F YANG
MENGALAMI ENCEPHALITIS DENGAN INTERVENSI INOVASI
KOMPRES BAWANG MERAH UNTUK MENURUNKAN
DEMAM PADA ANAK DI RUANG PICU RSUD A.W
SJAHRANIE SAMARINDA TAHUN 2018
DISUSUN OLEH :
1711102420047
2018
Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada An. F yang
Mengalami Encephalitis dengan Intervensi Inovasi
Kompres Bawang Merah untuk Menurunkan
Demam pada Anak di Ruang Picu Rsud A.W
Sjahranie Samarinda Tahun 2018
DISUSUN OLEH :
1711102420047
2018
i
ii
iii
Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada An. F yang
Mengalami Encephalitis Dengan Intervensi Inovasi
Kompres Bawang Merah untuk Menurunkan
Demam pada Anak di Ruang Picu Rsud A.W
Sjahranie Samarinda Tahun 2018
1
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Program Studi Profesi Ners
2
Dosen Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
iv
Analysis of Nursing Clinical Practice on An. F
with Encephalitis with Innovation of
Onion Compress to Decrease Fever
Child in Picu Rsud Aw Sjahranie
Samarinda Year 2018
1
Student Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Professional Study Program Ners
2
Lecturer Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.
dari bayi (0-1 tahun), usia bermain toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5
Anak merupakan bagian dari keluarga dan masyarkat. Anak yang sakit
dapat menimbulkan stress bagi anak itu sendiri maupun keluarga (Setiawan et
al, 2014). Di Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 5 juta anak menjalani
hospitalisasi karena prosedur pembedahan dan lebih dari 50% dari jumlah
tersebut, anak mengalami demam. Diperkirakan juga lebih dari 1,6 juta anak
dan anak usia antara 2-6 tahun menjalani hospitalisasi disebakan karena
Nasional (Susenas) tahun 2010 yang dikutip oleh Apriany (2013), di daerah
perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun
sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar
8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari
sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini
1
2
(Smeltzer, 2008).
oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau & virus Dengan gejala
(Mansjoer, 2008).
Demam adalah keadaan suhu tubuh diatas suhu normal, yaitu suhu tubuh
diatas 36,5oC - 37,5oC. Suhu tubuh adalah visera, hati, otak yang dapat diukur
melalui oral, rectal, dan aksila. Suhu adalah perbedaan antara jumlah panas
yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Suhu tubuh menurun kurang dari 36,5 oC yang disebut hipotermia dan suhu
tubuh naik lebih dari 37,5 oC disebut dengan hipertermia atau demam (Potter
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-
Gelfand, 2005). Gejala demam dapat dipastikan dari pemeriksaan suhu tubuh
yang lebih tinggi dari rental normal. Dikatakan demam, apabila pada
pengukuran suhu rectal >38 oC atau suhu oral 37 oC atau suhu aksila 37,2 oC
demam diartikan sebagai kenaikan suhu tubuh diatas normal, jika demam
tidak segera diatasi akan menimbulkan efek yang serius pada anak yaitu dapat
menyebabkan dehidrasi dan kejang demam. Banyak orang tua yang kurang
dehidrasi dan kejang karena penanganan yang tidak tepat (Anver, 2009).
oleh karena aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi
makin lancar. Namun suhu terlalu tinggi (diatas 37,5 oC ) pasien mulai merasa
tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri organ vital
dikurangi, akibatnya ujung kaki dan tangan teraba dingin. Demam yang tinggi
memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat dan
(Henretig, 2008).
sering minum, banyak istirahat, mandi dengan air hangat, memberi kompres
dan upaya farmakologis yaitu memberikan obat penurun panas (Aden, 2010).
bersirkulasi baik, mengganti pakaian anak dengan pakaian yang tipis dan
dilakukan perawat.
suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering
kompres dingin kering dengan kirbat es, kompres plester (Asmadi, 2008).
atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan suhu hangat yang bertujuan
(Asmadi, 2008). Pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih
efektif karena pada daerah tersebut banyak terdapat pembulu darah besar dan
delapan kali lebih banyak (Crowin, 2008). Saat ini telah berkembang
anilin dan alisin yang dikandungnya. Kini bawang merah memberikan solusi
yang merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai obat
Secara ilmiah kandungan sulfur dalam bawang merah yang dikonsumsi secara
zat pati, peptide, kuersetin, sapoin, fitohormon dan vitamin. Manfaat bawang
bumbu masakan, selain itu juga sebagai obat tradisional bisa menurunkan
panas pada anak tanpa zat kimia dengan efek samping yang minimal (Hendro,
2009).
yang memakai perabaan untuk menilai demam pada anak mereka, sedangkan
Juni 2018 melalui observasi dan wawancara di ruang PICU RSUD A.W.
kunjungan pasien dengan anak demam, penulis tertarik untuk membuat karya
6
keperawatan
bawang merah untuk menurunkan demam pada anak di ruang picu rsud a.w
keperawatan pada balita yang mengalami demam baik itu dengan pengobatan
B. Rumusan Masalah
untuk menurunkan demam pada anak yang dirawat di Ruang PICU RSUD
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum.
untuk menurunkan demam pada anak yang dirawat di Ruang PICU RSUD
2. Tujuan khusus.
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan keperawatan.
2. Ilmu keperawatan.
3. Penelitian keperawatan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Persyarafan
Sistem saraf pusat (SSP) merupakan system saraf yang dibangun oleh
dua organ utama yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Otak dan
meninges.
darah.
Sistem Saraf Pusat (SSP) memiliki dua tipe jaringan saraf yaitu grey
gray matter karena jaringan tersebut terdiri atas badan-badan sel saraf ,
8
9
Merupakan system saraf yang berada di luar system saraf pusat dan
teriri atas saraf dan ganglia (tunggal:ganglion). Pada system saraf perifer
dikenal dua macam serat saraf , yaitu serat saraf sensori (saraf aferen) dan
serat saraf motor (saraf eferen).Serat saraf sensori tersusun dari sel-sel
pusat, sedangkan system saraf motor membawa perintah dari system saraf
dari berbagai bagian tubuh. Menurut tempat asalnya , semua saraf pada
system saraf perifer dapat dibedakan atas saraf cranial dan saraf spinal.
a. Saraf kranial
dorsal otak. Saraf cranial berfungsi membawa impuls saraf dari dan
cranial dapat berupa serat saraf sensori dan motor. Saraf cranial
bola mata
V Nervus Trigeminus Motorik dan Kulit kepala dan kelopak mata
- N. Olfaktorius Sensorik atas
- N. Maksilaris Rahang atas, palatum dan
- N. Mandibularis hidung
Rahang bawah dan lidah
VI Nervus Abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
VII Nervus Fasialis Motorik dan Otot lidah, menggerakkan lidah
Sensorik dan selaput lendir rongga mulut
VIII Nervus Auditorius Sensorik Telinga, rangsangan
pendengaran
IX Nervus Gloso- Motorik dan Faring, tonsil dan lidah,
Faringeus Sensorik rangsangan cita rasa
X Nervus Vagus Motorik dan Jantung, lambung, usus halus,
Sensorik laring
XI Nervus Aksesorius Motorik Leher, otot leher
XII Nervus Hipoglosus Motorik Lidah, cita rasa, dan otot lidah
b. Saraf Spinal
Saraf Spinal merupakan serat saraf yang melekat pada kedua sisi
saraf spinal yang keluar dari akar dorsal dan akar ventral dikedua sisi
sensori dan sel saraf motor. Akan tetapi , sebagian kecil dari saraf
11
kranial ada yang hanya mengandung sel saaf motor. Misalnya , pada
Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna
3. Otak
Otak merupakan pusat control system saraf. Otak dibangun oleh lebih
dari 100miliar sel saraf. Setiap sel saraf dapat berkomunikasi dengan
dan pengontrol jaringan kerja. Otak manusia dibagi menjadi tiga bagian
hormone.
respons refleks untuk indra penglihatan. Bagian dasar dari otak tengah
disebut optic tektum, yaitu suatu penebalan dari system kelabu yang
medulla spinalis
ventrikel otak dan kanal sentral medulla spinalis. Fungsi dari medulla
spinalis :
dan desenden.
B. Konsep Encephalitis
1. Pengertian
2. Penyebab
(Robin 2011)
ECHO.
jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
tidak spesifik.
3. Pathway
4. Klasifikasi
B Enchepalitis
5. Komlikasi
a. Akut
Edema otak
SIADH
Status konvulsi
b. Kronik
Cerebral palsy
Epilepsy
berfluktasi sepanjang hari 0,5 dibawah normal pada pagi hari. Adapun
2. Mekanisme Tubuh
coklat dan konsumsi oksigen serta glukosa. Pada saat lahir, suhu tubuh
suhu tubuh pada bayi masih belum jelas, tetapi secara umum disebabkan
karena dua hal yaitu kenaikan suhu lingkungan serta karena adanya
2010 ).
sangatlah terbatas pada bayi. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang
dan evaporasi.
secara radiasi.
bersentuhan langsung dengan kulit. Akan tetapi, bila suhu udara dekat
dengan kulit sama seperti suhu kulit, sedikit terjadi pertukaran panas
permukaaan tubuh, 0,58 kalori panas hilang untuk setiap gram air
yang menguap. Air menguap secara insensibel dari kulit dan paru
jam. Penguapan air insensibel langsung melalui kulit dan paru ini
(Guyton, 2012).
