Anda di halaman 1dari 15

Hubungan Antara Personal Hygiene Dengan Keputihan Pada Remaja Putri

iklan1
Hubungan Antara Personal Hygiene Dengan Keputihan Pada Remaja Putri:

Masalah keputihan adalah masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Tidak
banyak wanita yang tahu apa itu keputihan dan menganggap enteng terhadap persoalan
keputihan. Leukorrhoe (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang
diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat genital yang tidak berupa darah.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan antara keputihan dengan personal
hygiene pada remaja putri kelas X dan XI yang akan dilaksanakan di SMA Negeri 4 Metro tahun
2010, dengan alasan banyak terdapat siswi yang mengalami keputihan dan kurang mengetahui
mengenai personal higiene.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional guna mengetahui
hubungan antara keputihan dengan personal hygiene dengan populasi penelitian adalah siswi
kelas X dan XI di SMA Negeri 4 Metro yang berjumlah 292 orang siswi, dan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 169 orang siswi yang dipilih secara acak dengan
tehnik simple random sampling. Variabel yang diteliti adalah personal hygiene sebagai variabel
bebas dan keputihan sebagai variabel terikat dengan instrumen pengumpulan data angket berupa
kuisioner yang kemudian dianalisa dengan menggunakan rumus uji statistik chi-square yang
diolah secara komputerisasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang personal hygiene
sebagian besar adalah dengan pengetahuan kurang sebanyak 94 siswi (55,62%), dan kejadian
keputihan sebagian besar adalah dengan keputihan yang normal sebanyak 122 siswi (72,19%).
Hasil uji statistik p = 0,00 lebih rendah dari nilai alpha ( , sehingga ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan yang abnormal, dari
hasil analisis diperoleh nilai OR: 8,896 (lower = 3,515 upper =22,514).
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan remaja putri tentang persnonal hygiene dengan keputihan di SMA Negeri 4
Metro. Dari kesimpulan tersebut maka dapat disarankan kepada para remaja untuk dapat
menambah pengetahuannya dengan menggali informasi dari sumber yang benar seperti tenaga
kesehatan sumber informasi lainnya.

Kata kunci : Hubungan, Personal Hygiene, Keputihan


http://bascommetro-blogspot-com.blogspot.com/2011/10/hubungan-antara-personal-hygiene-
dengan.html
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN
PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 9
SEMARANG TAHUN 2012

Abstrak: Kejadian keputihan sebagai salah satu gangguan kesehatan masih cukup tinggi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene. Studi
pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 9 Semarang 7 diantara 10 remaja putri yang
mengalami keputihan dan dari hasil wawancara menunjukkan pengetahuan remaja putri
tentang personal hygiene
yang kurang dan tidak tahu cara melakukan tindakan pencegahan keputihan yang benar.
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene
dengan tindakan pencegahan keputihan di SMA Negeri 9 Semarang.
Jenis penelitian yang digunakan analitik dengan metode pendekatan cross sectional.
Jumlah populasi sebanyak 183 siswi dan jumlah sampel 65 siswi. Instrumen yang digunakan
kuesioner. Variabel bebas yaitu pengetahuan tentang personal hygiene dan variabel terikat
tindakan pencegahan keputihan. Uji yang digunakan yaitu uji Rank Spearman.
Sebagian besar pengetahuan tentang personal hygiene
cukup sebanyak 29 responden (44,6%) dan sebagian besar melakukan pencegahan
keputihan sebanyak 41 responden (63,1%). Didapat r hitung 0,442 > r tabel 0,224 dan p value
sebesar 0,000 < 0,05. Ada hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang
personal hygiene dengan tindakan pencegahan keputihan di SMA Negeri 9 Semarang.

Kata Kunci: Pengetahuan, Personal Hygiene, Keputihan

http://www.e-jurnal.com/2013/11/hubungan-tingkat-pengetahuan-remaja.html
KEPUTIHAN PADA REMAJA

KEPUTIHAN TERJADI PADA REMAJA

Remaja adalah masa transmisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dimana terjadi pacu
tumbuh, timbul ciri-ciri seksual sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi perubahan-perubahan
psikologi dankognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi
biologiknya (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja disebut juga masa adolescence (tumbuh menjadi
dewasa). Masa remaja ditandai oleh masa pubertas yaitu waktu seseorang perempuan mampu
mengalami konsepsi yaitu menstruasi/haid pertama, dan adanya mimpi basah pada anak laki-laki. Pada
masa tersebut remaja mengalami perkembangan seksual diantaranya, kematangan organ seksual mulai
berfungsi, baik untuk reproduksi (menghasilkan keturunan) maupun rekresi (mendapat kesenangan)
(Moersintowati, 2002). Pada masa ini diharapkan remaja mulai memperhatikan kesehatan diri (personal
hygiene) terutama kesehatan reproduksi. Keadaan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia saat ini
masih belum seperti yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan keadaan di negara ASEAN lainnya,
Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi
selain berdampak secara fisik juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental, emosi, keadaan
ekonomi dan kesejahteraan sosial (Departemen kesehatan RI, 2001).
Kesehatan reproduksi remaja wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : kebersihan alat-
alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit menular (PMS),
pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan
hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya. Menurut (WHO, 2010) bahwa sekitar 75%
perempuan di dunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidupnya, dan sebanyak
45% akan mengalami dua kali atau lebih, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar
25%.

Di Indonesia kejadian keputihan semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan


bahwa tahun 2002, 50% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003
60% wanita pernah mengalami keputihan, sedangkan pada tahun 2004, hampir 70% wanita di Indonesia
pernah mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya (Prasetyowati, 2009). Permasalahan
remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi khususnya kebersihan alat genital salah satunya
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara
reproduksi. Hal tersebut diperkuat oleh (Notoatmodjo, 2012) bahwa pengetahuan merupakan domain
yang berpengaruh dalam membentuk perilaku seseorang.

Pengetahuan tentang keputihan merupakan bagian dari terbentuknya perilaku untuk mencegah
keputihan. Hasil penelitian di desa Bandung Kecamatan Kebumen menunjukan koefisien korelasi antara
tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku menjaga diri terhadap keputihan sebesar
0,697. Angka koefisien korelasi adalah 0,697 dengan melihat nilai probabilitas (Sig) 0,000 < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua variable sangat signifikan, artinya hubungan antara
pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku menjaga diri terhadap keputihan sangat cukup.
Koefisien korelasi bertanda positif (+), artinya hubungannya searah sehingga ada kecenderungan remaja
putri dengan tingkat pengetahuan tentang keputihan yang baik akan memiliki perilaku yang baik juga
dalam menjaga diri terhadap keputihan (Solikhah, 2010).

Dari hasil penelitian pada Remaja Putri di SMPN 1 Dau Malang hasil analisa data yang dilakukan
dengan uji Paired Sample T-Test menunjukkan nilai signifikansi (p) < 0,05 (0,000<0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan upaya pencegahan keputihan sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan kesehatan tentang kebersihan genitalia (Rio, 2013).

Sedangkan menurut penelitian Dwi Aristha berhasil uji regresi logistic penelitian untuk
pengetahuan ( p< 0,05 ) tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian keputihan. Hal itu
dapat terjadi karena kejadian keputihan dipengaruhi oleh banyak faktor selain oleh pengetahuan
menjaga kesehatan sistem reproduksi. Sikap (p < 0,05) dan perilaku (p < 0,05) mempunyai hubungan
yang bermakna dengan kejadian keputihan. Jika seseorang mempunyai sikap baik maka kemungkinan
tidak akan mengalami kejadian keputihan. Sikap yang baik kemungkinan juga akan memberikan
gambaran seseorang berperilaku baik, sehingga lebih memperkecil kemungkinan terjadinya kejadian
keputihan (Aristha Dwi, 2013).

Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat penting umtuk remaja karena pada saat usia remaja
terjadi perkembangan yang sangat dinamis baik secara biologi maupun psikologi dan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja seperti informasi yang diterima, orang tua, teman,
orang terdekat, media massa, dan seringnya diskusi (Nasria, 2010).

Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan
ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan
serius oleh para remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Keputihan yang fisiologis
terjadi pada saat seorang perempuan terangsang sistem berahinya menjelang menstruasi, sesudah
menstruasi, atau ditengah-tengah siklus, jumlahnya tidak begitu banyak, berwarna jernih, putih (kadang-
kadang meinggalkan bekas kuning di celana dalam), tidak berbaudan tidak disertai keluhan seperti gatal,
nyeri, bengkak pada alat kelamin. Kebanyakan keputihan yang berbaudan warnanya kuning harus
diwaspadai karena beresiko timbulnya penyakit atau infeksi genetalia (Wahyudi, 2002).

Estimasi jumlah remaja di Jawa barat tahun 2008 sudah mencapai 11.662.000 orang. Jumlah
remaja yang semakin meningkat diikuti oleh permasalahan remaja yang semakin meluas terutama yang
terkait dengan kesehatan reproduksinya. Informasi kesehatan reproduksi remaja yang tidak lengkap,
masih berkembangnya mitos-mitos di sekitar remaja, ketidakmampuan remaja untuk assertive dan peer
pressure dari teman sebayanya. Ketidakmampuan tersebut jelas dilatarbelakangi oleh keremajaan
mereka. Dari berbagai bagian wilayah Bandung ini terdapat banyak SMA baik yang negeri maupun
swasta. Salah satu SMA yang diambil sebagai sampel penelitian adalah SMA Bina Dharma 1 yang terletak
di Jl.GegerkalongHilir No.18 Bandung, SMA ini salah satu sekolah yang tidak memiliki program keputrian
yang khusus memberikan pengetahuan tentang reproduksi wanita terutama tentang keputihan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Bina Dharma 1 Bandung penulis mendapatkan
dari guru BP bahwa para siswi belum mendapatkan informasi yang jelas tentang pencegahan keputihan
tapi parasiswi sudah di kenalkan tentang alat- alat reproduksi, bidang kesiswian pun mengakui tidak
adanya organisasi kekhusan wanita yaitu keputrian yang memberikan pendidikan kesehatan termasuk
pendidikan tentang keputihan dan melalui wawancara ternyata 6 dari 10 siswi didapatkan 6 siswi
tersebut mengetahui apa yang dimaksud keputihan, 6 siswi diantaranya mengeluh sering keputihan dan
segera menindaklanjuti dengan cara mengganti celana dalam sejumlah 4 orang dan membersihkan
vagina dengan sabun sirih sejumlah 2 orang, sedangkan 4 siswi yang lain tidak memperdulikan
keadaannya. Dan juga di SMA Bina Dharma 1 belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan
tentang keputihan, kebanyakan siswi malu untuk mengungkapkan ketidaktahuannya tentang cara
menjaga kebersihan vaginanya, sehingga angka terjadinya keputihan tinggi di SMA tersebut.

http://anikanggraini.blogspot.com/2014/11/keputihan-pada-remaja.html

Hubungan Antara Perawatan Kebersihan Vulva Dengan Kejadian Keputihan


Pada Wanita Usia Remaja Putri D-III Kebidanan Tingkat II
Posted by Zainul Ismanto at 23.03Read our previous post

Review Karya Tulis Ilmiah

Kode : B-006

Judul : Hubungan Antara Perawatan Kebersihan Vulva Dengan Kejadian Keputihan Pada
Wanita Usia Remaja Putri D-III Kebidanan Tingkat II STIKES (lokasi penelitian)

Tebal : 48 + Lampiran

Jenis : Kuantitatif

ABSTRAKSI

Keputihan adalah merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang
disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar
bibir vagina bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri
sewaktu berkemih atau bersenggama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pola perawatan vulva dengan kejadian keputihan. Desain penelitian ini menggunakan
deskriptif korelasi, populasinya adalah wanita usia remaja di Stikes ………………….. (lokasi
penelitian anda) sebanyak 38 mahasiswa, dengan menggunakan total sampling, cara
mengambil data yaitu dengan kuesioner, data di analisa menggunakan rank sperman. Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa 52.6% perawatan kebersihan vulva dilakukan cukup
baik, oleh responden. Hal ini dapat di simpulkan bahwa dari 38 responden yang mengalami
keputihan Patologis sebanyak 55.3% responden, dan yang mengalami keputihan yang
tidak Patologis (fisiologis) sebanyak 44.7% responden. Ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara perawatan kebersihan vulva dengan kejadian keputihan patologis. Dari
hasil penelitian ini, di harapkan untuk menigkatkan kesadaran melakukan
Perawatan Kebersihan Vulva pada wanita usia remaja khususnya mahasiswa tingkat II di
Stikes ………………….. (lokasi penelitian anda). Melihat hasil penelitian ini dapat di ketahui
bahwa dengan perawatan kebersihan yang cukup baik yang mengalami keputihan patologis
hampir setengahnya. Hal ini sudah di buktikan melalui penelitian yng dilaksanakan di
Stikes ………………….. (lokasi penelitian anda) pada tanggal……………... (waktu
penelitian)

LATAR BELAKANG

Keputihan adalah merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang
disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar
bibir vagina bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri
sewaktu berkemih atau bersenggama. Karena keputihan bukan merupakan penyakit yang
berbahaya dan tidak menimbulkan konsekuensi besar, maka tidaklah mengherankan bila
ada dokter yang tidak menaruh perhatian pada infeksi ini. Akan tetapi kejadian keputihan
yang berulang selain menimbulkan nyeri dapat juga menimbulkan stress emosional
(Mahannad S, 2009; 1). Pada Remaja perawatan kebersihan vulva kurang diperhatikan,
mereka juga banyak yang menggunakan celana dalam ketat, karena kebiasaan yang
kurang baik tersebut bakteri mudah mencapai vagina dan terjadilah infeksi.

Meskipun termasuk penyakit yang sederhana kenyataannya keputihan adalah penyakit


yang tak mudah di sembuhkan. Penyakit ini menyerang sekitar 50% populasi perempuan
dan mengenai hampir dari semua umur. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi
remaja menunjukkan 75% remaja di dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali
seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya sebanyak 2 kali atau lebih. Di
Indonesia remaja yang mengalami keputihan ini sangat besar, 75% remaja Indonesia pasti
mengalami keputihan, minimal 1 kali dalam hidupnya. Sedangkan di jawa timur penderita
keputihan mencapai 35%.(Blankast, Ariev. 2008)

Wanita usia remaja yang dimulai pada umur 18-21 tahun dapat dijadikan sabagai
responden karena pada usia tersebut rentan terjadi keputihan. Sehingga penelitian ini bisa
difokuskan pada faktor perawatan kebersihan vulva. Terutama di D-III Kebidanan
Tingkat II (lokasi penelitian anda). Setelah peneliti mengadakan study pendahuluan dari 8
mahasiswi usia remaja dari usia 18-21 di dapat 6 orang menderita keputihan. Mereka
mengatakan bahwa keputihannya encer, melekat pada celana dalam dan berbau. Ada juga
yang mengatakan keputihannya berwarna putih kekuningan agak kental, keluarnya setiap
hari dan gatal. Mereka tidak terlalu memperhatikan teknik pembersihan, jika membersihkan
dari belakang ke depan sesuai dengan kebiasaan.

Dari uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan kajian bagaimana Hubungan
antara perawatan kebersihan vulva dengan kejadian keputihan pada usia remaja putri D-III
Kebidanan Tingkat II (lokasi penelitian anda)

RUMUSAN MASALAH

”Adakah Hubungan antara perawatan kebersihan vulva dengan kejadian keputihan


Patologis pada usia remaja putri D-III Kebidanan Tingkat II (lokasi penelitian anda)” ?

TINJAUAN PUSTAKA

 Perawatan Diri
Pada bab ini dipaparkan teori tentang pengertian perawatan, pembagian perawatan
menurut Copernito, perawatan kebersihan vulva, dan fatkor yang dapat menyebabkan
vagina beresiko infeksi
 Alat-alat reproduksi wanita
Mendeskripsikan tentang teori genetalia eksterna, dan genetalia interna,.
 Keputihan
Menjelaskan tentang pengertian keputihan, klasifikasi keputihan, macam-macam keputihan,
penyebab keputihan, keadaan yang dapat mempermudah serangan infeksi jamur kandida
dan mungkin membahayakan vagina, hal-hal yang menjadi bagian hidup sehari-hari tetapi
amat mengganggu kesehatan kita, dan bebagai macam jenis pengobatan yang di gunakan
untuk mengobati keputihan.
 Remaja
Memaparkan teori tentang pengertian remaja, rentang usia masa remaja, karakteristik
remaja, sifat dan sikap remaja, dan karakteristik perkembangan remaja.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang
bertujuan mendeskripsikan (memaparkan) hubungan antar variabel. Variabel independent
dalam penelitian ini adalah pola perawatan kebersihan vulva sedang variable dependennya
adalah keputihan. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh wanita usia remaja putri di
D-III Kebidanan Tingkat II STIKES (lokasi penelitian anda) Populasi berjumlah 38
responden. penelitian ini menggunakan total sampling yaitu semua subjek yang di ambil
sejumlah 38 responden. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dengan bentuk
pertanyaan tertutup (close ended).Peneliti menyebarkan kuisioner pada semua populasi
kemudian peneliti memberi kode dan mengecek kelengkapan nama dan identitas,
kelengkapan data dan isian data. Kemudian memberi sekor terhadap item yang diisi.
HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian disajikan dalam 2 bagian yaitu Data umum dan Data Khusus. Data umum
yang meliputi, umur. Sedangkan data khusus yaitu meliputi distribusi perawatan
kebersihan vulva, distribusi tentang kejadian patologis, dan distribusi tentang hubungan
antara perawatan kebersihan vulva dengan kejadian keputihan patologis.

http://ktinskripsi.blogspot.com/2013/06/hubungan-antara-perawatan-kebersihan.html

Kejadian Keputihan
Latar Belakang

Internasional Conference on Population and Development (ICPD) yang diadakan di Kairo Mesir,

tahun 1994 menyatakan bahwa kesehatan reproduksi pria dan wanita sangat vital bagi pembangunan

nasional dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). (Saifuddin, 2003)

World Health Organization (WHO) memperkirakan satu dari dua puluh remaja di dunia

terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap tahunnya, bahkan di Amerika Serikat satu dari delapan

remaja. Penelitian di bagian obstetri ginekologi RSM (Sianturi 1990-1995). Dari 233 remaja terinfeksi

PMS sebanyak 2% pada usia 11-15 tahun, 12% pada usia 16-20 tahun terinfeksi didaerah kemaluan vulva

vaginalis. (Wishnuwardhani, 2005)

Sedangkan menurut Survey penelitian di Indonesia, ternyata wanita Indonesia yang pernah

mengalami keputihan ini sangat besar 75 % wanita Indonesia pasti mengalami keputihan minimal satu

kali dalam hidupnya. (Ocviyanti, 2006)

Hampir semua wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan Patologis seumur hidupnya

minimal satu sampai dua kali. Maka dari itu, para wanita dan pasangannya lebih baik memeriksakan diri

mereka dengan pat net sebanyak dua tahun sekali sejak berhubungan seks. (Boyke, 2003)

Berdasarkan pengalaman Boyke menghadapi beratus-beratus pasien setiap harinya di klinik

PASUTRI miliknya, ia menyatakan bahwa sepertiga dari pasien-pasien tersebut menderita keputihan.

“Jadi sekitar 35% dari keseluruhan pasien dokter kandungan. (Boyke,2003)

Keputihan atau dalam istilah medisnya disebut flour albus adalah kelurnya cairan dari alat

reproduksi melalui vagina, selain darah. (Wisnuwardahani, 2005)


Adapun penyebab keputihan yang bersifat patologis terjadi karena infeksi jamur (kebanyakan

jamur candida albicans), infeksi bakteri (kuman E. Coli, athapillococcos), infeksi parasit jenis protozoa

(umumya trichomonas vaginalis). Dan dapat pula disebabkan oleh pemakaian tampon vagina, celana

dalam terlalu ketat, alat kontrasepsi, pemakain antibiotik yang terlalu lama. (Wishnuwardhani, 2005)

Wanita menganggap keputihan suatu yang wajar terjadi pada wanita, kurangnya pengetahuan

dapat mempengaruhi keputihan sebanyak 75% wanita didunia yang memiliki pengetahuan kurang banyak

mengalami keputihan. Seharusnya mereka tahu apa itu keputihan baik keputihan fisiologis maupun

keputihan patologis sehingga dengan pengetahuan lebih baik mereka akan memperhatikan kebersihan

dirinya terutama kebersihan daerah kelamin dan menghindari hal-hal apa saja yang menyebabkan

keputihan. (Menaldi, 2002)

Keluhan yang sering ditemukan pada perempuan yang datang berkonsultasi untuk masalah

penyakit kandungan salah satunya tentang keputihan (Flour Albus). Setelah dilakukan pemerikaan

penderita yang datang dengan keluhan ini tidak semuanya menunjukan adanya penyakit atau kelainan.

Memang keputihan dapat terjadi pada keadaan normal, tetapi dapat juga merupakan gejala dari suatu

kelainan yang harus diobati. (Wishnuwardhani, 2005)

Wanita Indonesia banyak yang mengalami keputihan karena hawa di Tanah Air lembab, sehingga

mudah terinfeksi jamur Candida Albican, penyebab keputihan, sedangkan di Eropa, hawanya kering.

(Octviyanti, 2006)

Faktor yang memicu perkembangannya PMS adalah pengetahuan tentang PMS rendah, hubungan

seksual yang cenderung lebih dari satu pasangan atau pasangannya lebih dari satu mitra seksual,

hubungan seksual tidak aman, misalnya tidak memakai kondom. Selain itu, karena anatomi organ

reproduksinya perempuan lebih mudah tertular PMS dari pria apa lagi remaja yang secara biologik

serviknya belum matang dan lebih mudah kena infeksi. Oleh karena itu, keputihan juga bisa menjadi

tanda adanya penyakit menular seksual (PMS) pada perempuan. (Wishnuwardhani, 2005)

Jika keputihan tersebut mulai berubah warna, gatal dan mengeluarkan bau yang kurang enak dan

tidak segera diobati maka akan terjadi indikasi lain adanya masalah kesehatan. (Boyke, 2003)
Jumlah kejadian keputihan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang dari

bulan Januari - Desember tahun 2005 sebanyak 355 orang dan meningkat pada bulan Januari - Desember

tahun 2006 yaitu sebanyak 493 orang. Pada tahun 2007 bulan Januari - Desember jumlah kejadian

keputihan meningkat lagi yaitu sebanyak 3029 orang. (Agustina,2005)

Sedangkan pada tahun 2008 jumlah kejadian keputihan yang berkunjung di Poliklinik Obstetri

dan Gynekologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang menurun yaitu sebanyak

311 orang.

http://parameswararabbits.blogspot.com/2013/03/skripsi-kti_7399.html

KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN

Dr. Suparyanto, M.Kes

KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN

PARAMETER

 Pengetahuan ibu hamil tentang keputihan yang meliputi:

1. Pengertian keputihan.
2. Klasifikasi keputihan
3. Gejala keputihan
4. Faktor penyebab keputihan.
5. Dampak keputihan pada kehamilan.
6. Cara mengatasi keputihan

KUESIONER

1. Apa yang dimaksud dengan keputihan?

1. Cairan yang keluar dari vagina yang berwarna putih yang biasanya keluar menjelang haid
/ pada masa kehamilan
2. Cairan yang keluar dari dubur yang berwarna putih
3. Cairan yang keluar dari vagina berwarna merah, biasanya keluar menjelang haid atau
pada masa kehamilan.

2. Ada berapa macam keputihan?

1. 1
2. 2
3. 3

3. Macam keputihan adalah:

1. Keputihan normal dan tidak normal


2. Keputihan sehat dan tidak sehat
3. Keputihan dan tidak keputihan

4. Bagaimana gejala keputihan yang normal?

1. Cairan encer, bening, tidak gatal, tidak berbau, jumlahnya sedikit


2. Cairan encer, bening, terasa gatal, berbau
3. Cairan kental, berwarna putih susu / hijau, berbau, terasa gatal

5. Yang termasuk gejala keputihan tidak normal adalah?

1. Cairan encer, bening, tidak gatal, tidak berbau, jumlahnya sedikit


2. Cairan encer, bening, terasa gatal, berbau
3. Cairan kental, berwarna putih susu / hijau, berbau,terasa gatal, jumlahnya banyak.

6. Yang termasuk penyebab keputihan adalah?

1. Infeksi jamur
2. Keturunan
3. Berganti – ganti pakaian

7. Yang bukan penyebab keputihan adalah?

1. Infeksi jamur
2. Kebersihan diri jelek
3. Suka minum – minuman keras

8. Dampak keputihan pada kehamilan adalah?

1. Persalinan prematur
2. Kebutaan pada ibu
3. Tidak berakibat apapun

9. Semua merupakan akibat keputihan pada kehamilan, kecuali:


1. Keguguran
2. Persalinan prematur
3. Kebutaan pada ibu

10. Jika di dapatkan tanda: cairan terlalu banyak, bau busuk, sering disertai darah tak segar,
maka ibu harus curiga adanya penyakit?

1. Kanker payudara
2. Tumor
3. Kanker leher rahim

11. Bagaimana cara mengatasi keputihan?

1. Memakai celana dalam sampai 2 hari


2. Sering membersihkan alat kelamin dan sering mengganti celana dalam.
3. Tidak menggunakan apa –apa

12. Yang tidak termasuk cara mengatasi keputihan adalah?

1. Menjaga agar daerah kewanitaan selalu bersih


2. Menghindari mandi berendam
3. Memakai celana dalam selama lebih dari satu hari

13. Obat tradisional yang sering digunakan untuk mengobati keputihan adalah?

1. Daun sirih
2. Daun pepaya
3. Buah pinang

14. Bagaimana cara menggunakan daun sirih sebagai obat keputihan?

1. Dimasak kemudian diminum


2. Ditumbuk kemudian di oleskan pada bagian perut
3. Ditubuk kemudian dibuat cebok
4. Berikut Cara Merawat Alat Kelamin Wanita/Perempuan:
5.
6. 1. Setelah Buang Air Kecil Atau Buang Air Besar
7.
8. Usahakan untuk selalu mencuci bagian luar alat kelamin dengan air dan sabun. Untuk
wanita, siramlah dengan air dengan arah depan ke belakang dan bukan sebaliknya. Hal
ini untuk mencegah masuknya kuman dari dubur ke vagina. Untuk pria, cukup hanya
membersihkan dengan air bersih.
9.
10. 2. Kebersihan Pakaian Dalam
11.
12. Sepatutnya dalam sehari, minimal mengganti pakaian dalam sebanyak dua kali untuk
menjaga kebersihan. Selain itu pilihlah bahan celana dalam yang dapat mudah menyerap
keringat, karena jika tidak jamur bisa menempel di alat kelamin. Hindari untuk saling
bertukar pakaian dalam dengan orang lain bahkan itu keluarga sendiri, karena setiap
orang memiliki kondisi kelamin yang berbeda.
13.
14. 3. Menggunakan Toilet Umum
15.
16. Siramlah sebelum menggunakan (flushing), hal ini untuk mencegah penularan jika ada
pengguna lainnya adalah penderita penyakit kelamin. Sebaiknya gunakan selalu air yang
keluar melalui keran atau tissu dan hindari penggunaan dari bak/ember, karena menurut
penelitian air yang tergenang di toilet umum mengandung 70% jamur candida albicans
(penyebab keputihan dan rasa gatal pada vagina).
17.
18. 4. Merawat Rambut yang Tumbuh di Sekitar Alat Kelamin
19.
20. Hindari membersihkan bulu di daerah kemaluan dengan cara mencabut karena akan ada
lubang pada bekas bulu kemaluan tersebut dan menjadi jalan masuk bakteri, kuman, dan
jamur. Selanjutnya dapat menimbulkan iritasi dan penyakit kulit. Perawatan bulu itu
disarankan untuk dirapikan saja dengan memendekkan, dengan gunting atau dicukur
tetapi sebelumnya menggunakan busa sabun terlebih dahulu dan menggunakan alat cukur
khusus yang lembut, dan sudah dibersihkan dengan sabun dan air panas. Perlu diketahui
setelah menggunakan simpan dalam tempat yang bersih dan kering, jangan di tempat
yang lembab dan jangan menggunakannya secara bergantian bahkan dengan suami/isteri.
21.
22. Rambut-rambut tersebut berfungsi untuk kesehatan alat kelamin, yaitu berguna untuk
merangsang pertumbuhan bakteri baik yang melawan bakteri jahat serta menghalangi
masuknya benda asing kecil ke dalam vagina, menjaga alat kelamin tetap hangat dan
merupakan bantalan ketika berhubungan seksual dan melindungi dari gesekan. Sehingga
perlu rajin menjaganya agar tidak menjadi sarang kutu dan jamur.
23.
24. 5. Pemakaian Pantyliner
25.
26. Pemakaian pantyliner tidak dianjurkan digunakan setiap hari, sebaiknya Pantyliner hanya
digunakan ketika keputihan. Akan lebih baik jika membawa celana dalam pengganti
daripada menggunakan pantyliner tiap hari.
27.
28. 6. Hindari Menggunakan Celana Dalam dan Celana Jeans yang Sangat Ketat
29.
30. Memakai celana dalam dan celana jeans yang terlalu ketat di wilayah selangkangan dapat
menyebabkan kulit susah untuk bernafas dan akhirnya dapat menyebabkan daerah
tersebut berkeringat, lembab, mudah terkena jamur dan teriritasi. Pemakaian celana ketat
itu bagi pria dapat membuat peredaran darah yang tidak lancar dan membuat penis serta
testis dalam keadaan panas. Panas yang berlebihan oleh suhu, keringat dan pakaian yang
terlalu ketat, dapat menurunkan kualitas sperma.
31.
32. 7. Hindari Untuk Menyemprot Minyak Wangi atau Parfum ke dalam Vagina
33.
34. hal ini jangan di lakukan karean untuk menstabilkan tingkat keasaman vagina, di mana
vagina itu sendiri terdapat lendir yang berfungsi untuk menghadang bakteri yang masuk
ke vagina.
35.
36. 8. Setia Pada Pasangan Sendiri
37.
38. Hal ini juga merupakan salah satu tips menjaga dan merawat alat kelamin, hindari untuk
‘jajan’ atau selingkuh. anda pasti tahu kan kalau anda sering melakukan hunbungan seks
bebeda-beda pasangan maka anda kemungkinan akan berisiko terkena penyakit kelamin.
39.
40. 9. Jangan Males Mengganti Pembalut
41.
42. Bagi para wanita yang sedang menstruasi/haid untuk tidak malas mengganti pembalut
karena ketika menstruasi kuman-kuman mudah untuk masuk dan pembalut yang telah
ada gumpalan darah merupakan tempat berkembangnya jamur dan bakteri. Usahakan
untuk mengganti setiap 4 jam sekali, 2-3 kali sehari atau sudah merasa tidak nyaman.
Jangan lupa bersihkan vagina sebelumnya ketika mengganti pembalut.
43.
44. 10. Pemeriksaan Rutin
45.
46. Usahakan untuk selalu melakukan pemeriksaan rutin pada alat kelamin,Jika terdapat
sesuatu yang tidak seperti biasanya dan tidak terasa nyaman seperti munculnya benjolan
kecil di sekitar alat kelamin, segera konsultasikan ke dokter juga. dan Jika ada perubahan
warna, kadang disertai bau yang kurang sedap dan gatal-gatal pada alat kelamin,
segeralah berkonsultasi ke dokter.
http://tipsseputarkebidanan.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai