Anda di halaman 1dari 41

Similarity Report ID: oid:27488:19844781

PAPER NAME AUTHOR

Cek1_18.1434.S_Edwin_S1 KEPERAWAT CEK1_EDWIN


AN - Edwin Donny.docx

WORD COUNT CHARACTER COUNT

5611 Words 35158 Characters

PAGE COUNT FILE SIZE

35 Pages 146.4KB

SUBMISSION DATE REPORT DATE

Jul 15, 2022 1:17 PM GMT+7 Jul 15, 2022 1:20 PM GMT+7

38% Overall Similarity


The combined total of all matches, including overlapping sources, for each database.
37% Internet database 13% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database

Excluded from Similarity Report


Submitted Works database Bibliographic material
Quoted material Cited material
Small Matches (Less then 10 words)

Summary
2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Salah satu penyakit paru-paru yang sering kita jumpai di masyarakat


1
adalah asma bronkhial. World Health Organization (WHO) mendefinisikan

asma sebagai suatu penyakit kronis bronkial, yaitu saluran udara yang menuju

paru-paru (WHO, 2011). Global Intitiative for Asthma (GINA, 2021)


16
mendefinisikan asma merupakan suatu penyakit heterogen, biasanya ditandai

dengan peradangan saluran napas kronis. Asma didefinisikan oleh riwayat

gejala pernafasan seperti mengi, sesak nafas, sesak dada, dan batuk yang

bervariasi dari waktu ke waktu dan dalam intensitas, bersama-sama dengan

variabel keterbatasan aliran udara ekspirasi.


8
Variasi gejala asma sering dipengaruhi oleh faktor seperti olahraga,

paparan alergen atau iritan perubahan cuaca dan infeksi virus pernapasan.

Penyebab pasti asma belum diketahui secara pasti, faktor genetik dan

lingkungan bisa menyebabkan asma (Kemenkes RI, 2018).


5
Penderita asma biasanya mengeluhkan gejala batuk, sesak napas, rasa

tertekan didada dan mengi. Gejalanya sering terjadi pada saat udara disekitar
5
dingin dan malam hari ataupun dini hari, awalnya terjadi batuk dan rasa
5
tertekan di dada, disertai dengan sesak napas beberapa menit hingga hitungan

jam. Semakin sering serangan asma terjadi semakin fatal dan pasti akan

mempengaruhi aktivitas sehari-hari , seperti kehadiran sekolah, pekerjaan, dan

aktivitas fisik lainya (Nabila, Witri Setiawati; Mardison, 2020).


31
Pada tahun 2018 pasien asma mencapai 339 juta orang yang kebanyakan
29
penderita asma berada di umur 5-14 tahun dan 50 tahun keatas. Data WHO

memperkirakan pada tahun 2025 di seluruh dunia terdapat 255.000 jiwa

meninggal karena asma angka kematian asma sebagian besar atau 80% terjadi

di negara-negara berkembang (WHO, 2018).


7
Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) tahun 2018 prevalensi kasus asma di provinsi jawa tengah

berada pada angka 1,77%. Dengan karakteristik prevalensi asma terus

meningkat seiring bertambahnyaa usia dan presentase kasus asma perempuang


55
lebih tinggi di banding laki-laki (RISKESDAS, 2018).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pekalongan (DINKES)

pada tahun 2018 sebesar 4220 kasus, pada tahun 2019 mengalami peningkatan

sebesar 4405 kasus, dan pada tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 2173

kasus (Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, 2021). Jumlah pasien asma rawat

jalan di RSUD Bendan Kota Pekalongan pada tahun 2019 adalah 367 kasus,

tahun 2020 adalah 350 kasus, tahun 2021 mengalami peningkatan mencapai

424 kasus, dan pada tahun 2022 dalam satu bulan terakhir yaitu bulan januari

sebanyak 44 kasus.

Kontrol asma adalah bagaimana pasien mengontrol manifestasi klinis

asma yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Pengukuran tingkat kontrol


17
asma dapat menggunakan kuesioner Asthma Control Test (ACT). Asthma

control test adalah suatu skirining berupa kuesioner tentang penilaian klinis

pada penderita asma untuk mengetahui asmanya terkontrol atau belum.

Kuesioner ini terdiri dari 5 pertanyaan dan setiap pertanyaan diberi 1-5
jumlahnya dapat menentukan tingkat kontrol asma. Jumlah skor 25 asma sudah

terkontrol, skor 20-24 asma terkontrol dengan baik dan skor 19 atau kurang

dari 19 asma tidak terkontrol (Astuti et al., 2018). Faktor yang menyebabkan

tidak terkontrolnya asma antara lain, jenis kelamin, faktor usia, kebiasaan

merokok, tingkat pendidikan dan obesitas atau berat badan yang berlebih.

Pengobatan asma dibedakan menjadi dua macam yaitu pengobatan

secara farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi asma meliputi

mencegah ikatan alergen, mencegah pelepasan mediator, melebarkan saluran

napas dengan Bronkodilator dan obat-obatan anti asma. Adapun terapi

komplementer (nonfarmakologi) yang meliputi breathing technique (teknik

pernapasan), acupuntur, exercise therapy, psychological therapy, manual

therapy (Melastuti. E, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh (Farlina R, 2017) dengan judul penelitian

“ hubungan pengetahuan dan kecemasan terhadap tingkat kontrol asma di

Klinik Paru RSUD Dr. Soedarso Pontianak ” dengan jumlah responden 62

orang. Dari artikel tersebut menjelaskan bahwa tingkat kontrol asma

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengetahuan yang minim tentang

penyekit asma da kecemasan yang dimilliki oleh pasien. Faktor lain seperti

alergen, aktivitas yang berat, faktor polusi udara, cuaca yang dingin dan kurang
52
disadarinya gejala kontrol asma yang buruk.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anwar et al.,
50
2017) dengan judul penelitian “ kajian terapi asma dan tingkat kontrol asma

berdasarkan Asthma Control Test (ACT) “ dengan jumlah sampel sebanyak 26


orang. Dari artikel tersebut menjelaskan bahwa tingkat kontrol asma

dipengaruhi oleh terpapar asap rokok, riwayat keturunan, dan alergi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 5 pasien di Poli

Paru RSUD Bendan Kota Pekalongan tingkat kontrol asma rata-rata masih

rendah. Rendahnya tingkat kontrol dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,faktor lingkungan,

kebisaan pola hidup sehat, faktor ekonomi dan pekerjaan.


14
Hal tersebutlah yang menjadi latar belakang penulisan yang peneliti

untuk mencoba mengkaji dan meneliti lebih dalam terkait gambaran tingkat

kontrol asma pada pasien asma di Poli Paru RSUD Bendan Kota Pekalongan.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian bagaimana

gambaran tingkat kontrol asma pada pasien asma di Poli Paru RSUD Bendan

Kota Pekalongan ?

20
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum :

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat

kontrol asma pada pasien asma di Poli Paru RSUD Bendan Kota

Pekalongan.
20
2. Tujuan khusus :

a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik pasien asma meliputi usia, jenis

kelamin, dan tingkat pendidikan


b. Mengidentifikasi gambaran tingkat kontrol asma pada pasien asma di

Poli Paru RSUD Bendan Kota Pekalongan.

1
D. Manfaat Penelitian

1. Untuk klien :

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada pasien mengenai

tingkat kontrol asma pada klien apakah asmanya sudah terkontrol atau

belum.
47
2. Untuk institusi Pendidikan :

Diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan dapat di digunakan sebagai

sumber data untuk penelitian yang akan datang mengenai gambaran tingkat

kontrol asma pada pasien asma.

3. Untuk pelayanan Kesehatan atau Rumah Sakit :

Diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan

khususnya untuk memberikan edukasi untuk meningkatkan tingkat kontrol

asma pada pasien asma.

4. Untuk peneliti selanjutnya:

Penelitian ini mampu menjadi dasar pengembangan intervensi keperawatan

terkait tingkat kontrol asma.

E. Keaslian Penelitian

1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Astuti et al., 2018) yang berjudul
32
gambaran penggunaan obat dan tingkat kontrol asma pada pasien asma

dewasa rawat jalan di BKPM Magelang periode frebuari-maret 2016.


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan melibatkan

46 pasien, pengambilan sampel dengan teknik purposive sample.


13
Didapatkan hasil bahwa sebagian besar pasien asma di BKPM Magelang

memiliki asma yang tidak terkontrol. Faktor yang menyebabkan asma tidak

terkontrol antara lain, faktor lingkungan, faktor alergen yang dapat memicu

gejala asma, dan kebiasaan berobat yang buruk. penelitian ini akan

dilakukan di Poli Paru RSUD Bendan kota Pekalongan, dengan metode

deskriptif dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Dengan

jumlah responden 44 pasien rawat jalan dan dengan kuesioner asthma

control test (ACT).

2. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Andriani et al., 2019) yang


3
berjudul gambaran karakteristik tingkat kontrol penderita asma berdasarkan

indeks massa tubuh (IMT) di Poli paru RSUP. Dr. M.Djamil Padang pada

tahun 2019. Penelitian ini melibatkan 63 pasien dengan menggunakan jenis

penelitian deskriptif obsevasional restrospektif. Didapatkan hasil bahwa

pasien asma memiliki tingkat kontrol sebagian berdasarkan kuesioner

asthma control test (ACT). Penyebab asma terkontrol sebagain di pengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain, berat badan berlebih, jenis kelamin, usia,

status pekerjaan dan kurangnya melakukan aktivitas olahraga. Penelitian ini

akan dilakukan di Poli Paru RSUD Bendan kota Pekalongan, dengan

metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling.

Dengan jumlah responden 44 pasien rawat jalan dan dengan kuesioner

asthma control test (ACT).


3. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Imran et al., 2018) yang berjudul
12
hubungan tingkat kontrol dengan arus puncak respirasi pada pasien asma.

Penelitian ini melibatkan 57 pasien dengan menggunakan desain potong

lintang. Didapatkan hasil bahwa sebagain besar pasien asma tidak

terkontrol. Faktor yang menyebabkan tidak terkontrolnya asma antara lain,

usia, jenis kelamin, penggunaan obat yang tidak efektif, paparan alergen

lingkungan, dan paparan asap rokok. Penelitian ini akan dilakukan di Poli

Paru RSUD Bendan kota Pekalongan, dengan metode deskriptif dengan

teknik pengambilan sampel accidental sampling. Dengan jumlah responden

44 pasien rawat jalan dan dengan kuesioner asthma control test (ACT).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASMA

1. Pengertian Asma

Global Intitiative for Asthma (GINA, 2021) mendefinisikan Asma


8
merupakan suatu penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan

peradangan saluran napas kronis. Ini didefinisikan oleh riwayat gejala

pernafasan seperti mengi, sesak nafas, sesak dada, dan batuk yang

bervariasi dari waktu ke waktu dan dalam intensitas, bersama-sama


8
dengan variabel keterbatasan aliran udara ekspirasi. Variasi ini sering

dipengaruhi oleh faktor seperti olahraga, paparan alergen atau iritan

perubahan cuaca dan infeksi virus pernapasan.

Asma merupakan salah satu kelainan peradangan pada kronik pada


18
saluran napas. Yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap suatu

rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang seperti mengi,

batuk, sesak napas dan rasa berat didada terutama pada saat malam dan

dini hari yang umumnya bersifat reversible baik atau tanpa pengobatan

(Rosida et al., 2019)

2. Etiologi

Menurut (Firdaus & Wahyuni, 2020) etiologi asma bronkial terbagi


22
menjadi faktor yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan.

Faktor munculnya asma yang tidak dapat dikendalikan yaitu Faktor

genetik, dimana adanya penyakit asma yang diturunkan dari keluarganya


terutama orangtuanya. Faktor yang dapat dikendalikan yaitu seperti faktor

keadaan lingkungan dan pola hidup seperti kebiasaan merokok, menghirup

debu dan udara yang kotor.

3. Derajat asma
1
Tingkat gejala asma yang dialami oleh penderita asma telah

diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu : 1) Intermiten merupakan jenis


5
asma yang gejalanya kurang dari satu minggu, dan biasanya terjadi dalam

waktu singkat. 2) Persisten ringan yang serangannya terjadi mingguan


5
dengan gejala lebih dari satu kali sehari, yang dapat menggangu aktivitas
5
dan tidur. 3) persisten sedang dengan gejala yang muncul setiap hari. 4)

persisten berat yang terjadi secara kontinyu, gejala terus menerus, sering

kambuh dan aktivitas fisik terbatas (GINA, 2018)

4. Manifestasi klinis.

Menurut (LeMone, 2015), serangan asma biasannya ditandai dengan

sensasi sebjektif kekakuan pada dada, batuk, dipsnea, dan mengi. Awal

gejala asma dapat terjadi secara tiba-tiba bahkan tersembunyi, dan serangan

asma dapat reda secara cepat atau lama sekitar beberapa jam bahkan hari.

Rasa sesak didada dan batuk yang tidak produktif umumnya tanda dan

gejala awal serangan asma. selama serangan asma berlangsung biasanya

terjadi takikardia, takipnea, dan ekpirasi yang lama umum terjadi.

Apabila serangan asma lebih hebat dapat ditemukan mengi yang

kencang, penggunaan otot aksesoris pernapasan, retraksi intercostal, dan

suara napas yang jauh. Keletihan, ansietas, ketakutan, dan dipsnea yang

berat dapat terjadi dengan episode berat persistan. Frekuensi serangan dan
keparahan gejala asma sangat beragam dan setiap orang berbeda. Meskipun

beberapa orang tidak sering, episode ringan, lainya memeiliki manifestasi

batuk yang terus-menerus, dipsnea saat eksersi, dan mengi dengan ekserbasi

berat periodic

5. Klasifikasi asma
19
Menurut (Firdaus & Wahyuni, 2020) Berdasarkan penyebabnya, asma

bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Ekstrinsik (alergik)

Biasanya ditandai dengan reaksi alergi terhadap faktor pencetus seperti,

serbuk bunga, debu, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin)

dan jamur spora. Asma ekstrinsik juga dihubungkan dengan adanya

faktor genetic terhadap alergi.

b. Instrinsik ( non alergik )

Biasanya terjadi karena faktor non alergi yang bereaksi terhadap

saluran pernapasan ataupun karena emosi.

c. Asma gabungan,

Biasanya terjadi karena faktor ekstinsik (alergik) dan instrinsik (non

alergik)

6. Patofisiologi

Menurut (Lemone, 2015) pada pasien asma jalan napas terdapat

kondisi inflamasi persisten. Selama periode bebas gejala asma, inflamasi

jalan napas pada pasien asma adalah subakut atau tersembunyi. Akan tetapi

meskipun selama periode ini berlangsung, sel inflamasi seperti eosinophil,

neutrophil, dan limfosit dapat ditemukanpada jaringan jalan napas dan dapat
terjadi edema. Respon inflamasi akut, selama sel inflamasi yang tinggal

berinteraksi dengan mediator inflamasi, sitokin dan sel inflamasi yang

menginfiltrasi tambahan, dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti

pajanan terhadap alergen, infeksi saluran napas, latihan, iritan yang

diinhalasi, dan kekecewaan/emosi.

7. Penatalaksanaan asma

Menurut (Smeltzer, 2013), fokus utama dalam penatalaksnaan

keperawatan pasien asma adalah mengakaji secara mendalam jalan napas

dan respon pasien terhadap terapi. Jika terapi yang dilakukan tidak berespon

maka dapat diberikan intervensi :

a. Pantau kondisi pasien selama 12 sampai 24 jam pertama atau status

asmatiskus terkendali. Tekanan darah dan irama jatung harus dipantau

selama fase akut samapai kembali stabil dan berespon terhadap terapi

b. Kaji turgor kulit pasien untuk melihat tanda-tanda dehidrasi, asupan

cairan sangat penting untuk mengatasi dehidrasi, mengencerkan dahak

dan memudahkan pengeluaran dahak

c. Anjurkan pasien beristirahat untuk menghemat energi

d. Pastikan ruangan pasien tenang, dan bebas iritan sperti bunga, asap

tembakau, parfum atau bau. Bantal non alergik harus digunakan.


B. Tingkat kontrol

1. Pengertian

Kontrol asma adalah adalah bagaimana pasien mengontrol manifestasi

klinis asma yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.


11
Menurut (GINA, 2018), seseorang pasien asma dikatakan terkontrol

apabila memilili 6 kriteria : 1) tidak atau jarang mengalami gejala asma, 2)

tidak pernah terbangun pada malam hari karena asma, 3) tidak pernah atau

jarang menggunakan obat pelega, 4) dapat melakukan aktivitas dan latihan

secara normal, 5) hasil tes fungsi paru-paru nomal atau mendekati normal,

6) tidak pernah atau jarang mengalami serangan asma.

2. Klasifikasi

Menurut (GINA, 2018), tingkat kontrol asma di bagi menjadi tiga antara

lain :

a. Asma terkontrol baik

Asma dikatakan terkontrol baik apabila ditemukan gejala yang

terjadi pada siang hari dua kali atau kurang perminggu, tidak adanya

keterbatasan aktivitas, tidak mengalami bangun pada malam hari, obat


10
pelega atau obat semprot digunakan dua kali atau kurang perminggu, seta

tes fungsi paru PEF atau VEP normal.

b. Asma terkontrol sebagain


10
Asma dikatakan terkontrol sebagaian apabila ditemukan gejala

siang hari lebih dari dua kali perminggu, mengalami keterbatasan

aktivitas, mengalami gejala terbangun pada malam hari, obat pelega jalan
napas digunakan lebih dari dua kali per minggu dan fungsi PEF atau VEP

kurang dari 80 % dari perkiraan atau yang terbaik.

c. Asma tidak terkontrol

Asma dikatakan tidak terkontrol apabila ditandai dengan adanya

lebih dari tiga gejala asam terkontrol parsial yang timbul pada tiap

minggu serta serangan asma yang setiap kali ditimbulkan selalu

dikategorikan sebagai asma tidak terkontrol, sehingga perlu dilakukan

tahap evaluasi lanjutan mengenai penilaian status asma.


10
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kontrol asma

Tingkat kontrol asma pada pasien asma dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kebiasaan

merokok, penggunaan obat kosteroid yang salah, faktor genetik, penyakit

komorbid, kepatuhan berobat yang buruk, kurangnya pengetahuan

mengenai penyakit asma, serta berat badan yang berlebih (Astuti et al.,

2018)

4. Pengukuran tingkat kontrol


1
Pengukuran tingkat kontrol asma dapat dilakukan dengan cara yang

mudah, efektif dan efisien dengan menggunakan ACT (asthma control test)
1
yang dikeluarkan oleh American Lung Assoiation, Asthma control test

adalah suatu skirining berupa kuisioner tentang penilaian klinis pada

penderita asma untuk mengetahui asmanya terkontrol atau belum

(Melastuti. E, 2015)
2
Kuisinoer ini didesain untuk pasien berumur > 14 tahun. Metode ini

dengan cara meminta pasien untuk menjawab 5 pertanyaan yang diajukan


mengenai penyakit asma. seberapa sering penyakit asma menganggu anda
1
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengalami sesak napas, gejala asma

seperti bengek, batu-batuk, sesak napas, dan nyeri dada atau rasa tertekan di

dada yang menyebabkan anda terbangun pada malam hari atau lebih awal

dari biasanya, apakah anda menggunakan obat semprot atau obat oral

sebagai pelega untuk melegakan penapasan dan bagaimana anda sendiri

menilai tingkat kontrol asma apakah sudah terkontrol atau belum? Setiap

pertanyaan mempunyai lima jawaban dan penilaian dari terkontrol asma


14
sebagai berikut kurang dari 19 tidak terkontrol, 20-24 terkontrol sebagian,

25 terkontrol total. Berikut adalah Kuisioner ACT (asthma control test).


Tabel 2.1 ACT (asthma control test).
No Pertanyaan Skoring
1 2 3 4 5
1. Dalam 4 mingu Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak
terakhir, seberapa kadang pernah
sering penyakit
asma menganggu
anda, dalam
melakukan
pekerjaan,
dikantor,
disekolah atau
1
dirumah ?
2. Dalam 4 minggu Lebih 1 kali 3-6 kali 1-2 kali Tidak
terakhir , dari 1 sehari seminggu seminggu pernah
seberapa sering kali
anda mengalami sehari
sesak napas ?
3. Dalam 4 minggu 4 kali 1-2 kali 1 kali 1-2 kali Tidak
terakhir, seberapa atau lebih seminggu seminggu sebulan pernah
sering mengalami seminggu
gejala asma
(bengek, batuk,
sesak napas, dan
nyeri dada)
menyebabkan
1
bangun dimalam
hari atau lebih
awal dari
biasanya ?
4. Dalam 4 minggu > 3 kali 1-2 kali 2-3 kali < 1 kali Tidak
terakhir, seberapa seminggu seminggu seminggu seminggu pernah
sering anda
menggunakan
obat semprot atau
obar oral untuk
melegakan asma?
5. Bagaimana Tidak Kurang Cukup terkontrol Terkontrol
penilaian anda terkontro terkontrol terkontrol dengan penuh
terhadap tingkat l. baik
kontrol asma
anda ?
SKOR TOTAL : ≤ 19 tidak terkontrol, 20-24: terkontrol sebagian, 25 terkontrol total
C. Kerangka Teori.

Gambar 2.1 kerangka teori


ASMA

Asma alergik Asma non alergik Asma gabungan

Tingkat kontrol asma

 Usia
 Jenis kelamin
 Pekerjaan
 Pendidikan
 Lingkungan
 Ekonomi

Ket :

: tidak diteliti

: diteliti
1
BAB III

KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini terdiri dari satu variabel, yaitu variabel

dependen.

Asma Tingkat kontrol

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 2.2 kerangka konsep

Variabel dependen adalah tingkat kontrol asma yang diukur

menggunakan kuisioner ACT (asthma control test). Berdasarkan kerangka


6
konsep tersebut peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat kontrol asma pada

pasien asma di Poli Paru RSUD Bendan Kota Pekalongan.

B. Variabel

Variabel penelitian objek penelitian yang akan diukur atau diamati nilainya

dalam suatu penelitian (Santoso, 2013).


7
1. Variabel dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi

variabel bebas. Variabel dependen dalam penlelitian ini adalah tingkat

kontrol asma pada pasien asma.


34
C. Definisi Operasional

Tabel 2.2 definisi operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil Skala


operasional ukur ukur

Karakteristik
Responden
Usia Rentang usia wawancara kuesioner 12-16 tahun Ordinal
42
pasien yang 17-25 tahun
akan dijadikan 26-35 tahun
responden. 36-45 tahun
46-55 tahun
56-65 tahun

Jenis jenis kelamin wawancara kuesioner laki-laki Nominal


kelamin Pasien yang perempuan
akan dijadikan
responden

Tingkat tingkat pendidikan wawancara kuesioner SD,SMP, Ordinal


Pendidikan pasien yang akan SMA, PT
dijadikan
responden

Variabel
Dependen
Tingkat Bagaimana Wawancara Kuisioner Skor Ordinal
Kontrol pasien asma ACT tingkat
asma mengontrol (asthma kontrol
manifestasi control asma :
klinis yang test) ≤ 19
terjadi pada sebanyak tidak
kehidupan 5 pertanyaan terkontrol,
sehari-hari dengan 20-24 :
jawaban : terkontrol
selalu : 1 sebagian,
sering : 2 25 : terkontrol
kadang : 3 total
jarang : 4
tidak
pernah : 5
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

24
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu

system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir,
4
2018, h 43). Desain penelitian yang digunakan adalah Cross-Sectional jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel

independent dan hanya satu kali pada satu saat jadi tidak ada tindak lanjut

(Nursalam, 2017)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan subjek berupa individu, kelompok,

komunitas, organisasi atau masyarakat) yang mempunyai kararkteristik

tertentu guna dipelajari untuk ditarik kesimpulanya (Riyanto, 2019, H.


53
132). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua pasien asma
28
rawat jalan di RSUD Bendan Kota Pekalongan sebanyak 44 orang

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dari suatu populasi, yang di ambil

dengan cara tertentu dan harus memenuhi kriteria yang ditetapkan.

(Riyanto, 2019, h.90)


7
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

sampling insidental (accidental sampling) yaitu suatu pengambilan sampel

berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang kebetulan/insidental bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, jika dirasa cocok sebagai

sumber data (Sugiyono, 2009).

36
Menurut (Sugiyono, 2009) untuk penelitian non eksperimen jumlah

populasi kurang dari 100, maka seluruh populasi dijadikan sampel

penelitian semuanya. Yaitu sebanyak 44 responden.

4
Kriteria inklusi dan ekslusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah penentuan sampel berdasarkan kararteristik umum

subjek penelitian dari suatu populasi’


37
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1) Pasien yang bersedia menjadi responden dalam penelitian

2) Pasien asma yang berusia 12-65 tahun (DEPKES RI , 2009)

3) Pasien asma intermitten dan persisten ringan


2
b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah kriteria untuk mengeluarkan atau menghilangkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian karena beberapa

sebab.

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah

1) Pasien asma yang sedang serangan berat pada saat dilakukan

wawancara
35
C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di Poli Paru RSUD Bendan Kota Pekalongan.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilakukan pada maret 2022 Berikut jadwal penelitian

yang akan dilakukan :

2
Tabel 2.3 waktu penelitian

No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni


23
2021 2021 2022 2022 2022 2022 2022 2022
1. Penyusunan
Proposal
2. Seminar
Proposal
3. Revisi
Proopsal
4. Uji alat
Instrumen
5. Pengumpulan
data
6. Pengolahan
Dan analisi
Data
7. Ujian Skripsi

D. Etika Penelitian

Menurut (Nasir, 2018, hal 56), hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

sebuah penelitian adalah

1. Plagiarisme
4
Tindakan mengutip ide orang lain tanpa mengakui atau menentukan

sumbernya.

2. Manipulasi Penelitian

Meliputi tindakan peneliti yang memalsukan, mengarang, atau

menciptakan data sendiri sesuai keinginan peneliti.

3. Identitas Pribadi dari Pelaku/Objek Penelitian

Identitas pelaku/objek penelitian harus dirahasiakan demi melindungi karir,

pergaulan dan privasi.


6
4. Akses ke Objek penelitian

Jika objek yang diteliti menyangkut property pribadi, makai zin terlebih
6
dahulu dari pemilik properti demi menghormati hak milik orang lain.

5. Independensi penelitian

Peneliti harus menjaga independesinya sebagai wujud pertanggung

jawaban profesionalnya.

6. Pelecehan terhadap Pelaku dari Objek penelitian

Peneliti harus dapat menghindari pelecehan, baik yang disengaja ataupun

tidak terhadap pelaku objek yang diteliti.

26
E. Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu peralatan yang digunakan untuk

memperoleh, mengelola, dan mengintepretasikan informasi dari para

responden yang dilakukan dengan teknik pengukuran yang sama. Instrumen


56
penelitian yang akan digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini

adalah menggunakan kuisioner Asthma Control Test (ACT). ACT (asthma


1
control test) yang dikeluarkan oleh American Lung Assoiation, Asthma control

test adalah suatu skirining berupa kuisioner tentang penilaian klinis pada

penderita asma untuk mengetahui asmanya terkontrol atau belum (Melastuti.

E, 2015)
22
Dimana kuisioner ini digunakan untuk mengukur tingkat kontrol asma

pada penderita asma di poli paru RSUD Bendan Kota Pekalongan. Instrumen

penelitian kuisioner Asthma Control Test (ACT) ini teridiri dari 5 aspek yang
2
digunakan untuk menilai tingkat kontrol asma meliputi : seberapa sering

penyakit asma menganggu anda untuk melakukan pekerjaan sehari-hari di

kantor, di sekolah atau dirumah, mengalami sesak napas, gejala asma seperti

bengek, batu-batuk, sesak napas, dan nyeri dada atau rasa tertekan di dada)

yang menyebabkan anda terbangun pada malam hari atau lebih awal dari

biasanya, apakah anda menggunakan obat semprot atau obat oral sebagai

pelega untuk melegakan penapasan dan bagaimana anda sendiri menilai tingkat

kontrol asma apakah sudah terkontrol atau belum?

Setiap pertanyaan mempunyai lima jawaban dan penilaian dari terkontrol


14
asma sebagai berikut. Skor jawaban dari kelima pertanyaan itu adalah ≤ 19

tidak terkontrol, 20-24: terkontrol sebagian, 25 terkontrol total.

F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.

Lembar kuisioner Asthma kontrol test(ACT) sudah pernah di uji ciba

sebelumya pada penelitian yang dilakukan oleh (Melastuti. E, 2015)

melaporkan bahwa penelitian tahun 2008 oleh masbimoro sudah valid dengan

hasil ( r hitung 0,45 )


Uji Reabilitas instrumen penelitian sudah dilakukan oleh (Melastuti. E,

2015) melaporkan bahwa penelitian tahun 2008 oleh masbimoro dilakukan

dengan analisi alpha Cronbach dengan hasil 0,83>0,6. Maka peneliti tidak

melakukan uji validitas dan reliabilitas.

G. Prosedur Pengumpulan Data


2
Peneliti mengumpulkan data penelitian melalui tahapan sebagai berikut :

1. Peneliti mengajukan surat permohonan melakukan ijin peneitian kepada

LPPM Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

2. Peneliti mengajukan surat permohonan melakukan ijin penelitian kepada

KESBANGPOL Kota Pekalongan

3. Peneliti mengajukan surat permohonan melakukan ijin penelitian kepada

BAPPEDA Litbang Kota Pekalongan.

4. Peneiliti mengajukan surat permohonan melakukan ijin penelitian kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan.

5. Peneliti meminta mengajukan surat permohonan melakukan ijin penelitian

kepada Direktur RSUD Bendan Kota Pekalongan.

6. Peneliti melakukan penelitian terhadap pasien asma di poli paru RSUD

Bendan Kota Pekalongan.

7. Pengembilan sampel menggunakan teknik insidental (accidental sampel)

8. Peneliti akan menentukan sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi.

9. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan sesuai kuisioner yang

diajukan oleh peneliti.


H. Pengolahan Data.
4
Menurut (Santoso, 2013. h. 2) pengolahan data adalah salah satu

rangkaian dari kegiatan penelitian setelah dilakukan pengumpulan data, dari

kegiatan pengumpulan data perlu di olah, sehingga menjadi informasi untuk


15
menjawab tujuan penelitian. Tahapan pengolahan data sebagai berikut :

1. Pemeriksaan data (editing)

Edeting merupakan memeriksa data yang sudah dikumpulkan baik berupa

daftar pertanyaan, kartu atau buku register. Kegiatan editing digunakan

untuk pengecekan isian former atau kuisioner, apakah jawaban yang ada

kuisioner sudah lengkap, jelas, relevan, dan kosisten.

2. Pemberian Kode (coding)


4
Coding adalah suatu pengubahan data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/bilangan. Coding biasanya digunakan untuk

mempermudah pada saata analisis data dan mempercepat pada saat entry

data.

3. Proses Data (Processing)


23
Setalah seluruh isi kuisoner penuh dan benar, serta sudah melewati

pemberain kode, tahap selanjutnya adalah melakukan processing data agar

dapat dianalisis.
38
4. Pembersihan data (cleaning)

Cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah di masukan (entry),

apakah ada kesalahan atau tidak.


I. Teknik Analisis Data

Dalam proses analisa data peneliti peneliti menggunakan proses analisis data

untuk memjawab rumusan masalah dalam sebuah penelitian (Donsu, 2016.

h.119)

1. Analisa Univariat.
4
Penelitian ini menggunakan Analisa data univariat bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan setiap variabel yang meliputi tingkat

kontrol asma pada pasien asma di poli paru RSUD Bendan Kota

Pekalongan.
40
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poli Paru Rumah Sakit Umum Daerah Bendan

(RSUD) Kota Pekalongan, Hasil penelitian yang didapat meliputi data

karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan), serta

gambaran tingkat kontrol asma pada pasien asma yang sedang berobat di poli

paru RSUD Bendan Kota Pekalongan. Tingkat kontrol asma diukur

menggunakan kuesioner ACT (asthma control test). Jumlah populasi pasien

asma dipoli paru RSUD Bendan Kota Pekalongan pada bulan januari 2022

sebanyak 44 pasien. Berikut adalah hasil penelitian yang telah dilakukan

meliputi :

1. Karakteristik responden

Tabel 3.1

Karakteristk subyek penelitian

Karakteristik responden Frekuensi Prosentase


Usia (n) %)
12-16 tahun 0 0
17-25 tahun 4 9,1
25
26-35 tahun 7 15,9
36-45 tahun 14 31,8
46-55 tahun 9 20,5
56-65 tahun 10 22,7
Total 44 100,0
Jenis kelamin
Laki-laki 20 45,5
Perempuan 24 54,5
Total 44 100,0
Tingkat pendidikan
SD 12 27,3
SMP 13 29,5
SMA 16 36,4
Peguruan Tinggi 3 6,8
30
Total 44 100,0

Berdasarkan tabel 3.1 diatas, distribusi responden usia terdiri 6


28
kelompok usia yaitu masa remaja awal (12-16 tahun) sebanyak 0 orang,

remaja akhir (17-25 tahun) sebanyak 4 orang (9,1%), dewasa awal (26-35
39
tahun) sebanyak 7 orang (15.9%), dewasa akhir (36-45 tahun) sebanyak 14

orang (31,8%) , lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 9 orang (20,5%) , lansia

akhir (56-65) sebanyak 10 orang (22,7%).

41
Jenis kelamin diperoleh distribusi responden yang berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 20 orang dan responden perempuan sebanyak 24 orang.


33
Tingkat pendidikan responden terdiri dari 4 yaitu, Sekolah dasar (SD)

sebanyak 12 orang (27,3%), sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 13

orang (29,5%), sekolah menengah atas (SMA) sebanyak 16 orang (36,4%),

Perguruan tinggi (PT) sebanyak 3 orang (6,8%).

3
2. Gambaran tingkat kontrol asma

Tabel 3.2

Gambaran Tingkat Kontrol Asma

Tingkat kontrol Frekuensi(n) Prosentase(%)


Tidak Terkontrol 29 65,9
Terkontrol Sebagian 10 22,7
30
Terkontrol Total 5 11,4
Total 44 100,0
Berdasarkan tabel 3.2 diatas, karakteristik responden berdasarkan

tingkat kontrol asma didapatkan jumlah responden yang terkontrol total

sebanyak 5 (11,4%), terkontrol sebagian sebanyak 10 (22,7%), dan tidak

terkontrol sebanyak 29 (65,9%).

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden

Pada penelitian ini, berdasarkan analisis distribusi frekuensi (tabel

3.1) didapatkan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia rata-rata


21
diatas 36 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian (Kartikasari et al., 2018)

yang menyatakan bahwa rata- rata usia responden diatas 45 tahun, hal

tersebut dapat dipengaruhi oleh penurunan elastisitas alveoli, menebalnya

kelenjar bronkhial, dan menurunya kapasitas fungsi paru.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Andriani et al., 2019)


6
tentang gambaran karakteristik tingkat kontrol penderita asma berdasarkan

indeks masa tubuh (IMT) di poli paru RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada

tahun 2016, rata – rata pasien terbanyak berusia 40-60 tahun. Berdasarkan
3
penelitian tersebut asma dapat terjadi pada semua kelompok usia.

Paling banyak terjadi pada usia 40-60 tahun, karena pada usia tersebut

penderita asma dapat menderita asma sejak masa anak-anak ataupun remaja

yang berlangsung terus-menerus atau timbul setelah periode remisi tetapi

dapat juga terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Menurut penelitian (Anwar

et al., 2017) menyatakan bahwa didapatkan rata-rata usia responden 45-65


tahun, yang menyatakan bahwa pada usia tersebut organ tubuh mengalami

penurunan kerja sehingga lebih mudah terjadi serangan asma.

Pada penelitian ini responden terbanyak yang menderita asma adalah

perempuan (tabel 3.1) yaitu 24 orang . Hal ini sejalan dengan penelitian

(Anwar et al., 2017), menyatakan bahwa tingginya kadar estrogen pada


9
perempuan, penggunaan alat kontrasepsi, serta terapi sulih hormon

pascamenopause juga berpengaruh terhadap kekambuhan asma pada

perempuan. Tingginya kadar estrogen dapat berfungsi sebagai substansi

proinflamasi (membantu/memicu inflamasi) terutama mempengaruhi sel

mast, sel mast adalah sel yang dapat berfungsi memicu reaksi alergi dengan

melepas histamin dan mediator inflamasi, oleh karena itu dapat


51
memperberat morbiditas asma pada perempuan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Imran et al., 2018),


12
menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki adalah faktor resiko asma pada

anak- anak, tetapi setelah masa remaja jumlah penderita asma kebanyakan

terjadi pada perempuan. Menurut penelitian (Andriani et al., 2019)


3
menyatakan bahwa perempuan lebih beresiko terkena asma dari pada laki-

laki. Hal tersebut karena diameter saluran pernapasan dan fungsi paru pada

laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Resistensi jalan napas

berbanding terbalik sebanyak 4 kali lipat dibandingkan dengan diameter

jalan napas, sehingga resistensi jalan napas dapat meningkat ketika diameter

jalan napas kecil. Hormon pada perempuan juga berperan penting dalam

menyebabkan terjadinya asma.


49
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Syahira et al., 2015) di

RSUD Arifin Achmad Pekanbaru mengatakan bahwa kebanyakan

responden berjenis kelamin perempuan, sebagian teori mengatakan bahwa

perempuan lebih rentan terkena serangan asma dibanding dengan laki-laki

karena beberapa faktor seperti, faktor hormonal, adanya perbedan ukuran

jalan pernapasan, dan faktor alergen terhadap paparan faktor pencetus asma.

Pada penelitian ini, tingkat pendidikan tabel (3.1) didapatkan


43
pendidikan terbanyak adalah sekolah menengah atas (SMA). Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Farlina, 2017), yang menyatakan

bahwa responden terbanyak berpendidikan SMA/sederajat.

Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pengendalian


7
perilaku Kesehatan untuk mencegah terjadinya/parahnya suatu penyakit.

Biasanya semakin tinggi pendidikan seseorang maka perilakunya juga

semakin baik dalam mencegah/memperparah suatu penyakit. Namun,

tingkat pendidikan seseorang tidak mutlak mencermikan perilaku ataupun

pengetahauan tentang asma.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian (Akbar Nur et al., 2019),

didapatkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan responden adalah menengah.


17
Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pola pikir, semakin

tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik pula pola pikr dan tingkah

lakunya. Semakin bagus pengetahuan pasien asma, baik cara

pengobatannya, proses terjadinya asma, faktor penyebab asma, gejala yang

muncul, maka semakin baik juga tingkat kontrol asmanya.


2. Tingkat kontrol asma

Pada penelitian ini, tingkat kontrol asma (tabel 3.2) didapatkan jumlah

responden terbanyak dengan asma tidak terkontrol sebanyak 29 , terkontrol


21
sebagian sebanyak 10 , terkontrol total sebanyak 5. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Katerine et al., 2014) yang mengatakan bahwa responden

terbanyak adalah yang tidak terkontrol. Ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat kontrol asma pada pasien asma antara lain, tingkat

kontrol asma pada waktu anak-anak dapat mempengaruhi tingkat kotrol


12
asma pada saat dewasa, penggunaan obat yang kurang efektif, kuranganya

kesadaran dalam melakukan terapi, paparan alergen lingkungan sekitar,

paparan asap rokok, serta paparan pasif, karena dapat mengakibatkan gejala

asma meningkat dan penurunan respon terhadap kortikosteroid inhalasi (

Indriyani, 2018).

1
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakakukan oleh (Astuti

et al., 2018), dimana didapatkan hasil bahwa responden terbanyak tidak


13
terkontrol, ada bebarapa faktor yang mempengaruhi, dimana faktor tersebut

sangat mempengaruhi tingkat kontrol asma pada seseorang, yang

semulanya baik dapat berubah menjadi buruk. Faktor yang paling sering

terjadi biasanya karena faktor lingkungan, lingkungan dapat memicu

kekambuhan asma karena lingkungan penderita dapat dengan mudah

terpapar allergen. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat kontrol


13
asma karena kebiasaan berobat yang buruk, kebanyakan pasien berobat ke

fasilitas kesehatan pada saat asmanya kambuh saja sehingga terapi

pengobatanya tidak bisa maksimal.


21
Hal ini sejalan dengan penelitian (Anwar et al., 2017), yang

meyatakan bahwa responden terbanyak dengan asma tidak terkontrol, hasil


9
tersebut diperoleh dari pengisian total nilai kusieoner ACT (Asthma

Control Test ) yang telah dilakukan oleh responden. Penilaian ACT dilihat

dari seberapa sering pasien mengalami ekserbasi, seberapa sering pasien

terbangun pada malam hari karena gejala asma, seberapa sering pasien

membutuhkan obat pelega, serta sebarapa sering penyakit asma menganggu

pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Tidak tekontrolnya asma

dipengaruhi oleh bebrapa faktor seperti adanya kormorbiditas, sering

terpapar faktor pencentus asma, kurangnya kepatuhan responden dalam

dalam menggunakan terapi dan tidak menyadari gejala asma sebagai

petunjuk tingkat kontrol asma yang buruk

Berdasarkan tingkat kontrol asma (tabel 3.2) didapatkan juga pasien

asma dengan tingkat kontrol sebagian yaitu sebanyak 10. Hal sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Setyoko, 2019), di peroleh responden

terbanyak yaitu dengan tingkat kontrol sebagian. Hal tersebut berkaitan

dengan cara pengobatan, kepatuhan pengobatan, menghindari faktor

alergen, dan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat kontrol

asma.

Berdasarkan tingkat kontrol asma (tabel 3.2) didapatkan juga pasien


1
asma dengan tingkat kontrol sebagian yaitu sebanyak 5 .Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Soemarwoto et al., 2020) yang

berjudul gambaran tingkat kontrol asma di klinik harum melati pringsewu,

didapatkan terbanyak pasien asma yang dengan tingkat kontrol asma dengan
terkontrol total. Hal ini dipengaruhi oleh derajat asma yang ada pada pasien

asma di klinik harum melati pringsewu dan ketaatan pasien asma dalam

melakukan pengobatan serta terapi asma.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian (Hamdin et al., 2021),

didapatkan bahwa rata-rata pasien asma dengan tingkat kontrol total.

Tingkat kontrol asma dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, merokok aktif

ataupun pasif, faktor keturunan, dan indeks massa tubuh

46
C. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, ada beberapa


27
hal yang mungkin dapat diperhatikan lagi untuk peneliti-peneliti yang akan

datang dalam menyempurnakan penelitiannya, karena penelitian ini masih

banyak kekurangan yang mesti diperbaiki untuk penelitian kedepannya.

Berikut kerbatasan penelitian antara lain :

1. Jumlah responden yang hanya mencakup 44 orang responden, tentunya

masih kurang untuk menggambarkan tingkat kontrol asma pada pasien

asma.

2. Pada saat proses pengambilan data, beberapa responden mengalami

keterbatasan dalam mengisi kuesioner dan harus didampingi oleh peneliti.

3. Informasi yang diiberikan responden melelui pengisian kuesioner terkadang

tidak menunjukan keadaan yang sesungguhnya. Hal ini dipengaruhi oleh

perbedaan pemikiran setiap reponden dan faktor kejujuran.


BAB VI

48
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Beradasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa karakteristik

responden berdasarkan usia paling banyak diatas 36 tahun yaitu pada masa dewasa akhir

dan lansia, jenis kelamin pada penelitian ini terbanyak adalah perempuan, tingkat

pendidikan paling banyak adalah sekolah menengah atas (SMA).


3
2. Berdasarkan tingkat kontrol asma pada penelitian ini yang terbanyak adalah tingkat kontrol

asma yang tidak terkontrol.

45
B. Saran

1. Bagi fasilitas kesehatan atau rumah sakit diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan untuk meningkatkan asuhan keperawatan agar lebih memperhatikan tingkat

kontrol dan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat kontrol pada pasien asma.
44
2. Bagi institusi pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber

referensi terkait pembelajaran tentang tingkat kontrol asma khususnya pada mata kuliah

keperawatan medikal bedah.


54
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya tentang

faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat kontrol asma pada pasien asma.
Similarity Report ID: oid:27488:19844781

38% Overall Similarity


Top sources found in the following databases:
37% Internet database 13% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database

TOP SOURCES
The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be
displayed.

es.scribd.com
1 6%
Internet

docplayer.info
2 3%
Internet

jurnal.fk.unand.ac.id
3 2%
Internet

scribd.com
4 2%
Internet

repo.unand.ac.id
5 2%
Internet

eprints.umm.ac.id
6 1%
Internet

123dok.com
7 1%
Internet

fr.scribd.com
8 1%
Internet

prosiding.farmasi.unmul.ac.id
9 1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:27488:19844781

repository.usu.ac.id
10 <1%
Internet

agus34drajat.wordpress.com
11 <1%
Internet

jbiomedkes.org
12 <1%
Internet

Whiliani Indra Astuti, Widarika Hapsari, Heni Lutfiyati. "GAMBARAN PE...


13 <1%
Crossref

pt.scribd.com
14 <1%
Internet

repositori.usu.ac.id
15 <1%
Internet

Publikasiilmiah.ums.ac.id
16 <1%
Internet

forikes-ejournal.com
17 <1%
Internet

arfinheriindarto.blogspot.com
18 <1%
Internet

asikcoratcoret.wordpress.com
19 <1%
Internet

repository.unjaya.ac.id
20 <1%
Internet

repository.unej.ac.id
21 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:27488:19844781

jurnal.stikescirebon.ac.id
22 <1%
Internet

repository.poltekkes-denpasar.ac.id
23 <1%
Internet

Siska Salatan, Victoria E.N. Manoppo, Suria Darwisito. "ANALISIS TING...


24 <1%
Crossref

Nawirah Hasan, Andi Surahman Batara. "Faktor yang Berhubungan de...


25 <1%
Crossref

repository.upi.edu
26 <1%
Internet

repository.umsu.ac.id
27 <1%
Internet

adoc.pub
28 <1%
Internet

repository.uinjkt.ac.id
29 <1%
Internet

ecampus.poltekkes-medan.ac.id
30 <1%
Internet

ejurnal.akperyappi.ac.id
31 <1%
Internet

doaj.org
32 <1%
Internet

jurnal.unej.ac.id
33 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:27488:19844781

repository.poltekkes-tjk.ac.id
34 <1%
Internet

zulfitriani28.blogspot.com
35 <1%
Internet

repository.whakademik.com
36 <1%
Internet

coursehero.com
37 <1%
Internet

silviajariyatin.blogspot.com
38 <1%
Internet

Dita Fitriani, Arti Febriyani Hutasuhut, Rival Riansyah. "Hubungan Antar...


39 <1%
Crossref

docobook.com
40 <1%
Internet

eprints.ubhara.ac.id
41 <1%
Internet

media.neliti.com
42 <1%
Internet

stikeswh.ac.id:8082
43 <1%
Internet

e-skripsi.umpp.ac.id
44 <1%
Internet

scholar.unand.ac.id
45 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:27488:19844781

digilib.uinsby.ac.id
46 <1%
Internet

id.123dok.com
47 <1%
Internet

id.scribd.com
48 <1%
Internet

jurnal.untan.ac.id
49 <1%
Internet

jurnal.unw.ac.id
50 <1%
Internet

Cindi Anggraeni, Retno Ariza Soemarwoto, Hetti Rusmini, Aditya Aditya...


51 <1%
Crossref

adhydagreat.com
52 <1%
Internet

e-journal.unizar.ac.id
53 <1%
Internet

repo.stikesicme-jbg.ac.id
54 <1%
Internet

repository.poltekkes-kdi.ac.id
55 <1%
Internet

text-id.123dok.com
56 <1%
Internet

Sources overview

Anda mungkin juga menyukai