PENDAHULUAN
Oksigenasi adalah proses penambahan ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen (O2)
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat di butuhkan dalam proses
metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah karbon dioksida, energi dan air, akan tetapi
penambahan yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup
bermakna terhadap aktivitas sel.(Aziz ,Alimul,H,2006).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat (2005) yaitu Pernapasan atau
respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan .fungsi utama pernapasan
adalah untuk memperoleh agar dapat digunakan oleh sel sel tubuh dan mengeluarkan yang
dihasilkan oleh sel. saat bernapas ,tubuh mengambil dari lingkungan untuk kemudian diangkut
keseluruh tubuh (sel-selnya)melalui darah guna dilakukan pembakaran . selanjutnya ,sisa
pembakaran berupa akan kembali di angkut oleh darah ke paru paru untuk dibuang ke lingkungan
karena tidak beerguna lagi oleh tubuh.
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Hal ini telah terbukti ada yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan akan
terjadi kematian. Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan cara
pemberian oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang yang menghalangi masuknya
oksigen, memolihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar dapat berfungsi normal kembali.
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan
pemberian oksigen dengan menggunakan Nasal kanul, Masker dan Keteter nasal.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN LP
A. PENGERTIAN
Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan
tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah
& Tarwoto 2006).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh mempertahankan aktivitas berbagai organ atau sel ( Carpenito,
2006).
Ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran pernapfsan untuk mempertahankan kebersihan jalan
napas.
Ketidak efektifan pola napas merupakan insprirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberi
ventilasi.
Gangguan pertukaran gas merupakan kelebihan atau deficit pada oksigen dan/ atau
eliminasi karbon dioksida pada alveolar-kapiler.
B. TANDA DAN GEJALA
GANGGUAN
KETIDAKEFEKTIFAN KETIDAK EFEKTIFAN POLA
PERTUKARAN GAS
BERSIHAN JALAN NAFAS NAFAS
Dispnea
Batuk yang tidak efektif Dispnea
Fase ekspirasi
Penurunan bunyi nafas Gas darah arteri
memanjang
Sputum dalam jumlah abnormal
Ortopnea
yang berlebih Hiperkapnia
Penurunan kapasitas paru
Perubahan pola nafas Hipoksemia
Pola nafas abnormal
Suara nafas tambahan Hipoksia
Takipnea
(ronchi,wheezing, Konfusi
Hiperventilasi
crackles) Nafas cuping hidung
Pernafasan sukar
Pola pernafasan
abnormal (kecepatan,
irama, kedalaman)
Obstruksi jalan nafas
Ketidakseimbangan sianosis
ventilasi dan perfusi
Penyempitan saluran
pernafasan
Hipersekresi kelenjar
mukosa
Terjadi infeksi dan proses
peradangan
Untuk mengetahui kemapuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
3. Oksimetri
5. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara visual bronkus
sampai dengan cabang bronkus pada penyakit gangguan bronkus atau kasus
displacement dari bronkus.
6. Endoskopi
Pemeriksaan ini untuk melakukan diagnostik dengan cara mengambil sekret untuk
pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan, biopsi jaringan, untuk pemeriksaan sitologi,
mengetahui adanya tumor, melihat letak terjadinya pendarahan; untuk terapeutik,
misalnya mengambil benda asing dan menghilangkan sekret yang menutupi lesi.
7. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal : kerja jantung dan kontraksi paru.
8. CT – Scan
b. Kanul Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan
aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya
mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah
ditolerir klien dan terasa nyaman.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila
klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat
mengiritasi selaput lendir.
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan :
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Secara umum pada pengkajian pola ini, perawat akan mengetahui bagaimana pasien
memandang dirinya sendiri saat sebelum maupun setelah sakit, kemampuan dirinya,
perasaan pasien, tanggapan terhadap sakit yang diderita, sejauh mana pasien
mengetahui tentang penyakitnya
Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan kaji pasien mengenai:
1) Pandangan pasien mengenai sehat dan sakit
2) Apakah pasien memahami keadaan kesehatan dirinya?
3) Apakah jika sakit pasien segera berobat ke dokter, ataukah menggunakan obat
tradisional?
4) Apakah pasien sudah memeriksakan dirinya sebelum ke rumah sakit?
2. Pola nutrisi
Pada pola nutrisi kaji pasien mengenai:
1) Pola makan
a. Bagaimana nafsu makan pasien selama sakit?
b. Berapakah porsi makan pasien per sekali makan?
2) Pola Minum
a. Berapakah frekuensi minum pasien selama sakit?
3. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi kaji pasien mengenai:
1. Buang air besar
a. Berapakah frekuensi setiap kali buang air besar?
b. Bagaimanakah konsistensi pasien dalam buang air besar?
2. Buang air kecil
a. Berapakah frekuensi serta jumlah urine pasien setiap buang air kecil?
4. Aktivitas dan Latihan
Pada pola aktivitas dan latihan pasien mengenai:
1) Kemampuan perawatan diri
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi/toileting
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Tabel 1. Kemampuan perawatan diri
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Analisa Data
NO Data Fokus Data Standar Pohon Masalah Masalah
b. Analisa masalah
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
DS : Pasien mengatakan sulit untuk bernapas (dispnea)
DO : Pasien batuk tidak efektif, terdapat suara tambahan ronchi,sputum dalam
jumlah berlebih, terjadi perubahan pola napas.
P : Ketidakefektifan bersihan jalan napas
E : obstruksi jalan napas
S : sulit untuk bernapas, ketidakmampuan batuk secara efektif, sputum dalam
jumlah berlebihan, suara napas tambahan ronchi, terjadi perubahan pola napas
Proses Terjadinya : Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak
normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif , dapat disebabkan oleh
sekeresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi.
Statis sekresi batuk yang tidak efektif karena penyakit persyarafan seperti
cierebronvaskular accident (CVA) . Hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang
menghasilkan lendir sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama udara
akan mudah menempel didinding saluran pernafasan. Hal ini lama-lama akan
mengakibatkan terjadinya sumbatan sehingga ada udara yang menjebak dibagian
distal saluran nafas, maka individu akan berusaha lebih keras untuk mengeluarkan
udara tersebut .
Akibat jika tidak ditanggulangi :
c. diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas, berhubungan dengan obstruksi jalan
napas, ditandai dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, sputum dalam
jumlah berlebihan, suara napas tambahan dan mata terbuka lebar
2. Ketidakefektifan pola napas , berhubungan dengan keletihan otot pernapasan,
ditandai dengan dispnea, pernafasan cuping hidung dan pola naas abnormal
3. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi ditandai dengan hipoksia, gasdarah arteri abnormal, gangguan
pengelihatan, sakit kepala saat bangun, warna kulit abnomal
H. RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
HARI/
No TGL/ DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
JAM
HASIL
1 Ketidakefektifan bersihan NOC: NIC: 1. Manifestasi
jalan nafas 1. Kaji pola adanya jalan
Setelah dilakukan
Berhubungan dengan : dan nafas yang tidak
tindakan
menurunnya energi dan frekuensi efektif adalah
keperawatan
kelelahan, trauma, pernafasan perubahan pola
selama 3x24 jam
penurunan kesadaran, pasien dan frekuensi
diaharapkan pasien
infeksi trakeobronkial 2. Kaji pernapasan
memenuhi
Ditandai dengan : udara kemampu 2. Kemampuan
indikator sebagai
nafas tidak normal, an refleks batuk dapat
berikut :
perubahan jumlah batuk mengeluarkan
pernafasan, batuk, pasien sekret
sianosis, demam, kesulitan 1. Saluran 3. Kaji 3. Menentukan
bernafas (dispnea), pernapasan keadaan rencana tindakan
kesulitan mengeluarkan pasien sekret, yang akan
sekret menjadi warna dan dilakukan
bersih produktifit 4. Mengencerkan
2. Pasien dapat asnya sekret
mengeluark 4. Anjurkan 5. Membantu
an sekret pasien mengeluarkan
1. Suara napas untuk sekret
dan minum air 6. Menekan
keadaan hangat produksi sekret
kulit jika 7. Memenuhi
menjadi memungki kebutuhan
normal nkan oksigen
5. Ajarkan 8. Inhalasi dapat
teknik melonggarkan
batuk saluran
efektif pernapasan
6. Kolaboras 9. Mengeluarkan
i dengan sekret dengan
tim medis melakukan
dalam penyedotan
pemberian karena
obat perbedaan
mukolitik tekanan pada
7. Kolaboras mesin
i dengan pengisapan
tim medis
dalam
pemberian
oksigen
8. Kolaboras
i dengan
tim medis
dalam
pemberian
inhalasi
atau
‘nebulizer
9. Kolaboras
i dengan
tim medis
dalam
melakuka
n
pengisapa
n
2 Ketidakefektifan pola nafas NOC: NIC:
Berhubungan dengan : ansietas, Setelah dilakukan 1. Kaji pola 1. Memanifestasi
hiperventilasi, keletihan,keletihan tindakan dan pola nafas yang
otot pernafasan, sindrom keperawatan frekuensi tidak efektif
hipoventilasi. 3x24jam pernafasan adalah
diharapkan pasien pasien perubahan pola
Ditandai dengan : dispnea,
memenuhi kriteria 2. Monitor dan frekuensi
pernafasan cuping hidung, pola
sebagai berikut: bunyi paru pernafasan
nafas abnormal (irama, frekuensi,
1. Pasien 3. Monitor 2. Menentukan
kedalaman),
dapat hasil adanya sekret
mendemons analisis atau kelainan
trasikan gas darah paru- paru
pola nafas 4. Monitor 3. Abnormalitas
yang efektif kadar gas darah
menunjukkan
2. Data hemoglobi tidak adekuatnya
objektif n oksigenasi
menunjukka 5. Monitor 4. Hemoglobin
n pola tanda vital berperan dalam
pernafasan 6. Observasi transport
yang efektif adanya oksigen
3. Pasien pernafasan sehingga sangat
merasa cuping menentukan
lebih hidung, oksigenasi
nyaman sianosis 5. Peningkatan
dalam 7. Atur suhu tubuh
bernafas posisi berpengaruh
pasien dalam
dengan peningkatan
semifowle metabolisme dan
r atau berkontribusi
duduk terhadap
8. Kolaboras perubahan pola
i dengan nafas, nadi akan
tim medis meningkat pada
dalam kondisi takipnea
pemberian 6. Kadar oksigen
inhalasi yang kurang
atau menimbulkan
nebulizer ( hipoksia
obat jaringan perifer
kombifen/ yang
pentolin) dimanifestasikan
adanya sianosis
7. Melonggarkan
rongga dada dan
mengurangi
tekanan
diafragma
karena tekana
abdomen
8. Meningkatkan
fentilasi dengan
cara vase dilatasi
saluran
pernafasan
I. REFERENSI
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
Carpenito Lynda Juall,2012, Diagnosa Keperawatan edisi 13, jakarta, penerbit buku
kedokteran EGC
Herman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan:
definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.
Mubarak, W.I. Indrawati, Lilis Susanto, J. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta : Salemba Medika.
Price Sylvia A dan Lorraine M. Wilson, 2006, Patofisiologi konsep klinis proses-
proses penyakit edisi 6, jakarta, EGC 2005
Potter, Patricia. A. 1996. Pengkajian Kesehatan Ed. 3. Jakarta: EGC
Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan “Dokumentasi Evaluasi”.
Tarwoto dan wartonah,2015, kebutuhan dasar manusia dan proses
keperawatan,jakarta,salemba medika (NANDA 2012-2014)
BAB III
ASKEP
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Hindu
Suku : Bali
Alamat : Selat Kaja Karangasem
Tanggal Masuk : 4 September 2018
Tanggal Pengkajian : 4 September 2018
Diagnosa Medis : CKD Std V + edema paru
Sumber Informasi : Wawancara pasien dan keluarga pasien, catatan medis pasien dan
pemeriksaan fisik.
B. ALASAN DIRAWAT
a. Keluhan Utama
1. Saat MRS
Keluarga pasien mengatakan pasien sesak napas.
2. Saat Pengkajian
Pasien mengatakan masih sesak dan mual.
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pada tanggal 3 September 2018 pada sore hari pasien melakukan pekerjaan rumah
seperti mengepel dan menyapu. Dan besok paginya, sekitar pukul 05.00 WITA pasien
mengalami sesak yang tidak bisa dikendalikan, lalu pasien dibawa ke puskesmas Selat,
kemudian pasin dirujuk ke UGD Klungkung. Pada saat di UGD kondisi pasien lemah
dengan tanda-tanda vital pasien TD : 210/100 mmHg, N : 100x/m, R : 30 x/m, S : 36,5
0
C. Berhubung dengan jadwal HD, pasien dipindahkan dari UGD ke ruang HD untuk
melakukan jadwal HD rutin. Terapi yang diberikan :
- Captopril 2x50 mg (oral)
- Amlodipin 1x5 mg
- Bisoprolol 1x5 mg
- Lansoprazol 2x1
- As. Folat 2xII
- CaCO3 3x1
- O2 5L/m
E. DATA BIO-PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Keluarga pasien memahami kesehatan pasien oleh karena itu saat sakit pasien langsung
dibawa ke rumah sakit.
b. Pola Nutrisi
Sebelum MRS
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien makan dan minum dengan
normal.
Saat MRS
Pasien mengatakan nafsu makan dan minum menuru, pasien hanya makan 3-5 sendok
makan dari satu porsi makanan dan seperempat air dari satu gelas sedang dalam satu
kali makan dan minum.
c. Pola Eliminasi
Sebelum MRS
BAB : Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien dapat BAB sendiri dan
normal dengan warna feses kuning kecoklatan, konsistensi lembek dan
frekuensi sekali setiap hari, tidak tampak adanya lender dan darah.
BAK : Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien kencing dengan
normal, warna urine kuning, bau khas urine dan frekuensi teratur.
Saat MRS
BAB : Pasien mengatakan memiliki keinginan untuk BAB dengan feses berwarna
coklat, konsistensi lembek dan frekuensi tidak menentu.
BAK : Pasien mengatakan memiliki keinginan untuk BAB dengan warna urine
kuning, bau khas urine dan frekuensi tidak menentu.
d. Pola Aktivitas
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulansi ROM √
F. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran : CM
GCS : E=4 V=5 M=6
Warna kulit : Normal
Turgor kulit : Elastis
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 210/100 mmHg
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 100 x/m
RR : 30 x/m
c. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, rambut pendek berwarna hitam, tidak
tampak adanya luka atau bengkak pada kepala
Palpasi : Tidak terdapat benjolan serta tidak ada nyeri tekan pada kepala.
d. Mata
Inspeksi : Sklera normal berwarna putih, konjungtiva merah muda, reflex
pupil isokor, tidak ada perdarahan dan tidak buta.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
e. Hidung
Inspeksi : Tidak ada secret, tidak ada lesi dan perdarahan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
f. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada serumen, mampu mendengar dengan
baik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
g. Mulut
Inspeksi : Bentuk simetris, membrane mukosa normal, gigi lengkap, tidak
ada peradangan pada tonsil
h. Leher
Inspeksi : bentuk leher normal, bisa menoleh ke kanan dan ke kiri
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
i. Dada dan punggung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi, ada otot bantu napas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus teraba
Perkusi : Terdengar bunyi sonor
Auskultasi : Terdapat suara tambahan yaitu ronchi
j. Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut normal dan simetris, tidak ada penonjolan dan luka
Auskultasi : Suara peristaltic usus normal 8 (5-30)
Perkusi : Terdengar suara timpani
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
k. Ekstremitas
Ekstremitas atas : tangan kiri terpasang infus NaCl asnet, tidak ada edema, turgor
kulit elastis, tidak ada benjolan, CRT <2 detik
Ekstremitas bawah : Tidak ada edema pada kaki
l. Genetalia
Inspeksi : tidak terdapat lesi/luka, eritema, keputihan
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan Foto Thoraks AP tanggal 4 September 2018
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data
No Data Fokus Data standar Etiologi Masalah
Ketidakefektifan pola
napas
2. Analisa masalah
DS :Pasien mengatakan sesak napas terkadang tersengal-sengal dalam bernapas
DO : Pasien tampak lemas, pasien bernapas dengan cuping hidung, pola pernapasan
abnormal, dyspnea, terdapat otot bantu napas
P : ketidakefektifan pola napas
E : keletihan otot napas
S : sesak saat bernapas, tersengal-sengal ketika bernapas, pasien tampak lemas,
pernapasan cuping hidung, pola napas abnormal dan terdapat otot bantu napas
Proses terjadinya : Gangguan pola napas terjadi disaat pertukaran O2 terhadap CO2
dalam paru-paru terganggu. Paru-paru tidak dapat mengatur penerimaan O2 dan
pengeluaran CO2 dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tekanan O2 lebih kecil
dari peningkatan tekanan CO2. Hal tersebut mengakibatkan ketidakefektifan pola napas.
Akibat jika tidak ditangani : apneu
3. Rumusan diagnose
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan, penyempitan
saluran napas,serta factor lingkungan yang kurang sehat ditandai dengan dyspnea,
pernapasan cuping hidung, dan pola napas abnormal (dewasa 16-20x/menit)
I. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Selasa,
4 September 2018
13.00 WITA Delegatif nasal kanul 5 lpm DS : Pasien mengatakan
masih sesak napas
DO : Pasien telah di
pasang oksigen
sebanyak 5 lpm
dengan nasal kanul
DO : ku : lemah
TD : 170/120 mmHg
S : 36 oC
N : 105 x/menit
RR : 28 x/menit
DO : Terdengar suara
napas ronchi
DO : Pasien tampak
mencoba napas
dalam
DO : Pasien tampak
kesulitan dalam bernapas
22.00 WITA Monitor kecepatan irama napas DS : Pasien mengatakan
dadanya terasa sakit
DO : Pasien tampak
meringis
RR : 28 x/menit
5 September 2018
Mengukur tanda tanda vital
05.30 WITA DS : Pasien mengatakan
masih sesak, lemas,
dan batuk
DO : ku : lemah
S : 36,8 oC
N : 100x/menit
TD : 150/110 mmHg
RR : 26 x/menit
Rabu,
5 September 2018 Melakukan fisioterapi dada DS : Pasien mengatakan
08.00 WITA menggunakan teknik vibrasi lebih mudah
mengatur napas
tetapi masih merasa
sesak
DO : pasien tampak
melakukan teknik
fibrasi
DO : ku : lemah
S : 36,5 oC
N : 100 x/menit
TD : 150/90 mmHg
RR : 26 x/menit
DO : Terdengar suara
napas ronchi
6 September 2018
05.30 WITA DS : pasien mengatakan
Mengukur tanda tanda vital
lemas dan masih
sedikit sesak
DO : ku : lemah
S : 36 oC
N : 88 x/menit
TD : 150/90 mmHg
RR : 24x/menit
Kamis,
6 September 2018
08.00 WITA Mengelola oksigen sesuai DO : oksigen terpasang 3
DO : pasien tampak
melakukan teknik
vibrasi
DO : pasien tampak
nyaman dengan posisi
semi fowler
13.30 WITA Operan jaga
19.30 WITA
Operan jaga
DO : Pasien tampak
sudah mampu
mengontrol
napasnya
7 September 2018
05.30 WITA DS : Pasien mengatakan
Mengukur tanda tanda vital
kondisinya sudah lebih
baik
DO : ku : lemah
S : 36 oC
N : 80 x/menit
TD : 130/80 mmHg
RR : 20 x/menit
07.30 WITA
Operan jaga
Jumat,
7 September 2018
08.00 WITA DS : Pasien mengatakan
Monitor kecepatan irama napas
Sudah tidak sesak
DO : Pasien tampak
lemas
RR : 20 x/menit
13.30 WITA
Operan jaga
K. EVALUASI
EVALUASI
1. Alat
Persiapan peralatan yang digunakan dalam tindakan memberikan O2 kepada pasien
antara teori dengan praktek masih ada perbedaan , yaitu dalam teori pemasangan O2
sebelum cateter nasal dipasang diolesi vaseline atau jelly terlebih dahulu dan dalam
tindakan seharusnya menggunakan sarung tangan namun dalam praktek dilapangan tidak
dipergunakan .
2. Pasien
Pasien dilakukan tindakan pemberian O2 agar dapat menggobati peradangan saluran
pernafasan bagian atas , sehingga lendir encer dan mudah keluar , selaput lendir tetap dalam
keadaan lembab , serta pernafasan menjadi lega .
Dep Kes RI .1985 .Teknis perawatan dasar . Bandung : PT Granesia .
BAB V
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi karena apabila kebutuhan dalam tubuh
berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan otak.
3. Oksigenisasi adalah pemasangan oksigen yang diberikan pada pasien untuk mengatasi
masalah pernapasan.
4. Fungsi utama pernapasan adalah memperoleh O² agar dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh dan mengeluarkan CO² yang dihasilkan oleh sel.
3.2 Saran