I.
II.
ANATOMI
1. Saluran Napas Atas
a. Hidung
- Terdiri atas bagian eksternal dan internal
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang
disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
gerakan silia
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
laring (laringofaring)
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius
dan digestif
c. Laring
- Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
-
dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara
-
Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan
seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe : Sel-sel alveolar tipe I: adalah sel epitel yang membentuk
dinding alveoli. Sel-sel alveolar tipe II: adalah sel yang aktif secara
metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps). Sel-sel alveolar
tipe III: adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
3. Paru-paru
a. Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
b. Terletak dalam rongga dada atau toraks
c. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
d.
e.
f.
g.
segmen bronkusnya
4. Pleura
a. Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
b. Terbagi mejadi 2 yaitu: Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga
dada dan Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
c. Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
d. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
(Brunner &Suddarth, 2002)
FISIOLOGI
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
1. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih
besar tekanan rongga dada turun/lebih
2. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif
yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada
turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa
factor:
a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
a. Bayi Prematur.
b. Bayi dan Todler.
c. Anak usia sekolah dan remaja.
d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan.
e. Lansia
3. Faktor lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi
daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat. Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi,
sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang
dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah
yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan
akan oksigen.
4. Gaya hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan
tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakitparu.
5. Status kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin
berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
6. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obatobat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
7. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan Fungsi pernapasan dapat terganggu
oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru.
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru .
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan sel jaringan.
8. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya
dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak).
Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk
bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
9. Obstruksi jalan nafas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi:
hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti
makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak
sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas. Obstruksi jalan napas di bagian
bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan
paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi
keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi
sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi
(inspirasi).
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
IV.
ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2011), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas
tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energy/kelelahan, kerusakan
neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif/persepsi, obesitas,
posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan
membrane kapiler-alveoli.
(Mubarak, 2007)
V.
FAKTOR PREDISPOSISI
PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paruparu), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur
dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload,preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
VII.
nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas
yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis,
warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala
ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
1. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi
impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap
stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah
koroner.
3. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ; pemeriksaan
fungsi paru, analisis gas darah (AGD).
IX.
X.
bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal
500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali permenit (Harahap, 2005).
Yang termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kataeter nasal, kanula
nasal, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing,
sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a. Kateter nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan pemberian
O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman
serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap. Kerugian Tidak dapat
memberikan konsentrasi O2lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal
lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi
iritasi selaput lendir nasofaring, aliran lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan
nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah
tersumbat (Harahap, 2005).
b. Kanul nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan Pemberian
O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara,
lebih mudah ditolerir klien. Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi
O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut,
mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput
lender (Harahap, 2005).
c. Sungkup muka sederhana
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 5-8. Keuntungan konsentrasi
O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar,
dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. Kerugian Tidak dapat
memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah (Harahap, 2005).
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan Konsentrasi
O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput
lender. Kerugian Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran
2.
3.
4.
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam,
lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal jantung kongestif, PTIK, dan
overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis.
Fisiologis (orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki, pada anak-anak yang
sedang tidur, dan pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi).
Pathologis (gagal jantung, pada pasien uraemi atau kadar ureum dalam darah
5.
6.
7.
XII.
PENATALAKSANAAN
Terapi oksigen. Prosedur pemberian oksigen:
1. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (periksa kembali) perintah pengobatan.
2. Siapkan pasien dan keluarga.
a. Atur posisi pasien dengan semi fowler jika memungkingkan. Posisi ini
memungkingkan ekspansi dada lebih mudah sehingga memudahkan bernapas
b. Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan
dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea. Informasi ke pasien dan
keluarga tentang petunjuk keamanan yang berhubungan dengan penggunaan
oksigen
3. Atur peralatan oksigen dan humidifier
4. Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat tetap berfungsi
a. Cek oksigen dapat mengalir secara bebas lewat selang. Seharusnya tidak ada
suara pada selang dan sambungan tidak cocok. Seharusnya ada gelembung
udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat air. Perawat measakan keluar
pada kanul, masker atau tenda.
b. Atur oksigen dengan flow meter sesuai dengan perintah misalnya 2-6 l/min.
5. Pasang alat pemeberian oksigen yang sesuai
6. Kaji pasien secara teratur.
a. Kaji tingkat kecemasan pasien, warna mukosadan kemudahan bernapas, saat
pasien dipasang alat.
b. Kaji pasien dalam 15-30 menit pertama, ini tergantung kondisi pasien dan
setelah itu secara teratur. Kaji vital sing atau warna, pola bernapas dengan
gerakan dada.
c. Kaji secara teratur tanda-tanda klinis seperti hypoxia, tachicardi,
confuse/bingung , dispenea, kelelahan dan sianosis. Dilihat data hasil BGA jika
memungkingkan.
d. Kaji hidung pasien jika ada iritasi beri cairan lubrikan jika dibutuhkan untuk
melapisi membran mukosa.
e. Inspeksi kulit wajah bila ada basah/goresan dan keringkan, rawat jika
diperlukan.
7. Inspeksi peralatan secara teratur.
a. Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit dan pada
saat memberkan perawatan pada klien.
b. Pertahankan tinggi air di humidifier
c. Pastikan petunjuk kemanan diikuti
8. Catat data yang relevan dan dokumnetasi keperawatan atau Catat terapi dan semua
hasil pengkajian keperawatan.
b.
kornea)
- Coma: Tidak ada respon sama sekali
c. Tanda-tanda vital:
1)
Suhu: Dapat diukur per axila, oral, dan rektal.
- Normal: 360C-370C
- Hipotermia: 340C-350C
- Pyrexia: 390C-400C
- Hiperpirexia: 410C-420C
2)
Nadi: Dapat diukur pada arteri (radialis, temporalis, brankialis, femoralis,
3)
dan karotis). Iramanya (kuat, lemah, cepat, tidak teratur, frekuensi, volume?
Normal: 60-100X/menit
Tachicardi: > 100X/menit
Bradicardi: <60X/menit
Pernapasan: Cepat, irama, jenis (dada, perut), frekuensi? Normal (1221X/menit), kusmaul (cepat dalam), chignus stroke (cepat dangkal, hilang,
4)
-
tachypneu (>21X/menit)
Tekanan darah: Dapat dilakuan dengan psisi duduk atau baring?
Optimal: <120/<80
Normal: 120129/8084
High Normal: 130139/8589
Hipertensi: Grade I (ringan) : 140159/9099, Grade II (sedang) : 160
179/100109, Grade III (berat) : 180 209/100 119, Grade IV (sangat
berat) : >210/>120
d. Saturasi:?
e. Status gizi: tinggi badan, berat badan, berat badan normal, berat badan ideal?
f. Pemeriksaan sistemik (Head to toe):
1)
Kulit, rambut, dan kuku : Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan
vaskularisasi, Inspeksi rambut lihat penyebaran/distribusi, Inspeksi dan
palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya abnormalitas, Palasi
kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur (halus/kasar)edema, dan
2)
massa
Kepala : Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri (tergantung kondisi
pasien). Bila pasien menggunakan alat bantu lepaskan, Inspeksi
kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa). Palpasi dengan
cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah garis kepala
4)
5)
7)
8)
10)
11)
13)
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal, jenis, hasil/kesimpulan.
Terapi
Terapi yang didapat: tanggal, nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi adalah:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Ketidakefektifan pola nafas
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
Ketidakefekt
ifan bersihan
jalan napas
KRITERIA HASIL
TUJUAN
INTERVENSI
NIC: Airway suctioning
1. Tentukan
kebutuhan suction oral
dan atau trakheal
2. Auskultasi suara nafas
sesudah dan sebelum
melakukansuction
3. Informasikan kepada
klien dan keluarga
4.
5.
6.
7.
Gangguan
pertukaran
gas
tentang suction
Gunakan universal
precaution(maske,
sarungtangan)
Pasang nasal kanul
selama dilakukan suction
Monitor status oksigen
pasien (tingkat SaO2 dan
SvO2) dan status
hemodinamik (tingkat
MAP [mean arterial
pressure] dan irama
jantung) segera sebelum,
selama dan
setelah suction
Perhatikan tipe dan
jumlah sekresi yang
dikumpulkan
11. Somnolen
12. Takikardi
(Willkinson, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Azis. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: Salemba Medika
Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Harahap. (2005). Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperwatan
Rufaidah Sumatera Utara Volume 1
Mubarak, Wahit Iqbal. (2007). Buku ajar kebutuhan dasar manusia: Teori & Aplikasi
dalam praktek, Jakarta: EGC
Muttaqin. (2005). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernafasan. Salemba
Medika. Jakarta.
Tarwanto & Wartonah. (2006). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan, Edisi 3,
Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi
4. Salemba Medika : Jakarta
Tarwoto & Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Willkinson Judith M. (2007). Diagnosa Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Kozier Fundamental of Nursing