G
DENGAN PPOK DI RUANG CEMARA II
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK I
RADEN SAID SUKANTO
JAKARTA
NUR ABDIYANSYAH
17033
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah Semester VI pada
Pendidikan DIII Keperawatan
Nur Abdiyansyah
(17033)
JAKARTA
TAHUN 2020
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau
pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Nur Abdiyansyah
Mengetahui :
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Nur Abdiyansyah NIM 17033 dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Tn. G dengan PPOK di Ruang Cemara II Rumah Sakit
Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto Jakarta” telah diperiksa dan disetujui
untuk diujikan.
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Nur Abdiyansyah NIM 17033 dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Tn. G dengan PPOK di Ruang Cemara II Rumah Sakit
Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto Jakarta” telah dipertahankan di depan
dewan penguji pada tanggal Juni 2020.
Dewan Penguji
Penguji Ketua
(Ns. Eha Julaeha, S.Kep M.Pd) (Ns. Ursula Arus Rinestaelsa, S.kep, M.Kep)
Mengetahui,
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi petunjuk
dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn. G dengan PPOK di Ruang
Cemara II Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto Jakarta”.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan. Namun, berkat arahan dan bimbingan dari semua pihak pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
v
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Penulis mengharapkan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang
pada umumnya bagi Mahasiswa/I Akademi Keperawatan Polri, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB 4 PEMBAHASAN .............................................................................. 43
4.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................. 43
4.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 45
4.3 Perencanaan Keperawatan .......................................................... 46
4.4 Pelaksanaan Keperawatan ........................................................... 49
4.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 52
viii
DAFTAR Gambar
ix
DAFTAR Tabel
Tabel 3.1 Analisa data pengkajian Tn. G dengan PPOK ……………………… 25
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 3 Leaflet
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2007 angka kematian akibat PPOK
menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia dan
prevalensi PPOK rata-rata sebesar 3,7% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis Rumah Sakit Bhayangkara
Tk.1 Raden Said Sukanto Jakartaperiode dari bulan Juli sampai dengan bulan
September 2019 jumlah pasien yang dirawat sebanyak 31.974 orang dengan
jumlah penderita PPOK sebanyak 815 orang dengan persentase 8,49%. Periode
Juli sampai dengan September 2019 pasien yang dirawat di Ruang Cemara II
sebanyak 369 orang dengan penderita PPOK sebanyak 112 orang dengan
presentase 30,35 %.
1
2
Gejala yang sering muncul pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK) antara lain: sesak nafas, produksi sputum meningkat dan keterbatasan
aktivitas (Khotimah, 2013). Kondisi ini akan mengakibatkan gangguan
pernafasan. Sebagai seorang perawat diharapkan mampu membantu pasien
didalam mengatasi gangguan pernafasan, salah satunya gangguan pertukaran
gas dengan cara berhenti merokok dan fisio terapi dada (Bulechek, 2013).
Adapun peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilihat dari
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Upaya promotif yaitu
memberikan pendidikan kesehatan mengenai PPOK. Upaya preventif dengan
cara menghindari faktor- faktor yang dapat menyebabkan terjadinya PPOK
yaitu dengan cara menjelaskan pola hidup sehat pada penderita PPOK seperti
menghindari merokok minuman bersoda dan alcohol serta rajin berolahraga.
Upaya kuratif yaitu dengan mengatur posisi tidur semi fowler, monitor
frekuensi pernapasan, dan kedalaman pernapasan serta mengajarkan cara batuk
efektif serta kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi. Upaya
3
2.1 Pengertian
PPOK adalah sebuah istilah keliru yang sering dikenakan pada pasien yang
menderita emfisema, bronkitis kronis, atau campuran dari keduanya. Ada
banyak pasien yang mengeluh bertambah sesak napas dalam beberapa tahun
dan ditemukan mengalami batuk kronis, toleransi olahraga yang buruk, adanya
obstruksi jalan napas, paru yang terlalu mengembang, dan gangguan
pertukaran gas (John B. West, 2010).
PPOK merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif dan
dispnea dan terjadi obstruksi saluran napas sekalipun penyakit ini bersifat
kronis dan merupakan gabungan dari emfisema, bronkitis kronik maupun
asma, tetapi dalam keadaan tertentu terjadi perburukan dari fungsi pernapasan
(Rab Tabrani, 2010).
2.2 Etiologi
Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)
(2017) faktor risiko PPOK di seluruh dunia yang paling banyak ditemui adalah
merokok tembakau. Selain jenis tembakau, (misalnya pipa, cerutu, dan ganja)
juga merupakan faktor risiko PPOK. PPOK tidak hanya berisiko bagi perokok
aktif saja namun juga bisa berisiko bagi perokok pasif yang terkenan pajanan
asap rokok.Selain itu faktor - faktor yang berpengaruh pada perjalanan dan
perburukan PPOK yaitu factor genetic, usia, jenis kelamin pertumbuhan dan
6
7
2.3 Patofisiologi
2.3.1 Proses Perjalanan Penyakit
Penyakit Paru Obstruktif Kronik merupakan penyakit kronik paru yang
diawali dengan seseorang menghisap asap rokok, polusi udara yang
tercemar, dan partikel lain seperti debu yang akan masuk ke saluran
pernapasan yang akan menyebabkan terjadi hipersekresi mukus atau
mukus. Apapun etiologinya yang berperan memproduksi sekret adalah
sel-sel goblet dan kelenjar-kelenjar mukus di submukosa. Sekret bronkus
yang dihasilkan cukup banyak dan kental. Karena kaya akan kandungan
8
2.3.3 Komplikasi
Menurut Soematri (2009) komplikasi penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK) yaitu:
a. Hipoksemia
b. Asidosis Respiratori
9
2.4 Penatalaksanaan
2.4.1 Terapi
Menurut Fasitasari (2013) pada terapi farmakologis bronkodilator
dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi
digunakan oral atau sistemik seperti salbutamol, aminofilin, teofilin,
terbutalin. Anti inflamasi pilihan utama bentuk metalprednisolon atau
prednisone untuk penggunaan jangka panjang pada PPOK stabil hanya bila
uji steroid positif pada eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk oral atau
sistemik. Mukolitik tidak diberikan secara rutin hanya digunakan sebagai
pengobatan simtomatik bila tedapat dahak yang lengket dan kental
contohnya ialah glycerylguaiacolate, acetylcysteine. Antitusif diberikan
hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu penggunaan secara
rutin merupakan kontra indikasi contohnya seperti dekstrometorfan.
Antibiotik tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk pencegahan
eksaserbasi. Pilihan antibiotic pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola
kuman setempat contoh antibiotik yang sering digunakan ialah penicillin.
4) Auskultasi
a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal).
b) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
c) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
d) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction rub, dan
crackles.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes darah, untuk memastikan apakah pasien menderita penyakit lain,
seperti anemia dan polisitemia, yang memiliki gejala serupa dengan
PPOK.
2) Analisis gas darah arteri tes ini untuk melihat kandungan oksigen dan
karbondioksida dalam darah.
3) Foto Rontgen dada dilakukan untuk mendeteksi ganguan pada paru-paru.
4) CT scan, yang dapat menunjukkan gambaran paru-paru secara lebih
detail.
5) Pengambilan sampel dahak.
Rencana Tindakan:
1) Monitor kecepatan, irama, kedalam dan kesulitan bernafas
Rasional: Mengetahui meluasnya jangkauan paru-paru
2) Monitor saturasi oksigen
Rasional: Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis
3) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Rasional: Mengkaji adanya nyeri tekan
4) Monitor pola napas
Rasional: Mengetahui pola nafas
5) Pertahankan kepatenan jalan napas
Rasional: Untuk mempertahankankepatenan esofhagus.
6) Berikan oksigen
Rasional: Memenuhi kebutuhan oksigen
Pada bab ini penulis akan menguraikan “Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. G
dengan PPOK dirawat di Ruang Cemara II Rumah Sakit Bhayangkara Tk 1 Raden
Said Sukanto Jakarta”. Asuhan keperawatan ini dimulai pada tanggal 18 Desember
2019 sampai dengan tanggal 20 Desember 2019. Dalam memberikan asuhan
keperawatan penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan, yang terdiri
dari lima tahap yaitu : pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
3.1.2 Resume
Pasien datang ke IGD pada hari Senin tanggal 18 Desember 2019 pukul
10.00 WIB, klien tiba di ruang Cemara IIpada hari Senin 18 Desember
2019 pukul 16.00 WIB diantar dengan menggunakan kursi roda dengan
diagnosa medis PPOK. Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak,
sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu, dada terasa nyeri saat batuk, suara
17
18
Keterangan:
: Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
: Hubungan Perkawinan
: Hubungan Keturunan
: Meninggal
Pola kebiasaan
1) Pola kebiasaan sebelum sakit
a) Frekuensi makan pasien 3x/hari, nafsu makan baik, makan habis
1 porsi, tidak ada makanan yang tidak disukai, tidak ada
makanan yang membuat alergi, tidak ada makanan pantangan,
tidak ada makanan diet dan tidak menggunakan obat-obatan
sebelum makan.
b) Pola eliminasi pasien adalah buang air kecil 5 kali sehari, warna
kuning jernih, tidak ada keluhan dalam pola eliminasi serta tidak
menggunakan alat bantu dalam pengeluaran buang air kecil,
21
b. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera anikterik,
tidak ada kelainan pada otot-otot mata, fungsi penglihatan baik, tidak
ada tanda-tanda radang, tidak mengunakan lensa kontak, reaksi
terhadap cahaya baik.
22
c. Sistem Pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telinga tengah baik, tidak ada cairan dari
telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada tinitus, fungsi
pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan dan tidak
menggunakan alat bantu.
d. Sistem Wicara
Sistem wicara normal, tidak ada gangguan.
e. Sistem Pernafasan
Jalan nafas ada sumbatan berupa sekret, pernafasan sesak,
menggunakan otot bantu nafas, frekuensi napas 24 x/menit, irama
teratur, jenis pernafasan spontan, kedalaman dangkal, ada batuk
produktif, ada secret, tidak terdapat darah, palpasi dada simetris,
perkusi dada sonor, suara nafas ronkhi, ada nyeri saat bernafas dan
menggunakan alat bantu nafas berupa O² nasal kanul 3 liter /menit.
f. Sistem Kardiovaskuler
1) Sirkulasi Peripher
Frekuensi nadi 92 x/menit, irama teratur, denyut nadi kuat, tekanan
darah 120/80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis kanan dan
kiri, temperatur kulit hangat, suhu 36,5 oC, warna kulit kemerahan,
pengisian kapiler 2 detik, tidak ada edema.
2) Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut nadi apikal 90 x/menit, irama teratur, tidak ada
kelainan bunyi jantung (murmur ataupun gallop), tidak ada sakit
dada.
g. Sistem Hematologi
Tidak ada gangguan pada sistem hematologi.
23
i. Sistem Pencernaan
Gigi tidak ada karies, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada
stomatitis, lidah tidak kotor, produksi salifa normal, tidak terdapat
muntah, tidak terdapat nyeri perut, bising usus 13x/menit, tidak ada
diare, tidak ada konstipasi, hepar tidak teraba dan abdomen teraba
lembek.
j. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak
ada luka ganggren.
k. Sistem Urogenital
Intake: (minum 1000 ml, infus 800 ml, air metabolisme 275ml),
jumlah 2075 ml. Output: (urine 1000 ml, feses 200ml, IWL 625ml),
jumlah 1825 ml. Balance cairan +250 ml, warna urine kuning jernih,
tidak ada distensi kandung kemih dan pasien tidak mengeluh sakit
pinggang.
l. Sitem Integumen
Turgor kulit elastis, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan,
keadaaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit daerah
pemasangan infus tidak ada tanda-tanda flebitis, keadaan rambut baik
dan bersih.
24
m. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang,
sendi, dan kulit, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada
kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik, kekuatan
otot 5555 5555
5555 5555
Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakit) :
Pasien mengatakan tidak mengetahui soal penyakitnya
3.1.6 Penatalaksanaan
Terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram pukul 12.00 wib melalui intravena
terapi injeksi Ranitidine 2x50mg intravena pukul 08.00 dan 20.00 dan
terapi Inhalasi Combivent 2 x 1 ampul dan Pulmicort 2 x 1 ampul pukul
08.00 dan 20.00
b. Data Obyektif
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, nilai GCS: 15 (E:
4, M: 6, V:5), CRT 2 detik, suara pasien serak, skala nyeri 5, pasien
tampak batuk – batuk, suara nafas ronchi, pasien tampak terlihat
sesak, pasien tampak kesulitan mengeluarkan dahak, pasien memakai
O² nasal kanul 3 liter/menit, Observasi tanda-tanda vital; TD: 120/80
mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC, frekuensi napas: 24
x/menit.Hasil laboratorium pada tanggal 18 Desember 2019
Hematologi; Hemoglobin: 15,8 g/dl, Leukosit: 13.100 u/l,
Hematokrit: 49%, Trombosit: 271.000 /ul, ureum 68 mg/dl, creatinin
0,9 mg/dl analisa gas darah Ph 7,43 mmhg, PCO² 45 mmhg, PO² 70
mmhg, HCO³ 28 mmol/L, O² saturasi 49%, dan Hasil thorax foto :
tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo. Pasien tidak dapat
menjelaskan tentang penyakit dan penyebabnya, pasien tidak dapat
menyebutkan tanda gejala pada penyakitnya dan pasien tidak
mengetahui tentang komplikasi serta cara penanganan tentang
penyakitnya.
DO:
a. Keadaan umum lemah
b. Kesadaran compos mentis
c. Suara nafas terdengar ronkhi
d. Pasien tampak batuk berdahak
e. Hasil observasi tanda-tanda vital
TD: 120/80 mmHg, frekuensi
nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC,
frekuensi napas: 24 x/menit
Hemoglobin: 15,8 g/dl, Leukosit:
13.100 u/l, Hematokrit: 49%,
Trombosit: 271.000 /ul, ureum 68
mg/dl, creatinin 0,9 mg/dl dan
analisa gas darah, Ph 7,43 mmhg,
PCO² 45 mmhg, PO² 70 mmhg,
HCO³ 28 mmol/L, O² saturasi
49%.
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019
Pukul 07.00 WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil:
keadaan umum pasien lemah, kesadaran compos mentis, nilai GCS 15 (E:
4, M:6, V:5). Pukul 08.00 WIB memberikan terapi injeksi Ranitidine
melalui intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul
hasil: terapi masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul
08.15 mengukur tanda-tanda vital, hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi
nadi: 92 x/menit, suhu: 36,0ºC, Frekuensi napas: 24 x/menit. Pukul 09.00
WIB mengobservasi suara nafas, hasil: suara nafas terdengar ronkhi. Pukul
10.00 WIB memberikan posisi semi fowler, hasil: pasien tampak nyaman.
Pukul 11.00 WIB mengajarkan batuk efektif, hasil: pasien tampak
mengikuti arahan Pukul 12.00 WIB memberikan terapi Ceftriaxone 1gram
secara intravena, hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi.
Evaluasi Keperawatan
Hari Senin, 18 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan batuk berdahak, pasien mengatakan
dahak sulit dikeluarkan, dan pasien mengatakan sesak.
Data Obyektif : Keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, nilai
GCS 15 (E: 4, M:6, V:5), TD: 120/80 mmHg Frekuensi
nadi: 92x/menit Frekuensi nafas: 24 x/menit Suhu: 36,0⁰
C, suara nafas terdengar ronkhi, pasien tampak batuk-
batuk, dan pasien tampak sesak.
Analisa : Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas belum teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam,
observasi suara nafas, anjurkan batuk efektif, berikan
posisi nyaman semi fowler, berikan terapi sesuai
program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram melalui
intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi Ranitidine
31
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019
Pukul 07.00 WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil:
keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, nilai GCS 15 (E: 4, M:6,
V:5). Pukul 08.00 WIB memberikan terapi injeksi Ranitidine melalui
intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: terapi
masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul 08.15
mengukur tanda-tanda vital, hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 92
x/menit, suhu: 36,0ºC, Frekuensi napas: 24 x/menit.Pukul 09.05 WIB
mengobservasi jalan nafas pasien, hasil: jalan nafas dangkal dan cepat.
Pukul 11.00 WIB mengajarkan batuk efektif, hasil: pasien tampak
mengikuti arahan. Pukul 12.00 WIB memberikan terapi Ceftriaxone 1gram
secara intravena, hasil: obat masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi. Pukul
13.00 WIB memberikan O² nasal kanul sebanyak 3 liter/menit, hasil: O²
nasal kanul sudah terpasang.
34
Evaluasi Keperawatan
Hari Senin, 18 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan dahak sulit untuk keluar, pasien
mengatakan sesak dan pasien mengatakan suara serak
Data Obyektif : Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, nilai
GCS 15 (E: 4, M:6, V:5), TD: 120/80mmHg Frekuensi
nadi: 92x/menit Frekuensi nafas: 24 x/menit Suhu: 36,0⁰
C, pasien tampak kesulitan mengeluarkan dahak, pasien
tampak sesak dan suara pasien terdengar serak, terpasang
O2 Nasal Kanul 3 liter/menit.
Analisa : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas belum
teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum pasien, ukur tanda-tanda vital setiap
8 jam, observasi jalan nafas, pertahankan kepatenan
jalan nafas, berikan terapi O2 nasal kanul, Berikan terapi
sesuai program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram
melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi
Ranitidine 2x50mg melalui intravena (pukul 08.00 WIB
dan 20.00 WIB) dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1amp
dan Pulmicort 2 x 1amp (pukul 08.00 WIB dan 20.00
WIB).
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019
Pukul 07.00 WIB mengkaji keadaan umum dan kesadaran pasien, hasil:
keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, nilai GCS 15 (E: 4, M:6,
V:5). Pukul 08.00 WIB memberikan terapi injeksi Ranitidine melalui
intravena 50mg dan inhalasi Pulmicort dan Combivent 1 ampul hasil: terapi
38
masuk sesuai 6 benar pemberian obat dan tidak ada alergi. Pukul 08.15
mengukur tanda-tanda vital, hasil: TD: 120/80 mmHg, Frekuensi nadi: 92
x/menit, suhu: 36,0ºC, Frekuensi napas: 24 x/menit. Pukul 11.10 WIB
mengkaji skala nyeri, hasil: skala nyeri 5. Pukul 11.15 WIB mengajarkan
tehnik relaksasi nafas dalam, hasil: pasien tampak rileks. Pukul 12.00 WIB
memberikan terapi Ceftriaxone 1gram secara intravena, hasil: terapi obat
masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi.
mengkaji skala nyeri, hasil: skala nyeri 0 Pukul 10.30 WIB menganjurkan
tehnik relaksasi nafas dalam, hasil: pasien tampak rileks. Pukul 12.00 WIB
memberikan terapi Ceftriaxone 1gram secara intravena, hasil: terapi obat
masuk sesuai 6 benar dan tidak ada alergi.
Evaluasi Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Data Subyektif : Pasien mengatakan ketika batuk dada terasa sakit,
pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat,
pasien mengatakan nyeri hilang timbul, pasien meng-
atakan nyeri timbul ketika batuk, pasien mengatakan
skala nyeri.5
Data Obyektif : Skala nyeri 5, Keadaan umum sakit lemah, kesadaran
compos mentis, nilai GCS 15 (E: 4, M:6, V:5), TD:
120/80mmHg Frekuensi nadi:92 x/menit Frekuensi
nafas: 24 x/menit Suhu: 36,0⁰C
Analisa : Masalah keperawatan nyeri belum teratasi
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Kaji keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8
jam, kaji karakteristik nyeri, ajarkan tehnik relaksasi
nafas dalam, ajarkan tehknik distraksi, Berikan terapi
sesuai program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gram
melalui intravena (pukul 12.00WIB), terapi injeksi
Ranitidine 2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB dan
20.00 WIB) dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1ampul
dan Pulmicort 2 x 1ampul (pukul 08.00 WIB dan 20.00
WIB).
Pelaksanaan Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019
Pukul 07.00 WIB mengkaji tingkat pendidikan pasien, hasil: tingkat
pendidikan pasien SMA, Pukul 07.10 WIB mengkaji tingkat pengetahuan
pasien tentang penyakitnya, hasil: pasien mengatakan tidak paham tentang
penyakitnya. Pukul 13.30 WIB memberikan pendidikan kesehatan tentang
PPOK, hasil: pasien dapat menjelaskan tentang pengertian dan penyebab
PPOK, pasien dapat menyebutkan tanda gejala dari PPOK, pasien dapat
mengetahui komplikasi serta penanganan pada PPOK.
42
Evaluasi Keperawatan
Hari Senin, tanggal 18 Desember 2019, pukul 14.00 WIB
Subyektif : Pasien mengatakan sudah paham tentang
penyakitnya
Data Obyektif : Pasien dapat menjelaskan tentang pengertian PPOK dan
penyebabnya, pasien dapat menyebutkan tanda gejala
pada PPOK, dan pasien dapat menjelaskan tentang
komplikasi dan cara penanganan PPOK
Analisa : Masalah keperawatan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya teratasi.
Perencanaan : Intervensi di hentikan.
.
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang ada antara teori dan
kasus dalam Asuhan Keperawatan pada Pasien Tn. G dengan PPOK di ruang
Cemara II. Pembahasan dimulai dari pengkajian keperawatan sampai dengan
evaluasi keperawatan, asuhan keperawatan sesuai dengan proses keperawatan yang
diberikan kepada Tn. G yang dikaitkan dengan asuhan keperawatan secara teoritis.
Adapun lingkup pembahasan mencakup tahap-tahap dalam proses keperawatan.
Pada teori faktor risiko PPOK di seluruh dunia yang paling banyak ditemui
adalah merokok tembakau. Selain jenis tembakau, (misalnya pipa, cerutu, dan
ganja) juga merupakan faktor risiko PPOK. Sedangkan pada kasus Tn. G dari
hasil pengkajian terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu penyebab
yang menjadi faktor risiko PPOK adalah karena faktor usia dan faktor udara
karena pasien tidak merokok.
43
44
Pemeriksaan diagnostik pada teori yang dilakukan yaitu tes darah, untuk
memastikan apakah pasien menderita penyakit lain, seperti anemia dan
polisitemia, yang memiliki gejala serupa dengan PPOK, analisis gas darah
arteri tes ini untuk melihat kandungan oksigen dan karbondioksida dalam
darah, foto Rontgen dada dilakukan untuk mendeteksi ganguan pada paru-
paru, CT scan, yang dapat menunjukkan gambaran paru-paru secara lebih
detail, pengambilan sampel dahak. Sedangkan pada kasus tidak ada
pemeriksaan dahak.
Adapun faktor pendukung saat pengkajian adalah pasien dan keluarga mau
bekerja sama dan kooperatif saat penulis melakukan pengumpulan data. Dan
perawat ruangan memberikan informasi yang membantu penulis saat
pengkajian, sehingga tidak ada faktor penghambat yang ditemukan penulis saat
pengkajian terhadap klien Tn.G.
45
Diagnosa yang muncul pada kasus dan sesuai dengan teori yaitu:
Diagnosa yang muncul pada kasus tetapi tidak ada pada teori yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri. Diagnosa ini muncul karena ada
data yang mendukung yaitu pasien mengatakan ketika batuk dada terasa
nyeri,,pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat,pasien
46
Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak ada didalam kasus yaitu:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas dan volume
sekuncup jantung Diagnosa ini tidak muncul karena pasien tidak di EKG
dan tanda tanda vital pasien dalam keadan normal kecuali pernafasan tanda-
tanda vital; TD: 120/80 mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC,
frekuensi napas: 24 x/menit.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (hipoksia) kelemahan. Diagnosa ini tidak muncul karena pasien
dapat melakukan aktivitasnya tanpa bantuan
pertama karena pasien mengatakan sesak sejak 1 minggu yang lalu, dan pasien
mengatakan batuk berdahak. Keadaan umum sakit lemah, kesadaran compos
mentis, pasien tampak sesak, pasien tampak kesulitan mengeluarkan dahak,
tekanan darah: 120/80 mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC,
frekuensi napas: 24 x/menit. Masalah ini menganggu kebutuhan oksigenasi
pasien dan menjadi masalah keperawatan yang serius karena adanya kesulitan
dalam bernafas yang menyebabkan kebutuhan oksigenasi pasien kurang
terpenuhi. Pada kasus ini rencana tindakan keperawatan yang dibuat sesuai
dengan teori yaitu mengkaji keadaan umum pasien rasional: untuk mengetahui
tingkat kesadaran pasien, mengukur tanda-tanda vital setiap 8 jam rasional:
untuk mengetahui keadaan umum pasien dan tanda- tanda vital pasien,
observasi suara nafas rasional: untuk mengetahui adanya suara nafas tambahan,
ajarkan batuk efektif rasional: agar dapat mengeluarkan sekret karena
pengeluaran akan sulit jika sekret kental, berikan posisi nyaman semi fowler
rasional: posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru, berikan terapi sesuai
program: terapi injeksi Ceftriaxone 1x1gr melalui intravena (pukul 12.00
WIB), terapi injeksi Ranitidine 2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00
WIB) dan terapi Inhalasi Combivent 2 x 1ampul dan Pulmicort 2 x 1ampul
(pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB) rasional: untuk membantu proses
penyembuhan.
Diagnosa kedua yang diangkat pada kasus ini yaitu, Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen. Penulis menjadikan diagnosa
ini sebagai diagnosa kedua karena sama seperti diagnosa pertama diagnosa ini
menyangkut kebutuhan oksigenasi pasien. Pada kasus ini ditemukan data
bahwa pasien mengatakan sesak, dan suara serak. Keadaan umum lemah,
kesadaran compos mentis, pasien tampak sesak, suara terdengar serak, pasien
menggunakan O² Nasal kanul 3 Liter, analisa gas darah : Ph 7,43 mmhg, Pco²
45 mmhg, Po² 70 mmhg, Hco³ 28 mmol/L, O² saturasi 49% TD: 120/80
mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu: 36,5 ºC, frekuensi nafas: 24 x/menit.
Rencana tindakan keperawatan yang dibuat sesuai dengan teori yaitu mengkaji
keadaan umum pasien rasional: untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien,
48
Diagnosa ketiga yang penulis ambil dari kasus yaitu, Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri penulis menjadikan diagnosa ini sebagai diagnosa ketiga
karena sesuai dengan teori Maslow terdapat dalam kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan rasa nyaman (bebas dari nyeri). Diagnosa ini menjadi diagnosa
ketiga karena pasien mengeluh ketika batuk dada terasa nyeri, pasien
mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat, pasien mengatakan nyeri hilang
timbul, pasien mengatakan nyeri timbul ketika batuk dan pasien mengatakan
skala nyeri 5. dan rencana tindakan keperawatan yang di lakukan yaitu kaji
keadaan umum rasional: untuk mengatuhui tingkat kesadaran pasien, ukur
tanda-tanda vital setiap 8 jam rasional: untuk mengetahui keadaan umum
pasien dan tanda-tanda vital pasien, kaji karakteristik nyeri rasional: untuk
mengetahui tingkat nyeri pasien, ajarkan relaksasi nafas dalam rasional: untuk
mengurangi rasa nyeri pasien, ajarkan tehknik distraksi rasional: untuk
membuat pasien lupa akan rasa nyeri nya, berikan terapi sesuai program: terapi
injeksi Ceftriaxone 1x1gr melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi
Ranitidine 2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB) dan terapi
Inhalasi Combivent 2 x 1ampul dan Pulmicort 2 x 1ampul (pukul 08.00 WIB
dan 20.00 WIB) rasional: untuk membantu proses penyembuhan.
Diagnosa ke empat yang penulis ambil dari kasus yaitu, Kurang pengetahuan
tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. Penulis
49
mengambil diagnosa ini sebagai diagnosa ke empat karena terdapat data yang
mendukung yaitu pasien mengatakan tidak memahami tentang penyakitnya.
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu kaji tingkat pendidkan
pasien rasional: untuk mengetahui tingkat pendidikan pasien, kaji tingkat
pengetahuan pasien rasional: untuk mengetahui sejauh mana pemahaman paien
tentang penyakitnya, berikan pendidikan kesehatan tentang PPOK rasional:
untuk menambah wawasan pasien tentang penyakitnya, kaji respons pasien
ketika pemberian pendidikan kesehatan rasional: untuk mengetahui
kepemahaman pasien tentang penjelasan pendidikan kesehatan yang telah di
berikan, dan evaluasi hasil pendidikan kesehatan rasional: untuk mengetahui
sejauh mana pasien sudah memahami tentang penyakitnya.
Dalam hal ini dokumentasi sangat penting dilakukan oleh perawat karena
sebagai bukti tertulis yang akurat dan memiliki kekuatan hukum yang legal
apabila terjadi kesalahpahaman dalam proses pelaksanaan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat, selain itu dokumentasi juga bukti pertanggung
jawaban perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Dalam
50
keterbatasan waktu karena penulis tidak berada di ruangan selama 24 jam maka
tindakan keperawatan diwaktu malam hari dilakukan oleh perawat diruangan.
Faktor pendukung dari diagnosa pertama ini yaitu, pasien sangat kooperatif
saat pelaksanaan keperawatan. Tidak ada faktor penghambat pada diagnosa ini.
Faktor pendukung dari diagnosa kedua ini yaitu, pasien sangat kooperatif saat
pelaksanaan keperawatan. Tidak ada faktor penghambat pada diagnosa ini.
51
Pada diagnosa ketiga Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri. Semua
tindakan dapat dilaksanakan yaitu secara independen dan interdependen.
Pelaksanaan independen yang dilaksanakan pada diagnosa ini adalah kaji
keadaan umum, ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam, kaji karakteristik nyeri,
ajarkan relaksasi nafas dalam, ajarkan tehknik distraksiSedangkan secara
interdependen tindakan yang dilakukan yaitu memberikan terapi injeksi
Ceftriaxone 1x1gr melalui intravena (pukul 12.00 WIB), terapi injeksi
Ranitidine 2x50mg intravena (pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB) dan terapi
Inhalasi Combivent 2 x 1ampul dan Pulmicort 2 x 1ampul (pukul 08.00 WIB
dan 20.00 WIB).
Pada diagnosa ketiga, nyeri akut berhubungan dengan agen injuri pada
diagnosa ini setelah di evaluasi pasien mengatakan Pasien mengatakan tidak
nyeri lagi skala nyeri 0, keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis,
nilai GCS: 15 (E: 4, M: 6, V: 5), hasil tanda-tanda vital: hasil: TD: 120/80
mmHg, Frekuensi nadi: 96 x/menit, Frekuensi napas: 20 x/menit, suhu: 36,5
ºC. Pada diagnosa ini tujuan sudah tercapai masalah keperawatan teratasi.
53
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. G dengan PPOK yang
dirawat di ruang Cemara II Rumah Sakit Bhayangkara Tk. 1 Raden Said Sukanto
Jakarta, mulai dari pendahuluan sampai dengan pembahasan maka pada bab ini
penulis dapat menarik kesimpulan serta memberikan beberapa saran yang mungkin
untuk perbaikan dan kemajuan dalam keperawatan pada pasien PPOK yang akan
datang.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18 Desember 2019
pada Tn.G terdapat kesamaan antara teori dan kasus yaitu faktor risiko
terjadinya PPOK adalah faktor usia. Manifestasi klinis pada kasus yang sesuai
dengan teori yaitu sesak, batuk dan nyeri dada. Sedangkan kesenjangan yang
ada antara teori dan kasus pada manifestasi klinis yaitu pada teori disebutkan
adanya anoreksia dan kehilangan berat badan sedangkan pada kasus pasien
tidak kehilangan berat badan dan nafsu makan baik. Maka penulis
menyimpulkan bahwa Tn.G menderita PPOK.
54
55
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan beberapa saran
yang ingin disampaikan untuk koreksi dalam hal meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan kesehatan, sebagai berikut:
a. Bagi penulis
Penulis lebih memperbanyak pengetahuan tentang penyakit PPOK,
bagaimana cara merawat diri klien dengan banyak membaca buku-buku
asuhan perawatan pasien dengan PPOK agar penulis dalam memberikan
asuhan keperawatan menjadi lebih baik.
c. Bagi pasien
Saran untuk pasien, pasien harus banyak beristirahat, banyak minum air
hangat, meningkatkan toleransi paru dengan olahraga dan latihan
pernapasan serta memperbaiki nutrisi.
Danusantoso, H. (2010). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. (J. Suyono, Ed.)
(2nd ed.). Jakarta: EGC.
Fasitasari M. (2013). Terapi pada lanjut usia dengan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK). Jakarta: Sains Medika.
Rabrani Rab. (2010). Ilmu penyakit paru (Hal.396 - 412). Jakarta: Trans Info
Media.
57
Lampiran 1
C. Materi Pembelajaran
1. Pengertian PPOK
2. Penyebab PPOK
3. Tanda dan gejala PPOK
4. Komplikasi PPOK
5. Perawatan PPOK
D. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
1. Pendahuluan
a. Mengucapkan salam
b. Apersepsi
c. Mengkomunikasikan pokok bahasan
d. Menjelaskan tujuan
e. Menjelaskan kegiatan pembelajaran
2. Kegiatan inti
a. Menjelaskan pengertian tentang PPOK
b. Menjelaskan penyebab PPOK
c. Menjelaskan tanda dan gejala yang timbul pada PPOK
d. Menjelaskan komplikasi pada PPOK
e. Menjelaskan cara perawatan pada PPOK
3. Evaluasi
Klien mampu menjawab 3 dari 5 pertanyaan yang diberikan
a. Jelaskan pengertian PPOK
b. Jelaskan penyebab PPOK
c. Sebutkan tanda dan gejala PPOK
d. Sebutkan komplikasi PPOK
e. Jelaskan perawatan PPOK
E. Metode
Diskusi dan Tanya Jawab
G. Evaluasi
Jenis pertanyaan : Lisan
Jumlah Pertanyaan : 3 pertanyaan
1. Jelaskan pengertian PPOK
2. Sebutkan tanda gejala PPOK?
3. Jelaskan perawatan PPOK?
Lampiran 2
Materi Penyuluhan
1. Pengertian PPOK
PPOK merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif
(RabTabrani, 2010)
2. Penyebab PPOK (GOLD, 2017)
a. Merokok
b. Faktor Usia
c. Faktor Genetik
d. Faktor Jenis Kelamin
e. Pertumbuhan dan perkembangan paru
f. Hiperaktivitas saluran nafas
g. Bronchitis kronis serta infeksi berulang di saluran nafas
3. Tanda dan gejala PPOK (Soeroto & Suryadinata, 2014).
a. Sesak
b. Batuk
c. Nyeri dada
d. Tidak nafsu makan (anoreksia)
e. Kehilangan berat badan
4. Menurut Soematri (2009) komplikasi PPOK
a. Hipoksemia
b. Asidosis Respiratori
c. Infeksi Saluran Pernafasan
d. Gagal Jantung
e. Disritmia Jantung
f. Status Asmatikus
5. Perawatan PPOK
Menurut Fasitasari (2013) terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan cara
menghentikan kebiasaan merokok, meningkatkan toleransi paru dengan
olahraga dan latihan pernapasan serta memperbaiki nutrisi.
Lampiran 3
Sesak
Batuk
Nyeri dada
Merokok
Tidak nafsu makan (anoreksia)
Faktor Usia Kehilangan berat badan
NUR ABDIYANSYAH
17033 Faktor Genetik
AKADEMI KEPERAWATAN Faktor Jenis Kelamin
POLRI
Pertumbuhan dan perkembangan paru
JAKARTA
2020 Hiperaktivitas saluran nafas,
Bronchitis kronis serta infeksi berulang
di saluran nafas
KOMPLIKASI PERAWATAN DI
RUMAH
Daftar Pustaka
Fasitasari M. (2013). Terapi pada lanjut usia dengan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK). Jakarta: Sains Medika.
Rabrani Rab. (2010). Ilmu penyakit paru (Hal.396 - 412). Jakarta: Trans Info
Media.
Lampiran 4
7 12-05-20 Bab 1 – 5
Di lembar pengesahan harus
sesuai pedoman dan mengetahui
direktur.
Periode juli sampai septermber.
Perbaiki penulisan yang salah dan
penulisan yang tidak lengkap.
Jelaskan rasional, faktor
pendukung dan penghambatnya.
Kaitkan pembahasan dengan
kasus.
8 15-05-20 Bab 1 – 5 Tambahkan dx tentang kurang
pengetahuan.
Kesimpulan di buat lihat dari teori
dan kasus
Tulis perbandingan dan cari faktor
yang mendukung.
10 17-05-20 Bab 1 - 5
Daftar lampiran ada 4,
tambahannya lampiran 3 leafleat,
lampiran 4 lembar konsultasi KTI.
Leafleat harus ada daftar pustaka,
isi sesuai materi, gambar yang
merokoknya di kasih cross.
Lembar konsultasi dilampirkan
4 07-04-20 Bab 2
ACC lanjut Bab 3
5 10-04-20 Bab 3
Perbaiki cara penulisan riwayat
kesehatan keluarga dan
perbaiki cara penulisan kata
yang salah.
Perencanaan evaluasi
keperawatan di buat narasi.
6 15-04-20 Bab 4
Tambahkan kata yang belom
lengkap dan perbaiki kata yang
tidak tepat.
Perbaiki kata keadaan umum
7 16-04-20 Bab 3
12 11-05-20 Lengkap
ACC