PENDAHULUAN
Menurut Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2007 angka kematian akibat
PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia dan
prevalensi PPOK rata-rata sebesar 3,7% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis Rumah Sakit Bhayangkara
Tk.1 Raden Said Sukanto Jakartaperiode dari bulan Oktober sampai dengan
bulan Desember 2019 jumlah pasien yang dirawat sebanyak 28.757 orang
dengan jumlah penderita PPOK sebanyak 814 orang dengan persentase
9,39% periode Oktober sampai dengan Desember 2019 pasien yang dirawat
di Ruang Cemara II sebanyak 369 orang dengan penderita PPOK sebanyak
112 orang dengan presentase 30,35 %.
1
2
Gejala yang sering muncul pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK) antara lain: sesak nafas, produksi sputum meningkat dan
keterbatasan aktivitas (Khotimah, 2013). Kondisi ini akan mengakibatkan
gangguan pernafasan. Sebagai seorang perawat diharapkan mampu
membantu pasien didalam mengatasi gangguan pernafasan salah satunya
Pertukaran Gas dengan cara berhenti merokok dan fisio terapi dada
(Bulechek, 2013).
Adapun peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilihat dari
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Upaya promotif yaitu
memberikan pendidikan kesehatan mengenai PPOK. Upaya preventif dengan
cara menghindari faktor- faktor yang dapat menyebabkan terjadinya PPOK
yaitu dengan cara menjelaskan pola hidup sehat pada penderita PPOK seperti
menghindari merokok minuman bersoda dan alcohol serta rajin berolahraga.
Upaya kuratif yaitu dengan cara kolaborasi dengan tim medis untuk atur
posisi tidur semi fowler, monitor frekuensi pernapasan, dan kedalaman
pernapasan serta mengajarkan cara batuk efektif. Upaya rehabilitatif, perawat
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
PPOK adalah sebuah istilah keliru yang sering dikenakan pada pasien yang
menderita emfisema, bronkitis kronis, atau campuran dari keduanya. Ada
banyak pasien yang mengeluh bertambah sesak napas dalam beberapa tahun
dan ditemukan mengalami batuk kronis, toleransi olahraga yang buruk,
adanya obstruksi jalan napas, paru yang terlalu mengembang, dan gangguan
pertukaran gas (John B. West, 2010).
PPOK merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif dan
dispnea dan terjadi obstruksi saluran napas sekalipun penyakit ini bersifat
kronis dan merupakan gabungan dari emfisema, bronkitis kronik maupun
asma, tetapi dalam keadaan tertentu terjadi perburukan dari fungsi pernapasan
(Rab Tabrani, 2010).
2.2 Etiologi
MenurutGlobal Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)
(2017) faktor risiko PPOK di seluruh dunia yang paling banyak ditemui
adalah merokok tembakau. Selain jenis tembakau, (misalnya pipa, cerutu, dan
ganja) juga merupakan faktor risiko PPOK. PPOK tidak hanya berisiko bagi
perokok aktif saja namun juga bisa berisiko bagi perokok pasif yang terkenan
pajanan asap rokok.Selain itu faktor - faktor yang berpengaruh pada
perjalanan dan perburukan PPOK yaitu factor genetic, usia, jenis kelamin
7
2.3 Patofisiologi
2.3.1 Proses Perjalanan Penyakit
Penyakit Paru Obstruktif Kronik merupakan penyakit kronik paru yang
diawali dengan seseorang menghisap asap rokok, polusi udara yang
tercemar, dan partikel lain seperti debu yang akan masuk ke saluran
pernapasan yang akan menyebabkan terjadi hipersekresi mukus atau
mukus. Apapun etiologinya yang berperan memproduksi sekret adalah
sel-sel goblet dan kelenjar-kelenjar mukus di submukosa. Sekret
bronkus yang dihasilkan cukup banyak dan kental. Karena kaya akan
8
2.3.3 Komplikasi
Menurut Soematri (2009) komplikasi penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK) yaitu:
a. Hipoksemia
b. Asidosis Respiratori
9
2.4 Penatalaksanaan
2.4.1 Terapi
Menurut Fasitasari (2013) pada terapi farmakologisbronkodilator
dianjurkanpenggunaandalambentukinhalasikecualipadaeksaserbasidiguna
kan oral atau sistemik
sepertisalbutamol,aminofilin,teofilin,terbutalin.Anti inflamasi pilihan
utama bentuk metalprednisolonatau prednisone untuk penggunaan
jangkapanjang pada PPOK stabil hanya bila ujisteroid positif pada
eksaserbasidapatdigunakandalambentukoralatausistemik.Mukolitik
tidakdiberikansecararutin hanyadigunakan sebagai pengobatan
simtomatikbila tedapat dahak yang lengket dan kental
contohnyaialahglycerylguaiacolate,acetylcysteine.Antitusif diberikan
hanya bila terdapat batuk yangsangat mengganggu penggunaan
secararutinmerupakankontraindikasi contohnya seperti
dekstrometorfan.Antibiotik tidakdianjurkapenggunaanjangkapanjang
untuk pencegahan
eksaserbasi.Pilihanantibioticpadaeksaserbasidisesuaikan dengan pola
kuman setempat contoh antibiotik yang sering digunakanialah penicillin.
4) Auskultasi
a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal).
b) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
c) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
d) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction rub, dan
crackles.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes darah, untuk memastikan apakah pasien menderita penyakit lain,
seperti anemia dan polisitemia, yang memiliki gejala serupa dengan
PPOK.
2) Analisis gas darah arteri tes ini untuk melihat kandungan oksigen dan
karbondioksida dalam darah.
3) Foto Rontgen dada dilakukan untuk mendeteksi ganguan pada paru-
paru.
4) CT scan, yang dapat menunjukkan gambaran paru-paru secara lebih
detail.
5) Pengambilan sampel dahak.
Daftar Pustaka
Danusantoso, H. (2010). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. (J. Suyono, Ed.)
(2nd ed.). Jakarta: EGC.
Rabrani Rab. 2010. Ilmu penyakit paru. Jakarta: Trans Info Media. Hal.396-
412.
Pada bab ini penulis akan menguraikan “Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. G
dengan PPOK dirawat di Ruang Cemara II Rumah Sakit Bhayangkara Tk 1 Raden
Said Sukanto Jakarta”. Asuhan keperawatan ini dimulai pada tanggal 18
Desember 2019 sampai dengan tanggal 20 Desember 2019. Dalam memberikan
asuhan keperawatan penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan, yang
terdiri dari lima tahap, yaitu : pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
3.1.2 Resume
Pasien datang ke IGD pada hari Senin tanggal 18 Desember 2019 pukul
10.00 WIB, klien tiba di ruang Cemara IIpada hari Senin 18 Desember
19
2019 pukul 16.00 WIB diantar dengan menggunakan kursi roda dengan
diagnosa medis PPOK. Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak,
sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu, dada terasa nyeri saat batuk,
suara serak dan berat. Kesadaran composmetis, GCS: 15
(E: 4, M:6, V:5). Observasi tanda-tanda vital; TD: 170/100 mmHg,
frekuensi nadi: 94x/menit, suhu: 36,5 ºC, frekuensi napas: 26 x/menit.
Pasien mendapat terapi cairan infus RL 20 tetes per menit dan
mendapat terapi inhalasi Ventolin 1 ampul. Hasil laboratorium pada
tanggal 18 Desember 2019 Hematologi; Hemoglobin: 15,8 g/dl,
Leukosit: 13.100 u/l, Hematokrit: 49%, Trombosit: 271.000 /ul, ureum
68 mg/dl, creatinin 0,9 mg/dl dan analisa gas darah, PH 7,43 mmhg,
PCO² 45 mmhg, PO² 70 mmhg, HCO³ 28 mmol/L, O² saturasi 49%,
20
21
Keterangan:
: Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
: Hubungan Perkawinan
: Hubungan Keturunan
: Meninggal
b. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera anikterik,
tidak ada kelainan pada otot-otot mata, fungsi penglihatan baik, tidak
ada tanda-tanda radang, tidak mengunakan lensa kontak, reaksi
terhadap cahaya baik.
c. Sistem Pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telinga tengah baik, tidak ada cairan
dari telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada tinitus,
fungsi pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan dan
tidak menggunakan alat bantu.
24
d. Sistem Wicara
Sistem wicara normal, tidak ada gangguan.
e. Sistem Pernafasan
Jalan nafas ada sumbatan berupa sekret, pernafasansesak,
menggunakan otot bantu nafas, frekuensi napas 24 x/menit, irama
teratur, jenis pernafasan spontan, kedalaman dangkal, ada batuk
produktif, ada secret, tidak terdapat darah, palpasi dada simetris,
perkusi dada sonor, suara nafas ronkhi, ada nyeri saat bernafas dan
menggunakan alat bantu nafas berupa O² nasal canule 3 liter /menit.
f. Sistem Kardiovaskuler
1) Sirkulasi Peripher
Frekuensi nadi 92 x/menit, irama teratur, denyut nadi kuat,
tekanan darah 12080 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis
kanan dan kiri, temperatur kulit hangat, suhu 36,5 oC, warna kulit
kemerahan, pengisian kapiler 2 detik, tidak ada edema.
2) Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut nadi apikal 90 x/menit, irama teratur, tidak ada
kelainan bunyi jantung (murmur ataupun gallop), tidak ada sakit
dada.
g. Sistem Hematologi
Tidak ada gangguan pada sistem hematologi.
i. Sistem Pencernaan
Gigi tidak ada karies, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada
stomatitis, lidah tidak kotor, produksi salifa normal, tidak terdapat
muntah, tidak terdapat nyeri perut, bising usus 13x/menit, tidak ada
diare, tidak ada konstipasi, hepar tidak teraba dan abdomen teraba
lembek.
j. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak
ada luka ganggren.
k. Sistem Urogenital
Intake: (minum 1000 ml, infus 800 ml, air metabolisme 275ml),
jumlah 2075 ml. Output: (urine 1000 ml, feses200ml, IWL 625ml),
jumlah 1825ml. Balance cairan +250 ml, warna urine kuning jernih,
tidak ada distensi kandung kemih dan pasien tidak mengeluh sakit
pinggang.
l. Sitem Integumen
Turgor kulit elastis, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan,
keadaaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit daerah
pemasangan infus tidak ada tanda-tanda flebitis, keadaan rambut
baik dan bersih.
m. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang,
sendi, dan kulit, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada
kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik, kekuatan
otot 5555 5555
5555 5555
Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakit) :
Pasien mengatakan tidak mengetahui soal penyakitnya
26
b. Data Obyektif
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, nilai GCS: 15 (E:
4, M: 6, V:5), CRT2 detik, suara pasien serak, skala nyeri 5, pasien
tampak batuk – batuk, suara nafas ronchi, pasien tampak terlihat
sesak, pasien tampak kesulitan mengeluarkan dahak, pasien
memakai O² nasal kanul 3 liter, Observasi tanda-tanda vital; TD:
27
Rencana Tindakan :
30
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019
Pukul 07.00 WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil:
keadaan umum pasien lemah, kesadaran compos mentis, nilai GCS 14 (E: 4,
M:6, V:5). Pukul 08.00 WIB memberikan injeksi Ranitidine melalui
intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: therapy
masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul 08.15
mengukur tanda-tanda vital, hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 92
x/menit, suhu: 36,0ºC, Frekuensi napas: 24 x/menit. Pukul 09.00 WIB
mengobservasi suara nafas, hasil: suara nafas terdengar ronkhi. Pukul 10.00
WIB memberikan posisi semi fowler, hasil: pasien tampak nyaman. Pukul
11.00 WIB mengajarkan batuk efektif, hasil: pasien tampak mengikuti arahan
Pukul 12.00 WIB memberikan therapy Ceftriaxone 1gram secara intravena,
hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi.
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Selasa, tanggal 19 Desember 2019
Pukul 07.15 WIB mengkaji keadaan umum, hasil: keadaan umum sedang.
Pukul 07.30 WIB mengkaji kesadaran, hasil: kesadaran compos mentis, nilai
GCS 14 (E: 4, M:6, V:5). Pukul 07.45 WIB mengukur TTV, hasil: TD:
120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 90 x/menit, Frekuensi nafas: 22 x/menit,
suhu: 36,7 ºC. Pukul 08.30 WIB memberikan injeksi Ranitidine melalui
31
intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: therapy
masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi.Pukul 09.00 WIB
mengobservasi suara nafas, hasil: suara nafas terdengar ronkhi. Pukul 10.00
WIB memberikan posisi semi fowler, hasil: pasien tampak nyaman. Pukul
11.00 WIB menganjurkan batuk efektif, hasil: pasien tampak mengikuti
anjuran. Pukul 12.00 WIB memberikan therapy Ceftriaxone 1gram secara
intravena, hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi. Pukul 13.00
WIB menanyakan keluhan pasien, hasil: pasien mengatakan batuk berkurang,
pasien mengatakan suara sudah mulai normal, pasien mengatakan nyeri dada
berkurang dan pasien mengatakan secret sudah dapat dikeluarkan dan sesak
berkurang.
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Rabu, tanggal 20 Desember 2019
Pukul 07.20 WIB mengkaji keadaan umum, hasil: keadaan umum baik. Pukul
07.30 WIB mengkaji kesadaran, hasil: kesadaran compos mentis, nilai GCS
14 (E: 4, M:6, V:5). Pukul 07.45 WIB mengukur TTV, hasil: TD: 120/80
mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit, Frekuensi nafas: 22 x/menit, suhu: 36,5
ºC. Pukul 08.15 WIB memberikan injeksi Ranitidine melalui intravena 50mg
dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: therapy masuk sesuai 6
benar pemberian obat dan tidak ada alergi . Pukul 08.45 WIB mengobservasi
suara nafas, hasil: suara nafas terdengar vesikuler. Pukul 09.15 WIB
memberikan posisi semi fowler, hasil: pasien tampak nyaman. Pukul 11.00
WIB menganjurkan batuk efektif, hasil: pasien tampak mengikuti anjuran.
Pukul 12.00 WIB memberikan therapy Ceftriaxone 1gram secara intravena,
hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi.
Evaluasi Keperawatan
Hari Senin, 18 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan batuk berdahak, pasien mengatakan
dahak sulit dikeluarkan, dan pasien mengatakan sesak.
32
Evaluasi Keperawatan
Hari Selasa, tanggal 19 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan batuk berkurang, pasien
mengatakan dahak berkurang, dan pasien mengatakan
sesak berkurang.
Data Obyektif : Keadaan umum pasien lemah, kesadaran compos
mentis, nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-
tanda vital: hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi:
90 x/menit, Frekuensi nafas: 22 x/menit, suhu: 36,7 ºC.
Suara nafas terdengar ronkhi, batuk tampak berkurang,
dan sekret tampak sudah dapat dikeluarkan.
Analisa : Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
33
Evaluasi Keperawatan
Hari Rabu, tanggal 20 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan batuk berkurang, pasien
mengatakan dahak sudah dapat dikeluarkan dan pasien
mengatakan sesak berkurang.
Data Obyektif : Keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis,
nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-tanda vital:
hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit,
Frekuensi napas: 22 x/menit, suhu: 36,5 ºC, suara nafas
vesikuler, sekret berkurang dan suara pasien terdengar
tidak serak.
Analisa : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi.
Perencanaan : Intervensi di hentikan pasien telah di pulangkan.
Anjurkan pasien banyak beristirahat, anjurkan pasien
banyak minum air hangat anjurkan pasien
meningkatkan toleransi paru dengan olahraga dan
latihan pernapasan serta memperbaiki nutrisi.
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019
Pukul 07.00 WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil:
keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, nilai GCS 14 (E: 4, M:6,
V:5). Pukul 08.00 WIB memberikan injeksi Ranitidine melalui intravena
35
50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: therapy masuk
sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul 08.15 mengukur
tanda-tanda vital, hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu:
36,0ºC, Frekuensi napas: 24 x/menit.Pukul 09.05 WIB mengobservasi jalan
nafas pasien, hasil: jalan nafas dangakal dan cepat. Pukul 11.00 WIB
mengajarkan batuk efektif, hasil: pasien tampak mengikuti arahan. Pukul
12.00 WIB memberikan therapy Ceftriaxone 1gram secara intravena, hasil:
obat masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi. Pukul 13.00 WIB
memberikan O² nasal kanul sebanyak 3 liter, hasil: O² nasal kanul sudah
terpasang.
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Selasa, tanggal 19 Desember 2019
Pukul 07.15 WIB mengkaji keadaan umum, hasil: keadaan umum sedang.
Pukul 07.30 WIB mengkaji kesadaran, hasil: kesadaran compos mentis, nilai
GCS 14 (E: 4, M:6, V:5). Pukul 07.45 WIB mengukur TTV, hasil: TD:
120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 90 x/menit, Frekuensi nafas: 22 x/menit,
suhu: 36,7 ºC. Pukul 08.30 WIB memberikan injeksi Ranitidine melalui
intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: therapy
masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi.Pukul 09.05 WIB
mengobservasi jalan nafas pasien, hasil: jalan nafas dangakal dan cepat.Pukul
11.00 WIB menganjurkan batuk efektif, hasil: pasien tampak mengikuti
anjuran. Pukul 12.00 WIB memberikan therapy Ceftriaxone 1gram secara
intravena, hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi. Pukul 13.00
WIB menanyakan keluhan pasien, hasil: pasien mengatakan batuk berkurang,
pasien mengatakan suara sudah mulai normal, pasien mengatakan dahak sulit
keluar, pasien mengatakan nyeri dada berkurang dan sesak berkurang.
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Rabu, tanggal 20 Desember 2019
Pukul 07.20 WIB mengkaji keadaan umum, hasil: keadaan umum baik. Pukul
07.30 WIB mengkaji kesadaran, hasil: kesadaran compos mentis, nilai GCS
36
14 (E: 4, M:6, V:5). Pukul 07.45 WIB mengukur TTV, hasil: TD: 120/80
mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit, Frekuensi nafas: 22 x/menit, suhu: 36,5
ºC. Pukul 08.15 WIB memberikan injeksi Ranitidine melalui intravena 50mg
dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: therapy masuk sesuai 6
benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul 09.00 WIB mengobservasi
jalan nafas pasien, hasil: jalan nafas dangakal dan teratur. Pukul 09.30 WIB
menganjurkan pasien untuk batuk efektif, hasil: pasien tampak melakuakan
anjuran perawat. Pukul 12.00 WIB memberikan therapy Ceftriaxone 1gram
secara intravena, hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi.
Evaluasi Keperawatan
Hari Senin, 18 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan dahak sulit untuk keluar, pasien
mengatakan sesak dan pasien mengatakan suara serak
Data Obyektif : Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, nilai
GCS 15 (E: 4, M:6, V:5), TD: 120/80mmHg N:
92x/menit RR: 24x/menit Sh: 36,0⁰ C, pasien tampak
kesulitan mengeluarkan dahak, pasien tampak sesak
dan suara pasien terdengar serak, terpasang O2 Nasal
Kanul 3 Liter..
Analisa : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas belum
teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum pasien, ukur tanda-tanda vital
setiap 8 jam, observasi jalan nafas, pertahankan
kepatenan jalan nafas, berikan terapi O2 nasal kanul,
Berikan terapi sesuai program: terapi injeksi
Ceftriaxone 1x1gram melalui intravena (pukul 12.00
WIB), terapi injeksi Ranitidine 2x50mg melalui
intravena (pukul 08.00 WIB) dan terapi Inhalasi
Combivent 2 x 1amp dan Pulmicort 2 x 1amp (pukul
08.00 WIB dan 20.00 WIB).
37
Evaluasi Keperawatan
Hari Selasa, tanggal 19 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan dahak dapat dikeluarkan sedikit –
sedikit, pasien mengatakan sesak berkurang dan pasien
mengatakan suara sudah mulai normal.
Data Obyektif : Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, nilai
GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-tanda vital:
hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 90 x/menit,
Frekuensi nafas: 22 x/menit, suhu: 36,7 ºC, pasien
tampak dapat mengeluarkan dahak, suara pasien sudah
terdengar normal, O2 Nasal Kanul terpasang.
Analisa : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum pasien, ukur tanda-tanda vital setiap
8 jam, observasi jalan nafas, pertahankan kepatenan
jalan nafas, berikan terapi O2 nasal kanul, Berikan
terapi sesuai program: terapi injeksi Ceftriaxone
1x1gram melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi
injeksi Ranitidine 2x50mg melalui intravena (pukul
08.00 WIB) dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1amp
dan Pulmicort 2 x 1amp (pukul 08.00 WIB dan 20.00
WIB).
Evaluasi Keperawatan
Hari Rabu, tanggal 20 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan dahak mulai berkurang, paien
mengatakan sesak berkurang dan pasien mengatakan
suara sudah kembali normal
Data Obyektif : Keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis,
nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-tanda vital:
hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit,
Frekuensi napas: 22 x/menit, suhu: 36,5 ºC, pasien
38
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019
Pukul 07.00 WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil:
keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, nilai GCS 14 (E: 4, M:6,
V:5). Pukul 08.00 WIB memberikan injeksi Ranitidine melalui intravena
50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: therapy masuk
sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul 08.15 mengukur
tanda-tanda vital, hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu:
36,0ºC, Frekuensi napas: 24 x/menit. Pukul 11.10 WIB mengkaji skala nyeri,
hasil: skala nyeri 5. Pukul 11.15 WIB mengajarkan tehnik relaksasi nafas
dalam, hasil: pasien tampak rileks. Pukul 12.00 WIB memberikan therapy
Ceftriaxone 1gram secara intravena, hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan
tidak ada alergi.
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Selasa, tanggal 19 Desember 2019
Pukul 07.15 WIB mengkaji keadaan umum, hasil: keadaan umum sedang.
Pukul 07.30 WIB mengkaji kesadaran, hasil: kesadaran compos mentis, nilai
GCS 14 (E: 4, M:6, V:5). Pukul 07.45 WIB mengukur TTV, hasil: TD:
120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 90 x/menit, Frekuensi nafas: 22 x/menit,
suhu: 36,7 ºC. Pukul 08.30 WIB memberikan injeksi ranitidine melalui
intravena 50mg dan inhalasi pulmicord dan combiven 1 ampul hasil: therapy
masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi.Pukul 11.20 WIB
mengkaji skala nyeri, hasil: skala nyeri 3. Pukul 11.30 WIB menganjurkan
tehnik relaksasi nafas dalam, hasil: pasien tampak rileks. Pukul 12.00 WIB
memberikan therapy ceftriaxone 1gram secara intravena, hasil: obat masuk
sesuai 6 benar dan tidak ada alergi. Pukul 13.00 WIB menanyakan keluhan
pasien, hasil: pasien mengatakan batuk berkurang, pasien mengatakan batuk
40
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Rabu, tanggal 20 Desember 2019
Pukul 07.20 WIB mengkaji keadaan umum, hasil: keadaan umum baik. Pukul
07.30 WIB mengkaji kesadaran, hasil: kesadaran compos mentis, nilai GCS
14 (E: 4, M:6, V:5). Pukul 07.45 WIB mengukur TTV, hasil: TD: 120/80
mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit, Frekuensi nafas: 22 x/menit, suhu: 36,5
ºC. Pukul 08.15 WIB memberikan injeksi Ranitidine melalui intravena 50mg
dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: therapy masuk sesuai 6
benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul 10.00 WIB mengkaji skala
nyeri, hasil: skala nyeri 1. Pukul 10.30 WIB menganjurkan tehnik relaksasi
nafas dalam, hasil: pasien tampak rileks. Pukul 12.00 WIB memberikan
therapy Ceftriaxone 1gram secara intravena, hasil: obat masuk sesuai 6 benar
dan tidak ada alergi.
Evaluasi Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan ketika batuk dada terasa sakit
Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat
Pasien mengatakan nyeri hilang timbul Pasien
mengatakan nyeri timbul ketika batuk Pasien
mengatakan skala nyeri.
Data Obyektif : Skala nyeri 5, Keadaan umum sakit lemah, kesadaran
compos mentis, nilai GCS 15 (E: 4, M:6, V:5), TD:
120/80mmHg N: 92x/menit RR: 24x/menit Sh: 36,0⁰
C.
Analisa : Masalah keperawatan nyeri belum teratasi
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8
jam, kaji karakteristik nyeri, ajarkan tehnik relaksasi
41
Evaluasi Keperawatan
Hari Selasa, Tanggal 19 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang, skala nyeri
3.
Data Obyektif : Skala nyeri 3, Keadaan umum lemah, kesadaran
compos mentis, nilai GCS 15 (E: 4, M:6, V:5), TD:
120/80mmHg N: 92x/menit RR: 24x/menit Sh: 36,0⁰
C.
Analisa : Masalah keperawatan teratasi .
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8
jam, kaji karakteristik nyeri, ajarkan relaksasi nafas
dalam, ajarkan tehknik distraksi, Berikan terapi sesuai
program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram melalui
intravena (pukul 12.00WIB), terapi injeksi Ranitidine
2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB) dan terapi
InhalasiCcombivent 2 x 1amp dan Pulmicort 2 x
1amp (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB).
Evaluasi Keperawatan
Hari Rabu, tanggal 20 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan tidak nyeri lagi, pasien mengatakan
skala nyeri 1.
Data Obyektif : Skala nyeri 1, keadaan umum pasien baik, kesadaran
compos mentis, nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil
42
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang ada antara teori
dan kasus dalam Asuhan Keperawatan pada Pasien Tn. G dengan PPOK di ruang
Cemara II. Pembahasan dimulai dari pengkajian keperawatan sampai dengan
evaluasi keperawatan, asuhan keperawatan sesuai dengan proses keperawatan
yang diberikan kepada Tn. G yang dikaitkan dengan asuhan keperawatan secara
teoritis. Adapun lingkup pembahasan mencakup tahap-tahap dalam proses
keperawatan.
Pada teori faktor risiko PPOK di seluruh dunia yang paling banyak ditemui
adalah merokok tembakau. Selain jenis tembakau, (misalnya pipa, cerutu, dan
ganja) juga merupakan faktor risiko PPOK. Sedangkan pada kasus Tn. G dari
hasil pengkajian terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu penyebab
yang menjadi faktor risiko PPOK adalah karena factor usia dan factor udara
karena pasien tidak merokok.
Adapun Faktor pendukung saat pengkajian adalah pasien dan keluarga mau
bekerja sama dan kooperatif saat penulis melakukan pengumpulan data. Dan
perawat ruangan memberikan informasi yang membantu penulis saat
44
45
Diagnosa yang muncul pada kasus dan sesuai dengan teori yaitu:
Diagnosa yang muncul pada kasus tetapi tidak ada pada teori yaitu :
46
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri. Diagnosa ini muncul karena
ada data yang mendukung yaitupasien mengatakan ketika batuk dada
terasa nyeri,pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat,pasien
mengatakan nyeri hilang timbul,pasien mengatakan nyeri timbul ketika
batuk dan pasien mengatakan skala nyeri 5.
Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak ada didalam kasus
adalah:
Diagnosa kedua yang diangkat pada kasus ini yaitu, Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen. Penulis menjadikan diagnosa
ini sebagai diagnosa kedua karena sama seperti diagnosa pertama diagnosa ini
menyangkut kebutuhan oksigenasi pasien. Pada kasus ini ditemukan data
bahwa pasien mengatakan sesak, dan suara serak. Keadaan umum lemah,
kesadaran compos mentis, pasien tampak sesak, suara terdengar serak, pasien
menggunakan O² Nasal kanul 3 Liter, analisa gas darah : Ph 7,43 mmhg,
Pco² 45 mmhg, Po² 70 mmhg, Hco³ 28 mmol/L, O² saturasi 49% TD:
120/80 mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC, frekuensi nafas: 24
x/menit. Rencana keperawatan yang dibuat sesuai dengan teori yaitu kaji
keadaan umum pasien, ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam, observasi jalan
nafas, pertahankan kepatenan jalan nafas, monitor pola nafas, berikan terapi
O2 nasal kanul, berikan terapi sesuai program: terapi injeksi Ceftriaxone
1x1gr melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi Ranitidine 2x50mg
48
melalui intravena (pukul 08.00 WIB) dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1amp
dan Pulmicort 2 x 1amp (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB).
Dan diagnosa ketiga yang penulis ambil dari kasus yaitu, Nyeri akut
berhubungan dengan agen injuri penulis menjadikan diagnosa ini sebagai
diagnosa ketiga karena sesuai dengan teori Maslow terdapat dalam kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan rasa nyaman (bebas dari nyeri). Diagnosa ini
menjadi diagnosa ketiga karena pasien mengeluh ketika batuk dada terasa
nyeri, pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat, pasien
mengatakan nyeri hilang timbul, pasien mengatakan nyeri timbul ketika batuk
dan pasien mengatakan skala nyeri 5. dan rencana keperawatan yang di
lakukan sesuai teori yaitu kaji keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8
jam, kaji karakteristik nyeri, ajarkan relaksasi nafas dalam, ajarkan tehknik
distraksi, berikan terapi sesuai program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gr
melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi Ranitidine 2x50mg
intravena (pukul 08.00 WIB) dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1amp dan
Pulmicort 2 x 1amp (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB).
Dalam hal ini dokumentasi sangat penting dilakukan oleh perawat karena
sebagai bukti tertulis yang akurat dan memiliki kekuatan hukum yang legal
apabila terjadi kesalahpahaman dalam proses pelaksanaan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat, selain itu dokumentasi juga bukti pertanggung
jawaban perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Dalam
keterbatasan waktu karena penulis tidak berada di ruangan selama 24 jam
maka tindakan keperawatan diwaktu malam hari dilakukan oleh perawat
diruangan.
49
Faktor pendukung dari diagnosa pertama ini yaitu, pasien mau mengikuti
anjuran perawat seperti melakukan batuk efektif. Tidak ada faktor
penghambat pada diagnosa ini.
Faktor pendukung dari diagnosa kedua ini yaitu, pasien sangat kooperatif saat
pelaksanaan keperawatan. Tidak ada faktor penghambat pada diagnosa ini.
Pada diagnosa ketiga Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri . Semua
tindakan dapat dilaksanakan yaitu secara independen dan interdependen.
50
Pada diagnosa ketiga, nyeri akut berhubungan dengan agen injuri pada
diagnose ini setelah di evaluasi pasien mengatakan Pasien mengatakan tidak
nyeri lagi skala nyeri 1, keadaan umum pasien baik, kesadaran compos
mentis, nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-tanda vital: hasil: TD:
120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit, Frekuensi napas: 22 x/menit,
suhu: 36,5 ºC. Tujuan tercapai, masalah keperawatan belum teratasi, tindakan
keperawatan dilanjutkan dan didelegasikan kepada perawat ruangan.
BAB 5
PENUTUP
Setelah penulis melakukan berbagai hal mengenai Asuhan Keperawatan pada Tn.
G dengan yang dirawat di ruang Cemara II Rumah Sakit Bhayangkara Tk. 1
Raden Said Sukanto Jakarta, mulai dari pendahuluan sampai dengan pembahasan,
maka pada bab ini penulis dapat menarik kesimpulan serta memberikan beberapa
saran yang mungkin untuk perbaikan dan kemajuan dalam keperawatan pada
pasien PPOK yang akan datang.
5.1 Kesimpulan
PPOK merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif dan
dispnea dan terjadi obstruksi saluran napasPPOK tidak hanya berisiko bagi
perokok aktif saja namun juga bisa berisiko bagi perokok pasif yang terkenan
pajanan asap rokok.Selain itu faktor - faktor yang berpengaruh pada
perjalanan dan perburukan PPOK yaitu factor genetic, usia, jenis kelamin.
Manifestasi klinis yang terdapat pada kasus yang diambil sama dengan
teoriyaitubatuk, sesak dan nyeri dada. Sehingga dari data tersebut sudah bisa
dijadikan acuan bahwa pasien menderita PPOK. Pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan seperti pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah dan rontgen
thorax tidak ada pemeriksaan ct scan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan beberapa saran
yang ingin disampaikan untuk koreksi dalam hal meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan kesehatan, sebagai berikut :
a. Bagi penulis
Penulis lebih memperbanyak pengetahuan tentang penyakit PPOK,
bagaimana cara merawat diri klien dengan banyak membaca buku-buku
perawatan pasien dengan PPOK agar penulis dalam memberikan asuhan
keperawatan menjadi lebih baik.
b. Bagi perawat ruangan
Saran untuk perawat dalam menangani pasien dengan ppok yaitu perawat
harus lebih sering memperhatikan jalan nafas pasien dan menganjurkan
pasien untuk batuk efektif serta banyak minum air hangat.
c. Bagi pasien
Saran untuk pasien, pasien harus banyak beristirahat, banyak minum air
hangat, meningkatkan toleransi paru dengan olahraga dan latihan
pernapasan serta memperbaiki nutrisi.
54