19
a. Umur. Pada bayi sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan harus
lebih labil dari pada dewasa sampai masa puber. Beberapa orang tua,
dari 36oC). Ada beberapa alasan, seperti kemunduran pusat panas, diit
thermoregulasi.
c. Latihan, Kerja keras atau latihan berat dapat meningkatkan suhu tubuh
saat ovulasi menaikan suhu tubuh berkisar 0,3oC sampai 0,6oC diatas
pengaturan suhu seseorang, jika suhu diukur dalam kamar yang sangat
panas dan suhu tubuh tidak dapat dirubah oleh konveksi, konduksi
dipengaruhi oleh :
a) Penyakit
b) Suhu Eksternal/lingkungan
c) Obat-obatan
d) Usia
e) Infeksi
f) Latihan
g) Emosi
h) Kehamilan
i) Siklus menstruasi
j) Aktivitas menangis
D. Konsep Demam
1. Definisi demam
Demam yang berate suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat
disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau atau oleh zat toksik
dan dapat didefinisikan secara mutlak sebagai suhu tubuh diatas 38oC
yaitu suhu tubuh dibawah 36.5 oC hipertermia, suhu tubuh diatas 37.5 oC
2. Penyebab demam
Faktor penyebab demam adalah benda asing yang terdiri dari infeksi
disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil didalam tubuh kita yang
3. Mekanisme demam
posterior menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh
dan aktivitas otot rangka dalam bentuk menggigil dan pengeluaran panas
22
menerima informasi suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh maka
mengancam jiwa.
suhu tubuh set point yang konstan. Kondisi infeksi subtansi progenik
4. Komlikasi
12 menit/1 oC) dan metabolism energi. Hal ini menimbulkan rasa lemah,
nyeri sendi dan sakit kepala, gelombang tidur yang lambat (berperan
serta kejang, keadaan yang lebih berbahaya lagi ketika suhu inti mencapai
40oC karena pada suhu tersebut otak sudah tidak dapat lagi mentoleransi.
Bila mengalami peningkatan suhu inti dalam waktu yang lama antara 40
o
C – 43 oC, pusat pengukur suhu otak tengah akan gagal dan pengeluaran
5. Penatalaksanaan Demam
Orang tua mengira jika tidak diobati, demam bayinya akan semakin
yang salah ini banyak orang tua mengobati demam ringan yang
sebetulnya tidak perlu diobati. Demam kurang dari 39 oC pada orang yang
lebih dari 39 oC, orang cenderung tidak nyaman dan pemberian obat-
obatan penurunan panas sering membuat orang merasa lebih baik. Pada
2008).
1. Definisi
yang jauh dari akses pelayanan kesehatan modern seperti puskesmas dan
rumah sakit. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 80% dari
radang.
25
digunakan sebagai bumbu masakan, selain itu juga sebagai obat tradisional
bisa menurunkan panas pada anak tanpa zat kimia dengan efek samping
disulfide dan propil metil disulfide yang mudah menguap. Senyawa propil
disulfide dan propil metal disulfide yang mudah menguap dan baluran
untuk menurunkan demam pada anak yaitu kupas 3 butir bawang merah,
meliputi tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi.
Pola pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan tetapi laju
Anak usia antara 6-12 tahun, periode ini kadang disebut sebagai
berusia 7-12 tahun (Depkes, 2011), periode pubertas sekitar usia 12 tahun
2009). Menurut Wong (2009), anak usia sekolah atau anak yang sudah
hubungan dengan orangtua mereka, teman sebaya, dan orang lain. Usia
anak, usia yang paling rawan adalah usia anak SD (10-12 tahun). Pada
yang mana secara fisik maupun psikologis pada masa ini mereka sedang
2008).
a. Pertumbuhan fisik
sekolah 6-12 tahun kurang lbih sebesar 3,2 kg per tahun. Periode ini,
faktor genetic dan lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik
kurang lebih 115 cm. setelah usia 12 tahun, tinggi badan kurang
lebih 150 cm (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011). Habitus tubuh
gerakan yang rumit seperti menari, melempar bola, atau bermain alat
belum matang, namun minat pada jenis kelamin yang berbeda dan
Arvin. 2012).
30
b. Perkembangangan Kognitif
kemampuan untuk berpikir dengan cara logis tentang disini dan saat
ini, bukan tentang hal yang bersifat abstraksi. Pemikiran anak usia
tahun).
batu lebih berat daripada air (Piaget, J., 1996; Kozier, Erb,
c. Perkembangan Moral
1) Fase Preconventional
Anak belajar baik dan buruk, atau benar dan salah melalui
terdiri dari tiga tahapan. Tahap satu didasari oleh adanya rasa
saya mau, rasa cinta dan kasih sayang akan menolong memahami
buruk.
2) Fase Conventional
karakter yang baik. seperti jujur, setia, murah hati, baik dari
3) Fase Postconventional
fase pada tahapan ini, yaitu orientasi pada hukum dan orientasi
yaitu dapat menilai perilaku baik dan buruk dari dirinya sendiri.
d. Perkembangan Spiritual
meyakini bahwa Tuhan itu baik dan selalu ada untuk membantu.
sangat dipenganthi oleh orang tua (Kozier, Erb, Berman. & Snyder,
2011).
36
e. Perkembangan Psikoseksual
tahun) masuk dalam tahapan fase laten. Selama fase ini, fokus
Freud terdiri atas fase oral (0-11 bulan), fase anak (13 tahun), fase
falik (3-6 tahun), dan fase laten (6-12 tahun), fase genital 12-18
tahun).
f. Perkembangan Psikososial
percaya (0-1 tahun), Otonomi versus rasa malu dan raga (1-3 tahun),
idola yang sedang populer diantara adolesens yang lebih besar baik
ketertarikan pada lawan jenis terbentuk pada fase ini. Pada masa ini
Arvin, 2012).
39
Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan diluar
yaitu:
yang umum.
seusianya.
berhitung.
kehidupan sehari-hari.
sosial.
1. Persiapan
2. Proses
Kaji gejala spesifik yang ada pada klien (adanya demam pada pasien)
catat pada lembar observasi untuk mengetahui demam klien, setelah itu
3. Penutup
dilakukan, maka di catat kembali hasil dari suhu tubuh klien dan terdapat
pada anak yang sedang dirawat di ruang PICU RSUD A.W. Sjahranie
Samarinda.
H. Konsep Askep
1. Pengkajian
semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan
a. Identitas klien
b. Riwayat penyakit
gejala lain serta yang menyertai demam ( misalnya mual, muntah, nafsu
makan, diaforesis, eliminasi, nyeri otot, dan sendi dll), apakah anak
penyakit yang pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini
kemandirian.
42
c. Pemeriksaan fisik
1) Pola pengkajian
kesukaan.
43
c) Pola eliminasi
berlebih, dll.
gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri.
dan konsekuensinya,
2. Analisa data
pengetahuan.
3. Perumusan masalah
ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya
4. Diagnosis keperawatan
invasif
5. Perencanaan keperawatan
pasien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang
Keterangan skala:
1=
sangat terganggu
2=
banyak terganggu
3=
cukup terganggu
4=
sedikit terganggu
5= tidak terganggu
4 Nyeri Pain control Pain management
berhubunga Setelah dilakukan tindakan4.1 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas
n agen keperawatan selama …….. jam dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
cidera masalah nyeri dapat di control dengan4.2 Tentukan pilihan analgesic tergantung
biologis indicator: tipe dan berat nyeri
1. mampu mengenali gejala nyeri 4.3 Berikan analgesic tepat wakti
Dipertahankan pada (…) 4.4 Lakuakan pengkajian nyeri secara
Ditingkatkan ke (…) konprehensif
3. Mampu menggunakan tehnik non4.5 Onservasi reaksi nonverbal dari
farmakologi atau non analgesic untuk ketidaknyamanan
mengurangi nyeri 4.6 Ajarkan tehnik nonfarmakologi
Dipertahankan pada (…)
Ditingkatkan ke (…)
Keterangan skala:
1= sangat terganggu
2= banyak terganggu
3= cukup terganggu
4= sedikit terganggu
5= tidak terganggu
49
Keterangan skala:
1= sangat terganggu
2= banyak terganggu
3= cukup terganggu
4= sedikit terganggu
5= tidak terganggu
Keterangan skala
1= berat
2= cukup berat
3= sedang
4= ringan
5= tidak ada
6. Tindakan keperawatan
a. Tahap 1 : Persiapan
b. Tahap 2 : intervensi
interdependen.
c. Tahap 3 : dokumentasi
keperawatan
51
7. Evaluasi keperawatan
telah disusun)
mengatasinya.
atau kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru dalam hal ini
data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai
BAB IV
ANALISA SITUASI
SILAHKAN KUNJUNGI
PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN TIMUR
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
faktor ekonomi.
pada anak, peneliti melakukan observasi selama tiga hari dan terjadi
B. Saran
53
54
samping metode lain yang sudah dikenal sebelumnya. Selain itu dengan
adanya hasil karya tulis ini diharapkan perawat lebih dapat memberikan
3. Penelitian Keperawatan
yang lebih tua seperti usia remaja awal agar berkurangnya kejadian
Behrman., Kliegman. & Arvin. 2012. Nelson Ilmu Kesehatan Anak( edisi: 15,
vol. 2). Jakarta : EGC.
Gyuton dan Hall. (2012) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Nur, Iis. 2013. Sistem Saraf Pada Manusia. Bandung : Sekolah Tinggi
Farmasi.
Wong, D., dkk. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.