Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN

DENGAN LUKA BAKAR / COMBUSTIO


Oleh Nurlita Dwi Hikmatia (1306378041)

1. DEFINISI
Luka bakar merupakan terjadinya kerusakan pada kulit atau jaringan yang disebabkan
oleh panas atau trauma akut (Peck, 2012).
2. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
a. ETIOLOGI
Beberapa etiologi mengenai luka bakar, yakni:
- Luka bakar suhu tinggi, yaitu disebabkan oleh api, air panas, kontak panas
- Luka bakar sengatan listrik, yaitu disebabkan oleh arus listrik. Luka yang dihasilkan
bergantung pada tegangan volt. Kerusakan dapat melibatkan jantung, terutama
menyebabkan aritmia (Rudall dan Green, 2010). Arus rendah berasal dari sumber
listrik <240 volts, arus tinggi >1000 volts
- Luka bajar bahan kimia, yaitu disebabkan oleh produk rumah tangga atau kecelakaan
industri kerja.
- Luka bakar radiasi, yaitu disebabkan oleh paparan radiasi sinar ultraviolet
b. PATOFISIOLOGI
Efek yang ditimbulkan dari luka bakar yakni efek local maupun efek sistemik. Pada
efek local, ada zona luka bakar dibagi berdasarkan tingkat kerusakan jaringan, yaitu zona
koagulasi, zona statis, dan zona hyperemia. Zona koagulasi adalah pusat dari luka bakar
dan telah terjadi kerusakan berat atau nekrosis (Rudall dan Green, 2010). Zona statis
yakni zona yang melingkupi zona nekrosis yang mengalami kerusakan ringan dengan
penurunan perfusi jaringan. Lingkungan sangat berpengaruh dalam proses pemulihan
pada zona statis ini. Sementara itu, zona hyperemia yakni area yang mengalami
vasodilatasi dari inflamasi sekitar luka bakar. Area ini yang akan menjadi awal proses
penyembuhan dan secara umum tidak berisiko menjadi nekrosis lebih lanjut (Gauglitz
dan Jeschke, 2012).
Efek sistemik pada luka bakar ditimbulkan oleh pelepasan sitokin dan mediator
inflamasi yang lain saat luas luka bakar mencapai 30% dari TBSA (Total Body Surface
Area). Jika luas melebihi 1/3 TBSA dapat menimbulkan kerusakan berat pada fungsi
kardivaskuler yang disebut syok. Syok merupakan kondisi abnormal saat perfusi jaringan
tidak cukup kuat untuk mengantarkan asupan oksigen dan nutrisi serta mengeluarkan
hasil produksi sel yang tidak dibutuhkan (Gauglitz dan Jeschke, 2012). Penyebab syok
adalah peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang terjadi selama 36 jam setelah
timbulnya luka bakar. Protein dan cairan yang tertarik menuju ruang interstitial
menimbulkan edema dan dehidrasi. Untuk mengompensasi kondisi ini, pembuluh perifer
mengalami kontriksi dan terjadi hipoperfusi (Rudall dan Green, 2010).
Sirkulasi mediator inflamasi mempengaruhi penyimpanan air dan garam pada renal,
perbaikan kontraktilitas jantung dan menyebabkan vasokonstikri. Adanya hypovolemia
dan gangguan fungsi jantung dapat menyebabkan kondisi ini berlanjut menjadi iskemik.
Efek iskemik yang dihasilkan luka bakar adalah penurunan volume intravascular,
peningkatan resistensi vascular, penurunan cardiac output, iskemik, dan asidosi metabolik
(Gauglitz dan Jeschke, 2012).

3. MANIFESTASI
KLINIS
Menurut Corwin
Elizabeth, J. (2009, Hal
: 131) manifestasi klinis pada
klien dengan luka bakar
ialah sebagai berikut:
a) Luka bakar derajat
pertama superfisial
ditandai oleh
kemerahan dan nyeri.
Dapat timbul lepuh
setelah 24 jam dan
kemudian kulit
mungkin terkelupas.
b) Luka bakar derajat
kedua ketebalan
parsial superfisial ditandai oleh terjadinya lepuh ( dalam beberapa menit) dan
nyeri hebat.
c) Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial dalam ditandai oleh lepuh, atau jaringan
kering yang sangat tipis yang menutupi luka yang kemudian terkelupas. Luka
mungkin tidak nyeri.
d) Luka bakar derajat ketiga ketebalan penuh tampak datar, tipis, dan kering. Dapat
ditemukan koagulasi pembuluh darah. Kulit mungin tampak putih, merah atau hitam
dan kasar.
e) Luka bakar listrik mungkin mirip dengan luka bakar panas, atau mungkin tampak
sebagai daerah keperakan yang menjadi gembung. Luka bakar listrik biasanya timbul
dititik kontak listrik. Kerusakan internal akibat luka bakar listrik mungkin jauh lebih
parah daripada luka yang tampak dibagian luar.

4. PENGKAJIAN PRIMER
Airway: pemeriksaan dan evaluasi jalan napas pada wajah atau edema jalan napas dapat
membahayakan jalan napas. Pasien yang tidak sadar biasanya disebabkan adanya paparan
CO atau sianida atau zat lain. Pemberian 100% Oksigen dapat dilakukan jika
penyebabnya paparan CO atau sianida (Sjoberg, 2012)
Breathing: pemeriksaan pola apas dan fungsi paru sebaiknya dilakukan untuk evaluasi
jalan napas terutama pada kasus luka bakar thoracic (Sjoberg, 2012).
Circulation: periksa warna kulit, sensitivitas, pulsasi perifer, dan capillary refill, denyut
nadi, tekanan darah (Sjoberg, 2012).
Disability: periksa GCS, Jika kesadaran menurun, dapat dicurigai adanya trauma lain,
karbon monoksida, intoksikasi sianida, hipoksia dan kondisi lain (Sjoberg, 2012)
Esposure: lepaskan pakaian dan perhiasan, tetap perhatikan risiko hipotermia, hasil dari
tahapan ini penting untuk menentukan pemberian awal terapi cairan (Sjoberg, 2012)
Fluid: Resusitasi cairan diperlukan pada pasien dengan luka bakar >15% TBSA pada
orang dewasa dan >10% pada anak-anak, terutama 24 jm setelah timbul luka bakar
(Green dan Rudall, 2010). Pemberian Cairan dengan menggunakan Rumus Baxter, yakni
4cc/kgBB/%lukabakar/24 jam. Separuhnya diberikan dalam 8 jam pertama dan
separuhnya lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya ditambah 500-1000 cc koloid.

5. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Pengkajian Sekunder
a. Data subyektif :
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit sekarang
Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungan dengan faktor-faktor psikologis
dan social, obat-obatan atau terapi lain yang mempengaruhi glikosa darah, penghentian
insulin atau obat anti hiperglikemik oral.
b. Data Obyektif :
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas
Letargi/disorientasi, koma
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya nyeri dan cemas yang menyebabkan sesak napas.
Tanda : adanya cidera luka bakar lebih dari 20% TBSA, hipotensi, syok, penurunan
nadi perifer pada ekstrimitas yang cidera, vasokonstriksi perifer, takikardia,
pembentukan edema jaringan.
3) Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria, jika
terjadi hipovolemia berat), penurunan bising usus akibat stress penurunan
motilitas/peristaltic.
5) Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, penurunan berat badan lebih dari
beberapa hari/minggu, haus,
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula
darah).
6) Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi, gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut), gangguan
memori (baru, masa lalu), refleks tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang
(syok listrik), paralisis (cidera pada aliran syaraf).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : berbagai tegang/nyeri (sedang/berat) saat ditekan, disentuh.
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8) Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen.
Tanda : jalan napas/stridor/mengi akibat luka bakar pada wajah dan leher atau dada
9) Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal.
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan
umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
10) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penyembuhan luka, penggunaan obat-obatan yang diperlukan. Faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka.

6. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d kesembuhan luka dan penanganan luka.
2. Risiko infeksi b.d hilangnya barrier kulit dan terganggunya respon imun
3. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka
4. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan melalui rute luka

7. PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN


Pertolongan pertama saat kejadian menurut Sjamsuhidayat, dkk. (2010):
1. Luka bakar suhu atau thermal
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam
daerah luka bakar dalam air mengalir selama sekurang- kurangnya lima belas
menit. Upaya pendinginan ini dan upaya mempertahankan suhu dingin pada
jam pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yang
terpajan suhu tinggi yang akan terlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga
destruksi tetap meluas.
2. Luka bakar kimia
Baju yang terkena zat kimia harus segera dilepas. Pada umumnya penanganan
dilakukan dengan mengencerkan zat kimia secara masif, yaitu dengan mengguyur
penderita dengan air mengalir dan kalau perlu diusahakan membersihkan pelan-pelan
secara mekanis. Sebagai tindak lanjut, kalau perlu dilakukan resusitasi,
perbaikan keadaan umum, serta pemberian cairan dan elektrolit.
3. Luka bakar arus listrik
Cairan parenteral harus diberikan dan umumnya diperlukan cairan yang lebih banyak
dari yang diperkirakan karena kerusakan sering jauh lebih luas.jika banyak terjadi
kerusakan otot, urin akan berwarna gelap karena mengandung banyak mioglobin dan
resusitasi pasien ini mengharuskan pengeluaran urin 75-100 ml per jam. Selain itu,
urin harus diubah menjadi basa dengan natrium bikarbonat intravena yang
menghalangi pengenda-pan mioglobulin. Bila urin tidak segera bening atau
pengeluaran urin tetap rendah, walaupun sudah diberikan sejumlah besar cairan, maka
harus diberikan diuretik yang kuat bersama manitol. Pada penderita cedera otot yang
masif, dosis manitol (12,5 gram per dosis) mungkin diperlukan selama 12-24
jam.
4. Luka bakar radiasi
Keseimbangan cairan dan elektrolit penderita perlu dipertahankan. Selain itu,
perlu dipikirkan kemungkinan adanya anemia, leukopenia, trombositopenia, dan
kerenta-nan terhadap infeksi. Sedapat mungkin tidak digunakan obat-obatan yang
menekan fungsi sumsum tulang.

8. ALGORITMA
9. PEMANTAUAN
Monitoring terapi cairan dilakukan untuk mengetahui eektifitas penanganan luka bakar,
yakni:
Traditional endpoint, yaitu tekanan darah dan produksi urin. Takikardi dapat terjadi jika
pasien nyeri dan cemas. Sementara itu, produksi urin menggambarkan perfusi renal yang
sensitive terhadap penurunan cardiac output dan kondisi hipovolemik. Kecepatan infus
cairan agar produksi urin sesuai 0,5-1 cc/kg/jam.
Advance haemodynamic monitoring, yaitu pengukuran hemodinamik menggunakan
COLD (Pulsion Medical Systems) menggunakan kateter vena central. Pengukuran
konsentrasi protein plasma menandakan tambahan cairan yang hilang dari intravascular.
10. REFERENSI
Rudall N & Green A. 2010. Burns clinical features and prognosis. Clinical Pharmacist. 2: 245-8
Gauglitz, G. G., Finnerty, C. C., Herndon, D. N., Williams, F. N., & Jeschke, M. G.
(2012). Modulation of the hypermetabolic response after burn injury. In Total Burn Care: Fourth
Edition Elsevier Inc.. DOI: 10.1016/B978-1-4377-2786-9.00030-8
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media

Anda mungkin juga menyukai