Anda di halaman 1dari 80

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.

G
DENGAN PPOK DI RUANG CEMARA II
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK I
RADEN SAID SUKANTO
JAKARTA

NUR ABDIYANSYAH
17033

AKADEMI KEPERAWATAN POLRI


JAKARTA
TAHUN 2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. G
DENGAN PPOK DI RUANG CEMARA II
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK I
RADEN SAID SUKANTO
JAKARTA

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah Semester VI pada
Pendidikan DIII Keperawatan

Nur Abdiyansyah
(17033)

AKADEMI KEPERAWATAN POLRI

JAKARTA

TAHUN 2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nur Abdiyansyah
NIM : 17033
Program studi : DIII Keperawatan
Institusi : Akademi Keperawatan Polri

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau
pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Jakarta, Juni 2020


Pembuat Pernyataan

Nur Abdiyansyah

Mengetahui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Elly Djuliati, SKM) (Ns. Eha Julaeha, S.Kep M.Pd)

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Nur Abdiyansyah NIM 17033 dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Tn. G dengan PPOK di Ruang Cemara II Rumah Sakit
Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto Jakarta” telah diperiksa dan disetujui
untuk diujikan.

Jakarta, Juni 2020

Pembimbing Utama

(Elly Djuliati, SKM)

Pembimbing Pendamping

(Ns. Eha Julaeha, S.Kep M.Pd)

Mengetahui,

Direktur Akademi Keperawatan Polri

(Yuyun Kurniasih, S.Kp, SAP, M.Kep)

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Nur Abdiyansyah NIM 17033 dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Tn. G dengan PPOK di Ruang Cemara II Rumah Sakit
Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto Jakarta” telah dipertahankan di depan
dewan penguji pada tanggal Juni 2020.

Jakarta, Juni 2020

Dewan Penguji
Penguji Ketua

(Elly Djuliati, SKM)

Penguji Anggota I Penguji Anggota II

(Ns. Eha Julaeha, S.Kep M.Pd) (Ns. Ursula Arus Rinestaelsa, S.kep, M.Kep)

Mengetahui,

Direktur Akademi Keperawatan Polri

(Yuyun Kurniasih, S.Kp, SAP, M.Kep)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi petunjuk
dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn. G dengan PPOK di Ruang
Cemara II Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto Jakarta”.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan. Namun, berkat arahan dan bimbingan dari semua pihak pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Yuyun Kurniasih, S.Kp., SAP, M.Kep. selaku Direktur Akademi


Keperawatan Rumkit Polpus Raden Said Sukanto Jakarta.
2. Elly Djuliati, SKM, selaku dosen pembimbing utama pada penyusunan karya
tulis ilmiah.
3. Ns. Eha Julaeha, S.Kep, selaku dosen pembimbing pendamping karya tulis
ilmiah.
4. Ns. Ursula Arus Rinestaelsa, S.Kep, M.Kep, selaku dosen penguji karya tulis
ilmiah.
5. Kepala ruangan beserta staff perawat Ruang Cemara II yang telah membantu
dalam pengambilan kasus pada karya tulis ilmiah ini.
6. Bapak dan Ibu saya yang telah memberi semangat untuk belajar dan dukungan
baik moral maupun materil yang tiada terkira.
7. Atika Yuliana yang selama ini telah memberikan semangat dan membantu dalam
mengerjakan karya tulis ilmiah ini
8. Teman-teman satu kelompok keluarga cemara yang telah memberikan dukungan
dan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
9. Teman-teman seperjuangan kuliah Angkatan 24 yang telah memberikan
dukungan dan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

v
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Penulis mengharapkan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang
pada umumnya bagi Mahasiswa/I Akademi Keperawatan Polri, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Juni 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................... 3
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................ 3
1.2.1 Tujuan Umum .................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................... 4
1.3 Ruang Lingkup ........................................................................... 4
1.4 Metode Penulisan ....................................................................... 4
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN TEORI ......................................................................... 6


2.1 Pengertian................................................................................... 6
2.2 Etiologi....................................................................................... 6
2.3 Patofisiologi ............................................................................... 7
2.3.1 Proses Perjalanan Penyakit ................................................. 7
2.3.2 Manifestasi Klinis .............................................................. 8
2.3.3 Komplikasi ........................................................................ 8
2.4 Penatalaksanaan .......................................................................... 9
2.5 Pengkajian Keperawatan ............................................................. 10
2.6 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 12
2.7 Perencanaan Keperawatan .......................................................... 13
2.8 Pelaksanaan Keperawatan ........................................................... 15
2.9 Evaluasi Keperawatan................................................................. 16

BAB 3 TINJAUAN KASUS ........................................................................ 17


3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................. 17
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 27
3.3 Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan ................. 28

vii
BAB 4 PEMBAHASAN .............................................................................. 43
4.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................. 43
4.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 45
4.3 Perencanaan Keperawatan .......................................................... 46
4.4 Pelaksanaan Keperawatan ........................................................... 49
4.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 52

BAB 5 PENUTUP ....................................................................................... 54


5.1 Kesimpulan ................................................................................ 54
5.2 Saran .......................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 57

viii
DAFTAR Gambar

Gambar 3.1 Genogram dan keterangan tiga generasi Tn.G ................................19

ix
DAFTAR Tabel
Tabel 3.1 Analisa data pengkajian Tn. G dengan PPOK ……………………… 25

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Lampiran 2 Materi Penyuluhan

Lampiran 3 Leaflet

Lampiran 4 Lembar Konsultasi

xi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan istilah lain dari beberapa
jenis penyakit paru-paru yang berlangsung lama atau menahun, ditandai
dengan meningkatnya resistensi terhadap aliran udara. Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK) diakibatkan oleh beberapa jenis penyakit, yakni:
Bronchitis Kronis dan Emfisema Paru. Penyaki Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
disebut dengan Chronic Air flow Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive
Lung Disease (Grace & Borley, 2011).

Menurut World Health Organition (WHO) pada tahun 2015 diperkirakan 65


juta orang memiliki resiko untuk mengalami penyakit PPOK yang parah. Lebih
dari 3 juta orang meninggal karena PPOK (5% dari semua kematian global).
Diketahui bahwa hampir 90% dari kematian PPOK terjadi pada negara
menengah yang berpenghasilan rendah. PPOK lebih umum pada laki- laki.
(WHO, 2016).

Menurut Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2007 angka kematian akibat PPOK
menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia dan
prevalensi PPOK rata-rata sebesar 3,7% (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis Rumah Sakit Bhayangkara
Tk.1 Raden Said Sukanto Jakartaperiode dari bulan Juli sampai dengan bulan
September 2019 jumlah pasien yang dirawat sebanyak 31.974 orang dengan
jumlah penderita PPOK sebanyak 815 orang dengan persentase 8,49%. Periode
Juli sampai dengan September 2019 pasien yang dirawat di Ruang Cemara II
sebanyak 369 orang dengan penderita PPOK sebanyak 112 orang dengan
presentase 30,35 %.

1
2

Gejala yang sering muncul pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK) antara lain: sesak nafas, produksi sputum meningkat dan keterbatasan
aktivitas (Khotimah, 2013). Kondisi ini akan mengakibatkan gangguan
pernafasan. Sebagai seorang perawat diharapkan mampu membantu pasien
didalam mengatasi gangguan pernafasan, salah satunya gangguan pertukaran
gas dengan cara berhenti merokok dan fisio terapi dada (Bulechek, 2013).

Kegawatan PPOK apabila tidak segera ditangani akan menambah jumlah


kematian penderitanya. Pasien dengan PPOK akan mengalami gangguan
pertukaran gas, jalan nafas tidak efektif, perubahan pola nafas, intoleransi
aktifitas, kekurangan nutrsi, dan perasaan takut. Dengan berbagai
permasalahan tersebut kualitas hidup pasien PPOK akan menurun (Phhips,
Sands & Marek, 2010).

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), penatalaksanaan untuk penderita


yang utama adalah mempertahankan fungsi paru dan meningkatkan kualitas
hidup penderita dengan penanganan berhenti merokok. Lakukan pencegahan
terjadinya serangan akut, stabilisasi kondisi untuk mempertahankan fungsi
paru sebaik mungkin atau seoptimal mungkin, mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hidup sehingga tetap produktif dan tidak membebani
orang lain (Ikawati, 2011).

Adapun peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilihat dari
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Upaya promotif yaitu
memberikan pendidikan kesehatan mengenai PPOK. Upaya preventif dengan
cara menghindari faktor- faktor yang dapat menyebabkan terjadinya PPOK
yaitu dengan cara menjelaskan pola hidup sehat pada penderita PPOK seperti
menghindari merokok minuman bersoda dan alcohol serta rajin berolahraga.
Upaya kuratif yaitu dengan mengatur posisi tidur semi fowler, monitor
frekuensi pernapasan, dan kedalaman pernapasan serta mengajarkan cara batuk
efektif serta kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi. Upaya
3

rehabilitatif, perawat menganjurkan pada klien untuk menghindari aktivitas


yang berlebih serta polusi udara.

Berdasarkan kompleksnya masalah yang terjadi dan pentingnya perawatan


klien dengan PPOK maka penulis terdorong untuk mengetahui bagaimana
memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan PPOK melalui
pendekatan proses keperawatan.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar mahasiswa
memperoleh pengalaman yang nyatadalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan PPOK.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
PPOK.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan
PPOK.
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
PPOK.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien degan
PPOK.
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
PPOK.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
praktik.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta
mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah.
h. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
PPOK.
4

1.3 Ruang Lingkup Penulisan


Adapun ruang lingkup dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah “Asuhan
Keperawatan pada Klien Tn. G dengan PPOK di Ruang Cemara II Rumah Sakit
Bhayangkara TK I Raden Said Sukanto Jakarta” yang dilaksanakan dari
tanggal 18 Desember 2019 sampai dengan 20 Desember 2019.

1.4 Metode Penulisan


Metode dalam penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif
yaitu metode yang bersifat mengumpulkan data dan menarik kesimpulan yang
kemudian disajikan dalam bentuk naratif. Metode yang digunakan dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
a. Studi kasus yang meliputi observasi secara langsung dengan melakukan
pengamatan pada pasien dan melakukan langsung asuhan keperawatan pada
klien dengan PPOK dan wawancara yaitu dengan bertanya pada klien,
anggota keluarga dan petugas kesehatan lainnya.
b. Studi kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai
referensi yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada klien dengan
PPOK.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima bab yang disusun
secara sistematika dengan urutan sebagai berikut yaitu bab satu yaitu
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua yaitu Tinjauan Teori berisi
pengertian, etiologi, patofisiologi yang terdiri dari proses perjalanan penyakit,
manifestasi klinis dan komplikasi, penatalaksanaan medis yang terdiri dari
terapi dan tindakan keperawatan medis yang diberikan, pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab tiga yaitu berisi Tinjauan Kasus
yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Bab empat yaitu berisi Pembahasan
yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
5

keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab lima


yaitu berisi Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
PPOK adalah sebuah istilah keliru yang sering dikenakan pada pasien yang
menderita emfisema, bronkitis kronis, atau campuran dari keduanya. Ada
banyak pasien yang mengeluh bertambah sesak napas dalam beberapa tahun
dan ditemukan mengalami batuk kronis, toleransi olahraga yang buruk, adanya
obstruksi jalan napas, paru yang terlalu mengembang, dan gangguan
pertukaran gas (John B. West, 2010).

Menurut Padila (2012) penyakit Paru Obstruktif Menahun/Kronik merupakan


suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran
udara. Ketiga penyakit yang membentuk kesatuan PPOK adalah bronkitis
kronis, emfisema dan asma bronkial.

PPOK merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif dan
dispnea dan terjadi obstruksi saluran napas sekalipun penyakit ini bersifat
kronis dan merupakan gabungan dari emfisema, bronkitis kronik maupun
asma, tetapi dalam keadaan tertentu terjadi perburukan dari fungsi pernapasan
(Rab Tabrani, 2010).

2.2 Etiologi
Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)
(2017) faktor risiko PPOK di seluruh dunia yang paling banyak ditemui adalah
merokok tembakau. Selain jenis tembakau, (misalnya pipa, cerutu, dan ganja)
juga merupakan faktor risiko PPOK. PPOK tidak hanya berisiko bagi perokok
aktif saja namun juga bisa berisiko bagi perokok pasif yang terkenan pajanan
asap rokok.Selain itu faktor - faktor yang berpengaruh pada perjalanan dan
perburukan PPOK yaitu factor genetic, usia, jenis kelamin pertumbuhan dan

6
7

perkembangan paru, asma dan hiperaktivitas saluran nafas, bronchitis kronis


serta infeksi berulang di saluran nafas.
PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajatyaitu:
a. Derajat 0 (berisiko)
Gejala klinis: memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi
sputum, dan dispnea, terdapat paparan terhadap faktor resiko. Spirometri:
normal.
b. Derajat I (PPOK ringan)
Gejala klinis: dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi
sputum, sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1. Spirometri:
FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%.
c. Derajat II (PPOK sedang)
Gejala klinis: dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi
sputum, sesak napas derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
Spirometri: FEV1 < 70%; 50% < FEV1 < 80%.
d. Derajat III (PPOK berat)
Gejala klinis: sesak napas derajat sesak 3 dan 4, eksaserbasi lebih sering
terjadi. Spirometri: FEV1 < 70%; 30% < FEV1 < 50%.
e. Derajat IV (PPOK sangat berat)
Gejala klinis: pasien derajat III dengan gagal napas kronik, disertai
komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan. Spirometri:
FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30%.

2.3 Patofisiologi
2.3.1 Proses Perjalanan Penyakit
Penyakit Paru Obstruktif Kronik merupakan penyakit kronik paru yang
diawali dengan seseorang menghisap asap rokok, polusi udara yang
tercemar, dan partikel lain seperti debu yang akan masuk ke saluran
pernapasan yang akan menyebabkan terjadi hipersekresi mukus atau
mukus. Apapun etiologinya yang berperan memproduksi sekret adalah
sel-sel goblet dan kelenjar-kelenjar mukus di submukosa. Sekret bronkus
yang dihasilkan cukup banyak dan kental. Karena kaya akan kandungan
8

protein, sekret bronkus menjadi tempat perbenihan yang ideal bagi


berbagai jenis kuman yang berhasil masuk ke saluran pernapasan bawah
sehingga mudah terjadi infeksi sekunder yang secara klinis digolongkan
sebagai infeksi saluran pernapasan bawah. Proses tersebut akan
menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi bronkus dan kerusakan pada
dinding bronkiolus terminalis yang diperparah dengan usia yang semakin
tua yang menyebabkan terjadinya sumbatan pada lumen bronkus-
bronkus kecil dan bronkeolus sehingga terjadi gangguan ventilasi.
Mengingat ventilasi merupakan gerakan yang aktif yang menggunakan
otot-otot pernapasan, udara masih akan dapat menembus sumbatan
lumen dan masuk ke dalam alveolus, tetapi karena ekspirasi merupakan
gerakan pasif yang hanya mengandalkan elastisitas jaringan interstitial
paru yang mengandung banyak serat-serat elastis, tak semua udara hasil
inspirasi dapat dikeluarkan lagi atau terjadi obstruksi awal ekspirasi.
Dengan kata lain, akan tertumpuk udara bekas inspirasi di dalam
alveolus. Siklus ini berulang sehingga akhirnya akan terjadi distensi
alveolus. Proses ini dikenal dengan air-trapping (Danusantoso, 2010).

2.3.2 Manifestasi Klinis


Gejala yang paling sering terjadi pada pasien PPOK adalah sesak napas.
Selain sesak nafas gejala lainnya yang muncul adalah batuk kronis atau
produksi sputum, dan/atau riwayat pajanan akan faktor resiko dan nyeri
dada. Gejala tambahan pada penyakit PPOK dengan derajat berat seperti
kelelahan, kehilangan berat badan, dan anoreksia merupakan gejala yang
umum terjadi pada pasien PPOK dengan derajat keparahan yang tinggi
dan sangat berat (Soeroto & Suryadinata, 2014).

2.3.3 Komplikasi
Menurut Soematri (2009) komplikasi penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK) yaitu:
a. Hipoksemia
b. Asidosis Respiratori
9

c. Infeksi Saluran Pernafasan


d. Gagal Jantung
e. Disritmia Jantung
f. Status Asmatikus

2.4 Penatalaksanaan
2.4.1 Terapi
Menurut Fasitasari (2013) pada terapi farmakologis bronkodilator
dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi
digunakan oral atau sistemik seperti salbutamol, aminofilin, teofilin,
terbutalin. Anti inflamasi pilihan utama bentuk metalprednisolon atau
prednisone untuk penggunaan jangka panjang pada PPOK stabil hanya bila
uji steroid positif pada eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk oral atau
sistemik. Mukolitik tidak diberikan secara rutin hanya digunakan sebagai
pengobatan simtomatik bila tedapat dahak yang lengket dan kental
contohnya ialah glycerylguaiacolate, acetylcysteine. Antitusif diberikan
hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu penggunaan secara
rutin merupakan kontra indikasi contohnya seperti dekstrometorfan.
Antibiotik tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk pencegahan
eksaserbasi. Pilihan antibiotic pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola
kuman setempat contoh antibiotik yang sering digunakan ialah penicillin.

2.4.2 Tindakan Medis yang Bertujuan untuk Pengobatan


Menurut Fasitasari (2013) terapi non farmakologi dapat dilakukan
dengancara menghentikan kebiasaan merokok, meningkatkan toleransi
parudengan olahraga dan latihan pernapasan serta memperbaiki nutrisi.
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangkan panjang pada
PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma.
Karena PPOK adalah penyakit kronik yang bersifat irreversible dan
progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan
mencegah kecepatan perburukan penyakit.
10

2.5 Pengkajian Keperawatan


Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) meliputi:
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
tanggal masuk sakit, rekam medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada pasien dengan PPOK adalah dispnea
(sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi (pada
beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi timbulnya
penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran
nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan eskrim).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien dengan PPOK sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit
turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya
penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
e. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, pasien pada posisi
duduk
b) Dada diobservasi
c) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah
d) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar,
lesi, massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis, skoliosis,
dan lordosis.
e) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakkan dada.
f) Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung pernapasan
diafragma, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan
fase eksifirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya 1:2. Fase ekspirasi
11

yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas dan


sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL) /
Chornic obstructive Pulmonary Diseases (COPD)
h) Kelainan pada bentuk dada
i) Observasi kesimetrisan pergerakkan dada. Gangguan pergerakan atau
tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru
atau pleura
j) Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang
dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
2) Palpasi
a) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan kulit,
dan mengetahui vocal/ tactile premitus (vibrasi)
b) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti: massa, lesi, bengkak.
c) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara
3) Perkusi
a) Resonan (sonor): bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan
paru normal.
b) Dullnes: bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian
jantung, mamae, dan hati
c) Timpani: musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang
berisi udara
d) Hipersonan (hipersonor): berngaung lebih rendah dibandingkan
dengan resonan dan timbul pada bagian
paru yang berisi darah.
e) Flatness: sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi.
Dapat terdengar pada perkusi daerah hati, di
areanya seluruhnya berisi jaringan.
12

4) Auskultasi
a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal).
b) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
c) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
d) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction rub, dan
crackles.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes darah, untuk memastikan apakah pasien menderita penyakit lain,
seperti anemia dan polisitemia, yang memiliki gejala serupa dengan
PPOK.
2) Analisis gas darah arteri tes ini untuk melihat kandungan oksigen dan
karbondioksida dalam darah.
3) Foto Rontgen dada dilakukan untuk mendeteksi ganguan pada paru-paru.
4) CT scan, yang dapat menunjukkan gambaran paru-paru secara lebih
detail.
5) Pengambilan sampel dahak.

2.6 Diagnosa Keperawatan


Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) diagnosa keperawatan yang dapat diambil
pada pasien dengan PPOK adalah:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan
bronkospasme
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
dan deformitas dinding dada
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan volume
sekuncup jantung
13

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan


oksigen (hipoksia) kelemahan

2.7 Perencanaan Keperawatan


Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) berikut ini adalah intervensi yang
dirumuskan untuk mengatasi masalah keperawatan pada pasien dengan PPOK
adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan
sekret.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan
mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
Kriteria Hasil: Tidak ada secret, suara nafas normal dan batuk berkurang
Rencana Tindakan:
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional: Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernapasan
2) Keluarkan sekret dengan batuk (teknik batuk efektif)
Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret sangat kental
3) Monitor vital sign (RR)
Rasional: Mengetahui keadaan umum pasien
4) Observasi suara tambahan
Rasional: Mencatat adanya suara tambahan
5) Aukskultasi suara napas
Rasional: Mencatat adanya suara tambahan

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan


dan deformitas dinding dada.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan
mempertahankan pola napas yang efektif.
Kriteria Hasil: Tidak sianosis, kesadaran composmetis, ventilasi
dan perfusi seimbang
14

Rencana Tindakan:
1) Monitor kecepatan, irama, kedalam dan kesulitan bernafas
Rasional: Mengetahui meluasnya jangkauan paru-paru
2) Monitor saturasi oksigen
Rasional: Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis
3) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Rasional: Mengkaji adanya nyeri tekan
4) Monitor pola napas
Rasional: Mengetahui pola nafas
5) Pertahankan kepatenan jalan napas
Rasional: Untuk mempertahankankepatenan esofhagus.
6) Berikan oksigen
Rasional: Memenuhi kebutuhan oksigen

c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan volume


sekuncup jantung.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan
mempertahankan curah jantung yang stabil.
Kriteria Hasil: Tanda-Tanda vital dalam batas normal dan EKG normal
Rencana Tindakan:
1) Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
Rasional: Mengetahui peningkatan segera frekuensi jantung dan
Kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan
kelemahan
2) Monitor EKG
Rasional: Mengetahui keadaan jantung
3) Evaluasi perubahan tekanan darah
Rasional: Mengetahui t erjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
4) Monitor sesak, kelelahan, takipnea
Rasional: Mengetahui meluasnya jangkauan paru-paru
15

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan


oksigen (hipoksia) kelemahan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan
mempertahankan toleransi aktivitas yang adekuat
Kriteria Hasil: Aktivitas tidak di bantu dan keadaan umum baik tidak
lemah
Rencana Tindakan:
1) Monitor respirasi pasien selama kegiatan
Rasional: Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
daripada kelebihan aktivitas
2) Bantu pasien identifikasi pilihan-pilihan aktivitas
Rasional: Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih
kembali
3) Bantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat
Rasional: Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, energi terkumpul
dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secara optimal
4) Setelah latihan dan aktivitas kaji respon pasien
Rasional: Menjaga kemungkinan adanya respon abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari latihan

2.8 Implementasi Keperawatan


Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011) implementasi merupakan tindakan yang
sudah direncanakan dalam rencana keperawatan.Tindakan mencakup tindakan
mandiri dan tindakan kolaborasi. Pada tahap ini perawat menggunakan semua
kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap
pasien baik secara umum maupun secara khusus pada pasien PPOK dalam
pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen
dan dependen.

2.9 Evaluasi Keperawata


MenurutTarwoto dan Wartonah (2011) tujuan dari evaluasi adalah untuk
mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan
16

balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Cara untuk menentukan


masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul masalah baru
adalah membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Format evaluasi menggunakan:
S: Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari
pasien setelah tindakan diperbaiki.
O: Onjektive adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan.
A: Analisa adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau
muncul masalah baru.
P: Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai)
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan “Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. G
dengan PPOK dirawat di Ruang Cemara II Rumah Sakit Bhayangkara Tk 1 Raden
Said Sukanto Jakarta”. Asuhan keperawatan ini dimulai pada tanggal 18 Desember
2019 sampai dengan tanggal 20 Desember 2019. Dalam memberikan asuhan
keperawatan penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan, yang terdiri
dari lima tahap yaitu : pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

3.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data pasien. Dalam melakukan pengkajian, penulis
memperoleh data dari pasien dan keluarga dengan melakukan wawancara dan
observasi langsung, catatan medis, dan catatan keperawatan.
Pengkajian ini di lakukan pada tanggal 18 Desember 2019, adapun data yang
diperoleh sebagai berikut :

3.1.1 Identitas Pasien


Nama pasien Tn. G usia 51 tahun, status perkawinan menikah,
pendidikan terakhir SMA, pekerjaan uruh harian lepas, agama Islam,
suku bangsa Sunda. Bertempat tinggal di Jl. Mandap No 11 Rt 04/01
Cipayung, Jakarta Timur. Sumber biaya BPJS, sumber informasi adalah
pasien dan keluarga. Nomor register 201912003033

3.1.2 Resume
Pasien datang ke IGD pada hari Senin tanggal 18 Desember 2019 pukul
10.00 WIB, klien tiba di ruang Cemara IIpada hari Senin 18 Desember
2019 pukul 16.00 WIB diantar dengan menggunakan kursi roda dengan
diagnosa medis PPOK. Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak,
sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu, dada terasa nyeri saat batuk, suara

17
18

serak dan berat, pasien mengatakan tidak memahami tentang


penyakitnya. Kesadaran composmetis, GCS: 15 (E: 4, M:6, V:5).
Observasi tanda-tanda vital; TD: 170/100 mmHg, frekuensi nadi:
94x/menit, suhu: 36,5 ºC, frekuensi napas: 26 x/menit. Pasien mendapat
terapi cairan infus RL 20 tetes per menit dan mendapat terapi inhalasi
Ventolin 1 ampul. Hasil laboratorium pada tanggal 18 Desember 2019
Hematologi; Hemoglobin: 15,8 g/dl, Leukosit: 13.100 u/l, Hematokrit:
49%, Trombosit: 271.000 /ul, ureum 68 mg/dl, creatinin 0,9 mg/dl dan
analisa gas darah, PH 7,43 mmhg, PCO² 45 mmhg, PO² 70 mmhg, HCO³
28 mmol/L, O² saturasi 49%. Pasien tidak dapat menjelaskan tentang
penyakit dan penyebabnya, pasien tidak dapat menyebutkan tanda gejala
pada penyakitnya dan pasien tidak mengetahui tentang komplikasi serta
cara penanganan tentang penyakitnya.

Masalah keperawatan yang muncul yaitu ketidak efektifan bersihan jalan


nafas, gangguan pertukaran gas, nyeri dan kurangnya pengetahuan.

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan adalah mengukur tanda-


tanda vital, mengajarkan batuk efektif, menganjurkan banyak minum air
hangat, memberikan terapi O² menggunakan nasal canule, mengkaji
karakteristik, frekuensi, skala, dan waktu terjadinya nyeri, mengajarkan
teknik relaksasi nafas dalam dan memberikan posisi nyaman.

Evaluasi keperawatan, tujuan keperawatan belum tercapai, masalah


keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas, gangguan pertukaran
gas, nyeri dan kurangnya pengetahuan belum teratasi, tindakan
keperawatan dilanjutkan.

3.1.3 Riwayat Keperawatan


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama adalah sesak dan nyeri dada ketika batuk. Faktor
pencetus batuk. Timbulnya keluhan secara mendadak. Lamanya
19

adalah kurang lebih 2 menit. Upaya mengatasinya adalah beristirahat


dengan posisi yang nyaman.

b. Riwayat kesehatan masa lalu


Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit Hipertensi sejak 5
tahun yang lalu dan pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit
hipertensi, pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan ataupun
obat-obatan, riwayat pemakaian obat Amlodipin 1 x 1 tablet.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Gambar 3.1 Genogram dan Keterangan tiga generasi dari klien

Keterangan:

: Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

: Hubungan Perkawinan

: Hubungan Keturunan

: Meninggal

: Tinggal dalam satu rumah


20

Kesimpulan: pasien adalah anak pertama dari lima bersaudara, pasien


tinggal dengan istri dan kedua anaknya.

d. Keluarga pasien tidak mempunyai penyakit yang menjadi faktor


resiko.

e. Riwayat psikologi dan spiritual


Orang yang terdekat dengan pasien adalah keluarga, interaksi pasien
terhadap keluarga baik dengan tidak adanya hambatan dalam pola
komunikasi, pembuatan keputusan diambil secara musyawarah,
kegiatan kemasyarakatan adalah kerja bakti. Dampak penyakit pasien
terhadap keluarga adalah keluarga menjadi cemas. Masalah yang
mempengaruhi pasien saat ini adalah pasien tidak dapat beraktifitas
seperti biasa. Mekanisme koping terhadap stres adalah pemecahan
masalah, hal yang sangat dipikirkan klien saat ini adalah pasien ingin
cepat sembuh, harapan setelah menjalani perawatan adalah pasien
dapat sembuh, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit adalah
suara menjadi serak dan berat. Nilai-nilai yang bertentangan dengan
kesehatan tidak ada, aktivitas agama atau kepercayaan yang dilakukan
adalah berdoa dan sholat. Kondisi lingkungan rumah yang
mempengaruhi kesehatan saat ini tidak ada keluhan.

Pola kebiasaan
1) Pola kebiasaan sebelum sakit
a) Frekuensi makan pasien 3x/hari, nafsu makan baik, makan habis
1 porsi, tidak ada makanan yang tidak disukai, tidak ada
makanan yang membuat alergi, tidak ada makanan pantangan,
tidak ada makanan diet dan tidak menggunakan obat-obatan
sebelum makan.
b) Pola eliminasi pasien adalah buang air kecil 5 kali sehari, warna
kuning jernih, tidak ada keluhan dalam pola eliminasi serta tidak
menggunakan alat bantu dalam pengeluaran buang air kecil,
21

sedangkan frekuensi buang air besar pasien adalah 1x/hari,


waktunya tidak tentu, konsistensi setengah padat, dan tidak ada
keluhan dalam mengeluarkan feses.
c) Pola personal hygiene yang dilakukan pasien adalah mandi
2x/hari, waktu pagi dan sore hari, oral hygiene yang dilakukan
pasien 2x/hari, waktu ketika mandi (pagi dan sore), frekuensi
cuci rambut yang dilakukan klien 4 kali dalam satu minggu.
d) Pola istirahat dan tidur sebelum sakit, pasien tidak tidur siang
dan waktu tidur malam pasien adalah 8 jam/hari. Tidak ada
kebiasaan khusus yang dilakukan pasien sebelum tidur.
e) Dalam kesehariannya pasien bekerja dan pasien tidak
berolahraga setiap hari dan tidak ada keluhan dalam aktifitas
sehari hari.
f) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan, pasien tidak
merokok serta tidak pernah mengkonsumsi minuman keras dan
obat-obatan terlarang.

3.1.4 Pengkajian Fisik


a. Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik umum yang didapat adalah keadaan umum sakit
sedang, berat badan sebelum sakit 55 Kg, berat badan sekarang 55
Kg, tinggi badan 167 cm, berat badan ideal 60,3Kg, indeks masa tubuh
pasien 19 (kurus), GCS 15 (E: 4, M: 6, V:5), tidak terdapat
pembesaran kelenjar getah bening.

b. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera anikterik,
tidak ada kelainan pada otot-otot mata, fungsi penglihatan baik, tidak
ada tanda-tanda radang, tidak mengunakan lensa kontak, reaksi
terhadap cahaya baik.
22

c. Sistem Pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telinga tengah baik, tidak ada cairan dari
telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada tinitus, fungsi
pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan dan tidak
menggunakan alat bantu.

d. Sistem Wicara
Sistem wicara normal, tidak ada gangguan.

e. Sistem Pernafasan
Jalan nafas ada sumbatan berupa sekret, pernafasan sesak,
menggunakan otot bantu nafas, frekuensi napas 24 x/menit, irama
teratur, jenis pernafasan spontan, kedalaman dangkal, ada batuk
produktif, ada secret, tidak terdapat darah, palpasi dada simetris,
perkusi dada sonor, suara nafas ronkhi, ada nyeri saat bernafas dan
menggunakan alat bantu nafas berupa O² nasal kanul 3 liter /menit.

f. Sistem Kardiovaskuler
1) Sirkulasi Peripher
Frekuensi nadi 92 x/menit, irama teratur, denyut nadi kuat, tekanan
darah 120/80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis kanan dan
kiri, temperatur kulit hangat, suhu 36,5 oC, warna kulit kemerahan,
pengisian kapiler 2 detik, tidak ada edema.
2) Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut nadi apikal 90 x/menit, irama teratur, tidak ada
kelainan bunyi jantung (murmur ataupun gallop), tidak ada sakit
dada.

g. Sistem Hematologi
Tidak ada gangguan pada sistem hematologi.
23

h. Sistem Syaraf Pusat


Pasien tidak mengeluh sakit kepala, tingkat kesadaran composmentis,
GCS 15 (E4 M6 V5), tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak
ada gangguan sistem persyarafan, reflek fisiologis normal, tidak ada
reflek patologis.

i. Sistem Pencernaan
Gigi tidak ada karies, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada
stomatitis, lidah tidak kotor, produksi salifa normal, tidak terdapat
muntah, tidak terdapat nyeri perut, bising usus 13x/menit, tidak ada
diare, tidak ada konstipasi, hepar tidak teraba dan abdomen teraba
lembek.

j. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak
ada luka ganggren.

k. Sistem Urogenital
Intake: (minum 1000 ml, infus 800 ml, air metabolisme 275ml),
jumlah 2075 ml. Output: (urine 1000 ml, feses 200ml, IWL 625ml),
jumlah 1825 ml. Balance cairan +250 ml, warna urine kuning jernih,
tidak ada distensi kandung kemih dan pasien tidak mengeluh sakit
pinggang.

l. Sitem Integumen
Turgor kulit elastis, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan,
keadaaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit daerah
pemasangan infus tidak ada tanda-tanda flebitis, keadaan rambut baik
dan bersih.
24

m. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang,
sendi, dan kulit, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada
kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik, kekuatan
otot 5555 5555
5555 5555
Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakit) :
Pasien mengatakan tidak mengetahui soal penyakitnya

3.1.5 Data Penunjang


Hasil laboratorium pada tanggal 18 Desember 2020 ; Hematologi;
Haemoglobin: 13,4 g/dl, (L: 13-14g/dl, P: 12-14 g/dl), Leukosit: 7.600
u/l (5.000-10.000u/l), Hematokrit: 40% (L: 40-48%, P: 37-43%),
Trombosit: 332.000 /ul (150.000-400.000/ul).ureum 68 mg/dl, creatinin
0,9 mg/dl analisa gas darah Ph 7,43 mmhg, PCO² 45 mmhg, PO² 70
mmhg, HCO³ 28 mmol/L, O² saturasi 49%, dan Hasil thorax foto : tidak
tampak kelainan pada Cor dan Pulmo.

3.1.6 Penatalaksanaan
Terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram pukul 12.00 wib melalui intravena
terapi injeksi Ranitidine 2x50mg intravena pukul 08.00 dan 20.00 dan
terapi Inhalasi Combivent 2 x 1 ampul dan Pulmicort 2 x 1 ampul pukul
08.00 dan 20.00

3.1.7 Data Fokus


a. Data Subyektif
Pasien mengatakan sesak sejak 1 minggu yang lalu, pasien
mengatakan batuk berdahak dan dahak sulit untuk keluar, pasien
mengatakan suara sedikit serak, pasien mengatakan ketika batuk dada
terasa nyeri, skala nyeri 5, nyeri seperti tertekan benda berat, nyeri
hilang timbul dan nyeri timbul saat batuk, pasien mengatakan suara
25

sedikit hilang. Pasien mengatakan tidak memahami tentang


penyakitnya

b. Data Obyektif
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, nilai GCS: 15 (E:
4, M: 6, V:5), CRT 2 detik, suara pasien serak, skala nyeri 5, pasien
tampak batuk – batuk, suara nafas ronchi, pasien tampak terlihat
sesak, pasien tampak kesulitan mengeluarkan dahak, pasien memakai
O² nasal kanul 3 liter/menit, Observasi tanda-tanda vital; TD: 120/80
mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC, frekuensi napas: 24
x/menit.Hasil laboratorium pada tanggal 18 Desember 2019
Hematologi; Hemoglobin: 15,8 g/dl, Leukosit: 13.100 u/l,
Hematokrit: 49%, Trombosit: 271.000 /ul, ureum 68 mg/dl, creatinin
0,9 mg/dl analisa gas darah Ph 7,43 mmhg, PCO² 45 mmhg, PO² 70
mmhg, HCO³ 28 mmol/L, O² saturasi 49%, dan Hasil thorax foto :
tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo. Pasien tidak dapat
menjelaskan tentang penyakit dan penyebabnya, pasien tidak dapat
menyebutkan tanda gejala pada penyakitnya dan pasien tidak
mengetahui tentang komplikasi serta cara penanganan tentang
penyakitnya.

3.1.8 Analisa Data


Tabel 3.1 Analisa data pengkajian Tn. G dengan PPOK di ruang
Cemara II Rumah Sakit Bhayangkara Tk I Raden Said Sukanto.
No Data Masalah Etiologi
1. DS : Ketidakefektifan Penumpukan secret
a. Pasien mengatakan sesak sejak 1 bersihan jalan nafas
minggu yang lalu
b. Pasien mengatakan batuk berdahak
c. Pasien mengatakan dahak sulit
dikeluarkan
26

DO:
a. Keadaan umum lemah
b. Kesadaran compos mentis
c. Suara nafas terdengar ronkhi
d. Pasien tampak batuk berdahak
e. Hasil observasi tanda-tanda vital
TD: 120/80 mmHg, frekuensi
nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC,
frekuensi napas: 24 x/menit
Hemoglobin: 15,8 g/dl, Leukosit:
13.100 u/l, Hematokrit: 49%,
Trombosit: 271.000 /ul, ureum 68
mg/dl, creatinin 0,9 mg/dl dan
analisa gas darah, Ph 7,43 mmhg,
PCO² 45 mmhg, PO² 70 mmhg,
HCO³ 28 mmol/L, O² saturasi
49%.

2. DS : Gangguan Kurangnya suplai


a. Pasien mengatakan sesak pertukaran gas oksigen
b. Pasien mengatakan dahak tidak
dapat keluar
c. Pasien mengatakan suara serak
DO :
a. Keadaan umum lemah
b. Kesadaran compos mentis
c. Pasien tampak sesak
d. Pasien tampak kesulitan
mengeluarkan dahak
e. Suara pasien terdengar serak
f. Pasien menggunakan O² Nasal
kanul 3 Liter/menit
g. TD: 120/80 mmHg, frekuensi nadi:
92 x/menit, suhu: 36,5 ºC, frekuensi
napas: 24 x/menit hasil analisa gas
darah : Ph 7,43 mmhg, PCO² 45
mmhg, PO² 70 mmhg, HCO³ 28
mmol/L, O² saturasi 49%.
27

3. DS : Nyeri akut Agen injury


a. Pasien mengatakan ketika batuk
dada terasa nyeri
b. Pasien mengatakan nyeri seperti
tertekan benda berat
c. Pasien mengatakan nyeri hilang
timbul
d. Pasien mengatakan nyeri timbul
ketika batuk
e. Pasien mengatakan skala nyeri 5
DO :
a. Skala nyeri 5
b.Pasien tampak memegangi dadanya
ketika batuk

4. DS: Kurangnya Kurangnya


a. Pasien mengatakan tidak pengetahuan informasi
memahami tentang penyakitnya
DO:
a. Pasien tidak dapat menjelaskan
tentang penyakit dan penyebabnya
b. Pasien tidak dapat menyebutkan
tanda gejala pada penyakitnya
c. Pasien tidak mengetahui tentang
komplikasi serta cara penanganan
tentang penyakitnya.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Setelah data dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat dirumuskan beberapa
diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan tersebut disusun
berdasarkan prioritas sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
Sekret.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
d. Kurang pengetahuan tentang penyakinya berhubungan dengan kurangnya
informasi
28

3.3 Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan Sekret ditandai dengan :

Data Subyektif : Pasien mengatakan sesak sejak 1minggu yang lalu,


pasien mengatakan batuk berdahak dan pasien
mengatakan dahak sulit dikeluarkan.
Data Obyektif : Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis,
pasien tampak batuk berdahak, pasien tampak
kesulita mengeluarkan dahak, suara nafas terdengar
ronkhi, tekanan darah: 120/80 mmHg, frekuensi
nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC, frekuensi napas: 24
x/menit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan masalah ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Keadaan umum baik, pasien mengatakan tidak sesak
lagi, suara nafas vesikuler, pasien batuk sedikit
berkurang dan tanda-tanda vital dalam batas normal
(Td: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 60-100x/menit,
Suhu: 36,5oC- 37,5 o
C, Frekuensi napas 16-
20x/menit), Sekret dapat dikeluarkan.
Rencana Tindakan :
1) Kaji keadaan umum pasien.
2) Ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam.
3) Observasi suara nafas
4) Ajarkan batuk efektif
5) Berikan posisi nyaman semi fowler
6) Berikan terapi sesuai program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram
Intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi Ranitidine 2x50mg
intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB) dan terapi Inhalasi
Combivent 2 x 1ampul dan Pulmicort 2 x 1ampul (pukul 08.00 WIB dan
20.00 WIB).
29

Pelaksanaan Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019
Pukul 07.00 WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil:
keadaan umum pasien lemah, kesadaran compos mentis, nilai GCS 15 (E:
4, M:6, V:5). Pukul 08.00 WIB memberikan terapi injeksi Ranitidine
melalui intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul
hasil: terapi masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul
08.15 mengukur tanda-tanda vital, hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi
nadi: 92 x/menit, suhu: 36,0ºC, Frekuensi napas: 24 x/menit. Pukul 09.00
WIB mengobservasi suara nafas, hasil: suara nafas terdengar ronkhi. Pukul
10.00 WIB memberikan posisi semi fowler, hasil: pasien tampak nyaman.
Pukul 11.00 WIB mengajarkan batuk efektif, hasil: pasien tampak
mengikuti arahan Pukul 12.00 WIB memberikan terapi Ceftriaxone 1gram
secara intravena, hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi.

Hari Selasa, tanggal 19 Desember 2019


Pukul 07.15 WIB mengkaji keadaan umum, hasil: keadaan umum sedang.
Pukul 07.30 WIB mengkaji kesadaran, hasil: kesadaran compos mentis,
nilai GCS 15 (E: 4, M:6, V:5). Pukul 07.45 WIB mengukur TTV, hasil: TD:
120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 90 x/menit, Frekuensi nafas: 22 x/menit,
suhu: 36,7 ºC. Pukul 08.30 WIB memberikan terapi injeksi Ranitidine
melalui intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul
hasil: terapi masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi.Pukul
09.00 WIB mengobservasi suara nafas, hasil: suara nafas terdengar ronkhi.
Pukul 10.00 WIB memberikan posisi semi fowler, hasil: pasien tampak
nyaman. Pukul 11.00 WIB menganjurkan batuk efektif, hasil: pasien tampak
mengikuti anjuran. Pukul 12.00 WIB memberikan therapy Ceftriaxone
1gram secara intravena, hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan tidak ada
alergi. Pukul 13.00 WIB menanyakan keluhan pasien, hasil: pasien
mengatakan batuk berkurang, pasien mengatakan suara sudah mulai normal,
pasien mengatakan nyeri dada berkurang dan pasien mengatakan secret
sudah dapat dikeluarkan dan sesak berkurang.
30

Hari Rabu, tanggal 20 Desember 2019


Pukul 07.20 WIB mengkaji keadaan umum, hasil: keadaan umum baik.
Pukul 07.30 WIB mengkaji kesadaran, hasil: kesadaran compos mentis,
nilai GCS 15 (E: 4, M:6, V:5). Pukul 07.45 WIB mengukur TTV, hasil: TD:
120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit, Frekuensi nafas: 20 x/menit,
suhu: 36,5 ºC. Pukul 08.15 WIB memberikan terapi injeksi Ranitidine
melalui intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul
hasil: terapi masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi .
Pukul 08.45 WIB mengobservasi suara nafas, hasil: suara nafas terdengar
vesikuler. Pukul 09.15 WIB memberikan posisi semi fowler, hasil: pasien
tampak nyaman. Pukul 11.00 WIB menganjurkan batuk efektif, hasil: pasien
tampak mengikuti anjuran. Pukul 12.00 WIB memberikan terapi
Ceftriaxone 1gram secara intravena, hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan
tidak ada alergi.

Evaluasi Keperawatan
Hari Senin, 18 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan batuk berdahak, pasien mengatakan
dahak sulit dikeluarkan, dan pasien mengatakan sesak.
Data Obyektif : Keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, nilai
GCS 15 (E: 4, M:6, V:5), TD: 120/80 mmHg Frekuensi
nadi: 92x/menit Frekuensi nafas: 24 x/menit Suhu: 36,0⁰
C, suara nafas terdengar ronkhi, pasien tampak batuk-
batuk, dan pasien tampak sesak.
Analisa : Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas belum teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam,
observasi suara nafas, anjurkan batuk efektif, berikan
posisi nyaman semi fowler, berikan terapi sesuai
program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram melalui
intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi Ranitidine
31

2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB dan pukul 20.00


WIB ) dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1ampul dan
Pulmicort 2 x 1ampul (pukul 08.00 WIB dan 20.00
WIB).

Hari Selasa, tanggal 19 Desember 2019, pukul 14.00 WIB


Data Subyektif : Pasien mengatakan batuk berkurang, pasien mengatakan
dahak berkurang, dan pasien mengatakan sesak
berkurang.
Data Obyektif : Keadaan umum pasien lemah, kesadaran compos
mentis, nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-
tanda vital: hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 90
x/menit, Frekuensi nafas: 22 x/menit, suhu: 36,7 ºC.
Suara nafas terdengar ronkhi, batuk tampak berkurang,
dan sekret tampak sudah dapat dikeluarkan.
Analisa : Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas belum teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam,
observasi suara nafas, identifikasi batuk efektif, berikan
posisi nyaman semi fowler, berikan terapi sesuai
program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram melalui
intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi ranitidine
2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB)
dan terapi Inhalasi Combivent 2x 1ampul dan Pulmicort
2 x 1ampul (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB).

Hari Rabu, tanggal 20 Desember 2019, pukul 14.00 WIB


Data Subyektif : Pasien mengatakan batuk berkurang, pasien mengatakan
dahak sudah dapat dikeluarkan dan pasien mengatakan
sesak berkurang.
32

Data Obyektif : Keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis,


nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-tanda vital:
hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit,
Frekuensi napas: 20 x/menit, suhu: 36,5 ºC, suara nafas
vesikuler, sekret berkurang dan suara pasien terdengar
tidak serak.
Analisa : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi.
Perencanaan : Intervensi di hentikan pasien telah di pulangkan.
Anjurkan pasien banyak beristirahat, anjurkan pasien
banyak minum air hangat anjurkan pasien meningkatkan
toleransi paru dengan olahraga dan latihan pernapasan
serta memperbaiki nutrisi.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai


oksigen ditandai dengan:
Data Subyektif : Pasien mengatakan sesak, pasien mengatakan dahak
tidak dapat keluar dan pasien mengatakan suara serak
Data Obyektif : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis,
pasien tampak sesak, pasien tampak kesulitan
mengeluarkan dahak, Pasien menggunakan O² Nasal
kanul 3 Liter, analisa gas darah Ph 7,43 mmhg, PCO² 45
mmhg, PO² 70 mmhg, HCO³ 28 mmol/L, O² saturasi
49% TD: 120/80 mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit,
suhu: 36,5 ºC, frekuensi nafas: 24 x/menit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam, diharapkan masalah gangguan pertukaran gas dapat
teratasi
Kriteria Hasil : Keadaan umum baik, pasien mengatakan tidak sesak
lagi, sekret dapat dikeluarkan, O2 nasal kanul tidak
terpasang lagi dan dan tanda-tanda vital dalam batas
normal (Td: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 60-100
33

x/menit, Suhu: 36,5oC - 37,5 oC, Frekuensi napas 16-20


x/menit).
Rencana Tindakan :
1) Kaji keadaan umum pasien.
2) Ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam.
3) Pertahankan kepatenan jalan nafas
4) Monitor jalan nafas
5) Berikan terapi O2 nasal kanul 3 Liter/menit
6) Berikan terapi sesuai program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram
melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi Ranitidine 2x50mg
melalui intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB) dan terapi Inhalasi
Combivent 2 x 1ampul dan Pulmicort 2 x 1ampul (pukul 08.00 WIB dan
20.00 WIB).

Pelaksanaan Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019
Pukul 07.00 WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil:
keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, nilai GCS 15 (E: 4, M:6,
V:5). Pukul 08.00 WIB memberikan terapi injeksi Ranitidine melalui
intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: terapi
masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul 08.15
mengukur tanda-tanda vital, hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 92
x/menit, suhu: 36,0ºC, Frekuensi napas: 24 x/menit.Pukul 09.05 WIB
mengobservasi jalan nafas pasien, hasil: jalan nafas dangkal dan cepat.
Pukul 11.00 WIB mengajarkan batuk efektif, hasil: pasien tampak
mengikuti arahan. Pukul 12.00 WIB memberikan terapi Ceftriaxone 1gram
secara intravena, hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi. Pukul
13.00 WIB memberikan O² nasal kanul sebanyak 3 liter/menit, hasil: O²
nasal kanul sudah terpasang.
34

Hari Selasa, tanggal 19 Desember 2019


Pukul 07.15 WIB mengkaji keadaan umum, hasil: keadaan umum sedang.
Pukul 07.30 WIB mengkaji kesadaran, hasil: kesadaran compos mentis,
nilai GCS 15 (E: 4, M:6, V:5). Pukul 07.45 WIB mengukur TTV, hasil: TD:
120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 90 x/menit, Frekuensi nafas: 22 x/menit,
suhu: 36,7 ºC. Pukul 08.30 WIB memberikan terapi injeksi Ranitidine
melalui intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul
hasil: terapi masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul
09.05 WIB mengobservasi jalan nafas pasien, hasil: jalan nafas dangkal dan
cepat. Pukul 11.00 WIB menganjurkan batuk efektif, hasil: pasien tampak
mengikuti anjuran. Pukul 12.00 WIB memberikan terapi Ceftriaxone 1gram
secara intravena, hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi. Pukul
13.00 WIB menanyakan keluhan pasien, hasil: pasien mengatakan batuk
berkurang, pasien mengatakan suara sudah mulai normal, pasien
mengatakan dahak sulit keluar, pasien mengatakan nyeri dada berkurang
dan sesak berkurang.

Hari Rabu, tanggal 20 Desember 2019


Pukul 07.20 WIB mengkaji keadaan umum, hasil: keadaan umum baik.
Pukul 07.30 WIB mengkaji kesadaran, hasil: kesadaran compos mentis,
nilai GCS 15 (E: 4, M:6, V:5). Pukul 07.45 WIB mengukur TTV, hasil: TD:
120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit, Frekuensi nafas: 20 x/menit,
suhu: 36,5 ºC. Pukul 08.15 WIB memberikan injeksi Ranitidine melalui
intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil:
therapy masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul
09.00 WIB mengobservasi jalan nafas pasien, hasil: jalan nafas dangkal dan
teratur. Pukul 09.30 WIB menganjurkan pasien untuk batuk efektif, hasil:
pasien tampak melakukan anjuran perawat. Pukul 12.00 WIB memberikan
therapy Ceftriaxone 1gram secara intravena, hasil: obat masuk sesuai 6
benar dan tidak ada alergi.
35

Evaluasi Keperawatan
Hari Senin, 18 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan dahak sulit untuk keluar, pasien
mengatakan sesak dan pasien mengatakan suara serak
Data Obyektif : Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, nilai
GCS 15 (E: 4, M:6, V:5), TD: 120/80mmHg Frekuensi
nadi: 92x/menit Frekuensi nafas: 24 x/menit Suhu: 36,0⁰
C, pasien tampak kesulitan mengeluarkan dahak, pasien
tampak sesak dan suara pasien terdengar serak, terpasang
O2 Nasal Kanul 3 liter/menit.
Analisa : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas belum
teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum pasien, ukur tanda-tanda vital setiap
8 jam, observasi jalan nafas, pertahankan kepatenan
jalan nafas, berikan terapi O2 nasal kanul, Berikan terapi
sesuai program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram
melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi
Ranitidine 2x50mg melalui intravena (pukul 08.00 WIB
dan 20.00 WIB) dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1amp
dan Pulmicort 2 x 1amp (pukul 08.00 WIB dan 20.00
WIB).

Hari Selasa, tanggal 19 Desember 2019, pukul 14.00 WIB


Data Subyektif : Pasien mengatakan dahak dapat dikeluarkan sedikit –
sedikit, pasien mengatakan sesak berkurang dan pasien
mengatakan suara sudah mulai normal.
Data Obyektif : Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis,
nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-tanda vital:
hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 90 x/menit,
Frekuensi nafas: 22 x/menit, suhu: 36,7 ºC, pasien
tampak dapat mengeluarkan dahak, suara pasien sudah
36

terdengar normal, O2 Nasal Kanul terpasang 3


liter/menit
Analisa : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas belum
teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum pasien, ukur tanda-tanda vital setiap
8 jam, observasi jalan nafas, pertahankan kepatenan
jalan nafas, berikan terapi O2 nasal kanul, Berikan terapi
sesuai program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram
melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi
Ranitidine 2x50mg melalui intravena (pukul 08.00 WIB
dan 20.00WIB) dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1amp
dan Pulmicort 2 x 1amp (pukul 08.00 WIB dan 20.00
WIB).

Hari Rabu, tanggal 20 Desember 2019, pukul 14.00 WIB


Data Subyektif : Pasien mengatakan dahak mulai berkurang, paien
mengatakan sesak berkurang dan pasien mengatakan
suara sudah kembali normal
Data Obyektif : Keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis,
nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-tanda vital:
hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit,
Frekuensi napas: 20 x/menit, suhu: 36,5 ºC, pasien
tampak tidak sesak, pasien tampak tidak terpasang O2
nasal kanul, pasien tampak sudah dapat mengeluarkan
dahak dan suara pasien sudah terdengar normal
Analisa : Masalah gangguan pertukaran gas teratasi.
Perencanaan : Intervensi di hentikan pasien telah di pulangkan.
Anjurkan pasien banyak beristirahat, anjurkan pasien
banyak minum air hangat anjurkan pasien meningkatkan
toleransi paru dengan olahraga dan latihan pernapasan
serta memperbaiki nutrisi.
37

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri


Data Subyektif :Pasien mengatakan ketika batuk dada terasa sakit
Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat
Pasien mengatakan nyeri hilang timbul Pasien
mengatakan nyeri timbul ketika batuk Pasien
mengatakan skala nyeri 5,
Data Obyektif :Pasien tampak memegangi dadanya ketika batuk. Skala
nyeri 5,
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam, diharapkan masalah nyeri akut dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang skala nyeri 0 pasien tampak rilexs dan
tanda-tanda vital dalam batas normal (Td: 120/80
mmHg, Frekuensi nadi: 60-100 x/menit, Suhu: 36,5⁰C
- 37,5⁰C, Frekuensi napas 16-20 x/menit).
Rencana Tindakan :
1) Kaji keadaan umum pasien.
2) Ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam.
3) Kaji karakteristik nyeri
4) Ajarkan tehknik relaksasi nafas dalam
5) Ajarkan tehnik distraksi
6) Berikan terapi sesuai program: terapi injeksi ceftriaxone 1x1gr
intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi Ranitidine 2x50mg
intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB) dan terapi Inhalasi
Combivent 2 x 1amp dan Pulmicort 2 x 1amp (pukul 08.00 WIB
dan 20.00 WIB).

Pelaksanaan Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019
Pukul 07.00 WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil:
keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, nilai GCS 15 (E: 4, M:6,
V:5). Pukul 08.00 WIB memberikan terapi injeksi Ranitidine melalui
intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: terapi
38

masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul 08.15
mengukur tanda-tanda vital, hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 92
x/menit, suhu: 36,0ºC, Frekuensi napas: 24 x/menit. Pukul 11.10 WIB
mengkaji skala nyeri, hasil: skala nyeri 5. Pukul 11.15 WIB mengajarkan
tehnik relaksasi nafas dalam, hasil: pasien tampak rileks. Pukul 12.00 WIB
memberikan terapi Ceftriaxone 1gram secara intravena, hasil: terapi obat
masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi.

Hari Selasa, tanggal 19 Desember 2019


Pukul 07.15 WIB mengkaji keadaan umum, hasil: keadaan umum sedang.
Pukul 07.30 WIB mengkaji kesadaran, hasil: kesadaran compos mentis, nilai
GCS 15 (E: 4, M:6, V:5). Pukul 07.45 WIB mengukur TTV, hasil: TD: 120/80
mmHg, Frekuensi nadi: 90 x/menit, Frekuensi nafas: 22 x/menit, suhu: 36,7
ºC. Pukul 08.30 WIB memberikan terapi injeksi ranitidine melalui intravena
50mg dan inhalasi pulmicord dan combiven 1 ampul hasil: terapi masuk
sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul 11.20 WIB
mengkaji skala nyeri, hasil: skala nyeri 3. Pukul 11.30 WIB menganjurkan
tehnik relaksasi nafas dalam, hasil: pasien tampak rileks. Pukul 12.00 WIB
memberikan terapi ceftriaxone 1gram secara intravena, hasil: terapi obat
masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi. Pukul 13.00 WIB menanyakan
keluhan pasien, hasil: pasien mengatakan batuk berkurang, pasien
mengatakan batuk berkurang, pasien mengatakan suara sudah normal, pasien
mengatakan dahak sulit keluar, pasien mengatakan nyeri dada berkurang.

Hari Rabu, tanggal 20 Desember 2019


Pukul 07.20 WIB mengkaji keadaan umum, hasil: keadaan umum baik. Pukul
07.30 WIB mengkaji kesadaran, hasil: kesadaran compos mentis, nilai GCS
15 (E: 4, M:6, V:5). Pukul 07.45 WIB mengukur TTV, hasil: TD: 120/80
mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit, Frekuensi nafas: 20 x/menit, suhu: 36,5
ºC. Pukul 08.15 WIB memberikan terapi injeksi Ranitidine melalui intravena
50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: terapi masuk
sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul 10.00 WIB
39

mengkaji skala nyeri, hasil: skala nyeri 0 Pukul 10.30 WIB menganjurkan
tehnik relaksasi nafas dalam, hasil: pasien tampak rileks. Pukul 12.00 WIB
memberikan terapi Ceftriaxone 1gram secara intravena, hasil: terapi obat
masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi.

Evaluasi Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan ketika batuk dada terasa sakit,
pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat,
pasien mengatakan nyeri hilang timbul, pasien meng-
atakan nyeri timbul ketika batuk, pasien mengatakan
skala nyeri.5
Data Obyektif : Skala nyeri 5, Keadaan umum sakit lemah, kesadaran
compos mentis, nilai GCS 15 (E: 4, M:6, V:5), TD:
120/80mmHg Frekuensi nadi:92 x/menit Frekuensi
nafas: 24 x/menit Suhu: 36,0⁰C
Analisa : Masalah keperawatan nyeri belum teratasi
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8
jam, kaji karakteristik nyeri, ajarkan tehnik relaksasi
nafas dalam, ajarkan tehknik distraksi, Berikan terapi
sesuai program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram
melalui intravena (pukul 12.00WIB), terapi injeksi
Ranitidine 2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB dan
20.00 WIB) dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1ampul
dan Pulmicort 2 x 1ampul (pukul 08.00 WIB dan 20.00
WIB).

Hari Selasa, Tanggal 19 Desember 2019, pukul 14.00 WIB


Data Subyektif : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang, skala nyeri 3.
Data Obyektif : Skala nyeri 3, Keadaan umum lemah, kesadaran
compos mentis, nilai GCS 15 (E: 4, M:6, V:5), TD:
40

120/80mmHg N: 92x/menit RR: 22x/menit Sh: 36,0⁰ C.


Analisa : Masalah keperawatan nyeri teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8
jam, kaji karakteristik nyeri, ajarkan relaksasi nafas
dalam, ajarkan tehknik distraksi, Berikan terapi sesuai
program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram melalui
intravena (pukul 12.00WIB), terapi injeksi Ranitidine
2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB)
dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1ampul dan
Pulmicort 2 x 1ampul (pukul 08.00 WIB dan 20.00
WIB).

Hari Rabu, tanggal 20 Desember 2019, pukul 14.00 WIB


Data Subyektif : Pasien mengatakan tidak nyeri lagi, pasien
mengatakan skala nyeri 0.
Data Obyektif : Skala nyeri 0, keadaan umum pasien baik, kesadaran
compos mentis, nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil
tanda-tanda vital: hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi
nadi: 96 x/menit, Frekuensi napas: 20 x/menit, suhu:
36,5 ºC.
Analisa : Masalah keperawatan nyeri teratasi.
Perencanaan : Intervensi di hentikan pasien telah di pulangkan.
Anjurkan pasien banyak beristirahat, anjurkan pasien
banyak minum air hangat anjurkan pasien meningkatkan
toleransi paru dengan olahraga dan latihan pernapasan
serta memperbaiki nutrisi.

d. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan


kurangnya informasi
Data Subyektif : Pasien mengatakan tidak memahami tentang
penyakitnya
41

Data Obyektif : Pasien tidak dapat menjelaskan tentang penyakit dan


penyebabnya, pasien tidak dapat menyebutkan tanda
gejala pada penyakitnya, pasien tidak mengetahui
tentang komplikasi serta cara penanganan tentang
penyakitnya.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
30 menit, diharapkan masalah kurang pengetahuan
tentang penyakitnya dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Pasien dapat menegtahui dan menjelaskan tentang
penyakit dan penyebabnya, pasien dapat menyebutkan
tanda gejala tentang penyakitnyaserta pasien dapat
mengetahui tentang komplikasi dan cara penanganan
penyakitnya.
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat pendidkan pasien.
2) Kaji tingkat pengetahuan pasien.
3) Berikan pendidikan kesehatan tentang PPOK.
4) Kaji respons pasien ketika pemberian pendidikan kesehatan.
5) Evaluasi hasil pendidikan kesehatan.

Pelaksanaan Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019
Pukul 07.00 WIB mengkaji tingkat pendidikan pasien, hasil: tingkat
pendidikan pasien SMA, Pukul 07.10 WIB mengkaji tingkat pengetahuan
pasien tentang penyakitnya, hasil: pasien mengatakan tidak paham tentang
penyakitnya. Pukul 13.30 WIB memberikan pendidikan kesehatan tentang
PPOK, hasil: pasien dapat menjelaskan tentang pengertian dan penyebab
PPOK, pasien dapat menyebutkan tanda gejala dari PPOK, pasien dapat
mengetahui komplikasi serta penanganan pada PPOK.
42

Evaluasi Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Subyektif : Pasien mengatakan sudah paham tentang
penyakitnya
Data Obyektif : Pasien dapat menjelaskan tentang pengertian PPOK dan
penyebabnya, pasien dapat menyebutkan tanda gejala
pada PPOK, dan pasien dapat menjelaskan tentang
komplikasi dan cara penanganan PPOK
Analisa : Masalah keperawatan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya teratasi.
Perencanaan : Intervensi di hentikan.
.
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang ada antara teori dan
kasus dalam Asuhan Keperawatan pada Pasien Tn. G dengan PPOK di ruang
Cemara II. Pembahasan dimulai dari pengkajian keperawatan sampai dengan
evaluasi keperawatan, asuhan keperawatan sesuai dengan proses keperawatan yang
diberikan kepada Tn. G yang dikaitkan dengan asuhan keperawatan secara teoritis.
Adapun lingkup pembahasan mencakup tahap-tahap dalam proses keperawatan.

4.1 Pengkajian Keperawatan


Pada tahap ini penulis memperoleh data dengan wawancara langsung dengan
pasien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik serta diskusi dengan
perawat ruangan. Selama melakukan pengkajian, penulis tidak menemukan
hambatan karena adanya kerjasama antara pasien dengan penulis dimana
pasien kooperatif dalam menyampaikan keluhan dan data yang dibutuhkan
penulis.

Pada teori faktor risiko PPOK di seluruh dunia yang paling banyak ditemui
adalah merokok tembakau. Selain jenis tembakau, (misalnya pipa, cerutu, dan
ganja) juga merupakan faktor risiko PPOK. Sedangkan pada kasus Tn. G dari
hasil pengkajian terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu penyebab
yang menjadi faktor risiko PPOK adalah karena faktor usia dan faktor udara
karena pasien tidak merokok.

Dalam teori, manifestasi klinis tambahan pada penyakit PPOK adalah


kelelahan, kehilangan berat badan, dan anoreksia merupakan gejala yang
umum terjadi pada pasien PPOK. Sedangkan pada kasus Tn. G tidak ditemukan
tanda dan gejala tambahan seperti yang ada pada teori karena pasien tidak
kehilangan berat badan dan nafsu makan baik.

43
44

Pemeriksaan diagnostik pada teori yang dilakukan yaitu tes darah, untuk
memastikan apakah pasien menderita penyakit lain, seperti anemia dan
polisitemia, yang memiliki gejala serupa dengan PPOK, analisis gas darah
arteri tes ini untuk melihat kandungan oksigen dan karbondioksida dalam
darah, foto Rontgen dada dilakukan untuk mendeteksi ganguan pada paru-
paru, CT scan, yang dapat menunjukkan gambaran paru-paru secara lebih
detail, pengambilan sampel dahak. Sedangkan pada kasus tidak ada
pemeriksaan dahak.

Penatalaksanaan medis pada teori adalah pada terapi farmakologis


bronkodilator dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi , anti inflamasi
pilihan utama bentuk metal prednisolon atau prednisone untuk penggunaan
jangka panjang pada PPOK, mukolitik tidak di berikan secara rutin hanya
digunakan sebagai pengobatan simtomatik bila tedapat dahak yang lengket dan
kental contohnya ialah glycerylguaiacolate, acetylcysteine, antitusif diberikan
hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu penggunaan secara rutin
merupakan kontra indikasi contohnya seperti dekstrometorfan dan antibiotik
tidak di anjurkan penggunaan jangka panjang untuk pencegahan eksaserbasi.
Pilihan antibiotic pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola kuman setempat
contoh antibiotik yang sering digunakan ialah penicillin. Pada kasus terapi yang
diberikan yaitu terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram pukul 12.00 wib melalui
intravena terapi injeksi Ranitidine 2x50mg intravena pukul 08.00 dan 20.00 dan
terapi Inhalasi Combivent 2 x 1 ampul dan Pulmicort 2 x 1 ampul pukul 08.00
dan 20.00 sesuai dengan teori.

Adapun faktor pendukung saat pengkajian adalah pasien dan keluarga mau
bekerja sama dan kooperatif saat penulis melakukan pengumpulan data. Dan
perawat ruangan memberikan informasi yang membantu penulis saat
pengkajian, sehingga tidak ada faktor penghambat yang ditemukan penulis saat
pengkajian terhadap klien Tn.G.
45

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan menurut teori pada klien dengan PPOK terdapat empat
diagnosa keperawatan, yang muncul pada kasus Tn,G dengan PPOK terdapat
empat diagnosa keperawatan. Dimana dua diagnosa sama dengan teori dan dua
diagnosa berbeda dengan teori.

Diagnosa yang muncul pada kasus dan sesuai dengan teori yaitu:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan


Sekret. Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian terdapat data yang
mendukung yaitu pasien mengatakan sesak sejak 1 minggu yang lalu, pasien
mengatakan batuk berdahak. Keadaan umum lemah, kesadaran compos
mentis, pasien tampak sesak, pasien tampak kesulitan, mengeluarkan dahak,
suara nafas terdengar ronkhi pasien menggunakan O² Nasal kanul 3 Liter
tekanan darah: 120/80 mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC,
frekuensi napas: 24 x/menit.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen.
Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian terdapat data yang
mendukung yaitu pasien mengatakan sesak, pasien mengatakan dahak tidak
dapat keluar dan suara serak. Keadaan umum lemah, kesadaran compos
mentis, pasien tampak sesak, pasien tampak kesulitan mengeluarkan dahak,
Pasien menggunakan O² Nasal kanul 3 Liter, analisa gas darah : Ph 7,43
mmhg, PCO² 45 mmhg, Po² 70 mmhg, Hco³ 28 mmol/L, O² saturasi 49%
TD: 120/80 mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC, frekuensi
nafas: 24 x/menit.

Diagnosa yang muncul pada kasus tetapi tidak ada pada teori yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri. Diagnosa ini muncul karena ada
data yang mendukung yaitu pasien mengatakan ketika batuk dada terasa
nyeri,,pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat,pasien
46

mengatakan nyeri hilang timbul,pasien mengatakan nyeri timbul ketika


batuk dan pasien mengatakan skala nyeri 5.
b. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi. Diagnosa ini muncul karena ada data yang mendukung yaitu
pasien mengatakan tidak memahami tentang penyakitnya.

Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak ada didalam kasus yaitu:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas dan volume
sekuncup jantung Diagnosa ini tidak muncul karena pasien tidak di EKG
dan tanda tanda vital pasien dalam keadan normal kecuali pernafasan tanda-
tanda vital; TD: 120/80 mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC,
frekuensi napas: 24 x/menit.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (hipoksia) kelemahan. Diagnosa ini tidak muncul karena pasien
dapat melakukan aktivitasnya tanpa bantuan

Faktor pendukung dalam merumuskan diagnosa keperawatan adalah penulis


mendapatkan data-data yang lengkap secara subjektif maupun objektif dari
klien, perawat ruangan, catatan medis, dan catatan keperawatan. Sehingga
penulis tidak menemukan faktor penghambat karena data-data yang didapat
cukup untuk menegakkan diagnosa yang muncul pada klien.

4.3 Perencanaan Keperawatan


Setelah menegakkan diagnosa maka perlu penulis menyusun rencana
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi
masalah-masalah pada pasien. Dalam menyusun rencana keperawatan perawat
perlu menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan dan hasil yang
diharapkan serta menentukan rencana tindakan. Dalam menentukan prioritas
masalah keperawatan penulis menggunakan teori Maslow. Maka prioritas
masalah keperawatan terdiri dari:

Prioritas pertama sesuai dengan teori yaitu, ketidakefektifan bersihan jalan


nafas berhubungan dengan penumpukan Sekret. Diagnosa ini menjadi prioritas
47

pertama karena pasien mengatakan sesak sejak 1 minggu yang lalu, dan pasien
mengatakan batuk berdahak. Keadaan umum sakit lemah, kesadaran compos
mentis, pasien tampak sesak, pasien tampak kesulitan mengeluarkan dahak,
tekanan darah: 120/80 mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC,
frekuensi napas: 24 x/menit. Masalah ini menganggu kebutuhan oksigenasi
pasien dan menjadi masalah keperawatan yang serius karena adanya kesulitan
dalam bernafas yang menyebabkan kebutuhan oksigenasi pasien kurang
terpenuhi. Pada kasus ini rencana tindakan keperawatan yang dibuat sesuai
dengan teori yaitu mengkaji keadaan umum pasien rasional: untuk mengetahui
tingkat kesadaran pasien, mengukur tanda-tanda vital setiap 8 jam rasional:
untuk mengetahui keadaan umum pasien dan tanda- tanda vital pasien,
observasi suara nafas rasional: untuk mengetahui adanya suara nafas tambahan,
ajarkan batuk efektif rasional: agar dapat mengeluarkan sekret karena
pengeluaran akan sulit jika sekret kental, berikan posisi nyaman semi fowler
rasional: posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru, berikan terapi sesuai
program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gr melalui intravena (pukul 12.00
WIB), terapi injeksi Ranitidine 2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00
WIB) dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1ampul dan Pulmicort 2 x 1ampul
(pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB) rasional: untuk membantu proses
penyembuhan.

Diagnosa kedua yang diangkat pada kasus ini yaitu, Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen. Penulis menjadikan diagnosa
ini sebagai diagnosa kedua karena sama seperti diagnosa pertama diagnosa ini
menyangkut kebutuhan oksigenasi pasien. Pada kasus ini ditemukan data
bahwa pasien mengatakan sesak, dan suara serak. Keadaan umum lemah,
kesadaran compos mentis, pasien tampak sesak, suara terdengar serak, pasien
menggunakan O² Nasal kanul 3 Liter, analisa gas darah : Ph 7,43 mmhg, Pco²
45 mmhg, Po² 70 mmhg, Hco³ 28 mmol/L, O² saturasi 49% TD: 120/80
mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC, frekuensi nafas: 24 x/menit.
Rencana tindakan keperawatan yang dibuat sesuai dengan teori yaitu mengkaji
keadaan umum pasien rasional: untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien,
48

mengukur tanda-tanda vital setiap 8 jam rasional: untuk mengetahui keadaan


umum pasien dan tanda-tanda vital pasien,berikan O2 rasional: agar kebutuhan
oksigenasi pasien terpenuhi, monitor saturasi oksigen rasional: penurunan
bunyi napas dapat menunjukkan atelectasis, pertahankan kepatenan jalan nafas
rasional: untuk mempertahankan kepatenan esofhagus, berikan terapi sesuai
program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gr melalui intravena (pukul 12.00
WIB), terapi injeksi Ranitidine 2x50mg melalui intravena (pukul 08.00 WIB
dan 20.00 WIB) dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1ampul dan Pulmicort 2 x
1ampul (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB) rasional: untuk membantu proses
penyembuhan.

Diagnosa ketiga yang penulis ambil dari kasus yaitu, Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri penulis menjadikan diagnosa ini sebagai diagnosa ketiga
karena sesuai dengan teori Maslow terdapat dalam kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan rasa nyaman (bebas dari nyeri). Diagnosa ini menjadi diagnosa
ketiga karena pasien mengeluh ketika batuk dada terasa nyeri, pasien
mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat, pasien mengatakan nyeri hilang
timbul, pasien mengatakan nyeri timbul ketika batuk dan pasien mengatakan
skala nyeri 5. dan rencana tindakan keperawatan yang di lakukan yaitu kaji
keadaan umum rasional: untuk mengatuhui tingkat kesadaran pasien, ukur
tanda-tanda vital setiap 8 jam rasional: untuk mengetahui keadaan umum
pasien dan tanda-tanda vital pasien, kaji karakteristik nyeri rasional: untuk
mengetahui tingkat nyeri pasien, ajarkan relaksasi nafas dalam rasional: untuk
mengurangi rasa nyeri pasien, ajarkan tehknik distraksi rasional: untuk
membuat pasien lupa akan rasa nyeri nya, berikan terapi sesuai program: terapi
injeksi Ceftriaxone 1x1gr melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi
Ranitidine 2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB) dan terapi
Inhalasi Combivent 2 x 1ampul dan Pulmicort 2 x 1ampul (pukul 08.00 WIB
dan 20.00 WIB) rasional: untuk membantu proses penyembuhan.

Diagnosa ke empat yang penulis ambil dari kasus yaitu, Kurang pengetahuan
tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. Penulis
49

mengambil diagnosa ini sebagai diagnosa ke empat karena terdapat data yang
mendukung yaitu pasien mengatakan tidak memahami tentang penyakitnya.
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu kaji tingkat pendidkan
pasien rasional: untuk mengetahui tingkat pendidikan pasien, kaji tingkat
pengetahuan pasien rasional: untuk mengetahui sejauh mana pemahaman paien
tentang penyakitnya, berikan pendidikan kesehatan tentang PPOK rasional:
untuk menambah wawasan pasien tentang penyakitnya, kaji respons pasien
ketika pemberian pendidikan kesehatan rasional: untuk mengetahui
kepemahaman pasien tentang penjelasan pendidikan kesehatan yang telah di
berikan, dan evaluasi hasil pendidikan kesehatan rasional: untuk mengetahui
sejauh mana pasien sudah memahami tentang penyakitnya.

Faktor pendukung dalam menyusun perencanaan keperawatan bagi penulis


yaitu adanya buku-buku dan jurnal-jurnal terkait rencana tindakan keperawatan
pada pasien dengan PPOK dan juga adanya kerjasama dengan perawat ruangan
untuk membuat perencanaan yang tepat. Faktor penghambat penulis
mengalami sedikit kesulitan dalam menentukan perencanaan yang tepat dan
yang pasti untuk mencapai kesembuhan pasien. Pemecahan masalah untuk
menentukan perencanaan yang tepat yaitu bekerjasama dengan perawat
ruangan untuk menentukan perencanaan yang telah dibuat.

4.4 Pelaksanaan Keperawatan


Pada tahap pelaksanaan, penulis melakukan semua tindakan keperawatan
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Semua tindakan yang dilakukan
di dokumentasikan dalam catatan keperawatan. Tindakan keperawatan yang
tidak dapat dilaksanakan oleh penulis didelegasikan kepada perawat ruangan.

Dalam hal ini dokumentasi sangat penting dilakukan oleh perawat karena
sebagai bukti tertulis yang akurat dan memiliki kekuatan hukum yang legal
apabila terjadi kesalahpahaman dalam proses pelaksanaan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat, selain itu dokumentasi juga bukti pertanggung
jawaban perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Dalam
50

keterbatasan waktu karena penulis tidak berada di ruangan selama 24 jam maka
tindakan keperawatan diwaktu malam hari dilakukan oleh perawat diruangan.

Pada diagnosa pertama Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan


dengan penumpukan sekret. Semua tindakan dapat dilaksanakan, baik secara
independen maupun interdependen. Pelaksanaan independen yang
dilaksanakan pada diagnosa ini adalah mengkaji keadaan umum pasien,
mengukur tanda-tanda vital setiap 8 jam, observasi suara nafas, ajarkan batuk
efektif, berikan posisi nyaman semi fowler. Sedangkan secara interdependen
tindakan yang dilakukan yaitu memberikan terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gr
melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi Ranitidine 2x50mg
intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB) dan terapi Inhalasi Combivent 2
x 1amp dan Pulmicort 2 x 1amp (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB).

Faktor pendukung dari diagnosa pertama ini yaitu, pasien sangat kooperatif
saat pelaksanaan keperawatan. Tidak ada faktor penghambat pada diagnosa ini.

Pada diagnosa kedua Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


kurangnya suplai oksigen. Semua tindakan dapat dilaksanakan, baik secara
independen maupun interdependen. Pelaksanaan independen yang
dilaksanakan pada diagnosa ini adalah mengkaji keadaan umum pasien,
mengukur tanda-tanda vital setiap 8 jam, memberikan o2, monitor saturasi
oksigen, dan pertahankan kepatenan jalan nafas. Sedangkan secara
interdependen tindakan yang dilakukan yaitu memberikan terapi injeksi
Ceftriaxone 1x1gr melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi
Ranitidine 2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB) dan terapi
Inhalasi Combivent 2 x 1ampul dan Pulmicort 2 x 1ampul (pukul 08.00 WIB
dan 20.00 WIB).

Faktor pendukung dari diagnosa kedua ini yaitu, pasien sangat kooperatif saat
pelaksanaan keperawatan. Tidak ada faktor penghambat pada diagnosa ini.
51

Pada diagnosa ketiga Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri. Semua
tindakan dapat dilaksanakan yaitu secara independen dan interdependen.
Pelaksanaan independen yang dilaksanakan pada diagnosa ini adalah kaji
keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam, kaji karakteristik nyeri,
ajarkan relaksasi nafas dalam, ajarkan tehknik distraksiSedangkan secara
interdependen tindakan yang dilakukan yaitu memberikan terapi injeksi
Ceftriaxone 1x1gr melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi
Ranitidine 2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB) dan terapi
Inhalasi Combivent 2 x 1ampul dan Pulmicort 2 x 1ampul (pukul 08.00 WIB
dan 20.00 WIB).

Faktor pendukung dari diagnosa ini sehingga pelaksanaan dapat tercapai


dengan baik karena pasien sangat kooperatif dan mau melakukan anjuran dari
perawat seperti melakukan tehnik relaksasi nafas dalam dan tehnik distraksi.
Tidak ada fakor penghambat dalam melakukan tindakan keperawatan kepada
pasien.

Pada diagnosa keempat Kurang pengetahuan tentang penyakitnya


berhubungan dengan kurangnya informasi. Semua tindakan dapat dilaksanakan
secara independen adapun tindakan yang dilakukan secara independen yaitu
mengkaji tingkat pendidkan pasien, mengkaji tingkat pengetahuan pasien,
memberikan pendidikan kesehatan tentang PPOK, mengkaji respons pasien
ketika pemberian pendidikan kesehatan dan mengevaluasi hasil pendidikan
kesehatan.

Faktor pendukung dari diagnosa ini sehingga pelaksanaan dapat tercapai


dengan baik karena pasien sangat kooperatif mendengarkan pendidikan
kesehatan yang telah dijelaskan. Tidak ada fakor penghambat dalam
melakukan tindakan keperawatan kepada pasien.
52

4.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir dalam penulisan proses keperawatan, pada
tahap evaluasi ini penulis menilai sejauh mana masalah keperawatan teratasi
dan tujuan tercapai.Dari keempat diagnosa yang muncul, semua masalah
keperawatan teratasi tujuan sudah tercapai dan intervensi dilanjutkan dengan
memberikan edukasi untuk perawatan dirumah.

Pada diagnosa pertama, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan


dengan penumpukan Sekret pasien mengatakan batuk berkurang dan sekret
dapat dikeluarkan, keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis, nilai
GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-tanda vital: hasil: TD: 120/80 mmHg,
Frekuensi nadi: 96 x/menit, Frekuensi napas: 20 x/menit, suhu: 36,5 ºC, suara
nafas vesikuler. Pada diagnosa ini tujuan sudah tercapai masalah keperawatan
teratasi. Sehingga tindakan keperawatan dilanjutkan dirumah dengan
memberikan edukasi untuk perawatan dirumah.

Pada diagnosa kedua, Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


kurangnya suplai oksigen, pada diagnosa ini setelah dievaluasi pasien
mengatakan sesak berkurang, dan suara tidak serak lagi, keadaan umum pasien
baik, kesadaran compos mentis, nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-
tanda vital: hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit, Frekuensi
napas: 20 x/menit, suhu: 36,5 ºC, pasien tampak tidak sesak, pasien tampak
tidak terpasang O2 nasal kanul. Pada diagnosa ini tujuan sudah tercapai
masalah keperawatan teratasi. Sehingga tindakan keperawatan dilanjutkan
dirumah dengan memberikan edukasi untuk perawatan dirumah.

Pada diagnosa ketiga, nyeri akut berhubungan dengan agen injuri pada
diagnosa ini setelah di evaluasi pasien mengatakan Pasien mengatakan tidak
nyeri lagi skala nyeri 0, keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis,
nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-tanda vital: hasil: TD: 120/80
mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit, Frekuensi napas: 20 x/menit, suhu: 36,5
ºC. Pada diagnosa ini tujuan sudah tercapai masalah keperawatan teratasi.
53

Sehingga tindakan keperawatan dilanjutkan dirumah dengan memberikan


edukasi untuk perawatan dirumah.

Pada diagnosa keempat, kurangnya pengetahuan tentang penyakit


berhubungan dengan kurangnya informasi pada diagnosa ini setelah di evaluasi
pasien dapat menjelaskan tentang pengertian PPOK dan penyebabnya, pasien
dapat menyebutkan tanda gejala pada PPOK, dan pasien dapat menjelaskan
tentang komplikasi dan cara penanganan PPOK. Pada diagnosa ini tujuan
sudah tercapai dan masalah keperawatan telah teratasi.

Faktor pendukung yang penulis temukan saat melakukan evaluasi keperawatan


yaitu bantuan dari perawat ruangan senior dan rekan mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien, serta adanya informasi dari tim
medis lainnya, serta adanya kriteria hasil yang sudah penulis buat sebelumnya
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apakah tujuan sudah
tercapai atau belum serta menjadi acuan dalam pelaksanaan tindakan dan
evaluasi.
BAB 5
PENUTUP

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. G dengan PPOK yang
dirawat di ruang Cemara II Rumah Sakit Bhayangkara Tk. 1 Raden Said Sukanto
Jakarta, mulai dari pendahuluan sampai dengan pembahasan maka pada bab ini
penulis dapat menarik kesimpulan serta memberikan beberapa saran yang mungkin
untuk perbaikan dan kemajuan dalam keperawatan pada pasien PPOK yang akan
datang.

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18 Desember 2019
pada Tn.G terdapat kesamaan antara teori dan kasus yaitu faktor risiko
terjadinya PPOK adalah faktor usia. Manifestasi klinis pada kasus yang sesuai
dengan teori yaitu sesak, batuk dan nyeri dada. Sedangkan kesenjangan yang
ada antara teori dan kasus pada manifestasi klinis yaitu pada teori disebutkan
adanya anoreksia dan kehilangan berat badan sedangkan pada kasus pasien
tidak kehilangan berat badan dan nafsu makan baik. Maka penulis
menyimpulkan bahwa Tn.G menderita PPOK.

Diagnosa keperawatan menurut teori dengan pasien PPOK terdapat empat


diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan penumpukan sekret, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
kurangnya suplai oksigen, penurunan curah jantung berhubungan dengan
kontakbilitas dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kebutuhan oksigen
(hipoksia) kelemahan. Pada kasus Tn. G dengan PPOK terdapat empat
diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan penumpukan sekret, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
kurangnya suplai oksigen, nyeri akut berhubungan dengan agen injuri dan
kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori yaitu:
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret

54
55

dan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen .


Diagnosa keperawatan yang ada dikasus tetapi tidak ada di teori yaitu nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri dan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi. Sedangkan diagnosa
keperawatan yang ada di teori tetapi tidak ada pada kasus yaitu Penurunan
curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.

Pada tahap perencanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan, perawat


perlu menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan dan hasil yang
diharapkan serta menentukan rencana tindakan. Dalam hal ini penulis
menyusun rencana tindakan keperawatan dengan melihat kondisi pasien dan
menggunakan rentang waktu untuk mengatasi empat masalah keperawatan
tersebut.

Pada tahap pelaksanaan atau implementasi keperawatan, penulis melakukan


tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan sebelumnya. Tindakan
keperawatan yang tidak dapat dilaksanakan oleh penulis didelegasikan ke
perawat ruangan hal ini dikarenakan penulis tidak berada di ruangan selama 24
jam. Semua tindakan yang dilakukan di dokumentasikan dalam catatan
keperawatan. Dokumentasi sangat penting dilakukan oleh perawat karena
sebagai bukti tertulis yang akurat dan memiliki kekuatan hukum yang legal
apabila terjadi kesalahpahaman dalam proses pelaksanaan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat, selain itu dokumentasi juga bukti pertanggung
jawaban perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam penulisan proses keperawatan, pada


tahap evaluasi ini penulis menilai sejauh mana masalah keperawatan teratasi
dan tujuan tercapai. Evaluasi yang telah dicapai yaitu, ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret, gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen, nyeri akut
56

berhubungan dengan agen injuri dan kurang pengetahuan tentang penyakitnya


berhubungan dengan kurangnya informasi.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan beberapa saran
yang ingin disampaikan untuk koreksi dalam hal meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan kesehatan, sebagai berikut:

a. Bagi penulis
Penulis lebih memperbanyak pengetahuan tentang penyakit PPOK,
bagaimana cara merawat diri klien dengan banyak membaca buku-buku
asuhan perawatan pasien dengan PPOK agar penulis dalam memberikan
asuhan keperawatan menjadi lebih baik.

b. Bagi perawat ruangan


Saran untuk perawat ruangan, dalam menangani pasien dengan PPOK yaitu
perawat harus lebih sering memperhatikan jalan nafas pasien dan keadaan
umum pasien.

c. Bagi pasien
Saran untuk pasien, pasien harus banyak beristirahat, banyak minum air
hangat, meningkatkan toleransi paru dengan olahraga dan latihan
pernapasan serta memperbaiki nutrisi.

d. Bagi Institusi Pendidikan


Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai referensi
dalam proses pembelajaran dan dapat memperbanyak bahasan materi
tentang PPOK. Penulis juga mengharapkan karya tulis ilmiah ini dapat
menjadi acuan mahasiswa dalam praktik klinik keperawatan memberikan
penkes tentang PPOK.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M.G dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th


Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Danusantoso, H. (2010). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. (J. Suyono, Ed.)
(2nd ed.). Jakarta: EGC.

Fasitasari M. (2013). Terapi pada lanjut usia dengan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK). Jakarta: Sains Medika.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). (2017).


Global Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.www.goldcopd.org.

Grace A. Pierce, Borley R. Nier. (2011). Ilmu Bedah Edisi 3. Yogyakarta:


Rapha Pubising

Ikawati, Z. (2011). Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya.


Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Nurarif, A. H., H. Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:
Mediaction Publishing

Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta


:Nuha Medika

Rabrani Rab. (2010). Ilmu penyakit paru (Hal.396 - 412). Jakarta: Trans Info
Media.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Laporan hasil riset kesehatan


dasar Indonesia. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI.

Soeroto, A.Y. dan Suryadinata, H. (2014). Penyakit Paru Obstruktif Kronik


(vol. I No.2). Jakarta:EGC.

Somantri, Irman. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Wartonah, Tarwoto. (2010). Kebutuhan Dasar manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

West, John B. (2010). Patofisiologi Paru Esensial. Jakarta: EGC

World Health Organization (WHO). (2013). Chronic Obstructive Pulmonary


Disease (COPD). WHO. Geneva

57
Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakitnya


berhubungan dengan kurangnya informasi
Topik Pembelajaran : PPOK.
Tempat : Ruang Cemara II Rumah Sakit Bhayangkara TK.I
Raden Said Sukanto Jakarta Timur
Sasaran : Tn. G dan Keluarga
Hari/Tanggal : 18 Desember 2019
Alokasi Waktu Penyuluhan : 1 x 30 menit

A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit, diharapkan Tn.
G dan keluarga mampu memahami dan menerapkan pendidikan kesehatan
tentang PPOK yang telah diberikan.

B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan Tn.
G dan keluarga dapat:
1. Menjelaskan pengertian tentang PPOK
2. Menyebutkan penyebab terjadinya PPOK
3. Menyebutkan tanda dan gejala yang timbul pada PPOK
4. Menyebutkan komplikasi pada PPOK
5. Menjelaskan cara perawatan PPOK

C. Materi Pembelajaran
1. Pengertian PPOK
2. Penyebab PPOK
3. Tanda dan gejala PPOK
4. Komplikasi PPOK
5. Perawatan PPOK
D. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
1. Pendahuluan
a. Mengucapkan salam
b. Apersepsi
c. Mengkomunikasikan pokok bahasan
d. Menjelaskan tujuan
e. Menjelaskan kegiatan pembelajaran

2. Kegiatan inti
a. Menjelaskan pengertian tentang PPOK
b. Menjelaskan penyebab PPOK
c. Menjelaskan tanda dan gejala yang timbul pada PPOK
d. Menjelaskan komplikasi pada PPOK
e. Menjelaskan cara perawatan pada PPOK

3. Evaluasi
Klien mampu menjawab 3 dari 5 pertanyaan yang diberikan
a. Jelaskan pengertian PPOK
b. Jelaskan penyebab PPOK
c. Sebutkan tanda dan gejala PPOK
d. Sebutkan komplikasi PPOK
e. Jelaskan perawatan PPOK

E. Metode
Diskusi dan Tanya Jawab

F. Media dan Alat


Lembar balik dan leaflet

G. Evaluasi
Jenis pertanyaan : Lisan
Jumlah Pertanyaan : 3 pertanyaan
1. Jelaskan pengertian PPOK
2. Sebutkan tanda gejala PPOK?
3. Jelaskan perawatan PPOK?
Lampiran 2

Materi Penyuluhan

1. Pengertian PPOK
PPOK merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif
(RabTabrani, 2010)
2. Penyebab PPOK (GOLD, 2017)
a. Merokok
b. Faktor Usia
c. Faktor Genetik
d. Faktor Jenis Kelamin
e. Pertumbuhan dan perkembangan paru
f. Hiperaktivitas saluran nafas
g. Bronchitis kronis serta infeksi berulang di saluran nafas
3. Tanda dan gejala PPOK (Soeroto & Suryadinata, 2014).
a. Sesak
b. Batuk
c. Nyeri dada
d. Tidak nafsu makan (anoreksia)
e. Kehilangan berat badan
4. Menurut Soematri (2009) komplikasi PPOK
a. Hipoksemia
b. Asidosis Respiratori
c. Infeksi Saluran Pernafasan
d. Gagal Jantung
e. Disritmia Jantung
f. Status Asmatikus
5. Perawatan PPOK
Menurut Fasitasari (2013) terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan cara
menghentikan kebiasaan merokok, meningkatkan toleransi paru dengan
olahraga dan latihan pernapasan serta memperbaiki nutrisi.
Lampiran 3

PPOK merupakan penyakit kronis


yang ditandai dengan batuk
produktif (Rab Rabrani, 2010)

Sesak
Batuk
Nyeri dada
Merokok
Tidak nafsu makan (anoreksia)
Faktor Usia Kehilangan berat badan
NUR ABDIYANSYAH
17033 Faktor Genetik
AKADEMI KEPERAWATAN Faktor Jenis Kelamin
POLRI
Pertumbuhan dan perkembangan paru
JAKARTA
2020 Hiperaktivitas saluran nafas,
Bronchitis kronis serta infeksi berulang
di saluran nafas
KOMPLIKASI PERAWATAN DI
RUMAH

Menurut Fasitasari (2013) terapi non


Hipoksemia, Asidosis respiratori, Infeksi farmakologi dapat dilakukan dengan
saluran pernafasan, Gagal jantung, cara menghentikan kebiasaan
merokok, meningkatkan toleransi
Disritmia jantung, Status Asmatikus.
paru dengan olahraga dan latihan
pernapasan serta memperbaiki
nutrisi.

Daftar Pustaka
Fasitasari M. (2013). Terapi pada lanjut usia dengan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK). Jakarta: Sains Medika.
Rabrani Rab. (2010). Ilmu penyakit paru (Hal.396 - 412). Jakarta: Trans Info
Media.
Lampiran 4

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Nur Abdiyansyah


NIM : 17033
Pembimbing : Elly Djuliati, SKM
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. G Dengan Ppok Di Ruang Cemara II Rumah
Sakit Bhayangkara Tk I Raden Said Sukanto Jakarta

No Tanggal Materi Konsultasi Arahan Pembimbing TTD Pembimbing

1 02-04-20 Bab 1  Angka kejadian di letakan di


paragraf ke 2.
 Setelah paragraf angka kejadian
yaitu paragraf kegawatan yang
mempengaruhi, peran perawat,
rumusan masalah.
 Pada ruang lingkup tanggal 2 – 4
April.

 Penulisan kata yang benar adalah


2 08-04-20 Bab 2
perencanan keperawatan bukan
intervensi keperawatan, rencana
tindakannya harus menggunakan
rasional.
 Proses perjalanan penyakit di
tambahkan lagi.

3 09-04-20 Bab 2  Tambahkan pemeriksaan


diagnostik.
4 11-04-20 Bab 3  Perbaiki cara penulisan riwayat
keluarga, perbaiki cara penulisan
kata yang salah, lengkapi dalam
pemberian terapi dan tambahkan
kata yang belom lengkap.
 Perencanaan evaluasi di buat
narasi.

5 15-04-20 Bab 3  Tambahkan kata yang belum


lengkap, perbaiki cara penulisan
riwayat keluarga dan perbaiki cara
penulisan table analisa data.

6 22-04-20 Bab 1 – 5  Ambil data pada periode juli


sampai September.
 Perbaiki cara penulisan daftar
pustaka.
 Perbaiki tulisan yang salah dan
penulisan yang belum lengkap.
 Dalam pembahasan sesuaikan
dengan teori dan jelaskan
kesenjangannya.

7 12-05-20 Bab 1 – 5
 Di lembar pengesahan harus
sesuai pedoman dan mengetahui
direktur.
 Periode juli sampai septermber.
 Perbaiki penulisan yang salah dan
penulisan yang tidak lengkap.
 Jelaskan rasional, faktor
pendukung dan penghambatnya.
 Kaitkan pembahasan dengan
kasus.
8 15-05-20 Bab 1 – 5  Tambahkan dx tentang kurang
pengetahuan.
 Kesimpulan di buat lihat dari teori
dan kasus
 Tulis perbandingan dan cari faktor
yang mendukung.

9 16-05-20 Bab 1 – 5  Buat daftar gambar.


 Daftar lampiran.
 Satukan dx 4 dengan dx yang
lainnya.

10 17-05-20 Bab 1 - 5
 Daftar lampiran ada 4,
tambahannya lampiran 3 leafleat,
lampiran 4 lembar konsultasi KTI.
 Leafleat harus ada daftar pustaka,
isi sesuai materi, gambar yang
merokoknya di kasih cross.
 Lembar konsultasi dilampirkan

11 18-05-20 Bab 1 - 5  Pada Leaflet Daftar Pustaka cukup


1 atau 2 saja mencakup semua
 Konsultasi dibuat 12 kali konsul

12 19-05-20 Lengkap  ACC


Lampiran 4

No Tanggal Materi Konsultasi Arahan Pembimbing TTD Pembimbing

1 02-04-20 Bab 1  Pada ruang lingkup tanggal


pengkajian yaitu tanggal 2 – 4
April.

2 04-04-20 Bab 2  Perbaiki penulisan referensi.

 Tambahkan daftar pustaka.

3 07-04-20 Bab 2  Teliti lagi penulisan referensi

4 07-04-20 Bab 2
 ACC lanjut Bab 3

5 10-04-20 Bab 3
 Perbaiki cara penulisan riwayat
kesehatan keluarga dan
perbaiki cara penulisan kata
yang salah.
 Perencanaan evaluasi
keperawatan di buat narasi.

6 15-04-20 Bab 4
 Tambahkan kata yang belom
lengkap dan perbaiki kata yang
tidak tepat.
 Perbaiki kata keadaan umum
7 16-04-20 Bab 3

 Pada diagnosa yang ada pada teori


8 16-04-20 bab 4 diletakkan paling atas
 Pada perencanaan kalimat yang
tidak perlu hapus saja
 Pada evaluasi tambahkan paragraf
yang ibu sarankan

 Perbaiki cara penulisan obat dan


9 21-04-20 Bab 4
waktu pemberian obat.

10 21-04-20 Bab 3 dan bab 4  Lanjut bab selanjutnya

 perbaiki waktu pemberian obat


11 09-05-20 Bab 1 - 5
dan kerjakan yang lebih teliti.
 lanjutkan dari cover sampai
dengan selesai.

12 11-05-20 Lengkap
 ACC

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH


Nama : Nur Abdiyansyah
NIM : 17033
Pembimbing : Ns. Eha Julaeha, S.Kep.M.Pd
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. G Dengan Ppok Di Ruang Cemara II
Rumah Sakit Bhayangkara Tk I Raden Said Sukanto Jakarta

Anda mungkin juga menyukai