HIPERTENSI
Disusun Oleh:
Tirza Yustiana Limbong C111 12106
Annisa Riska Yanti C111 12321
Sunaia Bt Ismail C111 12873
Pembimbing:
Dr. dr. H. Rasyidin Abdullah, MPH,MH.Kes, DPDK
1
DAFTAR ISI
SAMPUL…………………………………………………………………………i
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………..1
2
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Hasanuddin.
Pembimbing
3
BAB I
LAPORAN KASUS
KEDOKTERAN KELUARGA
(HIPERTENSI)
Data riwayat keluarga :
I. Identitas pasien :
Nama : Tn. R
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan PT Mikase
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Paccerakang
Status Pasien : BPJS
Waktu Pemeriksaan : 2 November 2017
4
IV. Keadaan rumah/ lingkungan
a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : Keramik
c. Luas rumah : 8 x 15 m2
d. Penerangan : Cukup
e. Kebersihan : Cukup
f. Ventilasi : Baik
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : PDAM
j. Sumber pencemaran air : Tidak ada
k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Baik
V. Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik
5
No Nama Hub Um Pendi Pekerj Agama Keadaan Keadaa Imuni KB Ket
dgn KK ur dikan aan kesehatan n gizi sasi
VIII. Anggota Keluarga : 6 orang, tidak ada anggota keluarga yang datang berobat ke
klinik
IX. Anamnesis
a. Keluhan utama : Tekanan Darah Tinggi
6
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Sakit ringan, gizi normal
• Kesadaran : Composmentis
• Tekanan darah : 130/90 mmHg
• Frekuensi nadi : 92 x/menit
• Frekuensi nafas : 16 x/menit
• Suhu : 36,6oC
Status generalis
Kepala-Leher
Kulit : Berwarna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut berwarna hitam
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata OD : Bentuk normal, Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
palpebral superior et inferior tidak edema, pupil bulat dengan
diameter kurang lebih 2,5 mm, reflek cahaya (+), mata cekung
(-).
OS : Bentuk normal, Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
palpebral superior et inferior tidak edema, pupil bulat dengan
diameter kurang lebih 2,5 mm, reflek cahaya (+), mata cekung
(-).
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret, tidak
ada serumen
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, tidak ada sekret
Mulut : Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir lembab, lidah
tidak kotor, arkus faring simetris, letak uvula di tengah, faring
tidak hiperemis, tonsil T1-T1, mukosa mulut tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran KGB -/-
Thorax
Inspeksi :
Bentuk dan ukuran : Bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-),
pergerakan dinding dada simetris
7
Permukaan dada : Papula (-), purpura (-), ekimosis (-), spider naevi (-),
vena kolateral (-), massa (-).
Iga dan sela iga : Pelebaran ICS (-)
Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis : cekung, simetris kiri dan kanan
Fossa jugularis : Tidak tampak deviasi
Tipe pernafasan : Torako-abdominal
Palpasi
Trakea : Tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V
linea parasternal sinistra
Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
Gerakan dinding dada : Simetris kiri dan kanan
Fremitus vocal : Simetris kiri dan kanan
Perkusi
Sonor seluruh lapang paru
Batas paru-hepar : Inspirasi ICS VI, Ekspirasi ICS VI
Batas paru-jantung :
Kanan : ICS II linea parasternalis dekstra
Kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi
Cor : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).
Pulmo :
Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru
Rhonki (-/-)
Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : Simetris
Umbilicus : Masuk merata
Permukaan Kulit : Tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-),massa (-),
vena kolateral (-), papula (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-),spider navy (-).
Distensi (-)
Ascites (-)
Auskultasi
8
Bising usus (+) normal
Metallic sound (-)
Bising aorta (-)
Perkusi
Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
Nyeri ketok (-)
Palpasi
Nyeri tekan epigastrium (-)
Massa (-)
Hepar / lien : tidak teraba
Ekstremitas
9
XII. Diagnosis Kerja
- Hipertensi grade I on Treatment
- Bisoprolol 5 mg
- Allupurinol 100 mg,
- B1 B6 B12
10
XIV. Prognosis
Ad vitam : Dubia at bonam
Ad sanationam : Dubia at bonam
Ad fungsionam : Dubia at bonam
11
PEMBAHASAN
Seorang laki-laki berusia 49 tahun menderita tekanan darah tinggi sejak satu tahun
yang lalu. Pasien telah didiagnosis hipertensi sejak tanggal 20 Januari 2016. Keluhan lain
tidak ada. Batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada.BAB lancar,
BAK lancar. Dari pemeriksaan fisis didapatkan status generalisata sakit ringan, gizi normal,
sadar. Tanda vital didapatkan tekanan darah, yaitu 130/90 mmhg, Frekuensi nadi: 92 x/menit,
laju pernapasan : 16 x/menit, suhu aksila : 36,6oC
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertesi adalah tekanan sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg, sedangkan
Prehipertensi adalah tekanan sistolik 120-139 mmHg atau diastolic 80-89 mmHg.3
2.2 Etiologi
Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu esensial dan sekunder. Sebanyak 90 %
hipertensi esensial dan hanya 10 % yang penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal,
kelainan pembuluh darah, dan kelainan hormonal. 5
13
2.2.2 Renal vascular hypertension
Penyakit ini timbul karena sekresi yang berlebihan dari aldosteron oeh
korteks adrenal. Pada pasien hipertensi dengan hipokalemia, krn pengeluaran
kalium yang berlebih melalui urin (biasanya > 40 mEq/L). 9
2.2.5 Pheochromocytoma
2.3 Klasifikasi
14
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi7
Pada tabel 1 merupakan klasifikasi hipertensi pada usia 18 tahun atau lebih menurut JNC
VII. Penggunaan klasifikasi ini ini didasarkan dengan pengukuran tekanan darah dua kali
atau lebih. 7
Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang reversible dan
irreversibel. Faktor risiko yang reversibel adalah usia, ras Afrika-Amerika, dan riwayat
keluarga yang memiliki hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang bersifat reversible adalah
prehipertensi, berat badan berlebih, kurang aktivitas, konsumsi makanan yang mengandung
natrium tinggi, merokok, dan sindroma metabolik.3
2.4.1 Usia
15
Semakin tinggi berat badan, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Volume darah meningkat di
dalam pembuluh darah dan terjadi peningkatan tekanan dinding arteri.3
Orang yang kurang aktifitas cenderung memiliki denyut jantung yang lebih
banyak. Semakin tinggi denyut jantung, semakin berat jantung harus bekerja pada
setiap kontraksi dan lebih kuat tekanan pada arteri.3
2.4.6 Merokok
Zat-zat kimia pada rokok dapat menyebaban kerusakan pada dinding arteri
yang menyebabkan penyempitan arteri sehingga dapat meningkatkan tekanan
darah.3
2.5 Patofisiologi
Tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah dalam pembuluh darah yang dilakukan
oleh aktivitas memompa jantung (Cardiac Output) dan tonus dari arteri (peripheral resisten).
Faktor-faktor ini menentukan besarnya tekanan darah. Banyak sekali faktor yang
16
mempengaruhi cardiac output dan resistensi perifer. Hipertensi terjadi karena kelainan dari
salah faktor tersebut. 10
Cardiac output berhubungan dengan hipertensi, peningkatan cardiac output secara logis
timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan cairan (preload) atau peningkatan
kontraktilitas dari efek stimulasi saraf simpatis. Tetapi tubuh dapat mengkompensasi agar
cardiac output tidak meningkat yaitu dengan cara meningkatkan resistensi perifer. 10
Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan hipertensi karena peningkatan
volume cairan dalam pembuluh darah dan preload, sehingga meningkatkan cardiac output. 10
17
Gambar 2 Patofisiologi Natrium dan Kalium pada Hipertensi11
Gejala yang paling sering muncul adalah nyeri kepala. Hypertensi yang meningkat
dengan cepat dapat menimbulkan gejala seperti somnolen, bingung, gangguan penglihatan,
mual dan muntah.8
18
Pada aldosteronism primer, pasien merasakan lemas otot, polyuria, da nocturia karena
hypokalemia. Hipertensi kronik sering menyebabkan pembesaran jantung kiri, yang dapat
menimbulkan gejala sesak napas yang berhubungan dengan aktivitas dan paroxysmal
nocturnal dyspnea. Keterlibatan cerebral karena stroke yang disebabkan oleh trombosis atau
hemoragik dari mikroaneurisma. 8
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk berat dan tinggi
badan. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada kedua lengan, dan lebih baik
dikukur pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri untuk mengevaluasi hipotensi postural.
Dilakukan palpasi leher untuk mempalpasi dari pembesaran tiroid dan penilaian terhadap
tanda hipotiroid atau hipertiroid. Pemeriksaan pada pembuluh darah dapat dilakukan dengan
funduskopi, auskultasi untuk mencari bruit pada arteri karotis. Retina merupakan jaringan
yang arteri dan arteriolnya dapat diperiksa dengan seksama. Seiring dengan peningkatan
derajat beratnya hipertensi dan penyakit aterosklerosis, pada pemeriksaan funduskopi dapat
ditemukan peningkatan reflex cahaya arteriol, hemoragik, eksudat, dan papiledema.
Pemeriksaan pada jantung dapat ditemukan pengerasan dari bunyi jantung ke-2 karena
penutuan dari katup aorta dan S4 gallop. Pembesaran jantung kiri dapat dideteksi dengan
iktus kordis yang bergeser ke arah lateral. 8
19
Tabel 2 Pemeriksaan penunjang untuk skrening etiologi hipertensi7
2.8 Diagnosis
Konfirmasi dari hipertensi berdasarkan pada pemeriksaan awal, dan pemeriksaan pada
dua kali follow-up dengan setidaknya dua kali pengukuran pada setiap kali follow-up.
20
2.9 Komplikasi
21
2.9.1 Jantung
2.9.2 Otak
2.9.3 Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering terjadi
pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah harus
130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika ada proteinuria. 8
2.10 Prognosis
WHO membuat tabel stratifikasi dan membuat tiga kategori risiko yang berhubungan
dengan timbulnya kejadian penyakit kardiovaskular selama 10 tahun ke depan: (1) risiko
rendah, kurang dari 15 %. (2) risiko menengah , sekitar 15-20 %. (3) risiko tinggi, lebih dari
20 %.13
Tabel 3 Faktor yang Mempengaruhi Prognosis13
22
Tabel 4 Prognosis13
23
gagal jantung, sekitar > dari 50 %. Estimasi ini dlakukan pada hipertensi derajat 1
dengan tekanan sistolik 140-159 mmHg dan atau tekanan diastolic 90-99 mmHg.7
2.11.3 Perubahan Gaya Hidup
Gaya hidup yang sehat merupakan prevensi terhadap peningkatan tekanan
darah dan termasuk dalam pengobatan hipertensi. Perubahan gaya hidup dapat
menurunkan atau menunda insiden dari hipertensi, dan meningkatkan efek dari
obat antihipertensi, dan penurunan risiko kardiovaskular.7
24
Penanggulangan hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan
gaya hidup tekanan darah belum mencapai target (>140/90 mmHg) atau > 130/80
mmHg pada diabetes atau penyakit ginjal kronik. Pemilihan berdasarkan
ada/tidaknya indikasi khusus. Bla tidak ada indikasi khusus pilihan obat juga
tergantung pada derajat hipertensi.7
25
2.12 Pengobatan pada Indikasi Khusus
Pada keadaan ini penting diketahui derajat gangguan fungsi ginjal ( CCT,
kreatinin) dan derajat proteinuri. PAda CCT < 25 ml/menit diuretic golongan
thiazid (kecuali metolazon) tidak efektif. Pemakaian golongan ACEI/ ARB perlu
memperhatikan penurunan fungsi ginjal dan kadar kalium. Pemakaian golongan
BB dan CCB relative aman.7
26
baik stenosis arteri renalis maupun aterosklerosis renal dapat ditanggulangi secara
intervensi (stening/opererasi) ataupun medical (pemakaian ACEI dan ARB tidak
dianjurkan bila diperlukan terapi obat). Aldosteronisme primer (baik adenoma
maupun hyperplasia kelenjar adrenal) dapat ditanggulangi secara medical (dengan
obat antialdosteron) ataupun intervensi. DIsamping hipertensi, derajat proteinuri
ikut menentukan progresi gangguan fungsi ginjal, sehingga proteinuri perlu
ditanggulangi secara maksimal dengan pemberian ACEI/ARB dan CCB golongan
non hdihidropiridin. Pedoman pengobatan hipertensi dengan gangguan fungsi
ginjal: (1) tekanan darah diturunkan sampai <130/80 mmHg (untuk mencegah
progresi gangguan fungsi ginjal). (2) bila ada proteinuria dipakai ACEI/ARB
(sepanjang tak ada kontraindikasi).(3)bila proteinuria > 1g/24 jam tekanan darah
diusahakan lebih rendah ( ≤ 125/75 mmHg).(4)perlu diperhatikan untuk perubahan
fungsi ginjal pada pemakaian ACEI/ARB (kreatinin tidak boleh naik > 20%) dan
kadar kalium (hiperkalemia).7
Pengobatan dimulai jika: (1) tekanan sistolik ≥ 160 mmHg bila kondisi
harapan hidup baik. (2) Tekanan sistolik ≥ 140 bila disertai DM atau merokok atau
disertai factor risiko lainya. Obat-obat yang biasanya dipakai meliputi diuretic
(HCT) 12,5 mg, terbukti mencegah komplikasi terjadinya penyakit jantung
kongestif. Keuntunganya murah dan dapat mencegah kehilangan kalsium tulang.
Target tekanan sistolik < 140 mmHg dan target tekanan diastolic sekitar 85-90
mmHg.7
Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan darah sistolik > 140
mmHg: berikan nicardipin/ diltiazem/nimodipin drip dan dititrasi dosisnya sampai
dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg.7
27
2.12.8 Diabetes
Indikasi pengobatan jika tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan atau
tekanan diastolik ≥ 80 mmHg. Sasaran target penurunan tekanan darah: (1) tekanan
darah < 130/80 mmHg. (2) bila disertai proteinuria ≥ 1 g/24 jam, target ≤ 125/75
mmHg.7
2.13.1 Definisi
2.13.2 Klasifikasi
Hipertensi emergensi
Kenaikan tekanan darah mendadak yang disertai kerusakan organ target yang
progresif disebut hipertensi emergensi. Pada keadaan ini diperlukan tindakan
penurunan tekanan darah yang segera dalam kurun waktu menit/jam.7
Hipertensi urgensi
Kenaikan tekanan darah mendadak yang tidak disertai kerusakan organ target
disebut hipertensi urgensi. Penurunan tekanan darah pada keadaan ini harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.7
Bidang neurologi7
28
- Nyeri dada, edema paru
Bidang ginjal7
- Penderita hipertensi yang tidak meminum obat atau minum obat anti
hipertensi tidak teratur.
2.13.5 Tatalaksana Hipertensi Emergensi7
29
- Diltiazem 10 mg IV diberikan dalam 1-3 menit kemudian diteruskan
dengan infuse 50 mg/jam selama 20 menit.
- Bila tekanan darah telah turun > 20% dari awal, dosis diberikan 30
mg/jam sampai target tercapai
- Diteruskan dengan dosis maintenance 5-10 mg/jam dengan observasi
4 jam kemudian diganti dengan tablet oral.
Nicardipin (Perdipin) IV (2 mg dan 10 mg/ampul)7
30
Daftar Pustaka
31