Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

“KEBUTUHAN OKSIGENASI”

OLEH :
SUSANTI
019.02.1016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
“KEBUTUHAN OKSIGENASI”

A. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan
oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai
organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan
otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya
seseorang akan meninggal. Dalam keadaan biasa manusia
membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24
jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi
berperan dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme
sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang
adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktivitas
mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen
(O2) ke seluruh tubuh dan pembuangan karbon dioksida
(CO2) atau hasil pembakaran sel. Adapun tujuan
pemberian oksigenasi:
1.Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada
jaringan.
2.Untuk menurunkan kerja paru-paru.
3.Untuk menurunkan kerja jantung.
B. Fisiologi Oksigen
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a.Menghirup udara (inspirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari
sekeliling masuk melalui saluran pernapasan sampai
ke paru-paru. Proses inspirasi: volume rongga dada
naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih
kecil.
b.Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena
ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi
relaksasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi:
volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga
dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri
dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan
transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke
atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa
faktor:
1. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin
tingginya suatu tempat, maka tekanan udaranya
semakin rendah.
2. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-
paru untuk mengembang di sebut dengan
compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan
untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksinya paru-
paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O2 dari
alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari kapiler
ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Luasnya permukaan paru-paru.
2. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang
terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.
Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi
apabila terjadi proses penebalan.
3. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini
dapat terjadi sebagaimana O2 dari alveoli masul
kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O2
dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada
tekanan O2 dalam darah vena vulmonalis.
4. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan
mengikat HB.
c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses
pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut
nadi.
2. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan
sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta eritrosit dan kadar hb.
C. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien
mengalami gangguan oksigenasi menurut NANDA (2013),
yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang
dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan
energi/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
muskoloskeletal, kerusakan kognitif/persepsi,
obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membran
kapiler-alveoli.
D. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh
ventilasi, difusi dan transportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan
keluar dari ke paru-paru), apabila pada proses ini
terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur
dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan
nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran
mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli
ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada
proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga
dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth,
2002).
E. Manifestasi Klinis
a.Suara napas tidak normal.
b.Perubahan jumlah pernapasan.
c.Batuk disertai dahak.
d.Penggunaan otot tambahan pernapasan
e.Dispnea.
f.Penurunan pengeluaran urin.
g.Penurunan ekspansi paru.
h.Takhipnea.
F. Tanda dan Gejala
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi
permenit, penggunaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping
hidung), dispnea, ortopnea. Penyimpangan dada, nafas
pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi
nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda
dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan
pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia,
kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal (pucat,
kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit
kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan
kedalaman nafas (NANDA, 2013).
G. Pemeriksaan Fisik
a.Mata
1. Konjungtiva pucat (karena anemia)
2. Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3. Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli
lemak atau endocarditis).
b.Kulit
1. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya
aliran darah perifer).
2. Penurunan turgor (dehidrasi).
3. Edema.
4. Edema periorbital.
c.Jari dan kuku
1. Sianosis
2. Clubbing finger.
d.Mulut dan bibir
1. Membran mukosa sianosis
2. Bernapas dengan mengerutkan mulut.
e. Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
Adanya distensi/bendungan.
g. Dada
1. Retraksi otot bantu pernapasan (karena
peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea,
obstruksi jalan pernapasan).
2. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan
dada kanan.
3. Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada
karena udara/suara melewati saluran/rongga
pernapasan).
4. Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler,
bronchial).
5. Suara napas tidak normal (rales, ronkhi,
wheezing, frictionrub/pleural frintion).
6. Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness).
h. Pola pernapasan
1. Pernapasan normal.
2. Pernapasan cepat.
3. Pernafasan lambat.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk
mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan
pertukaran gas secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas
melalui membran kapiler alveolar dan keadekuatan
oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur,
dan proses-proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radio pulmonal, misal:
kerja jantung dan kontraksi paru.
h. CT-SCAN
Untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal.
I. Masalah Kebutuhan Oksigen
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan
kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi
oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
1. Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi
lebih dari 24x/menit karena paru-paru terjadi
emboli.
2. Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat
abnormal,± 10x/menit.
3. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh
mengompensasi metabolisme yang terlalu tinggi
dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga
tejadi jumlah peningkatan O2 dalam paru-paru.
4. Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan
dangkal.
5. Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk
mengeluarkan CO2 dengan cukup, serta tidak
cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam
penggunaan O2.
6. Dispnea, merupakan sesak dan berat saat
pernafasan.
7. Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali
dalam posisi duuduk atau berdiri.
8. Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi
karena penyempitan pada saluran nafas.
c. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan
pernafasan yang mengalami ancaman, terkait dengan
ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat
disebabkan oleh secret yang kental atau berlebihan
akibat infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak
efektif karena penyakit persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami
penurunan gas baik O2 maupun CO2 antara alveoli paru-
paru dan sistem vaskular.
J. Penatalaksanaan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1. Pembersihan jalan nafas.
2. Latihan batuk efektif.
3. Jalan nafas buatan.
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1. Atur posisi pasien (semi fowler).
2. Pemberian oksigen.
3. Teknik bernafas dan relaksasi.
c. Gangguan Pertukaran Gas
1. Atur posisi pasien (posisi fowler).
2. Pemberian oksigen.
3. Suctioning.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
 Data Subjektif
a. Pasien mengeluh sesak saat bernafas
b. Pasien mengeluh batuk tertahan
c. Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi
jalan nafas
d. Pasien merasa ada suara nafas tambahan.
 Data Objektif
a. Pasien tampak tersengal-sengal dan
pernafasan dangkal
b. Terdapat bunyi tambahan
c. Pasien tampak bernafas dengan mulut
d. Pengunaan otot bantu pernafasan dan nafas
cuping hidung.
e. Pasien tampak susah untuk batuk.
b. Pola nafas tidak efektif
 Data Subjektif
a. Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal
dan dangkal
b. Pasien mengatakan berat saat bernafas.
 Data Objektif
a. Irama nafas pasien tidak teratur
b. Orthopnea
c. Pernafasan disritmik
d. Letargi
c. Gangguan pernafasan gas
 Data Subjektif
a. Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
b. Pasien mengeluh susah tidur
c. Pasien merasa lelah
d. Pasien merasa gelisah
 Data Objektif
a. Pasien tampak pucat
b. Pasien tampak gelisah
c. Perubahan pada nadi
d. Pasien tampak lelah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan:
1.) Sekresi kental/berlebihan sekunder akibat
infeksi, fibrosis kistik atau influenza.
2.) Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak
efektif
3.) Sumbatan jalan nafas karena benda asing.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan:
1.) Lemahnya otot pernafasan
2.) Penurunan ekspansi paru
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan:
1.) Perubahan suplai oksigen
2.) Adanya penumpukkan cairan dalam paru
3.) Edema paru.
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa yang diangkat:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan peningkatan sputum ditandai dengan batuk
produktif.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
posisi tubuh ditandai dengan bradipnea.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
berkurangnya keefektifan permukaan paru.
NO Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Setelah 1. Auskultasi dada 1. Pernafasan ronci,
dilakukan untuk karakter wheezing
tindakan bunyi nafas dan menunjukkan
keperawatan adanya secret. tertahannya sekret
selama 1 x 24 obstruksi jalan
jam diharapkan nafas.
bersihan jalan
napas efektif 2. Berikan air 2. Membantu
sesuai dengan minum hangat. mengencerkan
kriteria: 3. Beri posisi yang sekret.
1. Menunjukkan nyaman seperti 3. Memudahkan pasien
jalan nafas posisi semi untuk bernafas.
bersih. fowler.
4. Sarankan 4. Pakaian yang ketat
2. Suara nafas keluarga agar menyulitkan pasien
normal tanpa tidak memakaikan untuk bernafas.
suara pakaian ketat
tambahan. kepada pasien.
5. Kelembapan
5. Kolaborasi
3. Tidak ada mempermudah
penggunaan
penggunaan pengeluaran dan
nebulizer
otot bantu mencegah
nafas. pembentukan mucus
tebal pada bronkus
4. Mampu
dan membantu
melakukan
pernafasan.
perbaikan
bersihan
jalan nafas.
2. Setelah 1. Kaji frekuensi 1. Mengetahui
dilakukan pernafasan frekuensi
tindakan pasien. pernafasan pasien.
keperawatan
selama 1 x 24 2. Duduk tinggi
jam diharapkan 2. Tinggikan memungkinkan
pola nafas kepala dan bantu ekpansi paru dan
efektif dengan mengubah posisi. memudahkan
kriteria: pernafasan.
1. Menunjukkan
pola nafas 3. HE dapat memberikan
efektif dengan 3. Ajarkan teknik pengetahuan pada
frekuensi bernafas dan pasien tentang
nafas 16-20 relaksasi yang teknik bernafas.
kali/menit dan benar.
irama teratur. 4. Pengobatan
mempercepat
2. Mampu penyembuhan dan
4. Kolaborasikan
menunjukkan memperbaiki pola
dalam pemberian
perilaku nafas.
obat.
peningkatan
fungsi paru.
3. Setelah 1. Auskulta 1. Wheezing atau
dilakukan si dada untuk mengiindikasi
tindakan karakter bunyi akumulasi
keperawatan nafas dan secret/ketidakmampu
selama 1 x 24 adanya secret. an membersikan
jam diharapkan 2. Beri jalan napa sehingga
pertukaran gas posisi yang otot aksesori
dapat nyaman seperti digunakan dan kerja
dipertahankan posisi semi pernapasan
dengan fowler. meningkat.
kriteria: 3. Anjurkan 2. Memudahkan
1. Menunjukk untuk bedrest, pasien untuk
an perbaikan batasi dan bernafas.
ventilasi dan bantu aktivitas 3. Mengurangi
oksigenasi sesuai konsumsi oksigen
jaringan. kebutuhan. pada periode
2. Tidak ada 4. Ajarkan respirasi.
sianosis. teknik bernafas 4. HE dapat
dan relaksasi memberikan
yang benar. pengetahuan pada
5. Kolabora pasien tentang
sikan terapi teknik bernafas.
oksigen 5. Memaksimalk
an sediaan oksigen
khususnya ventilasi
menurun.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah.


EGC. Jakarta
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan
dasar. Jakarta:EGC
Nanda Internasional (2013). Diagnosis Keperawatan:
definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan.
Jakarta:EGC
Tarwonto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai