CARE DI BPS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Kehamilan
a. Pengertian
Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir.
Kehamilan di bagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama di mulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan ke dua dari
bulan ke empat sampai bulan ke 7, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan.
2. Antenatal Care
a. Pengertian
Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi
ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah
pelayanan yang di berikan oleh tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan, pembantu
bidan dan perawat bidan, untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal.
Salah satu tenaga medis yang memberikan pelayanan antenatal adalah bidan. Bidan adalah seorang wanita yang
telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah dan telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan
lulus ujian yang di tentukan serta memperoleh ijazah yang terdaftar sebagai persyaratan utama untuk melaksanakan
praktek sesuai dengan profesinya.
b. Tujuan Antenatal
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma
seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara
normal.
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan
oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk
mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen
sebagai berikut :
- Mengupayakan kehamilan yang sehat
- Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
- Persiapan persalinan yang bersih dan aman
- Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.
5) Jadwal Imunisasi TT
Antigen Interval
(selang waktu minimal) Lama perlindungan % perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama - -
TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup 99
e. Tingkat pendapatan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendapatan adalah hasil kerja (usaha) sehubungan dengan
penghasilan. Penghasilan dalam penelitian ini adalah menyangkut penghasilan keluarga dan di klasifikasikan
sebagai berikut :
1) Tingkat penghasilan tinggi bila penghasilan keluarga rata-rata perbulan antara Rp. 451.000-Rp. 650.000
2) Tingkat penghasilan sedang bila penghasilan keluarga rata-rata perbulan antara Rp. 251.000-Rp. 450.000
3) Tingkat penghasilan rendah bila penghasilan keluarga rata-rata perbulan antara Rp. 50.000-Rp. 250.000 (BPS,
2005).
f. Jarak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Jarak adalah ruang sela (panjang dan jauh) antara dua benda atau
tempat. Jarak menggambarkan keterjangkauan pelayanan kesehatan dalam kaitannya dengan pelayanan gawat
darurat kebidanan. Bila tidak terjangkau fasilitas pelayanan kebidanan merupakan kegagalan paling kritis dalam
sistem kesehatan (IBI, 1997). Jarak dikatakan jauh bila lebih dari 3.000am dan dikatakan dekat jika kurang dari 3.000
m (BPS, 2005).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan Pembangunan Nasional adalah pembangunan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan pembangunan nasional
untuk menuju masyarakat, adil dan makmur, kualitas SDM diukur dari kecerdasan, kematangan
emosi, kemampuan berkomunikasi, serta keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha
esa (Roesli utami, 2008).
Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih
rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan
target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2011. Perbandingan
dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional
meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka
ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia,
Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai
90% (SDKI, 2007).
Sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahun di Indonesia karena kehamilan atau
persalinan. Hal itu berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal karena
kehamilan atau persalinan. Akibatnya, setiap tahun 36.000 balita menjadi anak yatim. Tingginya
angka kematian ibu itu menempatkan Indonesia pada urutan teratas di Assocition South East
Asia Nation (ASEAN) dalam hal tersebut. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2007 menyebutkan
angka kematian ibu di Indonesia 143 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu meningkat
dibandingkan dengan hasil survei 2006, yaitu 133 per 100.000 kelahiran hidup (Siswono, 2003).
Sedangkan menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian bayi di
Indonesia pada tahun 2002-2003 sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup, Kemudian menjadi 248 per 1000
kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan AKI cenderung terus menerus menurun tetapi bila dibandingkan
dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2015 yaitu sebesar 125 per 100.000
kelahiran hidup. Maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target
tersebut dimasa mendatang sulit dicapai. (SDKI 2007).
Upaya menurunkan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat
Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan pemeriksaan
kehamilan yang mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan
tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu.
Petugas kesehatan seyogyanya dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan
dengan usia, paritas, riwayat kehamilan yang buruk, dan perdarahan selama kehamilan.
Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori penyebab mendasar,
seperti taraf pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil yang masih rendah, serta melewati
pentingnya pemeriksaan kehamilan dengan melihat angka kunjungan pemeriksaan kehamilan
(K4) yang masih kurang dari standar acuan nasional (Prawirohardjo, 2002).
Dari studi pendahuluan berdasarkan profil kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun
2011 didapatkan pencapaian cakupan K4 sebesar 83 %, sedangkan targetnya 87 %, untuk
Kota Makassar pencapaian cakupan K4 sebesar 80 % dan targetnya sebesar 86 %, dan
pencapaian cakupan untuk Puskesmas Layang Kota Makassarpada tahun 2011 pencapaian
cakupan K4 sebesar 84 % dengan target K4 sebesar 90 %. Dengan demikian target untuk
cakupan K4 di Puskesmas Layang masih belum tercapai (Dinkes Propinsi Sulsel, 2011).
Keberhasilan upaya antenatal care selain tergantung pada petugas kesehatan juga perlu
partisipasi ibu hamil itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya penyuluhan yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilannya, dengan demikian diharapkan
dengan memperbaiki pengetahuan ibu khususnya ibu hamil terhadap perawatan kehamilan
sehingga akan dapat merubah sikap serta kepatuhan melaksanakan antenatal care.
Bertolak dari uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa kurangnya pengetahuan dan
informasi serta pelayanan kesehatan yang memadai semakin memperburuk kondisi antenatal
care. Berdasarkan kenyataan ini, maka penulis tertarik mengadakan penelitian
tentang Distribusi Kunjungan K1 dan Kunjungan K4 pada Ibu Hamil di Puskesmas Layang Kota
Makassar tahun 2011.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan umur ibu di
Puskesmas Layang tahun 2011 ?
2. Bagaimana distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan paritas ibu di
Puskesmas Layang tahun 2011 ?
3. Bagaimana distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan Pendidikan
ibu di Puskesmas Layang tahun 2011 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui distribusi kunjungan K1 dan
kunjungan K4 pada ibu Hamil di Puskesmas Layang tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
b. Diketahuinya distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan paritas di
Puskesmas Layang tahun 2011
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang pentingnnya antenatal care bagi
masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak.
Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM tenaga kesehatan khususnya
bidan dalam pelayanan antenatal care.
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas KesehatanKota Makassar dan Instansi
terkait Lainnya dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kebidanan pada ibu hamil.
4. Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmiah penulis dan memperoleh pengalaman berharga dalam penelitian
serta sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kehamilan
a. Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya
diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan (Wikipedia,
2008)
b. Kehamilan adalah sebuah perjalanan selama 9 bulan menuju ke status menjadi ibu. Kehamilan
menimbulkan perubahan emosi baik yang berlangung perlahan-lahan maupun seketika. (Cony Marshall,
2000)
c. Kehamilan merupakan proses alami yang normal. Masa ini merupakan salah satu fase dalam kehidupan
wanita pada masa reproduksi (Mary Noland, 2003).
d. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir
sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2002).
e.
Kehamilan membutuhkan waktu 9 bulan kalender atau 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi tiga
periode, yaitu trimester I dari minggu ke-1 sampai 13, trimester II dari minggu ke-14 sampai 26,
trimester III dari minggu ke-27 sampai 39-40 (akhir kehamilan) (Salmah, 2006).
f. Sedangkan menurut Arif Mansjoer (2000) Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira
40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung
antara 28 dan 36 minggu di sebut kehamilan premature, sedangkan bila lebih dari 43 minggu
disebut kehamilan postmatur. Menurut usia kehamilan, kehamilan dibagi menjadi:
Selama kehamilan ada beberapa hal penting yang perlu di ketahui oleh ibu hamil
maupun keluarganya, antara lain: tanda-tanda kehamilan, tanda bahaya kehamilan, dan cara
memelihara kehamilan (Depkes, Unicef, 2000).
Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa hamil dikenal sebagai tanda
kehamilan. Ada tiga kategori yaitu: presumsi, yaitu perubahan yang dirasakan wanita
(misalnyaamenorea, keletihan, perubahan payudara, morning sicknes,queckening);
kemungkinan, yaitu perubahan yang diobservasi oleh pemeriksa (misalnya, tanda
hegar, ballottoment, tes kehamilan; dan pasti (misalnya, ultrasonografi, bunyi denyut jantung
janin) (Bobak, 2004).
Gejala kehamilan tidak pasti (Arif Mansjoer, 2000) adalah sebagai berikut:
a. Amenorea (tidak mendapat haid).
Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir untuk menentukan usia kehamilan dan
taksiran partus. Rumus taksiran partus menurut Naegele bila siklus haid ± 28 hari adalah:
tanggal + 7, bulan – 3.
Sering terjadi pagi hari pada bulan-bulan pertama kehamilan, disebut morning sicknes.
d. Konstipasi/obstipasi.
e. Sering kencing.
Terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang
mulai membesar. Gejala ini akan berkurang perlahan-lahan, lalu timbul lagi pada akhir
kehamilan.
Pingsan sering dijumpai bila berada di tempat ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan, lalu
hilang setelah kehamilan 18 minggu.
a. Pigmentasi kulit.
Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih. Timbul di pipi, hidung, dan dahi, dikenal sebagai
kloasma gravidarum. Terjadi karena pengaruh hormon plasenta yang merangsang melanafor
dan kulit.
b. Leukore.
d. Perubahan payudara.
Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh estrogen dan progesteron yang
merangsang duktuli dan alveoli payudara. Daerah areola menjadi lebih hitam karena deposit
pigmen berlebihan. Terdapat kolostrum bila kehamilan lebih dari 12 minggu.
4) Tanda Braxton-Hicks: uterus berkontraksi bila dirangsang. Tanda ini khas untuk uterus pada
masa kehamilan.
a. Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.
b. Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin (DJJ). Dengan stetokop Laennec BJJ baru
terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Dengan alat Doppler BJJ terdengar pada kehamilan
12 minggu.
d. Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan lagi sekarang karena
dampak radiasi terhadap janin.
Tanda-tanda kehamilan menurut Wheeler (2004) adalah sebagai berikut :
Tanda bahaya pada masa kehamilan perlu diketahui oleh ibu hamil terutama yang
mengancam keselamatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Sesuai dengan program di
puskesmas, minimal yang perlu diketahui klien di masyarakat untuk, mengenal tanda bahaya
kehamilan yaitu perdarahan yang keluar dari jalan lahir, hiperemis, pre-eklampsia dan
eklampsia, ketuban pecah dini, dan gerakan janin yang tidak dirasakan (Salmah, 2006).
c. Keluar banyak cairan dari jalan lahir sebelum waktu melahirkan tiba
g. Pembengkakan di bagian tubuh terutama di kaki, pandangan kabur, dan sering sakit kepala
b. Minum tablet tambah darah untuk mencegah kurang darah, paling sedikit 1 kali selama 90 hari
selama kehamilan, dan melaksanakan secepatnya mungkin setelah kehamilan diketahui.
c. Mendapat imunisasi tetanus toksoid (TT) 2 kali sebelum umur kehamilan 8 bulan.
d. Menggosok gigi 2 kali sehari sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur malam dengan
menggunakan pasta gigi.
e. Merawat dan memijat payudara setelah usia kehamilan 7 bulan, agar ASI-nya banyak.
g. Untuk ibu hamil di daerah endemik gondok, ibu hamil perlu minum 1 kapsul minyak beryodium
menurut petunjuk petugas kesehatan.
h. Makan 1-2 porsi tambahan setiap harinya, diusahakan makanan terdiri dari lauk-pauk, sayuran,
buah-buahan, dan gunakan garam beryodium.
i. Ibu hamil yang sehat bertambah berat badannya minimal 8 kg selama kehamilan. Pada saat
usia kehamilan di atas 7 bulan, pertambahan berat badan paling tidak 3 kg.
a. Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
c. Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan dan kebidanan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh dan
berkembang secara normal.
Tujuan dari antenatal care menurut Manuaba (2010), adalah sebagai berikut:
a. Mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan, dan nifas.
c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas,
laktasi, dan aspek keluarga berencana.
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Intervensi dasar
d. Intervensi khusus sesuai kondisi
g. Mempersiapkan persalinannya.
Menurut Sarwono (2002), bahwa dalam penerapan praktek sering dipakai standar minimal
perawatan antenatal care yang disebut ”7T”, yaitu:
1. Kunjungan K1 dan K4
K1 adalah kunjungan baru ibu hamil dengan pelayanan 7T dan K4 adalah kunjungan ibu
hamil yang dimulai dari triwulan pertama 1 kali, triwulan kedua 1 kali dan triwulan ketiga 2 kali,
jadi pelajaran pelayanan yang tidak memenuhi standar 7T tersebut belum dapat dianggap suatu
pelayanan antenatal (Depkes RI, 2002: 14)
Standar waktu perawatan kehamilan (ANC) tersebut ditentukan untuk menjamin waktu
pelayanan khususnya dalam memberikan kesempatan yang cukup dalam menangani kasus
resiko tinggi yang ditemukan
1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan
pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
2) Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah ataupun obstetri selama kehamilan.
1) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu
bulan.
1) Tujuan Umum
Adalah menyampaikan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam
kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
2) Tujuan Khusus
d) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan KB, keamilan, pesalinan, nifas
dan laktasi.
Pelayanan terkait dengan antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan
profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi, oleh karena itu setiap wanita hamil
memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal yaitu :
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36)
Pada setiap kunjungan antenatal tersebut perlu didapatkan informasi yang sangat
penting, yaitu :
1) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamat
jiwa bisa dibina bilamana perlu.
2) Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau bersifat mengancam jiwa ibu.
3) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT), anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan sesuai, latihan, personal hygiene, istirahat
dll)
2) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamat
jiwa bisa dibina bilamana perlu.
3) Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau bersifat mengancam jiwa ibu.
4) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT), anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
1) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamat
jiwa bisa dibina bilamana perlu.
2) Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau bersifat mengancam jiwa ibu.
3) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT), anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan sesuai, latihan, personal hygiene, istirahat
dll)
7) Palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda atau tidak.
1) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamat
jiwa bisa dibina bilamana perlu.
2) Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau bersifat mengancam jiwa ibu.
3) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT), anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan sesuai, latihan, personal hygiene, istirahat
dll)
7) Palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda atau tidak.
8) Deteksi dini bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit
dan persiapan rujukan.
Ibu hamil tersebut harus lebih sering dikunjungi jika terdapat masalah dan ibu hamil
hendaknya disarankan untuk menghubungi petugas kesehatan bilamana ibu hamil merasakan
tanda-tanda bahaya atau merasa khawatir (Kusmiyati, 2009: 168).
2. Umur ibu
Menurut Bambang M dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Tahun 1999) umur adalah
keadaan lamnya manusia. Dimana umur merupakan salah satu factor yang berkaitan dengan
unsure-unsur manusia yang turut berperan terhadap kondisi ibu maupun masyaraka tertentu.
Berkaitan dengan masalah kesejahteraan ibu dan anak terutama wanita dalam masa
persalinan. Karena secara psikologis menurut Edi Sulaeman dalam buku bacaan kesehatan
reproduksi (2002) usia seorang wanita yang masih terlalu muda untuk hamil mengakibatkan
uterus tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik sebaliknya seorang wanita dalam
usianya yang semakin tua akan mengakibatkan suatu proses penurunan fungsi fisiologis tubuh
termasuk organ-organ reproduksi antara lain akan memicu terjadinya penurunan elastisitas
serta kontraksi otot rahim.
Usia ibu hamil terlalu muda (< 20 tahun) dan terlalu tua (> 35 tahun) mempunyai risiko
yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini dikarenakan pada umur
dibawah 20 tahun, dari segi biologis fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang
dengan sempurna untuk menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam
menghadapi tuntutan beban moril, mental dan emosional, sedangkan pada umur diatas 35
tahun dan sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami kemunduran
atau degenerasi dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan lebih besar. Perdarahan post
partum yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada umur
dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post partum yang terjadi pada usia
20-29 tahun. Perdarahan post partum meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun
(Wiknjosastro H, 2008 : 233).
3. Paritas
Menurut Helen Varney dalam buku saku bidan ( 2001) paritas adalah jumlah kehamilan yang
diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan atau
pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu dan berat badan janin mencapai lebih dari 1000
gram. Frekuensi melahirkan yang sering dialami oleh ibu merupaka suatu keadaan yang dapat
mengakibatkan endometrium menjadi cacat dan sebagai akibatnya dapat terjadi komplikasi
dalam persalinan.
Paritas 2 sampai 3 kali merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Resiko pada
paritas 1 sampai 3 dapat ditangani dengan asuhan obstetric yang lebih baik, sedangkan resiko
tinggi (lebih dari 4 kali) dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian
kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro H, 2008 hal 233).
4. Pendidikan
a. Pengertian
Dalam kamus bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik)
yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai ahlak dan kecerdasan
pikiran, sedangkan pendidikan mempuyai pengertian proses mengubah sikap dan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perbuatan dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan
pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani, agar
dapat memajukan kesempatan hidup (Poerwardarminta, 2001).
b. Jalur pendidikan
Jalur pendidikan merupakan wahana yang dapat dilalui untuk mengembangkan potensi
diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang dikelompokkan
menjadi 3 jalur yaitu :
1) Pendidikan formal
Pendidikan non formal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar seperti
TPA, berbagai kursus seperti musik, bimbingan belajar, dan sebagainya.
3) Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri.
c. Jenjang Pendidikan
d. Sistem Pendidikan
Dalam pengertian umum, yang dimaksud dengan sistem adalah jumlah keseluruhan dari
bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan
berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan dan
semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-bagiannya diarahkan dari tercapainya
tujuan tersebut. Karena itu proses pendidikan merupakan sebuah sistem yang disebut sebagai
sistem pendidikan.
Secara teoritis, suatu sistem pendidikan terdiri dari komponen-komponen atau bagian-
bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan, adapun komponen atau faktor-faktor tersebut
terdiri dari :
1) Tujuan
Tujuan disebut juga cita-cita pendidikan yang berfungsi untuk memberi arah terhadap semua
kegiatan dalam proses pendidikan.
2) Peserta Didik
Fungsinya adalah sebagai obyek yang sekaligus sebagai subyek pendidikan. Sebagai obyek
peserta didik tersebut menerima perlakuan-perlakuan tertentu, tetapi dalam pandangan
pendidikan moderm peserta didik lebih dekat dikatakan sebagai subyek atau pelaksanaan
pendidikan.
3) Pendidik
Pendidik berfungsi sebagai pembimbing pengaruh untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik
dan sekaligus sebagai pememgang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.
4) Alat Pendidikan
Maksudnya adalah sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang berfungsi untuk mempermudah atau mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.
5) Lingkungan
Maksudnya lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses
pendidikan. Lingkungan berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksanaya proses
pendidikan (Hasbullah, 2008).