Anda di halaman 1dari 26

A.

Antenatal Care/ANC
1. Pengertian Antenatal Care/ANC
Antenatal Care(ANC) merupakan suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat
kepada wanita selama hamil, misalnya dengan pemantauan kesehatan secara fisik,
psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses
persalinan dan kelahiran supaya ibu siap mengahadapi peran baru sebagai orangtua
(Wagiyo & Putrono, 2016).
Menurut Depkes RI (2005, dalam Rukiah & Yulianti, 2014) mendefinisikan bahwa
pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi
terhadap penyimpangan yang ditemukan. Pada hakikatnya pemeriksaan kehamilan
bersifat preventif care dan bertujuan mencegah hal-hal yang yang tidak diinginkan bagi
ibu dan janin (Purwaningsih & Fatmawati, 2010)
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan
mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga
mental (Wiknjosastro, 2005).
2. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan (ANC/Antenatal Care)
Tujuan pemeriksaan kehamilan menurut Kementrian Kesehatan RI (2010) adalah :
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang
berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan
selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus ANC adalah menyediakan pelayanan antenatal yang terpadu,
komprehensif, serta berkualitas, memberikan konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,
konseling KB dan pemberian ASI; meminimalkan “missed opportunity” pada ibu
hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif.dan
berkualitas ; mendeteksi secara dini adanya kelainan atau penyakit yang diderita ibu
hamil ; dapat melakukan intervensi yang tepat tehadap kelainan atau penyakit sedini
mungkin pada ibu hamil ; dapat melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang sudah ada. Selain itu pemeriksaan
kehamilan atau antenatal carejuga dapat dijadikan sebagai ajang promosi kesehatan
dan pendidikan tentang kehamilan, persalinan, dan persiapan menjadi orang tua
(Simpson &Creehan, 2008 dalam Novita, 2011)
3. Manfaat Pemeriksaan Kehamilan (ANC/Antenatal Care)
Menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010) menjelaskan bahwa pemeriksaan
antenatal juga memberikan manfaat terhadap ibu dan janinnya, antara lain :
a. Bagi Ibu
1) Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengurangi penyulit
masa antepartum;
2) Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jamani dan rohani ibu hamil dalam
menghadapi proses persalinan;
3) Dapat meningkatkan kesehatan ibu pasca persalinan dan untuk dapat memberikan ASI;
4) Dapat melakukan proses persalinan secara aman.
b. Bagi Janin
Sedangkan manfaat untuk janin adalah dapat memelihara kesehatan ibu
sehingga mengurangi kejadian prematuritas, kelahiran mati dan berat bayi lahir
rendah.
4. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan/ANC
Pemeriksaan kehamilan/ANC (Antenatal Care) sangatlah dibutuhkan guna
memantau kondisi kesahatan ibu dan janinnya. Sehingga diperlukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin. Menurut Saifudin (2007, dalam Ai Yeyeh & Yulianti, 2014)
pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan dengan ketentuansebagai berikut :
a. Minimal 1 kali pada trimester ke-1 (kehamilan < 14 minggu);
b. Minimal 1 kali pada trimester ke-2 (kehamilan 14 –28 minggu);
c. Minimal 2 kali pada trimester ke-3 ( >28 minggu sampai kelahiran).

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling
sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, menurut jadwal 1-1-
2 yaitu paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali
kunjungan dalam trimester kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester
ketiga (Kemenkes, 2012). Selain untuk ibu hamil sebaiknya melakukan kunjungan ANC
minimal sebanyak 4 kali, yaitu sebagai berikut :

1) Kunjungan 1/K1 (Trimester 1)

K1/ kunjungan baru ibu hamil yaitu ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika ibu hamil
mengalami terlambat dating bulan.

Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada antenatal care adalah sebagai berikut :

a) Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan;


b) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin terjadi pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas;
c) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin;
d) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak;
e) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari, keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas serta laktasi.

Pada kunjungan pertama juga merupakan kesempatan untuk memberikan informasi


bagi ibu hamil supaya dapat mengenali factor resiko ibu dan janin. Informasi yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan fisik yang dapat dilakukan dalam batas normal;


b) Kebersihan pribadi khususnya daerah genetalia, karena selama kehamilan akan terjadi
peningkatan secret di vagina;
c) Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan serat tinggi;
d) Pemakaian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan tenaga kesehatan;
e) Wanita perokok atau peminum harus menghentikan kebiasaannya.
1) Kunjungan 2/K2 (Trimester 2)
Pada periode ini, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
1 bulan sekali sampai umur kehamilan 28 minggu. Adapun tujuan pemeriksaan
kehamilan di trimester II antara lain :
a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya;
b. Penapisan pre-eklamsigemelli, infeksi alat reproduksidan saluran perkemihan;
c. Mengulang perencanaan persalinan.
2) Kunjungan 3 dan 4/ K3 dan K4 (Trimester 3)
Pada periode ini sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan
dilakukan setiap 2 minggu jika tidak mengalami keluhan yang membahayakan dirinya
atau kandungannya. Tujuan kunjungan pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu :
a. Mengenali adanya kelainan letak janin;
b. Memantapkan rencana persalinan;
c. Mengenali tanda-tanda persalinan.

Sedangkan menurut Manuaba (2000, dalam Wagiyo & Putrono, 2016)


mengemukakan bahwa untuk mengetahui perkembangan janin maka pemeriksaan
kehamilan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan
kehamilan pertama dapat dilakukan setelah mengetahui adanya keterlambatan haid
ataumenstruasi. Idealnya pemeriksaan ulang dapat dilakukan pada setiap bulan
sampai usiakehamilan 7 bulan, kemudian setiap 2 minggu sekali setelah usia
kehamilan mencapai 9 bulan sampai pada proses persalinan.

Jadwal tersebut di atas merupakan jadwal pemeriksaan dalam kondisi kehamilan


yang normal, karena biasanya penyulit kehamilan baru akan timbul pada tirimester
ketiga hingga menjelang akhir kehamilan. Jika kehamilan tidak normal, maka jadwal
pemeriksaankehamilan akan disesuaikan dengan kondisi ibu hamil (Purwaningsih &
Fatmawati, 2010).

d. Standar Asuhan Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan/ANCAdapun standar asuhan


pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Wagiyo(2016)adalah sebagai berikut :
1) Timbang Berat Badan (T1)
Pengukuran berat badan diwajibkan setiap ibu hamil melakukan kunjungan.
Kenaikan berat bada normal pada waktu kehamilan sebesar 0,5 kg per minggu mulai
trimester kedua.
2) Ukur Tekanan darah(T2)
Tekanan darah yang normal adalah 110/80 hingga 140/90 mmHg, apabila
diketahui tekanan darah ibu hamil melebihi 140/90 mmHg maka perlu diwaspadai
adanya preeklamsi.
3) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)
Merupakan suatu cara untuk mengukur besar rahim dari tulang kemaluan ibu
hingga batas pembesaran perut tepatnya pada puncak fundus uteri. Dari pemeriksaan
tersebut dapat diketahui pertumbuhan janin sesuai dengan usia kehamilan.
4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan(T4)
Tablet Fe merupakan tablet penambah darah. Selama masa pertengahan
kehamilan, tekanan sistolik dan diastolik menurun 5 hingga 10 mmHg. Hal ini biasa
terjadi karena vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal selama kehamilan
(Indriyani, 2013).
5) Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid(T5)
Pemberian imunisasi ini sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi
tetanus neonatorum. Penyakit tetanus neonatorum yang disebabkan oleh masuknya
kuman Clostridium Tetani ke tubuh bayi merupakan penyakit infeksi yang dapat
mengakibatkan kematian bayi dengan gejala panas tinggi, kaku kuduk, dan kejang.
Imunisasi TT dianjurkan 2 kali pemberian selama kehamilan, yaitu TT1 diberikan
pada kunjungan awal dan TT2 dilakukan pada4 minggu setelah suntukan
TT1(Bartini, 2012).
6) Pemeriksaan Hb(T6)
7) Pemeriksaan VDRL(T7)
8) Perawatan Payudara, senam payudara, dan pijat tekan payudara(T8)
9) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil(T9)
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan(T10)Biasanya dokter atau bidan akan
memberikan informasi mengenai rujukan apabila diketahui adanya masalah dalam
kehamilan termasuk rencana persalinan.
11) Pemeriksaan protein urine atas indikasi(T11)
12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi(T12)
13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)
14) Pemberian terapi anti-malaria untuk daerah endemis malaria (T14)
e. Tempat Pelayanan ANC
Menurut Prasetyawati(2011), pelayanan ANC bisa diperoleh di :
1) Klinik bersalin;
2) Rumah Sakit Bersalin;
3) Dokter Umum dan Puskesmas;
4) Organisasi Sukarela;
5) Bidan;
6) Perawatan mandiri
7) Tenaga Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan / ANC

Dalam pelayanan antenatal juga dapat dilakukanoleh tenaga kesehatan yang


kompeten seperti dokter, bidan, dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan pelayanan
antenatal yang berlaku (Kemenkes RI, 2010).

B. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda bahaya kehamilan merupakan tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang
terjadi selama kehamilan atau selama periode antenatal. Dengan dilakukannya pemeriksaan
kehamilan, diharapkan ibu hamil dapat meningkatkan kewaspadaan serta memiliki kesiapan
baik fisik, mental, maupun finansial untuk menghadapi kegawatdaruratan yang dapat timbul
kapan saja (Jannah & Widajaka, 2012).
Berikut merupakantanda-tandabahaya kehamilan selama periode antenatal yang perlu
ibu hamil ketahui, yaitu :
1. Perdarahan Pervaginam
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang berwarna merah,
pendarahan yang banyak, atau perdarahandengan nyeri (Lalage, 2013). Bila menemukan
adanya pengeluaran darah pada trimester awal kehamilan, dapat dicurigai bahwa ibu
mengalami keguguranatau abortus. Selainabortus, perdarahan pervaginam dapat juga
menandakan adanya kehamilan diluar rahim atau kehamilan anggur(mola hidatidosa).
a. Keguguran (Abortus)
Berikut merupakan jenis-jenis abortus menurut Nita & Dwi, (2013):
1) Abortusimminens (Threatened)
Pada abortus imminens dapat atau tanpa disertai dengan rasa mulas ringan seperti
pada waktu mestruasi dan rasa nyeri pada pinggang. Perdarahan pada abortusimminens
seringkali hanya sedikit, namun hal tersebut bisa berlangsung beberapa hari atau minggu.

2) Abortus Insipiens (Inevitable)

Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi ditandai


denganpecahnya selaput janin dan adanya pembukaan serviks. Keadaan ini disertai rasa nyeri
perut bagian bawah atau nyerik kolik uterus yang hebat.

3) Abortus inkompletus (Incomplete)

Abortus inkompletus merupakan pengeluran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan


sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus.

4) Abortus kompletus (Complete)

Pada kejadian abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan sedikit perdarahan, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil.

5) Missed abortion

Missed abortion adalah suatu kematian janin yang berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin tersebut tidak dikeluaarkan selama 8 minggu atau lebih.

6) Abortus habitualis (Habitual abortion)

Abortus habitualis yaitu abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau
lebih. Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil namun kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu.

a) Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala yang terjadi selama kehamilan merupakan suatu ketidaknyamanan yang
wajar dalam kehamilan. Keadaan tersebut bisa terjadi selama kehamilan karena sang ibu
tengah mengalami anemia atau kekurangan darah. Bila hal ini terjadi, diharapkan sang ibu
meningkatkan asupan makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging sapi, hati
sapi, buah bit, dan sayuran hijau. Selain itu bisa dilanjutkan dengan konsumsi tablet Fe
secara rutin. Namun apabila sakit kepala dirasa semakin berat seperti ditusuk-tusuk dan berat
dibagian belakang kepala serta diikuti dengan penglihatan yang kabur, bengkak pada tangan
dan wajah, nyeri ulu hati, serta tekanan darah tinggi maka sang ibu dapat waspada karena
kumpulan gejala tersebut menandakan preeklamsia. Sehingga sang ibu dapat segera untuk
menghubungi dokter atau menuju pusat pelayanan kesehatan. Upaya pencegahan sakit kepala
yang berlebihan

b) Pre Eklamsia dan Eklamsia

Pre eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg
pada kehamilan usia 20 minggu. Eklampsia apabila ditemukan gejala seperti kejang pada
penderita pre eklampsia yang disertai dengan koma.

Menurut Manuaba (2007) dalam Nita & Dwi(2013), preeklampsia digolongkan


menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat, dengan gejala sebagai berikut :

1) Pre eklampsia Ringan


a. Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval 6 jam
pemeriksaan.
b. Tekanan darah diastole 90 atau 15 mmg.
c. BB ibu meningkat lebih dari 1kg setiap minggu.
d. Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan dan tidak ada nyeri pada
ulu hati.
2) Pre eklampsia Berat
Apabila pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu ditemukan satu atau lebih
tanda dan gejala sebagai berikut :
a. Tekanan darah lebih dari 160/110 mmH
b. Oliguria, urin kurang dari 400 cc/24 jam.
c. Terdapat gangguan pada visus dan serebral.
d. Edema paru dan sianosis
e. Koma
a. Bengkak Pada Muka dan Tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan
tangan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lai. Hal ini
bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau pre eklamsia.
System kerja ginjal yang tidak optimal pada wanita hamil mempengaruhi system
kerja tubuh sehingga menghasilkan kelebihan cairan dan membuat kulit di kaki bagian
bawah meregang, terlihat mengkilat, tegang, dan sangat tertarik. Kram kaki juga sering
terjadi di malam hari ketika tidur. Kram pada kaki biasanya dihubungkan dengan kadar
garam dalam tubuh dan perubahan sirkulasi.

b. Nyeri Abdomen Yang Hebat


Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam jiwa
keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal
ini bisa berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks,
persalinan pre term, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta,
infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.
c. Bayi Kurang Bergerak
Gerakan janin mulai dapat dirasakan pada usia kehamilan 14-16 minggu. Gerakan
yang awalnya terasa seperti getaran,lalu lama-kelamaan semakin terasa seperti tendangan
atau sikutan (Lalage, 2013). Jika dalam keadaan tidur maka gerakannya bayi akan
melemah. Selain itu kekurangan oksigen pada bayi di dalam kandungan juga dapat
menyebabkan berkurangnya gerakan dari bayi. Bayi bergerak minimal 3 kali dalam 1 jam
jika ibu berbaring atau sedang beristirahat. Terdapat sebuah teknik yang memudahkan
sang ibu untuk menghitung pergerakan janin yaitu dengan cara memasukkan satu koin
dalam kaleng setiap kali janin terasa bergerak (Jannah & Widajaka, 2012).
d. Hiperemesis Gravidarum
Mual dan muntah pada pagi merupakan suatu gejala yang seringditemukan pada
kehamilan trimester I. Perasaan mual ini dapat terjadi akibat meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG dalam serum. Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah berlebihan
(>7 kali dalam sehari) maka disebut dengan hiperemesis gravidarum. Apabila keadaan
tersebut disertai dengan kondisi ibu yang lemah, tidak selera makan, penurunan berat
badan, dan nyeri ulu hati kemungkinan merupakan suatu tanda ibu hamil mengalami
penyakit berat. Pemberian cairan infus merupakan suatu tindakan yang dapat menjadi
pertolongan pertama bagi ibu hamil, sebab jika ibu hamil mengalami kekurangan cairan
akan berdampak buruk bagi diri sendiri dan bayinya (Lalage, 2013).
e. Selaput Kelopak Mata Pucat
Pada ibu hamil yang mengalami kelopak mata yang menonjol, jemari gemetaran,
sering berdebar-debar, dan panas dan banyak keringat, serta tampak pembengkakan di
batang leher bagian depan merupakan gejala ibu hamil yang mengalami anemia. Anemia
dalam kehamilan sering terjadi karena volume darah meningkat 50% selama kehamilan.
Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat
daripada sel-sel nya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematocrit (volume, jumlah
atau persen sel darah merah dalam darah). Sehingga penurunan ini dapat mengakibatkan
anemia.
f. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelumterdapat tanda-tanda
persalinan. Kejadian ketuban pecah dinibisa disebabkan karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intra uteri, bisa juga berasal dari infeksi pada
vagina servikssehingga dapat mengakibatkan persalinan pre term dan infeksi pada bayi.
Cairan ketuban yang keluar umumnya tidakberwarna dan tidak berbau pesing.
C. Upaya Pencegahan
a. Pengertian
Upaya pencegahan/ preventif merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh
seseorang dalam mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi
seseorang(Oktavia, 2013).Dengan demikan upaya pencegahan bahaya dalam kehamilan
adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh ibu hamil selama masa kehamilan sebagai upaya
mencegah bahaya dalam kehamilan.
b. Jenis Upaya Pencegahan
Kebiasaan buruk tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil selama masa kehamilan,
sebab jika dilakukan bisa membahayakan kondisi janin dan kondisi kesehatan ibu hamil
tersebut. Berikut ini berbagai macam kebiasaan buruk ibu hamil yang harus dihindari:
1) Tidak Mengangkat Beban Berat
Ibu hamil terutama ibu hamil trimester pertama tidak diperbolehkan untuk
mengangkat beban yang berat hal itu dikarenakan saat mengangkat beban berat, otot
perut akan ikut bekerja. Akibatnya saat otot perut digunakan untuk mengangkat beban
berat, janin bisa terlepas dari dinding Rahim karena otot dinding rahim mengalami
peregangan.
2) Hindari Naik Turun Tangga
Kegiatan fisik pada saat kehamilan tetap boleh dilakukan, akan tetapi tetap
untuk memperhatikan keseimbangan dan toleran dalam pekerjaannya. Terlalu sering
melakukan kegiatan fisik seperti naik turun tangga akan menyebabkan resiko kram
pada kaki. Selain itu dapat juga menyebabkan kelelahan pada ibu hamil serta dapat
menambah resiko terpeleset atau terjatuh dari tangga. Keadaan ini juga berbahaya
bagi ibu maupun janin karena bisa menyebabkan perdarahan bahkan keguguran.
3) Pekerjaan dan Gerak Badan
Ibu hamil masih diperbolehkan untuk bekerja asalkan bersifat ringan. Kelelahan
pada ibu hamil harus dicegah sehingga harus diselingi dengan istirahat. Istirahat yang
diperlukan 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada sing hari meskipun hanya
berbaring.
4) Hindari Rokok dan Asap Rokok
Pada wanita yang sedang mengalami masa kehamilan lebih baik untuk tidak
merokok dan menjauh dari paparan asap rokok. Asap rokok yang dihembuskan oleh
perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih lebih banyak
mengandung monoksida (Astuti, Susanti, & Elista, 2016). Tidak hanya itu saja, zat
nikotin yang terdapat pada rokok juga bisa menyebabkan janin yang dikandung oleh
ibu hamil dapat terlepas dari dinding rahim ibu hamil.
5) Hindari Alkohol
Alkohol merupakan minuman keras dan memiliki dosis tinggi. Sifat alkohol
yang panas sangat tidak cocok untuk janin di dalam rahim.
6) Pakaian Pada saat kehamilan sangat disarankan untuk menghindari pakaian ketat.
Terutama pakaian yang mengikat perut terlalu kencang dapat menyebabkan
kondisi rahim tertekan, jika rahim tertekan resiko janin untuk keguguran dan keluar
dari Rahim pun semakin besar.Selain itu, wanita dianjurkan menggunakan brayang
menyokong payudara dan memakai sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi,
karena berat wanita hamil berubah. Pakaian dalam yang dikenakan harus selalu bersih
dan dianjurkan pula memakai pakaian dari bahan katun yang dapat menyerap
keringat. Pakaian dalam harus selalu kering dan harus sering digantisehingga dapat
meminimalisir jamur di sekitar vagina(Yulaikhah, 2008).
7) Membatasi Kafein
Pada perempuan yang sedang hamil disarankan untuk tidak mengkonsumsi
kafein. Mengkonsumsi kafein selama hamil dapat mengubah detak jantung bayi dan
mengurangi kalsium serta air dalam tubuh. Selain itu kafein juga dapat meningkatkan
hormone stress yang menyebabkan pembuluh darah menyempit. Hal ini akan
mengurangi oksigen dan nutrisi yang masuk bagi janin yang dikandung (Whalley,
2007).
8) Memodifikasi diet merupakan langkah awal pencegahan dari hyperemesis gravidarum
pada ibu hamil, yakni dengan makan makanan dengan porsi kecil dan sering
sepanjang hari,pilihlah makanan yang hambar, makanan berbumbu dan berminyak
dapat membuat system pencernaan menghasilkan lebih banyak asam apabila produksi
asam berlebih dapat merangsang pusat muntah dalam otak menjadi aktif, menghindari
makanan berlemak, jaga hidrasi tubuh,mengkonsumsi wedang jahe (Alyamaniyah &
Mahmudah, Juli 2014); serta meningkatkan asupan vitamin B6.
9) Konsumsi Tablet Fe
Pencegahan anemia bisa dilakukan dengan pemberian tablet Fe/tambah darah
oleh petugas kesehatan baik bidan dan dokter setiap dua minggu sekali. Apabila ibu
hamil tidak melakukan ANC / pemeriksaan kehamilan maka ibu hamil tersebut tidak
akan mendapatkan tablet Fe. Menurut penelitian Jamilus dan Herlina (2008)
mengemukakan bahwa ibu hamil yang kurang mengkonsumsi tablet Fe mempunyai
risiko 2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibandingkan dengan yang
mengkonsumsi tablet Fe. Hasil penelitian dari Puspitasari, Rejeki, &
Khayati(2012)juga mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
kepatuhan minum tablet Fe dengan kadar Hb ibu hamil di Puskesmas Pandanaran
Semarang.
10) Meningkatkan konsumsi vitamin C.
Salah satu fungsi vitamin C adalah untuk menjaga dan memperkuat imunitas
terhadap infeksi serta memiliki peran penting dalam mempertahankan selaput yang
menyelubungi janin. Jika ibu hamil kekurangan vitamin C maka akan cenderung
mengalami kejadian ketuban pecah dini. Menurut Rahmawati (2007) menjelaskan
bahwa vitamin C dapat diperoleh dari buah-buahan atau sayuran berwarna hijau
diantaranya :
a) Jeruk
Buah jeruk merupakan sumber vitamin C paling bagus, karena sari buah
jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per 100 ml, tergantung jenisnya. Semakin
tua dan semakin manis rasanya , maka kandungan vitamin C dalam jeruk akan
berkurang.
b) Pepino
Buah pepino merupakan buahyang masih satu familia dengan terung dan
mengandung vitamin C yang cukup tinggi. Dalam 100 gram pepino terkandung
25,1 mg vitamin C. Agar manfaatnya maksimal maka disarankan untuk memilih
buah pepino yang tidak terlalu matang. Dapat disajikan dengan dimakan langsung
atau di jus tanpa campuran apapun.
c) Kiwi
Dalam setiap butirnya, buah kiwi menyimpan vitamin C sekitar 68 mg dan
cukup untuk memnuhi konsumsi vitamin C orang dewasa.
d) Manga
Setiap 100 gram potongan manga siap makan, mengandung vitamin C
sebanyak 41 mg. sedangkan manga muda jauh lebih besar kandungannya yaitu 65
mg.
e) Tomat
Selain kaya akan vitamin A, tomat juga mengandung 40 mg vitamin C
dalam setiap butirnya.
f) Papaya
Dalam satu buah papaya mengandung sekitar 74 mg vitamin C.
g) Jambu biji
Kandungan vitamin C yang ada di dalam jambu biji yaitu sekitar 87 mg, dua
kali lipat dari jeruk manis (49mg/100g), lima kali lipat dari orange dan delapan
kali lipat dari lemon (10,5 mg/ 100 gr).
h) Kelengkeng
Dalam buah kelengkeng juga terdapat kandungan vitamin C yang tinggi
yaitu 49,82mg/100gram.
11) Perawatan Gigi
Saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan dengan emesis-hiperemesis
gravidarum, hipersalivadapat menimbulkan timbunan kalsium di sekitar gigi.
Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat
menjadi sumber infeksi(Yulaikhah, 2008).
12) Hubungan Seksual
Hubungan seksual tidak dilarang selama kehamilan, kecuali pada keadaan-
keadaan tertentu seperti; terdapat tanda-tanda infeksi (nyeri, panas), sering terjadi
abortus/premature,terjadi perdarahan pervaginam saat koitus, pengeluaran cairan (air
ketuban) yang mendadak. Sebaiknya koitusatau hubungan seksualdihindari pada
kehamilan muda sebelum kehamilan 16 minggu(Yulaikhah, 2008).
13) Eliminasi
Wanita dianjurkan untuk defekasi teratur dengan mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung serat seperti sayuran. Selain itu, perawatan perineum dan vagina
dilakukan setelah BAK/BAB dengan cara membersihkan dari depan ke belakang,
menggunakan pakaian dalam dari bahan katun, sering mengganti pakaian dalam, dan
tidak melakukan douching/pembilasan (Yulaikhah, 2008).

D. Pemeriksaan fisik head to toe pada ibu hamil


a. Pengertian

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian tubuh dari kepala
sampai kaki. Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan
keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh normal di dalam rahim
ibu.
Pemeriksaan fisik tidak hanya bermanfaat bagi ibu hamil, termasuk janin yang
dikandungnya. Rangkaian pemeriksaan ini bisa mendeteksi secara dini bila ada kelainan
kehamilan. Sehingga bisa segera diterapkan tindakan penanganan yang tepat. Tumbuh
kembang buah hati juga lebih terpantau dengan baik, sehingga bisa mencegah bayi lahir
mati, berat badan bayi rendah, lahir prematur dan mencegah bayi mati saat baru lahir.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sedikitnya sekali saat trimester pertama dan sebulan
sekali saat trimester kedua. Sedangkan kalau usia kehamilan 28 minggu pemeriksaan
diterapkan 3 minggu sekali, 32 minggu 2 minggu sekali dan 38 minggu seminggu sekali.
Pemeriksaan fisik pada kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan.
Secara umum meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan kebidanan. Pemeriksaan
umum meliputi pemeriksaan jantung dan paru-paru,reflex, serta tanda-tanda vital seperti
tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan pernapasan. Pemeriksaan umum pada ibu hamil
bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi,tingkat kesadaran, serta ada
tidaknya kelainan bentuk badan.pemeriksaan kebidanan dilakukan melalui pemeriksaan
pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi), periksa ketuk
(perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam
pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan.
Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan sehingga tidak adanya kesan
membuka tutup baju pasien yang mengakibatkan rasa malu pasien. Pengkajian fisik harus
dilakukan secara komprehensif serta meliputi riwayat kesehatan. Ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengkajian fisik, di antaranya sikap petugas
kesehatan saat melakukan pengkajian. Selain harus menjaga kesopanan, petugas harus
membina hubungan yang baik dengan pasien. Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan
lingkungan tempat pemeriksaan senyaman mungkin, termasuk mengatur pencahayaan.
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil selain bertujuan untuk mengetahui kesehatan ibu
dan janin saat ini, juga bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada
pemeriksaan berikutnya. Penentuan apakah sang ibu sedang hamil atau tidak sangat
diperlukan saat ibu pertama kali berkunjung ke petugas kesehatan. Jika hasil pemeriksaan
pada kunjungan pertama sang ibu dinyatakan hamil, maka langkah selanjutnya perlu
ditentukan berapa usia kehamilannya.
Setiap pemeriksaan kehamilan adalah dengan melihat dan meraba petugas akan
mengetahui apakah ibu sehat, janin tumbuh dengan baik, tinggi fundus uteri sesuai dengan
umur kehamilan atau tidak, serta di mana letak janin.
b. Cara Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Inspeksi.dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma gravidarum
pada muka atau wajah, pucat atau tidak pada selaput mata, dan ada tidaknya edema.
Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pada leher untuk menilai ada tidaknya
pembesaran kelenjar gondok atau kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk menilai
apakah perut membesar kedepan atau kesamping, keadaan pusat, pigmentasi linea
alba, serta ada tidaknya striae gravidarum. Pemeriksaan vulva untuk menilai keadan
perineum, ada tidaknya tanda chadwick, dan adanya fluor. Kemudian pemeriksaan
ektremitas untuk menilai ada tidaknya varises.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan utnuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia
kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara palpasi
dilakukan dengan menggunakan metode Leopold yakni :
a) Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang
ada dalam fundus, dengan cara pemeriksa berdiri sebelah kanan dan menghadap ke
muka ibu, kemudian kaki ibu di bengkokkan pada lutut dan lipat paha,
lengkungkan jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi bagian atas fundus, lalu
tentukan apa yang ada dalam fundus. Bila kepala sifatnya keras, bundar dan
melenting. Sedangkan akan lunak, kurang bundar dan kurang melenting.

b) Leopold II
Leopold II digunakan untuk menentukan letak punggung dan letak bagian
kecil janin. Caranya letak 2 tangan pada sisi uterus, dan tentukan dimanakah
bagian terkecil janin.

c) Leopold III
Leopold III digunakan untuk menentukan bagian yang terdapat di bagian
bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum terpegang oleh pintu atas
panggul. Caranya, tekan dengan ibu jari dan jari tengah pada salah satu tangan
secara lembut dan masuk ke dalam abdomen pasien di atas simpisis pubis.
Kemudian peganglah bagian presentasi bayi, lalu bagian apakah yang menjadi
presentasi tersebut.

d) Leopold IV
Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah
dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul. Caranya,
letakkan kedua tangan di sisi bawah uterus, lalu tekan ke dalam dan gerakan jari-
jari ke arah rongga panggul, dimanakah tonjolan sefalik dan apakah bagian
presentasi telah masuk. Pemerisaan ini tidak dilakukan bila kepala masih tinggi.
Pemeriksaan Leopold  lengkap dapat dilakukan bila janin cukup besar, kira-kira
bulan 6 ke atas.
3) Auskultasi
Auskultasi, dilalukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk
mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising rahim, 
bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat didengar pada akhir bulan ke-
5, walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke-3. Bunyi
jantung anak dapat terdengar dikiri dan kanan di bawh tali pusar bila presentasi kepala.
Bila terdengar setinggi tali pusat, maka presentasi di daerah bokong. Bila terdenga
pada pihak berlawanan dengan bagian kecil, maka anak fleksi  dan bila sepihak maka
defleksi.
Dalam keadaan sehat,bunyi jantung antara 120-140 kali permenit. Bunyi jantung
dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh. Bila kurang dari 120 kali
permenit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin dalam keadaan gawat
janin. Selain bunyi jantung anak, dapat didengarkan bising tali pusat seperti meniup.
Kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya sama seperti denyut nadi ibu,
bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus yang sifatnya tidak
teratur.
c. Pengukuran panggul luar

Persalinan dapat berlangsung dengan baik atau tidak antara lain tergantung pada
luasnya jalan lahir yang terutama ditentukan oleh bentuk dan ukuran-ukuran panggul.
Maka untuk meramalkan apakah persalinan dapat berlangsung normal atau tidak,
pengukuran panggul diperlukan.
Seorang multipara yang sudah beberapa kali melahirkan anak yang a’term dengan
spontan dan mudah, dapat dianggap mempunyai panggul yang cukup luas. Walaupun
begitu jalan lahir seorang multipara yang dulunya tidak menimbulkan kesukaran kadang-
kadang dapat menjadi sempit, misalnya kalau timbul tumor tulang (exostose, osteoma,
osteofibroma dll) dari tulang panggul/ tumor dari bagian lunak jalan lahir.
Pemeriksaan ini dilakukan ibu pada usia kehamilan 36 minggu. Namun biasanya
dokter juga akan melakukan pemeriksaan panggul jika ada indikasi
1) Ada dugaan disproporsi atau ketidaksesuaian besar bayi dan ukuran panggul ibu.
Khususnya jika ukuran bayi besar, sedangkan panggul ibu sempit. Biasanya bayi
berbobot 4 kg ke atas sulit dilahirkan secara normal. Selain kepala tidak bisa
memasuki rongga panggul, ukuran bahu bayi yang juga lebar menghambat bayi turun
ke panggul
2) Kelainan panggul, karena trauma kecelakaan yang merusak bentuk panggul. Kondisi
ini boleh jadi kurang ideal bagi ibu untuk melahirkan secara normal.
3) Ibu memiliki riwayat penyakit perusak panggul, seperti TBC tulang, rakhitis, atau
polio. Bakteri TBC tulang mampu merusak bentuk panggul, menjadi bengkok ataupun
tidak beraturan.
4) Kelainan letak bayi, misalnya posisi wajah bayi yang langsung menghadap jalan lahir.
Posisi yang benar, adalah ubun-ubun bayilah yang menghadap jalan lahir.
Bentuk-bentuk Panggul Wanita Menurut Caldwell-Moloy ada 4 bentuk panggul:
1) Panggul Gynecoid Bentuk panggul ideal, bulat dan merupakan jenis panggul tipikal
wanita.
2) Panggul Androi Bentuk PAP seperti segitiga, merupakan jenis jenis panggul tipikal
pria
3) Panggul Antropoid Bentuk PAP seperti elips, agak lonjong seperti telur
4) Panggul Platipeloid Bentuk PAP seperti kacang atau ginjal, picak, menyempit arah
muka belakang.
Ukuran-ukuran luar dapat memberi petunjuk pada kita akan kemungkinan panggul
sempit.Ukuran-ukuran luar yang terpenting adalah :
1) Distantia spinarium
Jarak antara spina iliaca anterior superior kiri dan kanan (23-26 cm).
2) Distantia cristarum
Jarak yang terjauh antara crista iliaca kanan dan kiri (26-29 cm).
3) Conjugata externa (baudeloque)
Jarak antara pinggir atas symphysis dan ujung processus spinosus ruas tulang
lumbal ke-V (18-20 cm).
4) Ukuran lingkar panggul
Dari pinggir atas symphysis ke pertengahan antara spina iliaca anterior superior
dan trochanter major sepihak dan kembali melalu tempat-tempat yang sama di pihak
lain. Ukuran-ukuran luar bias ditentukan dengan jangka panggul kecuali ukuran
lingkar panggul yang diambil dengan pita pengukur (80-95 cm).
d. Menghitung taksiran persalinan
Saat dokter mengatakan seorang ibu positif hamil, saat itu pula anda mulai
menghitung usia kehamilan. Namun seringkali ibu hamil tidak tahu pasti berapa usia
kehamilannya. Hal ini karena terkadang si ibu tidak mengetahui secara pasti kapan
pembuahan terjadi.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung usia kehamilan.
Anda bisa memilih yang paling mudah dan nyaman untuk dilakukan.
1) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
Metode ini membutuhkan pengetahuan Anda tentang siklus menstruasi.
Berdasarkan siklus, dokter bisa memperkirakan usia kehamilan dan tanggal kelahiran
si kecil yang dihitung berdasarkan rumus Naegele. Cara menghitungnya yaitu tentukan
hari pertama menstruasi terakhir. Angka ini dihitung dari hari pertama menstruasi
terakhir (LMP = Last Menstrual Periode).
a) Jika HPHT Ibu ada pada bulan Januari – Maret
Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan + 9), (tahun + 0). Misal, HPHT 10 Januari
2010, maka perkiraan lahir (10+7), (1+9), (2010 + 0) = 17-10-2010 atau 17
Oktober 2010
b) Jika HPHT Ibu ada pada bulan April – Desember
Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan – 3),(Tahun + 1). Misal, HPHT 10 Oktober
2010, maka perkiraan lahir  (10 + 7), (10 – 3), (2010 + 1) = 17-7-2011 atau 17 Juli
2011.
Catatan:
a) Rumus ini hanya bisa diterapkan pada wanita yang daur haidnya teratur, yakni
antara 28-30 hari.
b) Perkiraan tanggal persalinan sering meleset antara 7 hari sebelum atau setelahnya.
Hanya sekitar 5% bayi yang akan lahir sesuai perhitungan ini.
c) Untuk mengurangi kemungkinan terlalu melesetnya perhitungan pada wanita yang
daur haidnya pendek, akan ditambahkan beberapa hari dari hari-H. Sedang yang
daur haidnya panjang, akan dikurangi beberapa hari.
2) Gerakan janin
Perlu untuk diketahui bahwa pada kehamilan pertama gerakan janin mulai terasa
setelah kehamilan memasuki usia 18-20 minggu. Sedangkan pada kehamilan kedua
dan seterusnya, gerakan janin sudah terasa pada usia kehamilan 16-18 minggu.
3) Tinggi puncak rahim
Biasanya, dokter akan meraba puncak rahim (Fundus uteri) yang menonjol di
dinding perut dan penghitungan dimulai dari tulang kemaluan. Jika jarak dari tulang
kemaluan sampai puncak rahim sekitar 28 cm, ini berarti usia kehamilan sudah
mencapai 28 minggu. Tinggi maksimal puncak rahim adalah 36 cm, ini menunjukkan
usia kehamilan sudah mencapai 36 minggu. Perlu dietahui, ukuran maksimal adalah
36 cm dan tidak akan bertambah lagi meskipun usia kehamilan mencapai 40 minggu.
Kalaupun tingginya bertambah, kemungkinan yang akan dialami adalah janin Anda
besar, kembar, atau cairan tubuh Anda berlebih.
4) Menggunakan 2 jari tangan
Pengukuran dengan menggunakan 2 jari tangan ini hanya bisa dilakukan jika ibu
hamil tidak memiliki berat badan yang berlebih. Caranya; letakkan dua jari Anda
diantara tulang kemaluan dan perut. Jika jarak antara tulang kemaluan dengan puncak
rahim masih di bawah pusar, maka setiap penambahan 2 jari berarti penambahan usia
kehamilan sebanyak 2 minggu.
5) Menggunakan ultrasonografi (USG)
Cara ini paling mudah dan paling sering dilakukan oleh dokter. Tingkat
akurasinya cukup tinggi, yakni sekitar 95%. Dengan USG maka usia kehamilan dan
perkiraan waktu kelahiran si kecil bisa dilihat dengan jelas melalui “gambar” janin
yang muncul pada layar monitor.
E. Alat dan Bahan pemeriksaan pada ibu hamil
 Tensimeter
 Senter
 Hammer
 Thermometer
 Air clorin
 Air Sabun
 Air DTT
 Pengukur LILA / pita ukur
 Timbangan BB
 Stetoskop
 Leanec / Doppler / monoskop
 Pengukur tinggi badan
 Metlin
 Jangka panggul
 Jam tangan
 Selimut
 Baju ibu
 Baju Leopold
 Kassa bersih/Tissue
 Kapas steril
 Perlak
 Bengkok
 Bak instrument
 Kom
 Handscoon

F. Prosedur pelaksanaan
 Menyambut ibu dan keluarga dengan sopan, ramah dan memprkenalkan diri
 Menjelaskan prosedur yang akan di lakukan
 Teruji memposisikan pasien dorsal recumbent
 Tanggap terhadap reaksi pasien dan kontak mata
 Teruji sabar dan teliti
 Cuci tangan
 Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
 Mengukur BB
 Mengukur TB
 Mengukur LILA ( ibu duduk di tempat tidur)
 Pemeriksaan TTV ( posisikan ibu dalam keadaan terlentang di tempat tidur)
 Memsang selimut
 Mengukur suhu
 Mengukur tekanan darah
 Menghitung nadi selama 1 menit
 Menghitung RR selama 1 menit
 Pemeriksaan kepala dan leher
 Melakukan pemeriksaan kondisi rambut
 Melakukan pemeriksaan pada muka ( inspeksi)
 Melakukan pemeriksaan conjungtiva dan skelera
 Melakukan pemeriksaan hidung
 Melakukan pemeriksaan telinga
 Melakukan pemeriksaan bibir
 Melakukan pemeriksaan gigi
 Melakukan pemeriksaan leher( vena jugularis dan kelenjar tyroid)
 Melakukan pemeriksaan payudara kanan dan kiri
 Pemeriksaan daerah abdomen
 Menggosokkan kedua telapak tangan supaya hangat
 Berdiri di samping kanan ibu
 Melakukan pemeriksaan abdomen ( terdapat pembesaran hepar, limfe, ginjal, terdapat
bekas operasi atau tidak )
LEOPOLD I
 Pemeriksaan TFU dengan Mc. Donald
 Menengahkan uterus menggunakan kedua tangan dari kanan dan kiri atas simfisis sampai
ke fundus uteri
 Menganjurkan ibu untuk menekuk 2 kaki
 Menentukan TFU dengan cara Mc. Donald ( menggunakan pita buta )
 Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU
 Menentukan bagian janin yang ada di fundus
LEOPOLD II
 Kedua tangan di letakkan di samping kanan dan kiri perut ibu untuk menentukan letak
punggung janin
LEOPOLD III
 Tangan kiri menahan fundus, tangan kanan memegang bagian terendah janinnya ada di
perut ibu, kemudian menggoyangkannya untuk menentukan apa yang menjadi bagian
terbawah janin
LEOPOLD IV
 Memposisikan ibu dengan kedua kaki di luruskan dan menghadap ke arah kaki ibu
 Kedua tangan di letakkan pada kedua sisi bagian bawah rahim, dan menilai apakah
bagian terbawah janin sudah masuk PAP atau belum, apabila divergen seberapa jauh
penurunan pada bagian bawah janin
 Menanyakan tanda- tanda PMS, HIV/AIDS
 Melakukan pemeriksaan genetalia ekterna ( bila ada indikasi )
 Pemeriksaan ekstermitas
 Memeriksa odema dan varises pada tangan dan kaki
 Pemeriksaan refleks patella
 Menganjurkan ibu untuk duduk dengan kaki tergantung dan santai
 Mengalihkan perhatian ibu agar tidak berkonsentrasi pada lutut
 Mengetuk bagian bawah tendon di bawah tempurung lutut dengan refleks hammer
 Menentukan refleks positif/negatif/kuat dan cepat
 Pemeriksaan panggul luar
 Mengukur lingkar panggul
 Membereskan alat
 Melakukan evaluasi
 Melakukan dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

Varney, Helen dkk. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4 Vol.1. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetri. Jakarta: EGC
http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/Pemeriksaan-Obstetri.pdf, diakses pada
tanggal 20 november 2018, jam 19:15 wib
Wiknjosastro H. 2005. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai