Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN.

A DENGAN KEJAMG
DEMAM DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
TINGKAT I RADEN SAID SUKANTO JAKARTA
 

ATIKA YULIANA
NIM 15051
 
AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT POLPUS
RADEN SAID SUKANTO
JAKARTA
TAHUN 2017
BAB 1 PENDAAHULUAN
Latar Belakang
Menurut hasil data yang di dapat dari ruang Anggrek Rumah Sakit
Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto Jakarta, pada tahun 2017 terdapat
258 anak dengan presentase 0,08% yang mengalami kejang demam dari
3.170 anak yang dirawat dengan berbagai macam penyakit di ruang anggrek.

Perawat dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut


serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada anak dan keluarga,
yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Aspek
promotif yaitu dapat melalui pendidikan kesehatan kepada orang tua dan
masyarakat mengenai informasi kejang demam. Aspek preventif yaitu untuk
mencegah terjadinya kejang demam memberikan anak imunisasi . Aspek
kuratif yaitu perawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan kejang
demam. Aspek rehabilitatif yaitu pemulihan kondisi anak dengan kejang
demam.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah memperoleh pengalaman nyata
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan kejang demam.
Tujuan Khusus
Dari kedelapan diagnosa disimpulkan menjadi:
1. Memberikan asuhan keperawatan secara sistematis
2. Mengidentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan karya tulis ilmiah ini membatasi masalah hanya pada “
Asuhan Keperawatan pada Pasien An.A dengan Kejang Demam di Ruang Anggrek RS
Bhayangkara Tk.1 Raden Said Sukanto Jakarta“ yang dilaksanakan pada tanggal 12
sampai dengan 14 februari 2018.
Metode Penulisan
Metode dalam penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dan
metode studi kepustakaan.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada karya tulis ilmiah ini terdiri dari bab 1 sampai bab 5.
BAB 1 adalah pendahuluan. BAB 2 adalah tinjauan teori. BAB 3 adalah
tinjauan kasus. BAB 4 adalah pembahasan. BAB 5 adalah penutup.
BAB 2 TINJAUAN TEORI
Pengertian
Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi
pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini
dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap
berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara
sempurna (Harjaningrum, 2011).
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi
bersamaandengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan
neurologik yang palingsering dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar
4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 1 bulan dan biasanya
sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak yang
berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun
(Wong, 2008). 
Kejang demam adalah kejang pada anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun
yang disebabkan karena anak mengalami demam lebih dari 39ºC. Tetapi kejang
tidak harus terjadi ketika suhu lebih dari 39ºC karena pada pada demam yang
temperaturnya lebih rendah dari 39ºC pun juga dapat terjadi kejang (Marmi,
2011).
Pathway

Bakteri

Reaksi inflamasi

Toksik
Menyebar
Pengeluaran
Seluruh Tubuh mediator
kimia
Di respon

d i Peningkatan Terjadi Perpindahan


Hipotalamus rja
Te potensial aksi ion natrium
Kulit
neuron dan ion
Otot sa ng
ng kalium
era
Mengakibatkan M
Timbul
Kenaikan
suhu dan Kejang
kontraksi otot
BAB 3 TINJAUAN KASUS
Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Pasien bernama An. A lahir di Jakarta 15 November 2016 saat dikaji pada
tanggal 12 Februari 2018 berumur 15 bulan berjenis kelamin laki-laki,
beragama Islam, suku bangsa Betawi dan bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia. An.A tinggal bersama kedua orang tua nya. 
b. Identitas Orang Tua / Wali
Ibu pasien bernama Ny. N berusia 26 tahun sebagai Ibu Rumah Tangga,
berpendidikan SMA, bergama Islam, suku bangsa Betawi dan bahasa yang
digunakan adalah bahasa Indonesia.

Riwayat Penyakit Saat ini


An.A mulai sakit pada tanggal 11 Februari 2018 pukul 22.30. Pada saat dikaji
tanggal 12 Februari 2018 ibu mengatakan anak sudah tidak kejang tetapi masih
ada demam, sudah tidak ada batuk tetapi masih ada pilek sedikit timbulnya
penyakit secara bertahap dengan demam dan batuk pilek dahulu, upaya
mengatasi dibawa ke RS melalui IGD.
Data Fokus

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Februari 2018 maka data fokus yang di dapat
yaitu :
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan anak sudah tidak kejang tetapi masih ada demam, Ibu mengatakan anak
sudah tidak ada batuk tetapi masih pilek sedikit, Ibu mengatakan anak menjadi kurang
nafsu makan, ibu mengatakan anak menjadi lemas tidak banyak beraktivitas dan anak
selalu menagis ketika di sentuh perawat. Ibu mengatakan tidak terlalu paham tentang
pengertian, penyebab, tanda gejala, komplikasi dan penanganan kejang demam.
b. Data Objektif
Keadaan umum lemah, kesadaran komposmetis, anak tampak pilek, area hidung tampak
berwarna kemerahan, terdapat sekret pada hidung, sekret berwarna putih, anak tampak
berkeringat, suara nafas veskuler, anak tampak lemah, konjungtiva ananemis, mukosa bibir
lembab, kulit tampak memerah, turgor kulit elastis, crt < 2 detik, tubuh teraba panas, tonus
otot lemah, makan habis hanya ½ porsi, berat badan anak 12 kg, tinggi badan anak 90 cm ,
status gizi anak (TB/BB) = normal balance cairan = +316 ml/24jam.Tanda-tanda vital anak
nadi 106 x/menit pernafasan 24 x/menit dan suhu 38°C serta hasil lab yang di dapat yaitu
hemoglobin 10,4 g/dl leukosit 9.800u/l hematokrit 30 % trombosit 321.000/ul natrium
130mmol/l kalium 4,0mmol/l dan chlorida 101mmol/l, anak menangis ketika disentuh oleh
perawat, Ibu tidak dapat menjelaskan apa itu pengertian, penyebab, tanda gejala,
komplikasi dan penanganan kejang demam, pendidikan terakhir Ibu SMA.
Perencanaan Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi ditandai dengan:
Data Subjektif :
Ibu mengatakan anak demam.
Data Objektif :
Tubuh teraba panas, kulit tampak memerah, mukosa bibir lembab, anak tampak berkeringat
keringat, tonus otot lemah, tampak adanya sekret pada hidung, area sekitar hidung tampak
memerah, sekret berwarna putih, frekuensi nadi: 106x/menit frekuensi pernapasan: 24x/menit
suhu: 38°C leukosit 9.800u/l.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24jam diharapkan masalah hipertermi
dapat teratasi.
Kriteria hasil:
Keadaan umum baik, kesadaran composmetis, tidak ada sekret pada hidung, suhu dalam batas
normal antara 36,5 – 37,5, leukosit dalam batas normal antara 5000-10.000.
Rencana Tindakan:
Kaji keadan umum dan kesadaran tiap shift, observasi tanda-tanda vital tiap shift, anjurkan ibu
mengompres anak dengan air hangat, anjurkan ibu untuk memberi anak banyak minum
1.100ml/hari, pantau tanda-tanda hipertermi, pantau warna dan tamperature kulit anak,
anjurkan ibu untuk memakaikan anak pakaian yang longgar, menyerap keringat dan tipis,
pantau hasil lab leukosit, berikan terapi paracetamol dan ambroxol syrup 3x1 cth melalui oral
pukul 06.00 14.00 dan 21.00 WIB, berikan terapi injeksi cefotaxime 3x550 mg melalui
intravena pukul 06.00 14.00 dan 21.00 WIB
Pelaksanaan Keperawatan
Waktu Tindakan
08.30 WIB Mengkaji Keadaan umum dan kesadaran
09.00 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital
09.10 WIB Memantau tanda-tanda hipertermi
09.30 – Menganjurkan ibu mengompres anak, memberi anak banyak minum
09.35 WIB 1100ml/hari dan memakaikan anak pakaian longgar, tipis serta
menyerap keringat
11.00 WIB Memantau hasil lab
11.05 WIB Memberikan Cefotaxime 550 mg secara IV
12.00 WIB Memberikan terapi paracetamol dan ambroxol sirup 1cth secara oral
13.45 WIB Mengkaji keadaan umum dan kesadaran, memantau tanda-tanda
14.00 WIB hipertermi
Mengobservasi tanda-tanda vital
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
Senin 12 Februari 2018 pukul 15.00 WIB
Subjektif: -
Objektif : Keadaan umum baik, kesadaran composmetis, kulit masih tampak memerah,
kulit teraba panas dan berkeringat. Leukosit 9.800 u/l frekuensi nadi 110x/menit
frekuensi pernapasan 26 x/menit suhu 37,8°C.
Analisa: Masalah keperawatan hipertermi belum teratasi, tujuan belum tercapai.
Perencanaan : Tindakan keperawatan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10) dilanjutkan.
Selasa 13 Februari 2018 pukul 15.00 WIB
Subjektif: -
Objektif : Keadaan umum baik, kesadaran composmetis,kulit teraba hangat, berkeringat,
frekuensi nadi 106x/menit frekuensi pernapasan 24x/menit suhu 37,4°C, leukosit 9.800
u/l
Analisa: Masalah keperawatan hipertermi teratasi sebagian
Perencanaan : Tindakan keperawatan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10) dilanjutkan.
Rabu 14 Februari 2018 pukul 11.00 WIB
Subjektif: -
Objektif : Keadaan umum baik, kesadaran composmetis, frekuensi nadi 112x/menit
frekuensi pernapasan 24x/menit suhu 36,7°C, leukosit 9.800 u/l, kulit teraba hangat,
warna kulit tidak memerah sudah tidah tidak berkeringat.
Analisa: Masalah keperawatan hipertermi sudah teratasi.
Perencanaan : Tindakan keperawatan dilanjutkan.
Bab 4 Pembahasan
No Askep Pembahasan
1 Pengkajian Penulis mendapatkan kesenjangan antara teori dan kasus yaitu pada etiologi diteori
disebutkan salah satu penyebab kejang demam yaitu faktor keturunan, namun pada kasus An.
A tidak ada riwayat keluarga yang pernah mengalami kejang demam hal ini baru pertama kali
terjadi dalam keluarga An. A.
Pada manifestasi klinis dalam teori tidak disebutkan adanya batuk pilek pada anak namun pada
kasus An. A salah satu tanda gejala yang dialami terdapat batuk dan pilek mulai 2 hari
sebelum masuk rumah sakit hal ini dikarenakan adanya reaksi infeksi.
Pada teori pemeriksaan diagnostik yang dilakukan yaitu EEG, CT Scan, pungsi lumbal, dan
laboratorium darah tepi lengkap . Pada kasus An. A tidak dilakukan pemeriksaan tersebut
karena tidak dicurigai adanya komplikasi dan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan hanya
laboratorium darah H2TL dan elektrolit.

2 Diagnosa Diagnosa yang terdapat pada kasus dan pada teori adalah hipertermi berhubungan dengan
reaksi inflamasi, resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi dan kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Diagnosa yang terdapat pada kasus tetapi tidak terdapat pada teori yaitu resiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ansietas berhubungan dengan
dampak hospitalisasi
Diagnosa yang terdapat pada teori tetapi tidak terdapat pada kasus yaitu potensial terjadinya
trauma fisik berhubungan dengan kelemahan otot dan gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan hipertermi
No Askep Pembahasan
3 Perencanaan Perioritas masalah keperawatan pada teori sama dengan pada kasus yaitu hipertermi
berhubungan dengan reaksi inflamasi karena hipertermi merupakan penyebab utama dari
kejang
Rencana tindakan yang ada pada kasus tetapi tidak ada pada teori yaitu kaji keadan umum dan
kesadaran tiap shift rasional nya untuk menentukan tindakan selanjutnya, pantau hasil lab
leukosit rasionalnya untuk mengevaluasi sumber infeksi pada hipertermi, anjurkan ibu untuk
memberi anak banyak minum 1.100ml/hari rasionalnya agar kebutuhan cairan anak terpenuhi
dan tidak terjadi dehidrasi, pantau tanda-tanda hipertermi rasionalnya untuk mencegah
terjadinya hipertermi.

4 Pelaksanaan Pada diagnosa pertama hipertermi berhubungan denagan reaksi inflamasi tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh penulis yaitu mengkaji keadaan umum dan kesadaran,
mengobservasi tanda-tanda vital, menganjurkan ibu mengompres anak dengan air hangat ,
menganjurkan ibu untuk memberi anak banyak minum 1.100ml/hari, memantau tanda-tanda
hipertermi, menganjurkan ibu untuk memakaikan anak pakaian yang longgar, menyerap
keringat dan tipis, memantau hasil lab leukosit, memberikan terapi paracetamol dan ambroxol
syrup 1xcth dan memberikan terapi injeksi cefotaxime 1x550 mg melalui intravena. Tindakan
yang tidak dilakukan perawat ruangan yaitu menganjurkan ibu untuk untuk mengompres anak
dengan air hangat menganjurkan ibu untuk memberi anak banyak minum, dan memantau
tanda-tanda hipertermi
5 Evaluasi Berdasarkan pada kasus diagnosa yang sudah teratasi yaitu hipertermi berhubungan dengan
reaksi inflamasi karena pada hari terakhir penulis mengkaji keadaan umum anak baik,
kesadaran composmetis, kulit sudah teraba hangat, warna kulit sudah tidak memerah dan
sudah tidak berkeringat, frekuensi nadi 115x/menit frekuensi pernapasan 26x/menit suhu
37°C, leukosit 9.800 u/l. Tujuan tercapai tindakan keperawatan dihentikan.
BAB 5 PENUTUP
Kesimpulan

Pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 12 Februari 2018 pada An.A dengan kejang
demam di dapatkan data yaitu keadaan umum lemah, kesadaran komposmetis, anak tampak batuk
pilek, anak tampak lemah, otot kaki lemah, kulit tampak memerah, akral teraba panas, tanda-tanda
vital anak nadi 106 x/menit frekuensi nafas 24 x/menit dan suhu 38°C serta hasil lab yang di dapat
yaitu hemoglobin 10,4 g/dl leukosit 9.800/ul hematokrit 30 % trombosit 321.000/ul natrium
130mmol/l kalium 4,0mmol/l dan chlorida 101mmol/l. Pada teori tidak disebutkan adanya batuk
pilek pada anak namun pada kasus An. A salah satu tanda gejala yang dialami terdapat batuk dan
pilek mulai 2 hari sebelum masuk rumah sakit hal ini dikarenakan adanya reaksi infeksi pada An.A.
Diagnosa yang muncul pada kasus dan teori yaitu hipertermi berhubungan dengan reaksi
inflamasi, resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi dan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi. Diagnosa yang terdapat pada kasus
tetapi tidak terdapat pada teori yaitu risiko ketidakseiimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake tidak adekuat dan ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
Diagnosa yang terdapat pada teori tetapi tidak terdapat pada kasus yaitu potensial terjadinya trauma
fisik berhubungan dengan kelemahan otot dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
hipertermi.
Pada teori dan kasus diagnosa proritas yang di dapat yaitu hipertemi berhubungan dengan reaksi
inflamasi rencana tindakan nya adalah observasi tanda-tanda vital, anjurkan ibu mengompres anak
dengan air hangat, anjurkan ibu untuk memberi anak banyak minum 1.100ml/hari, pantau tanda-tanda
hipertermi, pantau warna, tekstur, integritas kulit anak, anjurkan ibu untuk memakaikan anak pakaian
yang longgar dan menyerap keringat, pantau hasil lab, observasi kekuatan otot anak, berikan terapi
paracetamol syrup 3x1 cth melalui oral, berikan terapi injeksi cefotaxime 3x550 mg melalui intravena.  
Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh penulis yaitu mengobservasi tanda-tanda vital,
menganjurkan ibu untuk mengompres anak dengan air hangat, menganjurkan ibu untuk memberi anak
banyak minum 1.100ml/hari, memantau tanda-tanda hipertermi, menganjurkan ibu untuk memakaikan
anak pakaian yang longgar dan menyerap keringat, memantau hasil lab, mengobservasi kekuatan otot
anak, memberikan terapi paracetamol syrup 1 cth melalui oral, dan terapi injeksi cefotaxime 550 mg
melalui intravena. Adapun tindakan yang tidak dilakukan perawat ruangan yaitu menganjurkan ibu
untuk untuk mengompres anak dengan air hangat menganjurkan ibu untuk memberi anak banyak
minum, dan memantau tanda-tanda hipertermi
Evaluasi keperawatan dari ke lima diagnosa yang ada pada kasus yaitu terdapat 4 diagnosa yang
sudah teratasi yaitu hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi, tujuan tercapai tindakan
keperawatan dihentikan. Risiko terjadi kejang berulang berhubungan dengan hipertermi karena pada,
tujuan tercapai tindakan keperawatan dihentikan. Risiko ketidakseiimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat, tujuan tercapai tindakan keperawatan
dihentikan Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi, tujuan
tercapai tindakan keperawatan dihentikan. Terdapat satu diagnosa yang belum dapat teratasi yaitu
diagnosa ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi tjuan belum tercapai tindakan keperawatan
dihentikan karena An.A diperbolehkan pulang.
Saran
Untuk Pelayanan Keperawatan
Untuk perawat ruangan yang menemukan kasus anak dengan kejang demam
harus sering memantau tanda tanda hipertermi dan kejang berulang pada anak.
Serta tidak lupa untuk memberikan lingkungan yang nyaman dan aman bagi
anak, jauhkan benda-benda tajam dari sekitar anak. Lakukan bermain terapeutik
pada anak saat melakukan tindakan untuk mengurangi tingkat ansitas anak dan
berikan penkes pada keluarga jika keluarga tidak paham tentang penyakit anak. 
Untuk Pendidikan Keperawatan
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam
proses pembelajaran dan dapat memperbanyak bahasan materi tentang kejang
demam pada anak serta mengajarkan praktik tindakan darurat kepada mahasiswa
jika menemukan anak ketika kejang. Penulis juga mengharapkan karya tulis
ilmiah ini dapat menjadi acuan mahasiswa dalam praktik klinik keperawatan
memberikan penkes tentang kejang demam pada keluarga di sekitar rumah sakit.
Untuk Mahasiswa
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi
mahasiswa dan sebagai informasi terkini terkait kasus kejang demam pada anak.
Daftar Pustaka
Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang & terapi bermain pada anak. Jakarta : Salemba Medika.
Ambarwati & Nasution. (2012). Buku pintar asuhan keperawatan balita. Yogyakarta:
Cakrawala Ilmu.
Arifudin, A. (2016). Analisis faktor risiko kejadian kejang demam. Jurnal Kesehatan Tadukulo,
2(2), 1-10. Diambil dari
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/download/8333/6614.
Cecily L. (Ed.). (2009). Buku saku keperawatan pediatri (5th ed.). Jakarta: EGC.
Fida & Maya. (2012). Pengantar ilmu kesehatan anak. Yogyakarta: Medika. 
Harjaningrum, A. (2011). Smart patient: Mengupas rahasia menjadi pasien
cerdas. Jakarta: PT. Lingkar Pena Kreativa.
Hidayat, A. (2008). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 
Judha, M. (2011). Sistem persyarafan (Dalam asuhan keperawatan). Yogyakarta: Gosyen
Publishing. 
Kadafi. (2013). Faktor resiko kejang demam berulang pada anak. Juornal Of Nursing
Aksespada, 42(2), 30-31. Diambil dari
http://www.ejurnal.citrakeperawatan.com/index.php/JCK/artikel/view/30–Juornal. 
Kaneshiro, N. K & Zieve, D. (2010). Fever .University of Washington. Diambil dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.html 
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset kesehatan dasar: Riskesdas 2013. Diambil dari http://
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf 
Krisanty & Paula. (2009) Asuhan keperawatan gawat darurat. Jakarta: TIM. 
Kyle, T. (Ed.). (2014). Buku ajar keperawatan pediatrik (2nd ed.). Jakarta: EGC 
Marmi. (2011). Asuhan kebidanan patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 
Mohammadi, M. (2010). Febrile seizures: Four steps alogarithmic clinical approach.
Iranian Journal of Pediatrics, 20(1). Diambil dari http://journals.tums.ac.ir. 
Ngastiyah. (Ed.). (2014). Perawatan anak sakit (2nd ed.). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA
NIC NOC. Jogjakarta: MediAction. 
Riyadi S & Sukarmin. (2009). Asuhan keperawatan pada anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. 
Sari (2010). Faktor resiko bangkitan kejang demam pada anak. Jurnal Pediatrik, 12(3), 1-
8. Diambil dari https://saripediatri.org/index.php/saripediatri/article/download/508/445. 
Susilaningrum, R. (2013). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Salemba Medika. 
Utami, Y. (2014). Dampak hospitalisasi terhadap perkembangan anak. Jurnal ilmiah widya,
2(2), 9 -20. Diambil dari
http://dounload.portalgaruda.org/article.php?article=dampak%20hospitalisasi%20terhada
p%20perkembangan%20anak
.
World Health Organization. (2012). Epilepsy: fact sheet 2012. Diambil dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs999/en/index.html. 
Wong, L. (Ed.). (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik (6th ed. Vol.2). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Wulandari, D & Ekawati M. (2016). Buku ajar keperawatan anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai