Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : OKSIGENASI

Disusun oleh:

Fatchun Najib

202202040031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2022
Konsep Dasar

1. Pengertian
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito Lynda
Juall, 2012). Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar.Keberadaan
oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (Andarmoyo, sulistyo, 2012).

2. Tinjauan Anatomi dan Fisiologi


1) Anatomi
a. Saluran pernafasan atas terdiri dari : Hidung, Faring, Laring, Epiglottis
Fungsi: menyaring, menghangatkan dan melembabkan yang dihirup.
b. Saluran pernafasan bawah terdiri dari: Trachea, bronchus, segmen bronci dan bronchioles
Fungsi: mengalirkan udara, membersihkan dengan mucouliary dan memproduksi subcutan

2) Fisiologi
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi) adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui
saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih
besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu
terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih
kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi
dan transportasi.

a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli
ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan
udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di sebut
dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO²
atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO² dari
kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.
Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari alveoli
masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh dan CO²
jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

3. Tinjauan Medis
Terapi oksigen
4. Faktor Yang Mempengaruhi
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-
lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang
buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arterioklerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.

5. Mekanisme / Proses Kerja


Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada
proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut
akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses
difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan
pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas
miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas.

6. Keluhan – keluhan yang sering muncul


- Pusing
- Demam
- Sesak
- Sulit tidur

7. Pathway
8. Pengkajian Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Data Subjektif
1) Pasien mengeluh sesak saat bernafas
2) Pasien mengeluh batuk tertahan
3) Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
4) Pasien merasa ada suara nafas tambahan.

Data Objektif

1) Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal


2) Terdapat bunyi nafas tambahan
3) Pasien tampak bernafas dengan mulut
4) Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
5) Pasien tampak susah untuk batuk
b. Pola nafas tidak efektif
Data Subjektif
1) Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal
2) Pasien mengatakan berat saat bernafas

Data Objektif

1) Irama nafas pasien tidak teratur


2) Orthopnea
3) Pernafasan disritmik
4) Letargi
c. Gangguan pertukaran gas
Data Subjektif
1) Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
2) Pasien mengeluh susah tidur
3) Pasien merasa lelah
4) Pasien merasa gelisah

Data Objektif

1) Pasien tampak pucat


2) Pasien tampak gelisah
3) Perubahan pada nadi
4) Pasien tampak Lelah

9. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tiak efektif berhubungan dengan:
1) Spasme jalan nafas
2) Hipersekresi jalan nafas
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan nafas
5) Adanya jalan nafas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hyperplasia dinsing jalan nafas
8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologis (mis. anestesi)
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan:
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas,kelemahan otot pernapasan).
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuskular
6) Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram {EEG} positif, cidera kepala,
gangguan kejang).
7) Imaturitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inervasi iafragma (kerusakan saraf C5 ke atas).
13) Cedera pada medulla spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
c. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) Perubahan membran alveolus-kapiler
10. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa yang diangkat:

1. Pola napas tidak efektif


2. Gangguan pertukaran gas
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif
N Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan
o DIAGNOS Indonesia Indoensia
A (SLKI) (SIKI)
1 Pola nafas tidak SLKI SIKI
efektif Penyebab Respirasi : Respirasi :
 Depresi pusat pernapasan Setelah dilakukan tindakan keperawatan … Manajemen jalan nafas
 Hambatan upaya napas x…. jam, maka pola nafas tidak efektif 1. Observasi
 Deformitas dinding dada menigkat dengan kriteria hasil : a. Monitor pola nafas (frekuensi,
 Deformitas tulang dada  Penggunaan otot bantu nafas menurun kedalaman, usaha nafas)
 Gangguan neuromuscular  Dispnea menurun b. Monitor bunyi nafas tambahan
 Gangguan neurologis  Pemanjangan fase ekspirasi menurun (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
 Penurunan energy  Frekuensi nafas membaik ronkhi)
 Obesitas  Kedalaman nafas membaik 2. Terapeutik
 Posisi tubuh  Posisikan semi fowler
yang  Berikan minuman hangat
menghambat ekspansi paru  Berikan oksigen
 Sindrom hipoventilasi 3. Edukasi
 Kerusakan inervasi  Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari,
diafragma jika tidak kontraindikasi
 Cedera pada medulla spinalis  Ajarkan teknik batuk efektif
 Efek agen farmakologis
4. Kolaborasi
 Kecemasan
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
Gejala dan tanda ekspektoran, mukolitik, jika perlu
mayor Subjektif
 Dyspnea Pemantauan respirasi
Objektif 1. Observasi
 Penggunaan otot  Monitor frekuensi, irama,
bantu kedalaman, dan upaya nafas
pernafasan

 Fase ekspirasi memanjang  Monitor pola nafas (seperti


 Pola nafas bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
abnormal Gejala dan kussmaul, cheyne-stokes, ataksisk)
tanda minor Sujektif  Monitor saturasi oksigen
 Ortopne  Auskultasi bunyi nafas
a Objektif  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Pernafasan pursed lips
 Monitor nilai AGD
 Pernapasan cuping hidung
 Diameter thoraks
 Monitor hasil x-ray thoraks
anterior 2. Terapeutik
posterior meningkat  Atur interval pemantauan respirasi
 Ventilasi semenit menurun sesuai kondisi pasien
 Kapasitas vital menurun  Dokumentasikan hasil pemantauan
 Tekanan ekspirasi menurun 3. Edukasi
 Tekanan inspirasi menurun
 Jelaskan tujuan dan
 Ekskursi dada
prosedur pemantauan
berubah Kondisi klinis
terkait  Informasikan hasil pemantauan,
 Depresi system saraf pusat jika perlu
 Cedera kepala
 Trauma thoraks
 Gullian bare syndrome
 Multiple sclerosis
 Myasthenia gravis
 Stroke
 Kuadriplegia
 Intoksikasi alcohol
2 Ganggguan pertukaran Respirasi : Respirasi
gas Penyebab Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan
□ Ketidakseimbangan ….. x…. jam, maka Gangguan pertukaran respirasi
ventilasi- perfusi gas 1. Observasi
 Penurunan membrane meningkat dengan kriteria hasil :  Monitor frekuensi, irama,kedalaman,
alveolus-kapiler dan upaya nafas
Gejala dan tanda  Dispnea menurun
mayor Subjektif  Bunyi nafas tambahan menurun  Monitor pola nafas (seperti
 dyspne bradipnea,
a Objektif  Gelisah menurun takipnea,hiperventilasi, kussmaul,
 PCO2 meningkat/ menurun  PCO2 membaik cheyne-stokes, ataksisk)
 PO2 menurun  PO2 membaik  Monitor saturasi oksigen
 Takikardia  Takikardia membaik  Auskultasi bunyi nafas
 pH arteri  pH arteri membaik  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
meningkat/menurun  Monitor nilai AGD
 bunyi napas
 Monitor hasil x-ray thoraks
tambahan gejala dan tanda 2. Terapeutik
minor subjektif
 Atur interval pemantauan respirasi
 Pusing
sesuai kondisi pasien
 Penglihatan
kabur Objektif  Dokumentasikan hasil pemantauan
 Sianosis 3. Edukasi
 Diaphoresis  Jelaskan tujuan dan prosedur
 Gelisah pemantauan
 Napas cuping hidung
 Pola nafas abnormal  Informasikan hasil pemantauan, jika
 Warna kulit abnormal perlu
 Kesadaran
menurun Kondisi klinis
terkait Terapi oksigen
 PPOK 1. Observasi
 GJK  Monitor kecepatan aliran oksigen
 Asma  Monitor alat terapi oksigen
 Pneumonia  Monitor aliran oksigen secara periodic
 Tuberkulosis paru  dan pastikan fraksi yang diberikan
 Penyakit membrane hialin cukup
 Asfiksia  Monitor efektifitas terapi oksigen
 PPHN (mis.
 Prematuritas  Oksimetri, AGD), jika perlu
 Infeksi saluran nafas  Monitor kemampuan melepaskan
oksigen saat makan
 Monitor tanda tanda hipoventilasi
 Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelektasis
 Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
2. Terapeutik
 Bersihkan secret pada mulut, hidung,
dan trakea, jika perlu
 Siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
 Berikan oksigen tambahan, jika perlu
 Tetap berikan oksigen
saat pasien ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
3. Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
4. Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan/atau
tidur
3 Bersihan jalan nafas tidak Respirasi Respirasi
efektif Penyebab Setelah dilakukan tindakan keperawatan Latihan batuk efektif
Fisiologis\ selama …. X…. jam, maka bersihan jalan 1. Observasi
 Spasme jalan nafas nafas meningkat dengan kriteria hasil :  Identifikasi kemampuan batuk
 Hipersekresi jalan nafas
 Batuk efektif meningkat  Monitor adanya retensi spuntum
 Disfungsi neuromuscular
 Benda asing dalam jalan  Produksi spuntum menurun  Monitor tanda dan gejala infeksi
nafas  Mengi menurun  Monitor input dan output cairan
 Adanya jalan nafas buatan  Wheezing menurun (mis.
 Sekresi yang tertahan  Meconium (pada neonates) menurun Jumlah dan karakteristik)
 Hyperplasia dinding  Frekusni nafas membaik 2. Terapeutik
jalan nafas  Pola nafas membaik  Atur posisi semi fowler
 Proses infeksi  Buang secret pada tempat spuntum
 Respon alergi
3. Edukasi
 Efek agen
farmakologis  Jelaskan tujuan dan prosedur
Situasional batuk efektif
4. Kolaborasi
 Merokok aktif
 Merokok pasif  Kolaborasi pemberian mukolitik
 Terpajan atau ekspektoran, jika perlu
polutan Gejala
dan tanda Manajemen jalan nafas
mayor 1. Observasi
Subjektif  Monitor pola nafas
(tidak tersedia) (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
Objektif Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
 Batuk tidak efektif Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi)
 Tidak mampu batukSputum
2. Terapeutik
berlebih
 Posisikan semi fowler
 Mengi, wheezing  Berikan minuman hangat
dan/atau ronkhi  Berikan oksigen
kering
3. Edukasi \
 Meconium di jalan
 Anjurkan asupan cairan 200
napas (pada
neontus) ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Gejala dan tanda  Ajarkan teknik batuk efektif
minor Subjektif 4. Kolaborasi
 Dyspnea  Kolaborasi pemberian
 Sulit bicara bronkodilator, ekspektoran,
 Ortopne mukolitik, jika perlu
a
Objektif Pemantauan respirasi
 Gelisah 1. Observasi
 Sianosis
 Monitor frekuensi, irama,
 Bunyi napas menurun
kedalaman, dan upaya nafas
 Frekuensi napas berubah
 Pola nafas  Monitor pola nafas (seperti
berubah Kondisi bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
klinis terkait kussmaul, cheyne-stokes, ataksisk)
 Gullian bare syndrome  Monitor saturasi oksigen
 Sclerosis multiple  Auskultasi bunyi nafas
 Myasthenia gravis  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Prosedur diagnostic
 Monitor nilai AGD
 Depresi system saraf pusat
 Cedera kepala  Monitor hasil x-ray thoraks
 Stroke 2. Terapeutik
 Kuadriplegia
 Sindrom aspirasi meconium

 Infeksi saluran nafas


□ Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
□ Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
□ Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. “Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2”. Jakarta : Salemba
Medika

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. “Buku Saku Diagnosis Keperawatan”. Edisi 13. Jakarta : EGC

Brunner &Suddarth. (2017). “Keperawatan Medikal Bedah”. Jakarta: EGC


Nanda International (2015). “Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi”. Jakarta: EGC

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

PPNI (2019). Standar Luarn Kepeawatan Indonesia

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai