Disusun oleh
Agustini Rosdiana
2. FISIOLOGI OKSIGEN
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui
saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga
dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan
pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume
rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa
faktor :
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-
paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli
dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi
karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan
O² dalam darah vena vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah
secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
2. ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan
energy,kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal,
kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik
seperti TBC paru.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol,
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
4. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang
masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat
obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner &
Suddarth, 2002)
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Dispnea
e. Penurunan haluaran urin.
f. Penurunan ekspansi paru.
g. Takhipnea
10. PENATALAKSANAAN
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) alan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
1) Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Suctioning
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
.Pengertian Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber dan untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien.
b. Diagnosis Keperawatan
c. Rencana Keperawatan
d. Tindakan Keperawatan
e. Evaluasi
a. Pengkajian
1) Identitas
a)Umur
b) Alamat
Kondisi permukiman atau tempat tinggal menjadi salah satu hal yang penting dan
perlu ditanya pada pasien dengan gangguan oksigenasi. Karena gangguan
kebutuhan oksigenasi sangat rentan dialami oleh mereka yang bertempat tinggal
di pemukiman padat dan kumuh, rumah yang lembab akibat kurang pencahayaan
matahari, dan kurang adanya ventilasi.
c) Jenis Kelamin
d) Pekerjaan
2) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah yang paling sering dirasakan mengganggu oleh klien
dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.
Keluhan utama yang sering muncul pada klien gangguan kebutuhan oksigenasi
adalah sebagai beikut:
a) Batuk
c) Dispnea
d) Hemoptysis
e) Mengi
3) Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian riwayat penyakit saat ini seperti menanyakan tentang riwayat penyakit
sejak timbulnya keluhan hingga pasien meminta pertolongan. Misal sejak kapan
keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan,dimana keluhan pertama kali timbul, apa
yang dilakukan ketika keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau
memperingan keluhan, adakah usaha untuk mengatasi keluhan ini sebelum
meminta pertolongan, berhasil atau tidak usaha tersebut.
Riwayat penyakit dahulu memberikan data tentang informasi kesehatan klien. Kaji
klien tentang kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena kondisi ini
memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru. Dapatkan pula informasi
tentang sejak kapan terjadi penyakit, apakah pasien pernah dirawat
sebelumnya,dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami penyakit yang berat,
apakah pernah mempunyai keluhan yang sama.
b. Pemeriksaan Fisik
1)Mata
2)Hidung
a) Inspeksi
Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan kesimetrisan ekspansi serta
keadaan kulit. Inspeksi pada dada bisa dikerjakan pada saat bergerak aray pada
saat diam. Amati juga pergerakan pernapasan klien. Sedangkan untuk mengamati
adanya kelainan tulang punggung baik kifosis, skoliosis,maupun lordosis, akan lebih
mudah dilakukan pada saat bergerak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
frekuensi (eupnea, bradipnea, dan takipnea), sifat (pernapasan dada,diafragma,
stoke, kussmaul, dll).
b) Palpasi
kulit, dan mengetahui taktil fermitus. Kaji abnormalitas saat inspeksi seperti: masa,
lesi, dan bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
Taktil fremitus (getaran pada dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara).
c) Perkusi
(1)Perkusi langsung
Perkusi langsung, yakni pemeriksaan memukul thoraks klien dengan bagian palmar
jaritengan keempatujung jari tangannya.
Perkusi taklangsung, yakni pemeriksa menempelkan suatu objek padat yang disebut
pleksimeter pada dada klien, lalu
sebuah objek lain yang disebut pleskor untuk memukul pleksimeter tadi, sehingga
menimbulkan suara.
Suara perkusi pada klien tuberkulosis paru biasanya hipersonor yaitu bergaung lebih
rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi udara.
d)Auskultasi
Biasanya pada penderita tuberkulosis paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi)
pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat untuk mendemonstrasikan daerah mana
didapatkan adanya ronkhi (Andarmoyo,2012)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesisebelum
ditemukan adanya gejala awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan
pada paru.
3) Pemeriksaan Laboratorium
Sebaiknya sputum diambil pada pagi hari dan yang pertama keluar. Jika sulit
a. Diagnosa
neuromuskular pasan
pola napas intoksikasi alkohol.
neurologis purse
9.Obesitas kussmaul, g,
10.Posisi tubuh cheyne-stokes). diame
yang menghambat ter
seme
nit
menu
run,
kapas
itas
menu
run,
tekan
an
skspir
menu
run,
tekan
an
inspir
asi
menu
run,
eksku
rsi
dada
berub
ah.
b. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan kebutuhan oksigenasi dalam buku Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (2018).
Intervensi
Diagnosa Intervensi Utama
Pendukung
Bersihan jalan napas tidak efektif Latihan Batuk Efektif Dukungan
Tujuan: kepatuhan
Observasi:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan program
diharapkan Identifikasi kemampuan batuk
pengobatan
pasien menunjukkan jalan napas yang bersih - Monitor adanya retensi sputum
ditandai Edukasi
- Moniyor tanda dan gejala infeksi
dengan kriteria hasil sebagai berikut: fisioterapi dada
saluran napas
Status pernapasan: kepatenan jalan napas Edukasi
Monitor input dan output cairan (misal
Tidak ada sekret pengukuran
jumlah dan karakteristik)
Pertukaran gas respirasi
Terapeuntik: Fisioterapi dada
Pasien mampu mengeluarkan
sekret Ventilasi Atur posisi semi-fo wler atau fo wler - Konsultasi via
- RR dalam batas normal -Pasang perlak dan bengkok telepon
Buang sekret pada tempat sputum Manajemen asma
Edukasi: Manajemen alergi
Manajemen
anafiklasis
Manajemen
isolasi
Manajemen
ventilasi mekanik
- Manajemen jalan
napas buatan
- Pemberian obat
inhalasi
penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
Kolaborasi:
Terapeutik:
Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasi hasil
pemantauan Edukasi:
Jelaskan tujuandan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu.
Gangguan pertukaran gas Pemantauan Respirasi Dukungan
Seiuan: dilakukan tindakan keperawatan ObservasMonitor frekuensi, irama, berkengamerokok
diharapkan
kedalaman, ventilasi
pasien dapat mempertahankan pertukaran gas
yang dan upaya napas Edukasi berhenti
adekuat ditandai dengan kriteria hasil: Monitor pola napas (seperti bradipnea, merokok
Status pernapasan Edukasi
takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
-Klien mampu mengeluarkan pengukuran
chyne-stokes, biot, ataksik)
sekret Ventilasi respirasi
- Monitor kemampuan batuk efektif
RR batas normal Edukasi
- Monitor adanya produksi sputum
fisioterapi dada
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru Fisioterapi dada
- Auskultasi bunyi napas - Observasi jalan
- Monitor saturasi oksigen napas buatan
- Monitor nilai AGD Konsultasi via
Terapeutik: telepon
Edukasi Pemberian
Anjurkan cairan 2000 ml/hari, jika obat oral
Kolaborasi Pengaturan
Kolaborasi pemberian bronkodilator, posisi
ekspektoran, mukolitik,jika perlu Prawatan
-
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
-Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
-Monitor nilai
AGD Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi
pokankandiskmatisBi1
pemantauan Edukasi
Jelaskan tujuan danprosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Resiko aspirasi Manajemen Jalan Dukungan
Tujuan: Napas Observasi: perawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diri,makan
diharapkan Monitor pola napas (frekuensi,
dan minum
pasien tidak menunjukkan risiko aspirasi dengan kedalaman usaha napas)
kriteria Insersi selang
Monitor bunyi napas tambahan (misal nasogastrik
hasil sebagai berikut:
gurgling, mengi, wheezing, ronkhi Manajemen
- Irama dan frekuensi pernapasan normal
kering) jalan napas
Jalan napas paten, mudah bernapas, tidak ada
suara napas buatan
Monitor sputum (jumlah, wama,
abnormal Manajemen
aroma)
kejang
Terapeutik: Manajemen
Pertahankan kepatenan jalan napas muntah
dengan head-tilt danchift lift (jaw- Manajemen
sedasi
thrust jika curiga trauma servikal)
Manajemen
Atur posisi semi-fowler atau fowler
ventilasi
Berikan minum hangat
mekanik
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang Pemantauan
respirasi
dari 15 detik
Pemberian
Lakukan hiperoksigenasi sebelum
makanan
penghisapan endotrakeal
Pemberian
Keluarkan sumbatam benda padat makanan
enternal
Pemberian
obat
Pemberian
obat inhalasi
Pemberian
obat
interpleura
Pemberian
obat intravena
Pengaturan
posisi
Penghisapan
jalan napas
Perawatan
pasca anastesi
Perawatan
selang
gastrointestina
,
Resusitasi
neonatus
dengan forsep McGill - Terapi menelan
- Berikan oksigen,jika perlu
Edukasi:
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaboragiolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik,jika perlu
Pencegahan Aspirasi
Observasi:
Monitor tingkat kesadaran, batuk,
muntah, dan kemampuan menelan
Monitor status pernapasan
- Monitor bunyi napas, terutama setelah
makan dan minum
Periksa residu gaster sebelum memberi
memberi asupan oral
Periksa kepatenan selang nasogastrik
sebelum memberi asupan oral
Terapeutik:
Posisikan semi-fowler (30-45 deajat)
30 menit sebelum memberi asupan oral
Pertahankan posisi semi fowler (30-45
derajat) pada pasien tidak sadar
Pertahankan kepatenan jalan napas
(misal teknik head-tilt chin-lift, jaw-
thrust,in line)
- Pertahankan pengembangan balon
endrotracheal tube (EET)
- Lakukan penghisapan jalan napas, jika
produksi sekret meningkat
Sediakan suction di ruangan
-
selang gastrointenstinal, jika residu
banyak
- Berikan makanan dengan ukuran kecil
atau lunak
Berikan obat oral dalam bentuk
cair Edukasi:
- Anjurkan makanan secara berlebihan
- Anjurkan strategi mencegah aspirasi
Ajarkan teknik mengunyah atau
menelan, jika
perlu
c. Implementasi
Tujuan dari implementasi aalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan dilaksanakan
dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk beradaptasi dalam implementasi asuhan
keperawatan. Selama tahap implementasi,perawat akan terus melakukan pengumpulan
data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien
(Nursalam,2008).
Tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi
masalahnya dan menanggapi reaksi karena adanya stressor.
Tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan dengan tim kesehatan
lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain-lain.
Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan profesi lainnya diantaranya dokter, psikiatri,
ahli gizi, dan lainnya.
4) Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tahap ini sangat penting untuk
menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien. Mengambil tindakan
evaluasi untuk menentukan apakah hasil yang diharapkan telah terpenuhi bukan untuk
melaporkan intervensi keperawatan yang telah dilakukan.Hasil yang diharapkan merupakan
standar penilaian bagi perawat untuk melihat apakah tujuan telah terpenuhi (Potter &
Perry,2009).
C. PROMOSI KESEHATAN TENTANG OKSIGENASI
4 Posisi yang Bisa Membantu Meningkatkan Saturasi Oksigen
Dalam melakukan isolasi mandiri,pasien yang terkonfirmasi positif, diharuskan untuk
melakukan kontrol terhadap perkembangan kondisi tubuh serta saturasi oksigen dalam
tubuh setiap harinya.
Dalam beberapa kasus seperti orang – orang yang memiliki penyakit paru – paru
berat, batas normal dari angka yang tercantum dalam alat Oxymeter adalah 88-92%. Namun
untuk seseorang yang memiliki kondisi paru – paru yang baik, maka angka pada alat
Oxymeter akan menunjukan angka 100 – 95%.
Jika pasien mengalami penurunan kadar oksigen dalam tubuh hingga dibawah 95%,
disarankan menghubungi rumah sakit terdekat. Para dokter akan melakukan terapi seperti
pemberian oksigen baik berupa selang oksigen ataupun masker oksigen. Selain itu, ada
sebuah teknik yang bernama Proning yang akan dilakukan dokter untuk meningkatkan
saturasi oksigen pasien, seperti berikut ini:
Meletakkan bantal di bawah kepala, berbaring secara tengkurap dengan kepala
menoleh ke arah yang diinginkan, kemudian selipkan kedua tangan di bawah dada.
Posisi selanjutnya yang bisa dilakukan adalah menempatkan bantal di bawah kepala
dan perut, berbaring tengkurap dengan kepala menengok kearah yang diinginkan, lalu
tangan diletakkan di samping bantal.
Untuk posisi ketiga, tempatkan bantal di bawah kepala, berbaring tengkurap dengan kepala
menengok ke salah satu arah, tekuk kaki sesuai arah kepala menengok (apabila menengok
kearah kiri, maka kaki yang diangkat sebelah kiri), posisikan tangan pada posisi yang
nyaman.
Untuk posisi yang terakhir, posisi yang digunakan tidak dengan tengkurap, melinkan
berbaring kearah samping, selanjutnya tempatkan bantal dibawah kepala, dan kemudian
menempatkan bantal pada tubuh yang menempel serta di antara kedua lutut.
Berikut adalah empat langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam
tubuh. Rubah poisisi setiap 1 sampai 2 jam sekali, dan kemudian jangan lupa untuk
melakukan cek saturasi oksigen secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC