Anda di halaman 1dari 32

Karya Tulis Ilmiah

Nama Penyusun :

Naomi Rabela Hanjaros (526080720017)

DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM

2022/2023

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam adalah salah satu alasan paling umum untuk anak-anak yang tidak

sehat yang datang ke apoteker dan layanan kesehatan primer praktisi. Demam adalah

respon fisiologis normal terhadap penyakit yang memfasilitasi dan mempercepat

pemulihan. Demam didefinisikan sebagai suhu tubuh 37,5 C dan merupakan respons

fisiologis normal terhadap penyakit yang memfasilitasi dan mempercepat pemulihan.

Meskipun sering dikaitkan dengan penyakit yang membatasi diri, hal itu

menyebabkan kekhawatiran yang signifikan untuk kedua orang tua dan petugas

kesehatan yang merawat. Tanda-tanda klinis dapat digunakan oleh staf farmasi dan

primer petugas kesehatan untuk menentukan tingkat kesusahan dan untuk

membedakan antara anak dengan demam yang berisiko tinggi penyakit serius dan

yang memerlukan perawatan khusus, rawat inap atau perawatan spesialis, dan mereka

yang berisiko rendah yang dapat dikelola secara konservatif di rumah.

Demam pada anak adalah salah satu alasan paling umum bagi orang tua atau

pengasuh untuk mencari perhatian medis untuk anak-anak mereka. Meskipun demam

sering merupakan gejala yang muncul dari infeksi virus yang sembuh sendiri juga

terkait dengan infeksi virus, bakteri dan parasit yang serius. Antibiotik adalah sering

tidak tepat diresepkan, mengekspos anak untuk yang tidak perlu efek samping terkait

pengobatan dan peningkatan risiko resistensi antibiotik tensi. Kesalahan diagnosis

menyebabkan peresepan yang tidak tepat. Oleh karena itu, penyakit yang mendasari

2
yang menyebabkan demam perlu ditentukan dan sangat penting untuk membedakan

antara anak dengan demam yang berisiko tinggi penyakit serius dan yang

memerlukan perawatan khusus, rawat inap atauperawatan spesialis, dan satu berisiko

rendah yang dapat dikelola secara konservatif di rumah. Ini tidak hanya berlaku

untuk dokter, tetapi juga untuk apoteker dan personel pendukung apotek, yang sering

kali pertama kali melihat anak yang sakit atau pengasuh.

Pada tahun 2013, kelompok Demam Afrika Selatan menerbitkan pedoman

untuk penilaian dan pengelolaan demam anak di perawatan primer. Sejak itu studi

baru, pedoman internasional dan komentar pada yang telah diterbitkan, menjamin

revisi dari pedoman 2013. Panduan konsensus multidisiplin ini untuk penilaian dan

pengelolaan demam pada anak-anak telah dikembangkan untuk membantu apoteker

dan petugas kesehatan primer di sub-Sahara Afrika untuk risiko stratifikasi dan

mengelola anak-anak yang datang dengan demam, memutuskan kapan harus merujuk,

dan bagaimana untuk menasihati orang tua dan pengasuh. Pada anak-anak dengan

tanda-tanda peringatan, penyebab demam serius yang mungkin perlu harus

dikecualikan termasuk infeksi (termasuk malaria), kondisi inflamasi non-infeksi dan

keganasan. Tidak ada bukti bahwa anak-anak dengan demam berada pada

peningkatan risiko untuk hasil yang merugikan, meskipun sering menimbulkan

kekhawatiran di antara orang tua dan penyedia layanan kesehatan yang takut itu

mungkin terkait dengan peningkatan morbiditas, seperti kejang, kerusakan otak atau

kematian.

3
Kejang demam adalah jenis kejang yang paling umum pada anak-anak.

Didefinisikan sebagai kejang disertai demam 38 C tanpa penyebab kejang lainnya.

Pra yang dilaporkan oleh demam 38 C tanpa penyebab kejang lainnya. Prevalensi

kejang demam yang dilaporkan bervariasi dari 1% di Cina, 2% hingga 4% di Eropa

dan Amerika Serikat, 11% di Korea, dan 14% di Guam. Kejang demam sederhana

tidak dengan sendirinya berbahaya, dan tidak selalu menunjukkan infeksi serius.

Dengan tidak adanya penyakit yang membutuhkan perawatan khusus, bantuan dari

kesusahan adalah indikasi utama untuk meresepkan farmakoterapi, dan antipiretik

tidak boleh diberikan dengan tujuan tunggal untuk menurunkan suhu tubuh. Fitur

Perawatan harus diambil untuk tidak overdosis obat dan instruksi yang jelas harus

diberikan kepada orang tua / pengasuh tentang mengelola anak di rumah dan kapan

harus mencari perawatan medis lebih lanjut. Ada kebingungan tentang bagaimana dan

apakah untuk mengelola demam, dan antipiretik sering diresepkan atau dibeli over-

the-counter (OTC) khusus untuk menurunkan suhu tubuh dianak yang sakit. Di

banyak bagian dunia, termasuk Afrika, paracetamol dan obat antiinflamasi nonsteroid

(NSAID; misalnya, ibuprofen) adalah obat bebas atau obat resep yang paling sering

dibeli untuk anak-anak, tetapi penggunaan yang tidak tepat (salah dosis dan/atau

waktu) interval pemberian) adalah umum.

Dengan adanya perekembangan teknologi internet dapat menambahkan

kemudahan bagi manusia dengan menghubungkan berbagai alat dan sistem yang

dapat digunakan sehari-hari seperti sensor, aplikasi, computer dan telepon seluler,

4
yang kemudian dapat mendistribusikan sistem komunikasi intelegen dengan berbagai

alat, media dan disesuaikan dengan kebutuhan manusi (majumder et al.,2017).

Menurut Thomson & laing (2003), anak dan remaja memanfaatkan internet sebagai

sumber informasi utama dan mereka dapat lebih cepat mengdopsi teknologi internet

lebih cepat daripada orang tuanya, bahkan anak dan remaja merupakan ahli dalam

pemanfaatan teknologi sehingga sanggup mempengaruhi anggota keluarga yang lain

untuk memanfaatkan teknologi. (torkia,fakhri & najeh,2015). Maka penerapan

teknologi internet berupa aplikasi dapat menjadi sarana penyampaian informasi dan

intervensi menggenai kejang demam pada anak-anak.

Melihat uraian yang telah dijelaskan diatas, maka kelompok mencetuskan

ide/gagasan untuk membuat aplikasi screening resiko kejang demam pada anak-anak

dengan judul “Nerstep”. Gagasan ini merupakan inovasi teknologi internet yang dapat

dikembangkan menjadi aplikasi berbasis android untuk mendeteksi sejak awal anak-

anak dimasyarakat yang mungkin beresiko tinggi untuk mengalami kejang demam.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan aplikasi nerstep adalah untuk mengkaji dan
mendeteksi anak-anak yang beresiko terhadap kejang demam atau demam biasa
dengan memanfaatkan teknologi internet berupa aplikasi.

5
BAB II

KAJIAN LITERATUR DAN TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kajian Literatur
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

kesehatan yang terjadi saat ini di Indonesia (Hidayat, 2008). Salah satu masalah yang

sering terjadi adalah kejang demam. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang

terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh

proses ektrakranium (Ngastiyah, 2005).Kejang demam sering terjadi pada anak di

bawah usia satu tahun sampai awal kelompok usia dua sampai lima tahun, karena

pada usia ini otak sangat rentang terhadap peningkatan mendadak suhu badan. Sekitar

sepuluh persen anak mengalami sekurang-kurangnya 1 kali kejang. Pada usia lima

tahun, sebagaian besar anak telah dapat mengatasi kerentannya terhadap kejang

demam (Hidayat, 2008). Angka kejadian kejang demam pada anak di Amerika

diperkirakan 2-5% (Redjeki, 2014). Menurut Burhani (2006) balita di Indonesia 16%

diantaranya mengalami gangguan saraf otak seperti kejang-kejang, gangguan

pendengaran, kepala membesar dan lain- lain. Berdasarkan hasil prasurvey di

Indonesia terdapat 15 kasus kejang demam, 80% (11 kasus) disebabkan oleh infeksi

saluran pernapasan, 2 pasien kejang demam meninggal dengan observasi meningitis

dan enchepalitis (Dwi Hartanto, 2012).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 jumlah balita

usia 0-59 bulan di Indonesia yang menderita kejang sebanyak 900.626 (3,8%) dari

6
23.700.676 jiwa. Masalah keperawatan yang muncul pada kejang demam

diantaranya: hipertermi, ketidakefektifan pola nafas dan risiko terjadinya cidera.

Demam yang terus meningkat dapat menyebabkan terlepasnya muatan listrik.

Lepasnya muatan listrik dapat menyebar ke seluruh tubuh dan terjadi kejang. Kejang

demam yang berlangsung lama akan berakibat meningkatnya kebutuhan oksigen,

sehingga menyebabkan kerusakan sel tubuh terutama sel-sel otak (Ngastiyah, 2005).

Kerusakan sel otak ini dapat berakibat terjadinya gangguan tingkah laku dan

penurunan tingkat intelegensi (Fuadi, 2010). Kejang demam juga menyebabkan

terjadinya perubahan sistemik seperti hipoksemia, hipotensi arterial, dan hiperkapnia.

Hal-hal tersebut bila tidak ditangani dapat menimbulkan komplikasi yang berujung

pada kematian (Ngastiyah, 2005). Pengobatan segera atau terapi sangat penting,

untuk mencegah terjadinya kejang berulang.

Menurut Ngastiyah (2005) ada 4 hal yang yang pelu dikerjakan dalam

penatalaksanaan kejang demam, yaitu: memberantas kejang secepat mungkin,

pengobatan penunjang, memberikan pengobatan rumat, mencari dan mengobati

penyebab. Peran perawat dalam menangani anak dengan kejang demam pada

prinsipnya adalah menurunkan risiko terjadinya kejang berulang dengan cara

mengontrol terjadinya peningkatan suhu tubuh pada anak dan mengendalikan infeksi

penyebab demam. Selain itu memelihara kepatenan jalan nafas dan mencegah

7
terjadinya cidera adalah dua tujuan utama dalam merawat anak yang sedang

mengalami kejang (Price, 2006).

Melihat uraian fenomena yang telah dijelaskan tersebut, maka kelompok

mencetuskan ide/gagasan untuk membuat “Aplikasi Screening Risiko Kejang Demam

pada Anak”. Gagasan ini merupakan inovasi berbasis teknologi website yang dapat

dikembangkan menjadi aplikasi berbasis android untuk mendeteksi sejak awal para

anak-anak di indonesia yang mungkin berisiko tinggi untuk mengalami kejang

demam. Dengan adanya Penilaian teknologi kesehatan yang makin popular di

kalangan kedokteran dan kesehatan, hal ini secara umum dimaksud sebagai upaya

untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, dari aspek promosi, prevensi,

penegakan diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, serta perawatan jangka panjang.

Dengan maraknya program jaminan kesehatan secara menyeluruh (universal health

coverage, UHC) seperti yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO),

maka penilaian teknologi kesehatan ini telah menjadi keharusan di semua Negara.

Teknologi kesehatan terus berkembang dari waktu ke waktu dengan kecepatan yang

makin tinggi. Dalam era evidence-based medicine (EBM) ini, apabila terdapat

masalah dalam kesehatan dan kedokteran, misalnya kesadaran masyarakat yang

kurang terhadap kesulitan dalam penegakan diagnosis penyakit tertentu, atau

keberhasilan pengobatan kurang memuaskan, dan lain-lain, maka langkah ini

merupakan hal yang ideal untuk memecahkan atau mengurangi masalah dengan

menggunakan aplikasi screening pendeteksi kejang demam pada anak.

8
Prinsip di dalam aplikasi ini juga berdasarkan hasil riset-riset sebelumnya,

yaitu melakukan screening dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang

berbasiskan perilaku kesehatan. Secara ringkas, hasil akhir dari penyelesaian

screening ini adalah munculnya interpretasi berisiko/tidak berisiko kejang demam

pada anak. Aplikasi ini sangat cocok dan sesuai, karena ibu-ibu di era milenial seperti

sekarang dekat dengan perkembangan teknologi. Dalam penggunaan aplikasi yang

efektif memudahkan ibu-ibu dalam melakukan pendeteksian dini terhadap anaknya

selain itu dari segi waktu dan baiaya yang diperlukan juga sangat efisien.

Dari pembahasan-pembahasan di atas, jika disubstitusikan ke dalam konsep

“Aplikasi Screening Risiko Kejang Demam Pada Anak” yang diusulkan kelompok

maka aplikasi ini sangat berpotensi membantu upaya promotif dan preventif dalam

promosi kesehatan. Aplikasi tidak hanya untuk anak-anak yang sebelumnya sudah

memiliki status riwayat kejang demam, namun juga dapat membantu mendeteksi dini

pada anak-anak yang belum pernah mengalami kejang demam. Perlu ditegaskan

bahwa Aplikasi Screening Risiko Kejang Demam Pada Anak bukan untuk

menegakkan diagnose, namun untuk memberikan gambaran pada ibu-ibu apakah

anaknya beresiko kejang demam atau demam biasa. Setelah ibu-ibu memahami

gambaran tersebut, maka kita melakukan screening jika seorang anak tidak berisiko

setidaknya hasil yang akan muncul dapat bermanfaat sebagai obat kecemasan serta

saran untuk mempertahankan kehidupan sehatnya (tips akan muncul di akhir

9
screening bersamaan dengan munculnya hasil) sehingga inilah yang disebut sebagai

upaya promotifnya. Namun jika anak ibu, terindikasi berisiko kejang demam maka

akan muncul tampilan rekomendasi tips hidup lebih sehat (edukasi) dan saran untuk

segera ke pelayanan kesehatan terdekat guna untuk dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut agar mencegah perburukan jika tidak segera ditangani (inilah yang disebut

upaya preventif). Diharapkan apapun hasilnya, ibu-ibu mendapatkan edukasi agar

termotivasi untuk hidup lebih sehat dan anak-anak terhindar dari kejang demam. Di

dalam upaya promotif dan preventif tersebut secara tidak langsung juga menjadikan

aplikasi ini sebagai Decision Support System bagi ibu dan anak.

10
Hasil Penelusuran Literatur

No Penulis/Tahun Judul Penelitian Nama Jurnal Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian
Penelitian
1. Karen Thomas, Management Of African Mengidentifikasi Research and identifikasi yang
2021 Acute Fever In Journal Of demam resiko development tepat waktu pada
Children: Consensus Emergency tinggi atau rendah anak berisiko
Recommendations Medicine dan manajemen mengalami
For Community And demam pada anak penyakit serius,
Primary penyakit dapat
Healthcarebproviders dikelola dengan
In Sub-Sahara Africa tepat dan cepat.
Ketika risiko
penyakit serius
rendah, orang tua
dan pengasuh
perlu diyakinkan,
dan anak harus
dikelola dengan
tepat di rumah

11
dengan obat
antipiretik, jika
diindikasikan,
untuk
membuatnya
lebih banyak
nyaman.
2. Robin green, Analisis De Los Atencion Untuk observasional Dalam perawatan
2020 Cuidados Y Los Primaria mendeskripsikan multicenter populasi diamati
Conocimientos pengetahuan orang triko demam meskipun
Parentales Sobre La tua dan perawatan kurangnya
Fiebre En La Infancia demam pada anak pengetahuan.
di bawah 2 tahun. Oleh karena itu,
semakin tinggi
pengetahuan
manajemen yang
lebih baik, yang
menyiratkan
bahwa Strategi
untuk

12
mempromosikan
perawatan yang
baik dari anak
demam adalah
melatih orang tua,
menekankan
asimilasi
informasi yang
diperbarui dan
disesuaikan.
3. Aceptado, 2017 Febrile Convulsions: Elseiver & Untuk Literature Alpha Cronbach
Development And Formosan Memvalidasi Self- Riview Melebihi 0,72
Validation Of A Medical Memberikan Untuk Domain
Questionnaire To Association Kuesioner Kacp Pengetahuan,
Measure Parental Dengan Sikap Dan
Knowledge, Memeriksa Proses Perhatian. Item-
Attitudes, Concerns Perkembangan Total Korelasi
And Practices Dan Sifat Dalam Domain
Psikometrik. Pengetahuan Dan
Perhatian

13
Berkisar Antara
0,40 Hingga 0,73,
Tetapi Lebih
Rendah Pada
Sikap Domain
(Hanya 4 Dari 10
Item Berada
Dalam 0,40-
0,70). Koefisien
Korelasi
Intraclass (Icc)
Untuk Tes
Reliabilitas Tes
Ulang Dari
Domain
Pengetahuan,
Sikap Dan
Perhatian
Masing-Masing
Adalah 0,65, 0,68

14
Dan 0,58.
Koefisien
Korelasi Antara
Domain Kacp
Diuji Dan Secara
Signifikan
Mendukung Teori
Dasar Kuisioner.

4. Naomi Mitsuda, Breastfeeding and Brain & Mengidentifikasi Systematic Dari 84.321 anak
2021 risk of febrile seizure development hubungan antara riview yang dimasukkan
in the first 3 years of menyusui dan dalam analisis,
life : the japan kejang demam 6264 (7,4%)
environment and dalam 3 tahun dilaporkan pernah
children’s study pertama mengalami FS
kehidupan. setidaknya sekali
dalam 3 tahun
pertama
kehidupan
mereka. Anak-

15
anak yang telah
didiagnosis
dengan FS lebih
cenderung
berjenis kelamin
laki-laki, lahir
prematur, telah
mulai
mengunjungi
tempat penitipan
anak lebih awal,
dan lebih sering
mengalami
episode demam.
Mayoritas anak
(98%) telah
menerima
setidaknya
beberapa
menyusui. ]).

16
Pola makan
(pemberian susu
formula, ASI
parsial, dan ASI
eksklusif) tidak
berhubungan
dengan risiko FS.
5. dr. Kalsum Efektifitas klinis dan Germas Untuk Systematic Penilaian
Komaryani, evaluasi ekonomi kementrian menyediakan review teknologi
2017 kesehatan RI referensi sekaligus kesehatan
sebagai acuan merujuk pada
dalam melakukan evaluasi
Penilaian sistematik
Teknologi terhadap
Kesehatan karakteristik dan
dampak distribusi
serta penggunaan
teknologi
kesehatan.
Evaluasi

17
sistematik
tersebut bersifat
multidisiplin
yang mencakup
aspek keamanan,
efikasi,
efektivitas, sosial,
ekonomi,
organisasi,
manajemen,
etika, hukum,
budaya, dan
agama.
6. Endah nur Asuhan Keperawatan Repositori Mengidentifikasi Systematic Kejang demam
hidayah, 2015 Pada An. K Dengan riset kasus kejang literature sering terjadi
Kejang Demam Di kesehatan demam di riview pada anak di
Ruang Seruni Rumah nasional indonesia bawah usia satu
Sakit Umum tahun sampai
Daerahtemanggung awal kelompok
usia dua sampai

18
lima tahun,
karena pada usia
ini otak sangat
rentang terhadap
peningkatan
mendadak suhu
badan. Sekitar
sepuluh persen
anak mengalami
sekurang-
kurangnya 1 kali
kejang. Pada usia
lima tahun,
sebagaian besar
anak telah dapat
mengatasi
kerentannya
terhadap kejang
demam.

19
20
2.2 Kerangka Pikir

Tingginya Angka Kejang Demam Pada Anak-


Anak Penyebab Utama: Kurangnya
Pengetahuan Manajemen Perawatan Mandiri

Upaya yang ada selama ini


kurang memperhatikan
Ibu-ibu milenial melek
prinsip promotif dan
teknologi diera canggih
preventif

Inovasi: Aplikasi Screening Risiko kejnag


demam pada anak → Prinsip promotif dan
preventif dengan identifikasi berisiko

Penilaian teknologi kesehatan yang Teknologi kesehatan


makin popular di kalangan kedokteran terus berkembang dari
dan kesehatan, hal ini secara umum waktu ke waktu dengan
dimaksud sebagai upaya untuk kecepatan yang makin
meningkatkan kualitas pelayanan tinggi. Dalam era
kesehatan, dari aspek promosi, prevensi, evidence-based medicine
penegakan diagnosis, pengobatan, (EBM) merupakan hal
rehabilitasi, serta perawatan jangka ideal untuk memecahkan
panjang. Dalam penggunaan aplikasi atau mengurangi masalah
yang efektif memudahkan ibu-ibu dalam dengan menggunakan
melakukan pendeteksian dini terhadap aplikasi screening
anaknya selain itu dari segi waktu dan pendeteksi kejang demam
baiaya yang diperlukan juga sangat pada anak.
efisien.

21
2.3 Tinjauan Pustaka

2.3.1 Definisi Demam

Demam adalah salah satu alasan paling umum untuk anak-anak yang tidak

sehat yang datang ke apoteker dan layanan kesehatan primer praktisi. Demam

didefinisikan sebagai suhu tubuh 37,5 C dan merupakan respons fisiologis normal

terhadap penyakit yang memfasilitasi dan mempercepat pemulihan. Meskipun sering

dikaitkan dengan penyakit yang membatasi diri, hal itu menyebabkan kekhawatiran

yang signifikan untuk kedua orang tua dan petugas kesehatan yang merawat. Tidak

ada bukti bahwa anak-anak dengan demam berada pada peningkatan risiko untuk

hasil yang merugikan, meskipun sering menimbulkan kekhawatiran di antara orang

tua dan penyedia layanan kesehatan yang takut itu mungkin terkait dengan

peningkatan morbiditas, seperti kejang, kerusakan otak atau kematian. Kejang demam

didefinisikan sebagai kejang yang terjadi pada anak-anak antara 6 bulan dan 5 tahun,

berhubungan dengan demam tetapi tanpa infeksi intrakranial atau penyebab yang

pasti dengan Prevalensi 2–5% dan tingkat sekitar 30% kekambuhan. Kejang demam

adalah jenis kejang yang paling umum pada anak-anak. Didefinisikan sebagai kejang

disertai demam 38 C tanpa penyebab kejang lainnya. Pra yang dilaporkanoleh demam

38 C tanpa penyebab kejang lainnya. Prevalensi FS yang dilaporkan bervariasi dari

1% di Cina, 2% hingga 4% di Eropa dan Amerika Serikat, 11% di Korea, dan 14% di

Guam .Di Jepangdan Amerika Serikat.

22
2.3.2 Ciri Ciri Kejang Demam
Resiko rendah Resiko sedang Resiko tinggi
Umur Usia 3-6 bulan suhu 39 C Usia < 3 bulan dengan
suhu 38 C
Warna Warna biasa kulit, Kulit pucat, bibir atau Pucat/berbintik-
bibir dan lida lidah dilaporkan oleh bintik/kulit pucat/biru,
orang tua atau wali bibir atu lidah
Aktivitas  Merespon  Tidak merespon  Tidak ada
biasanya biasayanya untuk tanggapan
isyarat social isyarat untuk isyarat
 Konten/  Tidak tersenyum social
senyum  Bangun hanya  Tampak sakit
 Tetap terjaga dengan untuk sebuah
atau terbangun berkepanjangan perawatan
dengan cepat stimulasi kesehatan
 Kuat normal  Aktivitas professional
menangis atau berkurang  Tidak bangun
tidak menangis  Pemberian makan atau jika tidak
yang buruk bayi terangsang
tidak
begadang
 Lemah, tinngi
bernada atau
menangis terus
menerus
pernapasan  Hidung melebar  Mendengus
 Tingkat  Tingkat
pernapasan > 50 pernapasan

23
napas/menit (usia >60
1-2 bulan) atau > napas/menit
40 napas/menit  Sedang atau
(usia >12 bulan) dada yang
 Saturasi O2 95% parah
di udara menggambar
 Kresek didada ke dalam
Sirkulasi  Kulit dan mata  Detak jantung  Tugor Kulit
dan hidrasi normal >160 berkurang
 Lendir lembab denyut/menit
membrane (umur < 12
 Buang air kecil bulan) atau > 150
cukup denyut/menit(usia
12-24 bulan) atau
>140
denyut/menit (2-5
tahun)
 Isi ulang kapiler
waktu 3 s
 Lender
membrane kering
 Urin keluar
berkurang
Lainnya Tanpa perantara atau  Demam > 5 hari  Non-berat
beresiko tinggi factor  Kekakuan bantalan
yang ada  Pembengkakan anggota badan
sendi atau atau tidak
anggota badan menggunakan

24
ekstermitas
 Non-blanching
ruam
 Menggembung
ubun-ubun
 Leher kaku
 Status
epileptikus
 Focus tanda-
tanda
neurologis
 Kejang fokal

2.3.3 Klasifikasi Kejang Demam

Ada 2 golongan kejang demam menurut Ridha 2017:

a. Kejang demam sederhana

1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy

2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun

3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun

4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit

5) Kejang tidak bersifat tonik klonik

6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau abnormalitas

perkembangan

25
8) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

9) Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam.

b. Bila kejang tidak memenuhi kriteria tersebut diatas, maka golongan sebagai

kejang demam kompleks. (Ridha, 2017)

2.3.4 Tanda dan Gejala Kejang

biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak akan terlihat aneh untuk

beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki kaku, tersentaksentak atau

kelojotan, dan mata berputar-putar sehingga hanya putih mata yang terlihat. Anak

tidak responsive untuk beberapa waktu, napas akan terganggu dan kulit akan tampak

lebih gelap dari biasanya. Namun, tidak seberapa lama kemudian, anak akan segera

normal kembali (Sudarmoko, 2017).

2.3.5 Etiologi Kejang Demam

Penentuan etiologi kejang berperan penting dalam tata laksana kejang selanjutnya.

Keadaan ini sangat penting terutama pada kejang yang sulit diatasi atau kejang

berulang. Etiologi kejang yang tersering pada anak dapat dilihat pada table berikut:

Kejang Demam Sederhana Gangguan metabolik


Infeksi : - Infeksi intracranial : Infeksi : - Infeksi intrakranial:
meningitis, ensefalitis - Shigellosis meningitis, ensefalitis - Shigellosis
Keracunan : Keracunan :
- Alkohol - Alkohol
- Teofilin - Teofilin

26
- Kokain – Kokain
Lain-lain: Lain-lain: - Ensefalopati hipertensi
- Ensefalopati hipertensi - Tumor otak
- Tumor otak - Perdarahan intrakranial
-Perdarahan intracranial - Idiopatik hipoglikemia
-Idiopatik hipoglikemia - hiponatremia
- hipoksemia
- hipokalsemia
- Gangguan elektrolit atau dehidrasi
- Defisiensi piridoksin
- Gagal ginjal
- Gagal hati
- Kelainan metabolik bawaan

Penghentian obat anti epilepsi Trauma


kepala

2.3.6 Patofisiologi Kejang Demam

Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1℃ akan menyebabkan kenaikan

kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat sebanyak

20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari

seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada kenaikan

suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan dari

membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium

maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan

27
listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel

tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak

mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau rendahnya

ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya,

kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang yang

rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai ambang

kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang

demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah (Ngastiyah, 2007).

2.3.7 Manifestasi Klinis

Sebagian besar kejang demam merupakan kejang umum. Bentuk kejang umum yang

sering dijumpai adalah mata mendelik atau terkadang berkedip-kedip, kedua tangan

dan kaki kaku, terkadang diikuti kelojotan, dan saat kejang anak tidak sadar tidak

memberi respons apabila dipanggil atau diperintah. Setelah kejang anak sadar

kembali. Umumnya kejang demam akan berhenti sendiri dalam waktu kurang dari 5

menit dan tidak berulang lebih dari satu kali dalam 24 jam (Soebadi, 2015).

2.3.8 Pertolongan Pertama Kejang Demam

Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit

yang memerlukan bantuan medis dasar. Medis dasar yang dimaksud disini adalah

tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki orang awam

(Ronald, 2015). Langkah awal yang dapat dilakukan dalam melakukan pertolongan

pertama untuk mencagah terjadinya kejang pada anak demam adalah segera memberi

28
obat penurun panas, kompres air biasa atau hangat yang diletakkan di dahi, ketiak,

dan lipatan paha. Beri anak banyak minum dan makan makanan berkuah atau

buahbuahan yang banyak mengandung air, bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman

lainnya. Jangan selimuti anak dengan selimut tebal, selimut dan pakaian tebal dan

tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan. Ketika

terjadi kejang dan tidak berhenti setelah lima menit, sebaiknya anak segera dibawa ke

fasilitas kesehatan terdekat. Jika anak pernah mengalami kejang demam di usia

pertama kehidupannya, maka ada kemungkinan ia akan mengalami kembali kejang

meskipun temperature nya lebih rendah (Labir et al., 2008).

Menurut (Sofyan et al., 2016) penanganan pertama saat anak mengalami kejang

adalah:

1. Tetap tenang dan tidak panik.

2. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.

3. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah, bersihkan

muntahan atau lendir di mulut atau hidung.

4. Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil) lidah

tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.

5. Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.

6. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.

29
7. Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5 menit.

Jangan berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam rektal hanya boleh

diberikan satu kali oleh orangtua.

30
BAB III
PROTOTIPE
3.1. PROTOTIPE

ALUR PROTOTIPE
HOME IDENTITAS : NAMA, USIA
WEBSITE NERSTEP
KENALI TANDA DAN KUISIONER MENGENAI
GEJALA TANDA DAN GEJALA KESIMPULAN

BERESIKO TIDAK
BERESIKO

31
32

Anda mungkin juga menyukai