Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Dasar Profesi

Disusun oleh
Agustini Rosdiana

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan
fisiologisoksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan
untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau
sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap
hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam
mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi
respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang
berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil
pembakaran sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan
transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas
dan mengurangi stress pada miokardium.

2. FISIOLOGI OKSIGEN
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui
saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga
dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan
pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume
rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa
faktor :
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-
paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli
dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi
karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan
O² dalam darah vena vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah
secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

2. ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan
energy,kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal,
kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.

3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik
seperti TBC paru.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol,
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.

4. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang
masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat
obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner &
Suddarth, 2002)

5. MANIFESTASI KLINIS
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Dispnea
e. Penurunan haluaran urin.
f. Penurunan ekspansi paru.
g. Takhipnea

6. TANDA DAN GEJALA


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot
nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping
hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas
dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-
posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda
dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan
oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan,
sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan
kedalaman nafas (NANDA, 2013).
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Mata
1) Konjungtiva pucat (karena anemia)
2) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3) konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau
endokarditis)
b. Kulit
1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2) Penurunan turgor (dehidrasi)
3) Edema.
4) Edema periorbital.
c. Jari dan kuku
1) Sianosis
2) Clubbing finger
d. Mulut dan bibir
1) Membrane mukosa sianosis
2) bernapas dengan mengerutkan mulut.
3) Hidung
e. Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
Adanya distensi / bendungan.
g. Dada
1) Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas
pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran/rongga pernapasan
4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction
rub/pleural friction)
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
h. Pola pernapasan
1) pernapasan normal (eupnea)
2) pernapasan cepat (tacypnea)
3) pernapasan lambat (bradypnea)
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
e. Bronkoskop
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
h. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

9. MASALAH KEBUTUHAN OKSIGEN


a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen
dalam tubuh akibat defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
 Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/
menit karena paru-paru terjadi emboli.
 Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
 Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme
yang terlalu tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga
terjadi jumlah peningkatan O2 dalam paru-paru
 Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
 Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2
dengan cukup, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki
alveoli dalam penggunaan.
 Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
 Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk
atau berdiri.
 Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran nafas
c. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang
mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara
efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan
akibat infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit
persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik
O2 maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.

10. PENATALAKSANAAN
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) alan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
1) Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Suctioning
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
.Pengertian Asuhan Keperawatan

Konsep asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan sistematis


berkesinambungan, yang meliputi tindakan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan individu atau kelompok, baik yang aktual maupun potensial kemudian
merencanakan tindakan untuk menyelesaikan, mengurangi, atau mencegah
terjadinya masalah baru .

2. Langkah-langkah dalam Asuhan Keperawatan

Adapun langkah-langkah dalam asuhan keperawatan menurut Setiadi (2012)


antara lain:

a. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber dan untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien.

b. Diagnosis Keperawatan

Nanda menyatakan bahwa diagnose keperawatan adalah keputusan

klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah


kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat.

c. Rencana Keperawatan

Perencanaan adalah bagian dari fase penorganisasian dalam proses keperawatan


sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha
membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan
pasien.

d. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan atau implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan


dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

e. Evaluasi

Tahap penelitian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan


terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan
tenaga kesehatan lainnya.
3. Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Oksigenasi

a. Pengkajian

Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada sistem


pernapasan merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat karena 80% diagnosis
masalah pasien diperoleh dari anamnesis.

1) Identitas

a)Umur

Umur pasien yang mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi banyak


menyerang diusia produktif 18-50 tahun dan anak anak dibawah usia 5 tahun.

b) Alamat

Kondisi permukiman atau tempat tinggal menjadi salah satu hal yang penting dan
perlu ditanya pada pasien dengan gangguan oksigenasi. Karena gangguan
kebutuhan oksigenasi sangat rentan dialami oleh mereka yang bertempat tinggal
di pemukiman padat dan kumuh, rumah yang lembab akibat kurang pencahayaan
matahari, dan kurang adanya ventilasi.

c) Jenis Kelamin

Penderita gangguan kebutuhan oksigenasi banyak didapatkan pada jenis kelamin


laki-laki, karena pola hidup mereka seperti merokok.

d) Pekerjaan

Jenis pekerjaan dilingkungan industri dan berpolusi beresiko dapat mengganggu


system pernapasan (Muttaqin,2012).

2) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah yang paling sering dirasakan mengganggu oleh klien
dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.

Keluhan utama yang sering muncul pada klien gangguan kebutuhan oksigenasi
adalah sebagai beikut:

a) Batuk

b) Peningkatan produksi sputum

c) Dispnea

d) Hemoptysis

e) Mengi
3) Riwayat Penyakit Saat Ini

Pengkajian riwayat penyakit saat ini seperti menanyakan tentang riwayat penyakit
sejak timbulnya keluhan hingga pasien meminta pertolongan. Misal sejak kapan
keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan,dimana keluhan pertama kali timbul, apa
yang dilakukan ketika keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau
memperingan keluhan, adakah usaha untuk mengatasi keluhan ini sebelum
meminta pertolongan, berhasil atau tidak usaha tersebut.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu memberikan data tentang informasi kesehatan klien. Kaji
klien tentang kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena kondisi ini
memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru. Dapatkan pula informasi
tentang sejak kapan terjadi penyakit, apakah pasien pernah dirawat
sebelumnya,dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami penyakit yang berat,
apakah pernah mempunyai keluhan yang sama.

5)Riwayat Penyakit Keluarga

Pengkajian riwayat keluarga pada pasien dengan gangguan oksigenasi sangat


penting untuk mendukung keluhan dari penderita. Perlu dicari riwayat keluarga
yang memberikan predisposisi keluhan kepada pasien (Andarmoyo, 2012)

b. Pemeriksaan Fisik

1)Mata

a) Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)

b) Konjungtiva puct (anemia)

c) Konjungtiva sianosis (hipoksemia)

2)Hidung

a) Pernapasan dengan cuping hidung

b) Membran mukosa sianosis (penurunan oksigen)

c) Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru kronik)


3) Kulit

a) Sianosis perifer (vasokontriksi)

b) Sianosis secara umum (hipoksemia)

c) Penurunan turgor (dehidrasi)

4) Jari dan kuku

a) Sianosis perifer (kurangngnya suplai O2 ke perifer)

b) Clubbing finger ( hipoksemia kronik)

5) Dada dan Thoraks

a) Inspeksi

Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan kesimetrisan ekspansi serta
keadaan kulit. Inspeksi pada dada bisa dikerjakan pada saat bergerak aray pada
saat diam. Amati juga pergerakan pernapasan klien. Sedangkan untuk mengamati
adanya kelainan tulang punggung baik kifosis, skoliosis,maupun lordosis, akan lebih
mudah dilakukan pada saat bergerak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
frekuensi (eupnea, bradipnea, dan takipnea), sifat (pernapasan dada,diafragma,
stoke, kussmaul, dll).

b) Palpasi

Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada, mengobserasi


abnormalitas, mengidentifikassi keadaan

kulit, dan mengetahui taktil fermitus. Kaji abnormalitas saat inspeksi seperti: masa,
lesi, dan bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
Taktil fremitus (getaran pada dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara).

c) Perkusi

(1)Perkusi langsung

Perkusi langsung, yakni pemeriksaan memukul thoraks klien dengan bagian palmar
jaritengan keempatujung jari tangannya.

(2) Perkusi Tak Langsung

Perkusi taklangsung, yakni pemeriksa menempelkan suatu objek padat yang disebut
pleksimeter pada dada klien, lalu
sebuah objek lain yang disebut pleskor untuk memukul pleksimeter tadi, sehingga
menimbulkan suara.

Suara perkusi pada klien tuberkulosis paru biasanya hipersonor yaitu bergaung lebih
rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi udara.

d)Auskultasi

Biasanya pada penderita tuberkulosis paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi)
pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat untuk mendemonstrasikan daerah mana
didapatkan adanya ronkhi (Andarmoyo,2012)

c. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mutaqin (2012) untuk memastikan diagnosa pasien TB paru dengan


gangguan kebutuhan oksigenasi diantaranya:

1)Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesisebelum
ditemukan adanya gejala awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan
pada paru.

2) CT-Scan (Computerized Tomography Scanner)

Pemeriksaan CT - Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil


yang ditunjukan dengan adanya gambar

garis-garis fibrotik. Sebagaimana pemeriksaan rontgen thoraks,penentuan bahwa


kelainan inaktif dapat hanya berdasarkan pada temuan CT- Scanpada pemeriksaan
tunggal, namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif dan periksaan
secara serial setiap hari.

3) Pemeriksaan Laboratorium

Bahan pemeriksaan untuk bakteri mycrobacterium tuberculosis berupa sputum pasien.

Sebaiknya sputum diambil pada pagi hari dan yang pertama keluar. Jika sulit

didapatkan maka sputum dikumpulkan selama 24 jam.


4. Rencana Keperawatan

a. Diagnosa

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) yang akan

dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan

Gejala d an Tanda Kondisi klinis


Dx Definisi Penyebab/faktor risiko
Mayor Minor terkait
a. Ketidakma Fisiologis : Subjektif:- Subjektif: Dispnea, sulit Gullian barre
mpuan 1.Spasme jalan napas bicara dan ortopnea. syndrom,
Objektif :
membersihk 2.Hipersekresi jalan
napas Batuk tidak efektif, tidak Objektif : sklerosis multiple,
an sekret
3.Disfungsi
atau neuromuskuler mampu batuk, spuntum Gelisah, sianosis, bunyi myasthenia gravis,
napas menurun,
obstruksi 4.Benda asing dalam berlebih, mengi frekuensi prosedur
jalan jalan napas diagnostik
(wheezing), ronkhi kering, napas menurun,
napas untuk 5.Adanya
buatan
jalan napas
mekonium di jalan napas
frekuensi (misal
mempertaha 6.Sekresi yang tertahan napas berubah, pola bronkoskopi,
(pada neontus). napas transesophageal
nkan jalan
7.Hiperplasia dinding berubah.
napas tetap jalan napas echocardiography),
paten. 8.Proses infeksi pepacsi sistem
saraf
9.Respon alergi
10.Efek agen cedera kepala,
farmakologis
stroke,
(misalnya anastesi) kuadriplegia,sindro
Situasional: m
a. Merokok aktif dan
pasif aspirasi
mekonium,
b. Terpanjan polutan infeksi saluran
napas.
b. Kelebihan Penyebab: Subjektif : Dispnea Subjektif: Penyakit paru
atau Objektif : PCO2
1.Ketidakseimbangan Pusing, penglihatan obstruktif
kekurangan ventilasi- meningkat/menurun, kabur. kronis(PPOK),
oksigenasi perfusi takikardi, pH arteri Objektif :Sianosis,
gagal
dan atau diaforesis, gelisa,
2.Perubahan membran meningkat/menurun,bunyi napas jantung kongestif,
eliminasi alveolus- napas tambahan. cuping hidung, pola asma,
karbondioks napas
kapiler pneumonia,
ida nadan abnormal(cepat/lambat,
paru, penyakit
alveolus- regular/ireguler,
membran
kapiler. dalam/dangkal), warna hialin, asfiksia,
kulit
persistent
abnormal(misal pucat
pulmonary
dan
hypertension
of newborn
(PPHN),
prematuritas,
infeksi

kebir saluran napas


uan),
kesad
aran
menu
run.
c. Inspirasi dan/atau ekspirasi Penyebab: Subjektif: Subje Depresi sistem
1. Depresi pusat saraf,cedera
yang tidak memberikan Dispnea. ktif:
pernapasan

ventilasi adekuat. 2.Hambatan upaya Objektif : Ortop kepala,trauma


napas
(misalnyeri saat nea thoraks,gullian
bernapas,kelemahan Penggunaan Obje barre syndrom,
otot otot
pernapasan bantu ktif multiple sclerosis,
3. Defomitas dinding pernapasan,fase myasthenia gravis,
dada
4. Deformitas tulang ekspirasi stroke,
dada
5.Gangguan memanjang, Perna kuadriplegia,

neuromuskular pasan
pola napas intoksikasi alkohol.
neurologis purse

(misal abnormal d-lip,


elektroensefalogram (misal perna

[EEG] positif,cedera takipnea, pasan


kepala, gangguan cupin
kejang)
7.Imaturitas neurologis bradipnea, g
8.Penurunan energi hiperventilasi, hidun

9.Obesitas kussmaul, g,
10.Posisi tubuh cheyne-stokes). diame
yang menghambat ter

ekspansi paru thora


11.Sindrom hipoventiasi ks
12.Kerusakan inervasi anteri
diafragma(kerusakan or-

saraf C5 ke atas) poster

13. Sadera pada Ieni


medula
14. Efek agen ngkat,
farmakologis
15.Kecemasan ventil
asi

seme

nit
menu
run,

kapas
itas

menu

run,
tekan
an

skspir
menu

run,

tekan
an

inspir

asi
menu

run,
eksku

rsi
dada
berub
ah.

d. Berisiko mengalami masuknya Faktor risiko Cedera

sekrasing,seriatestinaltasekresi 1. Resudaan tingkat KeBRle,


padat ke dalam 2. Penurunan refleks cedera
muntah dan/atau batuk medula

3. Gangguan menelan spinalis,


keracunan
obat
saluran trakeobronkhial 4. Disfagia alkohol,
akibat
5. Kerusakan mobilitas pembesar
disfungsi mekanisme fisik
protektif an uterus,
6. Peningkatan residu
saluran napas. lambung sklerosis
7. Peningkatan multipel
8. rekananintragastrik prematuri
motilitas gastrointestinal tas.
9.Perlambatan
pengososongan lambung
10. Ketidakmatangan
koordinasi menghisap,
menelan dan bernapas
e. Fisiologis Subjektif: Subjektif: cedera
Ketidakmampuan kepala,gagal
beradaptasi 1. Hipersekresi jalan naps Objektif :
Lelah,foku napas,
dengan 2. Ketidakcukupan energi Frekuensi S transplatasi
pengurangan bantuan 3. Hambatan upaya napas napas meningkat jantung dan
ventilator mekanik yang (misal nyeri saat meningkat, pada displasia
dapat bernapas,
pengunaan pernapasan bronkopulmonal.
menghambat dan kelemahan otot
memperlama otot bantu dan
pernapasan, efek sedasi)
proses napas, gelisah.
Psikologis
penyapihan. napas Objektif :
1. Kecemasan
mengap-
2.Perasaan tidak berdaya Auskultasi
mengap
3. Kurang terpapar suara
(gasping), inspeksi
informasi tentang proses
upaya menurun,
penyapihan
napas dan warna kulit
4. Penurunan motivasi
bantuan abnormal
5. Situasional
tidak (misal
6. Ketidakadekuatan
sinkron, pucat dan
dukungan sosial
napas sianosis),
7. Ketidaktepatan
dangkal, napas
kecepatan proses
penyapihan agitas,dan paradoks

8. Riwayat kegagalan nilai darah abdominal


arteri dan
berulang dalam upaya
penyapihan abnormal. diaforesis.
9. Riwayat
ketergantungan
ventilator>4 hari

F. Penurunan cadangan energi Faktor risiko Subjektif: Subjektif: Penyakit paru


yangmengakibatkan individu 1.Gangguan metabolisme Dispnea Objektif obstruktif kronis
tidak mampu bernapas 2. an(PPOK), asma,
Kelelahan otot Objektif: Gelisah d
secara
pernapasan cedera kepala,
adekuat. Pengunaan takikardia gagal
otot bantu napas, bedah
napas jantung dan
infeksi
volue tidal
saluran napas.
menurun,
PCO2
meningkat,
PCO2
menurun,
SaO2
menurun

b. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan kebutuhan oksigenasi dalam buku Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (2018).
Intervensi
Diagnosa Intervensi Utama
Pendukung
Bersihan jalan napas tidak efektif Latihan Batuk Efektif Dukungan
Tujuan: kepatuhan
Observasi:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan program
diharapkan Identifikasi kemampuan batuk
pengobatan
pasien menunjukkan jalan napas yang bersih - Monitor adanya retensi sputum
ditandai Edukasi
- Moniyor tanda dan gejala infeksi
dengan kriteria hasil sebagai berikut: fisioterapi dada
saluran napas
Status pernapasan: kepatenan jalan napas Edukasi
Monitor input dan output cairan (misal
Tidak ada sekret pengukuran
jumlah dan karakteristik)
Pertukaran gas respirasi
Terapeuntik: Fisioterapi dada
Pasien mampu mengeluarkan
sekret Ventilasi Atur posisi semi-fo wler atau fo wler - Konsultasi via
- RR dalam batas normal -Pasang perlak dan bengkok telepon
Buang sekret pada tempat sputum Manajemen asma
Edukasi: Manajemen alergi
Manajemen
anafiklasis
Manajemen
isolasi
Manajemen
ventilasi mekanik
- Manajemen jalan
napas buatan
- Pemberian obat
inhalasi

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan


- Jelasjan tujuan dan prosedur batuk - Pemberian obat
efektif interpleura
Anjurkan tarik napas dalam melalui - Pemberian obat
hidung selama 4 detik, dan ditahan intradermal
selama 2 detik, kemudian keluarkan - Pemberian obat
dari mulut dengan bibir mencucu nasal
(dibulatkan) selama 8 detik - Pencegahan

Anjurkan mengulangi tarik napas aspirasi


dalam hingga 3 kali - Pengaturan posisi
Anjurkan batuk dengan kuat langsung - Penghisapan jalan
setelah tarik napas dalam yang ke-3 napas
- Penyapihan
Kolaborasi:
ventilasi mekanik
Kolaborassi pemberian mukolitik atau
- Perawatan
ekspetoran,jika perlu
trakeostomi
Manajemen Jalan Napas
- Seninosis
ObservasiMonitor pola napas
(frekuensi, - Stabilisasi jalan
kedalaman,usaha napas) napas
Monitor bunyi napas tambahan (misal Terapi oksigen
gurglling, mengi,wheezing, ronkhi
kering)
Monitor sputum (jumlah, wama,
aroma)
Terapeutik:
Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin lift (jaw-
thrust jika curiga trauma servikal)
- Atur posisi semi-fowler atau fo wler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada,jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang
dak eadetikiperoksigenas sebelum

penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi:

Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari,


jika tidak kontraindikasi

Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi:

kolaborasi pemberian bronkodilator,

ekspektoran, mukolitik,jika perlu


Pemantauan Respirasi
Observasi:

Monitor frekuensi, irama,kedalaman,

dan upaya napas


Monitor pola napas (seperti bradipnea,

takipnea, hiperventilasi, kussmaul,


chyne-stokes,biot,ataksik)

Monitor kemampuan batuk efektif

Monitor adanya produksi sputum


- Monitor adanya sumbatan jalan napas

- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

- Auskultasi bunyi napas

- Monitor saturasi oksigen

- Monitor nilai AGD

Terapeutik:
Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien

Dokumentasi hasil
pemantauan Edukasi:
Jelaskan tujuandan prosedur

pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika

perlu.
Gangguan pertukaran gas Pemantauan Respirasi Dukungan
Seiuan: dilakukan tindakan keperawatan ObservasMonitor frekuensi, irama, berkengamerokok
diharapkan
kedalaman, ventilasi
pasien dapat mempertahankan pertukaran gas
yang dan upaya napas Edukasi berhenti
adekuat ditandai dengan kriteria hasil: Monitor pola napas (seperti bradipnea, merokok
Status pernapasan Edukasi
takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
-Klien mampu mengeluarkan pengukuran
chyne-stokes, biot, ataksik)
sekret Ventilasi respirasi
- Monitor kemampuan batuk efektif
RR batas normal Edukasi
- Monitor adanya produksi sputum
fisioterapi dada
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru Fisioterapi dada
- Auskultasi bunyi napas - Observasi jalan
- Monitor saturasi oksigen napas buatan
- Monitor nilai AGD Konsultasi via

Terapeutik: telepon

Atur interval pemantauan respirasi Manajemen


sesuai kondisi pasien ventilasi mekanik
Pemberian obat
Dokumentasikan hasil
Pemberian obat
pemantauan Edukasi:
inhalasi
- Jelaskan tujuan danprosedur
Pemberian obat
pemantauan
intrapleura
Informasikan hasil pemantauan, jika
Pemberian obat
perlu
intradermal
Terapi Oksigen
Pemberi
Observasi: an obat
Monitor kecepatan aliran oksigen intramuskular
- Monitor posisi alat terapi oksigen Pemberian obat
- Monitor aliran oksigen secara periodik intravena
dan pastikan fraksi yang diberikan
cukup
Monitor efektfitasterapi oksigen
(misal oksimetri, analisa gas darah),
jika perlu
Monitor kemampuan melepaskan
oksigen saat makan
Monitor tanda tanda hipoventilasi
Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelektasis
Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
Monitor integrias mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik:
Bersihkan sekret pada mulut,hidung
Pertahankan kepatenan jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien di
transportasi
Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi:
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi:
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat
Pola napas tidak efektif Manajemen Jalan Napas Dukungan
Tujuan: emosional
Observasi:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan
diharapkan pola Monitor pola napas (frekuensi, kepatuhan
napas klien teratur ditandai dengan kriteria hasil kedalaman, usaha napas) program
sebagai
berikut: Monitor bunyi napas tambahan (misal pengobatan
gurgling, mengi, wheezing, ronkhi Dekungan
Status Pernapasan: Kepatenan jalan napas
ventilasi
- Edukasi
pengukuran
respirasi
Konsultasi via
telepon

Irama napas kering Manajemen


irreguler Ventilasi Monitor sputum (jumlah, warna,energi
RR dalam batas aroma) Manajemen
normal Tanda-tanda vital Terapeutik: jalan napas
TTV dalam batas normal Pertahankan kepatenan jalan napasbuatan
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-Manajemen
thrust jika curiga trauma servikal) medikasi

Atur posisi semi-fo wler atau fowler Pemberian


- Berikan minum hangat obat inhalasi
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu Pemberian
- Lakukan penghisapan lendir kurang obat
dari 15 detik interpleura

Lakukan hiperoksigenasi seelum - Pemberian


penghisapan endotrakeal obat
Keluarkan sumbatan benda padatintradermal

dengan forsep McGill Pemberian

Berikan oksigen jikaperlu obat intravena

Edukasi Pemberian
Anjurkan cairan 2000 ml/hari, jika obat oral

tidak kontraindikasi Pencegahan

Ajarkan teknik batuk efektif aspirasi

Kolaborasi Pengaturan
Kolaborasi pemberian bronkodilator, posisi
ekspektoran, mukolitik,jika perlu Prawatan

Pemantauan Respirasi selang dada


Observas
Monitor frekuensi, irama,

kedalaman,dan upaya napas

Monitor pola napas (seperti bradipnea,


takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
chyne-stokes, biot, ataksik)

-
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
-Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
-Monitor nilai
AGD Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi
pokankandiskmatisBi1
pemantauan Edukasi
Jelaskan tujuan danprosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Resiko aspirasi Manajemen Jalan Dukungan
Tujuan: Napas Observasi: perawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diri,makan
diharapkan Monitor pola napas (frekuensi,
dan minum
pasien tidak menunjukkan risiko aspirasi dengan kedalaman usaha napas)
kriteria Insersi selang
Monitor bunyi napas tambahan (misal nasogastrik
hasil sebagai berikut:
gurgling, mengi, wheezing, ronkhi Manajemen
- Irama dan frekuensi pernapasan normal
kering) jalan napas
Jalan napas paten, mudah bernapas, tidak ada
suara napas buatan
Monitor sputum (jumlah, wama,
abnormal Manajemen
aroma)
kejang
Terapeutik: Manajemen
Pertahankan kepatenan jalan napas muntah
dengan head-tilt danchift lift (jaw- Manajemen
sedasi
thrust jika curiga trauma servikal)
Manajemen
Atur posisi semi-fowler atau fowler
ventilasi
Berikan minum hangat
mekanik
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang Pemantauan
respirasi
dari 15 detik
Pemberian
Lakukan hiperoksigenasi sebelum
makanan
penghisapan endotrakeal
Pemberian
Keluarkan sumbatam benda padat makanan
enternal
Pemberian
obat
Pemberian
obat inhalasi
Pemberian
obat
interpleura
Pemberian
obat intravena
Pengaturan
posisi
Penghisapan
jalan napas
Perawatan
pasca anastesi
Perawatan
selang
gastrointestina
,
Resusitasi
neonatus
dengan forsep McGill - Terapi menelan
- Berikan oksigen,jika perlu
Edukasi:
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaboragiolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik,jika perlu
Pencegahan Aspirasi
Observasi:
Monitor tingkat kesadaran, batuk,
muntah, dan kemampuan menelan
Monitor status pernapasan
- Monitor bunyi napas, terutama setelah
makan dan minum
Periksa residu gaster sebelum memberi
memberi asupan oral
Periksa kepatenan selang nasogastrik
sebelum memberi asupan oral
Terapeutik:
Posisikan semi-fowler (30-45 deajat)
30 menit sebelum memberi asupan oral
Pertahankan posisi semi fowler (30-45
derajat) pada pasien tidak sadar
Pertahankan kepatenan jalan napas
(misal teknik head-tilt chin-lift, jaw-
thrust,in line)
- Pertahankan pengembangan balon
endrotracheal tube (EET)
- Lakukan penghisapan jalan napas, jika
produksi sekret meningkat
Sediakan suction di ruangan

-
selang gastrointenstinal, jika residu
banyak
- Berikan makanan dengan ukuran kecil
atau lunak
Berikan obat oral dalam bentuk
cair Edukasi:
- Anjurkan makanan secara berlebihan
- Anjurkan strategi mencegah aspirasi
Ajarkan teknik mengunyah atau
menelan, jika
perlu

c. Implementasi

Implementasi merupakan tahap dari proses keperawatan yang

dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Dengan

rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat,


intervensi diharapkan dapat nencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung
dan meningkatkan status kesehatan pasien (Potter,2010).

Tujuan dari implementasi aalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan dilaksanakan
dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk beradaptasi dalam implementasi asuhan
keperawatan. Selama tahap implementasi,perawat akan terus melakukan pengumpulan
data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien
(Nursalam,2008).

Jenis-jenis tindakan tahap pelaksanaan implementasi antara lain sebagai berikut:

1) Secara Mandiri (Independent)

Tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi
masalahnya dan menanggapi reaksi karena adanya stressor.

2) Saling ketergantungan (Interdependent)

Tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan dengan tim kesehatan
lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain-lain.

3)Rujukan Ketergantungan (Dependent)

Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan profesi lainnya diantaranya dokter, psikiatri,
ahli gizi, dan lainnya.

4) Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tahap ini sangat penting untuk
menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien. Mengambil tindakan
evaluasi untuk menentukan apakah hasil yang diharapkan telah terpenuhi bukan untuk
melaporkan intervensi keperawatan yang telah dilakukan.Hasil yang diharapkan merupakan
standar penilaian bagi perawat untuk melihat apakah tujuan telah terpenuhi (Potter &
Perry,2009).
C. PROMOSI KESEHATAN TENTANG OKSIGENASI
4 Posisi yang Bisa Membantu Meningkatkan Saturasi Oksigen
Dalam melakukan isolasi mandiri,pasien yang terkonfirmasi positif, diharuskan untuk
melakukan kontrol terhadap perkembangan kondisi tubuh serta saturasi oksigen dalam
tubuh setiap harinya.
Dalam beberapa kasus seperti orang – orang yang memiliki penyakit paru – paru
berat, batas normal dari angka yang tercantum dalam alat Oxymeter adalah 88-92%. Namun
untuk seseorang yang memiliki kondisi paru – paru yang baik, maka angka pada alat
Oxymeter akan menunjukan angka 100 – 95%.
Jika pasien mengalami penurunan kadar oksigen dalam tubuh hingga dibawah 95%,
disarankan menghubungi rumah sakit terdekat. Para dokter akan melakukan terapi seperti
pemberian oksigen baik berupa selang oksigen ataupun masker oksigen. Selain itu, ada
sebuah teknik yang bernama Proning yang akan dilakukan dokter untuk meningkatkan
saturasi oksigen pasien, seperti berikut ini:
Meletakkan bantal di bawah kepala, berbaring secara tengkurap dengan kepala
menoleh ke arah yang diinginkan, kemudian selipkan kedua tangan di bawah dada.
Posisi selanjutnya yang bisa dilakukan adalah menempatkan bantal di bawah kepala
dan perut, berbaring tengkurap dengan kepala menengok kearah yang diinginkan, lalu
tangan diletakkan di samping bantal.
Untuk posisi ketiga, tempatkan bantal di bawah kepala, berbaring tengkurap dengan kepala
menengok ke salah satu arah, tekuk kaki sesuai arah kepala menengok (apabila menengok
kearah kiri, maka kaki yang diangkat sebelah kiri), posisikan tangan pada posisi yang
nyaman.
Untuk posisi yang terakhir, posisi yang digunakan tidak dengan tengkurap, melinkan
berbaring kearah samping, selanjutnya tempatkan bantal dibawah kepala, dan kemudian
menempatkan bantal pada tubuh yang menempel serta di antara kedua lutut.
Berikut adalah empat langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam
tubuh. Rubah poisisi setiap 1 sampai 2 jam sekali, dan kemudian jangan lupa untuk
melakukan cek saturasi oksigen secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC

Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC

Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperaweatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai