypertension

Arteri stenosis ginjal dapat muncul pada 1-2 % pasien hipertensi.


Penyebabnya pada orang muda adalah fibromuscular hyperplasia. Penyakit
pembuluh darah ginjal yang lain adalah karena aterosklerosis stenosis dari arteri
renal proksimal. Mekanisme hipertensinya berhubungan dengan peningkatan renin
berlebih karena pengurangan dari aliran darah ke ginjal. Hipertensi pembuluh
darah ginjal harus dicurigai jika terdapat keadaan seperti berikut: (1) terdapat pada
usia sebelum 20 tahun atau sesudah usia 50 tahun. (2) bruit pada epigastrik atau
artery renal. (3) jika terdapat penyakit atrerosklerosis dari arteri perifer, 15-25 %
pasien dengan aterosklerosis tungkai bawah yang simtomatik terdapat artery
stenosis ginjal. (5) terjadi penurunan fungsi ginjal setelah pemberian penghambat
ACE.8

2.2.3 Hiperaldosteron primer

Penyakit ini timbul karena sekresi yang berlebihan dari aldosteron oeh
korteks adrenal. Pada pasien hipertensi dengan hipokalemia, krn pengeluaran
kalium yang berlebih melalui urin (biasanya > 40 mEq/L). 9

2.2.4 Sindrom Cushing

Pada penderita sindroma Cushing, hipertensi timbul sekitar 75-85 %.


Patogenesis tentang terjadinya hipertensi pada sindroma Cushing masih tidak jelas.
Mungkin dihubungkan dengan retensi garam dan air dari efek mineralocorticoid
karena glukokortikoid berlebih. 9

2.2.5 Pheochromocytoma

Tumor yang mensekresikan katekolamin yang berada di medulla adrenal dan


menyebabkan hipertensi sekitar 0,05 %. 8

2.2.6 Coarctation of the aorta

Coarctation of the aorta merupakan penyakit jantung congenital tersering


yang menyebabkan hipertensi. Insiden sekitar 1-8 per 1000 kelahiran. 8

2.3 Klasifikasi

14
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi7

Pada tabel 1 merupakan klasifikasi hipertensi pada usia 18 tahun atau lebih menurut JNC
VII. Penggunaan klasifikasi ini ini didasarkan dengan pengukuran tekanan darah dua kali
atau lebih. 7

2.4 Faktor Risiko

Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang reversible dan
irreversibel. Faktor risiko yang reversibel adalah usia, ras Afrika-Amerika, dan riwayat
keluarga yang memiliki hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang bersifat reversible adalah
prehipertensi, berat badan berlebih, kurang aktivitas, konsumsi makanan yang mengandung
natrium tinggi, merokok, dan sindroma metabolik.3

2.4.1 Usia

Tekanan darah meningkat seiring dengan berjalanya usia. Tekanan sistolik


meningkat sesuai dengan usia, sedangkan tekanan diastolik tidak berubah mulai
dekade ke-5. Hipertensi sistolik isolasi merpakan jenis hipertensi yang paling
ditemukan pada orang tua.3

2.4.2 Ras Afrika-Amerika

Hipertensi lebih sering terdapat pada ras AFrika-Amerika dibandingkan


dengan orang kulit putih, dan pada kedua ras tersebut biasanya lebih banyak pada
golongan sosioekonomi rendah. 3

2.4.3 Berat Badan Berlebih

15
Semakin tinggi berat badan, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Volume darah meningkat di
dalam pembuluh darah dan terjadi peningkatan tekanan dinding arteri.3

2.4.4 Kurang Aktifitas

Orang yang kurang aktifitas cenderung memiliki denyut jantung yang lebih
banyak. Semakin tinggi denyut jantung, semakin berat jantung harus bekerja pada
setiap kontraksi dan lebih kuat tekanan pada arteri.3

2.4.5 Konsumsi Tinggi Natrium

Konsumsi makanan yang mengandung banyak natrium dapat menyebabkan


tertahannya air di dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan tekanan darah.
Kalium membantu menyeimbangkan banyaknya natrium di dalam sel. Jika kurang
mengkonsumsi natrium, maka akan banyak terakumulasi natrium di dalam darah.3

2.4.6 Merokok

Zat-zat kimia pada rokok dapat menyebaban kerusakan pada dinding arteri
yang menyebabkan penyempitan arteri sehingga dapat meningkatkan tekanan
darah.3

2.4.7 Sindroma Metabolik

Sindroma metabolik didefinsikan sebagai jika tiga dari criteria terpenuhi:


lingkar perut membesar (pria: > 100 cm, wanita: 90 cm), gula puasa darah
terganggu (normal < 126 md/dl), peningkatan tekanan darah 130/85 mmHg,
trigliserida plasma 150 mg/dl, atau kolesterol HDL <40 mg/dL , <50 mg/dL pada
wanita. Di hipotesiskan bahwa resistensi insulin mungkin merupakan patofisiologi
teradinya sindroma metabolik.3

2.5 Patofisiologi

Tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah dalam pembuluh darah yang dilakukan
oleh aktivitas memompa jantung (Cardiac Output) dan tonus dari arteri (peripheral resisten).
Faktor-faktor ini menentukan besarnya tekanan darah. Banyak sekali faktor yang

16
mempengaruhi cardiac output dan resistensi perifer. Hipertensi terjadi karena kelainan dari
salah faktor tersebut. 10

Gambar 1 Patofisiologi Hipertensi10

Cardiac output berhubungan dengan hipertensi, peningkatan cardiac output secara logis
timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan cairan (preload) atau peningkatan
kontraktilitas dari efek stimulasi saraf simpatis. Tetapi tubuh dapat mengkompensasi agar
cardiac output tidak meningkat yaitu dengan cara meningkatkan resistensi perifer. 10

Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan hipertensi karena peningkatan
volume cairan dalam pembuluh darah dan preload, sehingga meningkatkan cardiac output. 10

17
Gambar 2 Patofisiologi Natrium dan Kalium pada Hipertensi11

2.6 Manisfestasi Klinis

Gejala yang paling sering muncul adalah nyeri kepala. Hypertensi yang meningkat
dengan cepat dapat menimbulkan gejala seperti somnolen, bingung, gangguan penglihatan,
mual dan muntah.8

18
Pada aldosteronism primer, pasien merasakan lemas otot, polyuria, da nocturia karena
hypokalemia. Hipertensi kronik sering menyebabkan pembesaran jantung kiri, yang dapat
menimbulkan gejala sesak napas yang berhubungan dengan aktivitas dan paroxysmal
nocturnal dyspnea. Keterlibatan cerebral karena stroke yang disebabkan oleh trombosis atau
hemoragik dari mikroaneurisma. 8

Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk berat dan tinggi
badan. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada kedua lengan, dan lebih baik
dikukur pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri untuk mengevaluasi hipotensi postural.
Dilakukan palpasi leher untuk mempalpasi dari pembesaran tiroid dan penilaian terhadap
tanda hipotiroid atau hipertiroid. Pemeriksaan pada pembuluh darah dapat dilakukan dengan
funduskopi, auskultasi untuk mencari bruit pada arteri karotis. Retina merupakan jaringan
yang arteri dan arteriolnya dapat diperiksa dengan seksama. Seiring dengan peningkatan
derajat beratnya hipertensi dan penyakit aterosklerosis, pada pemeriksaan funduskopi dapat
ditemukan peningkatan reflex cahaya arteriol, hemoragik, eksudat, dan papiledema.
Pemeriksaan pada jantung dapat ditemukan pengerasan dari bunyi jantung ke-2 karena
penutuan dari katup aorta dan S4 gallop. Pembesaran jantung kiri dapat dideteksi dengan
iktus kordis yang bergeser ke arah lateral. 8

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang rutin yang direkomendasikan sebelum memulai terappi termasuk


elektrokardiogram 12 lead, urinalisis, glukosa darah, dan hematokrit, kalium serum, kreatinin,
dan profil lipid (termasuk HDL kolesterol, LDL kolesterol, dan trigliserida. Test tambahan
termasuk pengukuran terhadap ekskresi albumin atau albumin/ kreatinin rasio.8

19
Tabel 2 Pemeriksaan penunjang untuk skrening etiologi hipertensi7

2.8 Diagnosis
Konfirmasi dari hipertensi berdasarkan pada pemeriksaan awal, dan pemeriksaan pada
dua kali follow-up dengan setidaknya dua kali pengukuran pada setiap kali follow-up.

Gambar 3 Algoritma Diagnosis Hipertensi12

20
2.9 Komplikasi
21
2.9.1 Jantung

Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan


kematian pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan hasil dari
perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran jantung kiri
disfungsi diastolik, dan gagal jantung. 8

2.9.2 Otak

Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan


hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena
hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan
peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia > 65 tahun. Pengobatan pada
hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik ataupun stroke hemorgik. 8

2.9.3 Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering terjadi
pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah harus
130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika ada proteinuria. 8

2.10 Prognosis
WHO membuat tabel stratifikasi dan membuat tiga kategori risiko yang berhubungan
dengan timbulnya kejadian penyakit kardiovaskular selama 10 tahun ke depan: (1) risiko
rendah, kurang dari 15 %. (2) risiko menengah , sekitar 15-20 %. (3) risiko tinggi, lebih dari
20 %.13
Tabel 3 Faktor yang Mempengaruhi Prognosis13

22
Tabel 4 Prognosis13

2.11 Pengobatan Umum


2.11.1 Kontrol Tekanan Darah
Pada mayoritas pasien, menurunkan tekanan sitolik lebih sulit dibandingkan
dengan menurunkan tekanan diastole. Walaupun kontrol tekanan darah yang
efektif dapat dicapai pada penderita hipertensi, mayoritas membutuhkan dua obat
antihipertensi atau lebih. Kegagalan melakukan modifikasi gaya hidup, dosis obat
antihipertensi yang adekuat, atau kombinasi obat yang tidak sesuai menyebabkan
kontrol tekanan darah tidak adekuat.7
2.11.2 Tujuan Terapi
Tujuan dari terapi menggunakan obat antihipertensi adalah untuk mengurangi
risiko morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dan ginjal. Target tekanan darah
adalah < 140/90 mmHg disertai dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular.
Pada pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal, target tekanan darah adalah
<130/80 mmHg. Keuntungan dari obat antihipertensi ini berhubungan dengan
penurunan dari (1) insiden stroke, skitar 35-40 %; (2) MCI, sekitar 20-25%; dan

23
gagal jantung, sekitar > dari 50 %. Estimasi ini dlakukan pada hipertensi derajat 1
dengan tekanan sistolik 140-159 mmHg dan atau tekanan diastolic 90-99 mmHg.7
2.11.3 Perubahan Gaya Hidup
Gaya hidup yang sehat merupakan prevensi terhadap peningkatan tekanan
darah dan termasuk dalam pengobatan hipertensi. Perubahan gaya hidup dapat
menurunkan atau menunda insiden dari hipertensi, dan meningkatkan efek dari
obat antihipertensi, dan penurunan risiko kardiovaskular.7

Tabel 5 Perubahan Gaya Hidup untuk Mencegah dan Pengobatan hipertensi7

2.11.4 Obat-obat Antihipertensi

24
Penanggulangan hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan
gaya hidup tekanan darah belum mencapai target (>140/90 mmHg) atau > 130/80
mmHg pada diabetes atau penyakit ginjal kronik. Pemilihan berdasarkan
ada/tidaknya indikasi khusus. Bla tidak ada indikasi khusus pilihan obat juga
tergantung pada derajat hipertensi.7

Sesudah pemakaian obat antihipertensi, pasien harus melakukan follow-up


dan pengaturan dosis obat setiap bulannya atau sesudah target tekanan darah
tercapai. Serum kalium dan kreatinin harus di monitor setidaknya satu sampai dua
kali per tahun. Sesudah target tekanan darah tercapai, follow-up dapat 3-6 bulan
sekali.7

Gambar 4 Algoritma Penanggulangan Hipertensi7

25
2.12 Pengobatan pada Indikasi Khusus

2.12.1 Penyakit jantung Iskemik

Penyakit jantung iskemik merupakan kerusakan organ target yang paling


sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi. Pada hipertensi dengan angina
pectoris stabil obat pilihan pertama b-blocker dan sebagai alternative calcium
channel blocker (CCB). Pada pasien dengan sindroma koroner akut (angina
pectoris tidak stabil atau infark miokard), pengobatan hipertensi dimulai dengan
BB dan ACEI dan kemudian dapat ditambahkan anti hipertensi lain bila
diperlukan. Pada pasien pasca infark miokard, ACEI, BB, dan antagonis aldosteron
terbukti sangat mengutungkan tanpa melupakan penatalaksaan profil lipid yang
intensif dan penggunaan aspirin.7

2.12.2 Gagal Jantung

Gagal Jantung dalam bentuk disfungsi ventrikel sistolik dan diastolic


terutama disebabkan oleh hipertensi dan penyakit jantung iskemik. Sehingga
penatalaksaan hipertensi dan profil lipid yang agresif merupakan upaya terjadinya
gagal jantung. Pada pasien asimptomatik dengan terbukti disfungsi ventrikel
rekomendasinya adalah ACEI dan BB. Pada pasien simptomatik dengan disfungsi
ventrikel atau penyakit jantung “end stage” direkomendasikan untuk menggunakan
ACEI, BB dan ARB bersama dengan pemberian diuretik “loop”.7

2.12.3 Gangguan Fungsi Ginjal

Hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal

Pada keadaan ini penting diketahui derajat gangguan fungsi ginjal ( CCT,
kreatinin) dan derajat proteinuri. PAda CCT < 25 ml/menit diuretic golongan
thiazid (kecuali metolazon) tidak efektif. Pemakaian golongan ACEI/ ARB perlu
memperhatikan penurunan fungsi ginjal dan kadar kalium. Pemakaian golongan
BB dan CCB relative aman.7

Hipertensi akibat gangguan ginjal/ adrenal

Pada gagal ginjal terjadi penumpukan garam yang membutuhkan penurunan


asupan garam/diuretic golongan furosemid/diaslisis. Penyakit ginjal renovaskuler

26
baik stenosis arteri renalis maupun aterosklerosis renal dapat ditanggulangi secara
intervensi (stening/opererasi) ataupun medical (pemakaian ACEI dan ARB tidak
dianjurkan bila diperlukan terapi obat). Aldosteronisme primer (baik adenoma
maupun hyperplasia kelenjar adrenal) dapat ditanggulangi secara medical (dengan
obat antialdosteron) ataupun intervensi. DIsamping hipertensi, derajat proteinuri
ikut menentukan progresi gangguan fungsi ginjal, sehingga proteinuri perlu
ditanggulangi secara maksimal dengan pemberian ACEI/ARB dan CCB golongan
non hdihidropiridin. Pedoman pengobatan hipertensi dengan gangguan fungsi
ginjal: (1) tekanan darah diturunkan sampai <130/80 mmHg (untuk mencegah
progresi gangguan fungsi ginjal). (2) bila ada proteinuria dipakai ACEI/ARB
(sepanjang tak ada kontraindikasi).(3)bila proteinuria > 1g/24 jam tekanan darah
diusahakan lebih rendah ( ≤ 125/75 mmHg).(4)perlu diperhatikan untuk perubahan
fungsi ginjal pada pemakaian ACEI/ARB (kreatinin tidak boleh naik > 20%) dan
kadar kalium (hiperkalemia).7

2.12.4 Usia Lanjut

Pengobatan dimulai jika: (1) tekanan sistolik ≥ 160 mmHg bila kondisi
harapan hidup baik. (2) Tekanan sistolik ≥ 140 bila disertai DM atau merokok atau
disertai factor risiko lainya. Obat-obat yang biasanya dipakai meliputi diuretic
(HCT) 12,5 mg, terbukti mencegah komplikasi terjadinya penyakit jantung
kongestif. Keuntunganya murah dan dapat mencegah kehilangan kalsium tulang.
Target tekanan sistolik < 140 mmHg dan target tekanan diastolic sekitar 85-90
mmHg.7

2.12.6 Stroke Iskemik Akut

Tidak direkomendasikan terapi hipertensi pada stroke iskemik akut, kecuali


terdapat hipertensi berat dan menetap yaitu > 220 mmHg atau diastolik > 120
mmHg dengan tanda-tanda ensefalopati atau disertai kerusakan target organ lain.7

2.12.7 Stroke Hemoragik Akut

Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan darah sistolik > 140
mmHg: berikan nicardipin/ diltiazem/nimodipin drip dan dititrasi dosisnya sampai
dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg.7

27
2.12.8 Diabetes

Indikasi pengobatan jika tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan atau
tekanan diastolik ≥ 80 mmHg. Sasaran target penurunan tekanan darah: (1) tekanan
darah < 130/80 mmHg. (2) bila disertai proteinuria ≥ 1 g/24 jam, target ≤ 125/75
mmHg.7

2.13 Krisis Hipertensi

2.13.1 Definisi

Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang


mendadak (sistol ≥ 180 mmHg dan atau diastole ≥ 120 mmHg), pada penderita
hipertensi yang membutuh kan penanganan segera.7

2.13.2 Klasifikasi

Hipertensi emergensi

Kenaikan tekanan darah mendadak yang disertai kerusakan organ target yang
progresif disebut hipertensi emergensi. Pada keadaan ini diperlukan tindakan
penurunan tekanan darah yang segera dalam kurun waktu menit/jam.7

Hipertensi urgensi

Kenaikan tekanan darah mendadak yang tidak disertai kerusakan organ target
disebut hipertensi urgensi. Penurunan tekanan darah pada keadaan ini harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.7

2.13.3 Manifestasi klinis

Bidang neurologi7

- Sakit kepala, hilang/kabur penglihatan, kejang, gangguan kesadaran


(somnolen, spoor, koma).
Bidang mata7

- Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat retina, edema papil.


Bidang kardiovaskular7

28
- Nyeri dada, edema paru
Bidang ginjal7

- Azotemia, proteinuria, oliguria


7
2.13.4 Faktor Risiko

- Penderita hipertensi yang tidak meminum obat atau minum obat anti
hipertensi tidak teratur.
2.13.5 Tatalaksana Hipertensi Emergensi7

- Penanggulangan hipertensi emergensi harus dilakukan di rumah sakit


dengan fasilitas pemantauan yang memadai
- Pengobatan parenteral diberikan secara bolus atau infuse sesegera
mungkin
- Tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam
dengan langkah sebagai berikut:
- 5 menit s/d 120 menit pertama tekanan darah rata-rata diturunkan 20-
25%
- 2 s/d 6 jam kemudian tekanan darah diturunkan sampai 160/100
mmHg
- 6-24 jam berikutnya diturunkan sampai < 140/90 mmHg bila tidak
ada gejala iskemia organ
2.13.6 Obat-obatan yang digunakan pada Hipertensi Emergensi

Clonidin (Catapres) IV (150 mcg/ampul)7

- Clonidin 900 mcg dimasukkan ke dalam cairan infuse glukosa 5%


500 cc dan diberikan dengan mikrodrip 12 tetes/menit, setiap 15
menit dapat dinaikkan 4 tetes sampai tekanan darah yang diharapkan
tercapai.
- Bila tekanan target darah tercapai pasien diobservasi selama 4 jam
kemudian diganti dengan tablet clonidin oral sesuai kebutuhan.
- Clonidin tidak boleh dihentikan mendadak, tetapi diturunkan
perlahan-lahan oleh karena bahaya rebound fenomena, dimana
tekanan darah naik secara cepat bila obat dihentikan.
Diltiazem (Herbesser) IV (10 mg dan 50 mg/ampul)7

29
- Diltiazem 10 mg IV diberikan dalam 1-3 menit kemudian diteruskan
dengan infuse 50 mg/jam selama 20 menit.
- Bila tekanan darah telah turun > 20% dari awal, dosis diberikan 30
mg/jam sampai target tercapai
- Diteruskan dengan dosis maintenance 5-10 mg/jam dengan observasi
4 jam kemudian diganti dengan tablet oral.
Nicardipin (Perdipin) IV (2 mg dan 10 mg/ampul)7

- Nicardipin diberikan 10-30 mcg/kgBB bolus


- Bila tekanan darah tetap stabil diteruskan dengan 0,5-6
mcg/kgBB/menit sampai target tekanan darah tercapai.
Labetolol (Normodyne) IV7

- Labetolol diberikan 20-80 mg IV bolus setiap 10 menit atau dapat


diberikan dalam cairan infuse dengan dosis 2 mg/menit.
Nitroprusside (Nitropress, Nipride) IV7

- Nitroprusside diberikan dalam cairan infuse dengan dosis 0,25-10.00


mcg/kg/menit

30
Daftar Pustaka

1. Gunawan, Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia, 2001; 10.


2. World Health Organization. The World Health Report 2002: Risk to Health 2002.
Geneva: World Health Organization.
3. Thomas M. Habermann, , Amit K. Ghosh. Mayo Clinic Internal Medicine Concise
Textbook. 1st edition. Canada: Mayo Foundation for Medical Education and
Research:2008.
4. Staessen A Jan, Jiguang Wang, Giuseppe Bianchi, W.H. Birkenhager, Essential
Hypertension, The Lancet,2003; 1629-1635.
5. Soenarta Ann Arieska, Konsensus Pengobatan Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan
Hipertensi Indonesia (Perhi), 2005; 5-7.
6. Cowley AW Jr. The genetic dissection of essential hypertension. Nat Rev Genet. 2006
Nov;7(11):829–40. [PMID: 17033627]
7. Chobanian AV et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7
report. JAMA. 2003 May 21;289(19):2560–72.
8. Kasper, Braunwald, Fauci, et al. Harrison’s principles of internal medicine 17th
edition. New York: McGrawHill:2008
9. McPhee, Stephen J, et al. Current Medical Diagnosis and Treatment 2009. New York:
McGrawHill: 2009
10. Norman M. Kaplan. Kaplan's Clinical Hypertension 9th edition. Philadelphia, USA:
Lippincott Williams & Wilkins:2006
11. Horacio J, Nicolaos E. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of Hypertension.N
Engl J Med 2007;356:1966-78
12. Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Hypertension Diagnosis and
Treatment. Bloomington (MN): Institue for Clinical Systems Improvement (ICSI);
2008 October
13. 2003 World Health Organization (WHO)/International Society of Hypertension (ISH)
statement on management of hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-1992

31

Anda mungkin juga menyukai