PENDAHULUAN
Hipertermia berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau
sistemik. Paling sering hipertermia disebabkan oleh penyakit infeksi seperti
infeksi saluran pernafasan atas, infeksi saluran pernafasan bawah, gastrointestinal,
dan sebagainya. Hipertermia biasanya terjadi sebagai respon terhadap infeksi atau
peradangan karena adanya cedera jaringan ataupun penyakit. Namun, ada juga
penyebab lain yang memungkinkan terjadinya demam, termasuk obat, racun,
kanker, paparan panas, cedera atau kelainan pada otak, dan penyakit sistem
endokrin (hormonal atau glandular) (Maryunani, 2010).
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus
bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak
diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa
(Cahyaningrum, 2017).
1
2
Peningkatan jumlah kasus hipertermia yang disebabkan oleh infeksi pada tahun
2015 di bandingkan dengan tahun 2016 dengan angka 90.245 kasus hipertermia
infeksi pada anak di Indonesia. Data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun
2015 menyebutkan bahwa hipertermia pada anak usia 1- 14 tahun mencapai 4.074
anak dengan klasifikasi 1.837 anak usia 14 tahun, 1.192 anak pada usia 5-9 tahun
dan 1.045 pada anak usai 10-14 tahun (Butar- Butar, 2018).
Uraian di atas cukup menjelaskan bahwa ketika terjadi perubahan suhu tubuh,
seperti suhu tubuh menurun kurang dari 36,5°C yang disebut dengan hipotermia
ataupun naik lebih dari 37,5ºC yang disebut dengan hipertermi atau hipertermia
(Bardu, 2014).
Salah satu tindakan nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk penurunan panas
adalah dengan kompres. Kompres adalah salah satu metode fisik untuk
menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres
hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan upayamemberikan
rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal
hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang area
preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan
menyebabkan terjadinya pengeluarn panas tubuh yang lebih banyak melalui dua
mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry,
2012)
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila
mengalami demam. Salah satu metode kompres yang sering digunakan adalah
pemberian tepid sponging (kompres hangat). Tepid sponging merupakan
tindakan untuk menurunkan suhu tubuh saat hipertermia yaitu dengan merendam
anak di dalam air hangat, mengelap sekujur tubuh dengan air hangat
menggunakan waslap, dan dengan mengompres pada bagian tubuh tertentu yang
memiliki pembuluh darah besar (Bardu, 2014).
4
Tindakan water tepid sponge merupakan salah satu tindakan mandiri dari
perawat, tetapi sering diabaikan bahkan sering dibebankan pada keluarga pasien.
Padahal tindakan water tepid sponge lebih mudah dilakukan dan tidak
memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu, tindakan ini juga memungkinkan
pasien atau keluarga tidak terlalu bergantung pada obat antipiretik. Penelitian
tentang pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan
pada anak usia pra sekolah dan sekolah yang mengalami hipertermia di ruang
perawatan anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung, mengungkapkan bahwa
rata – rata penurunan suhu tubuh saat mendapatkan terapi tepid sponging adalah
0,97ºC dalam waktu 60 menit. Menurut penelitian tentang efektifitas kompres
hangat dalam menurunkan hipertermia pada klien Thypoid abdominalis di RSUD
Gorontalo dapat disimpulkan bahwa tindakan kompres hangat efektif dalam
menurunkan hipertermia pada klien thypoid abdominalis di RSUD Gorontalo
(Ayu, 2015)
Kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga
tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya
5
tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan
suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh darah
tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori – pori kulit akan
membuka dan mempermudah pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi
perubahan suhu tubuh (Sorena, 2019)
Menurut data dari rekam medik Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya
Lampung Tengah tahun 2018 kasus hipertermia merupakan kasus nomor lima
dengan jumlah penderita 398 anak. Tahun 2019 sebanyak 428 dan tahun 2017
sebanyak 489 orang. Untuk tahun 2020 sepanjang bulan Januari- Februari
terdapat 208 anak yang mengalami hipertermia dengan rata-rata perbulan
sebanyak 100 anak (Rekam Medis Rumah Sakit Mitra Mulia Husada, 2020).
Berdasarkan pra survey yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2020, dari 6
orang anak yang mengalami hipertermia secara keseluruhan hanya di berikan
penanganan secara medis/farmakologi tidak di lakukan penanganan secara
nonfarmakologi. Hasil wawancara di lakukan pada keluarga pasien di
dapatkan hasil bahwa 2 ibu mengatakan mengetahui bahwa kompres hangat
dapat menurunkan hipertermia tetapi tidak melakukan karena panik dan
6
Pada penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar
Lampung yang akan di lakukan pada bulan Mei- Juni 2020, Penelitian ini di
lakukan pada 42 sampel anak dengan hipertermia, hal ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya, yakni melakukan intervensi dengan 2 perlakuan dan 2
kelompok dalam ekperimen yakni membandingkan anatra kelompok perlakuan
kompres hangat dan kompres water tepid sponge. Waktu, tempat dan sampel
membedakan dengan penelitian sebelumnya. Serta hasil akhir yang akan di capai
adalah mengetahui Pengaruh Kompres Hangat dan Water Tepid Sponge Terhadap
Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah Tahun 2020
Berdasarkan pra survey yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2020, dari 6
orang anak yang mengalami hipertermia secara keseluruhan hanya di berikan
penanganan secara medis/farmakologi tidak di lakukan penanganan secara
nonfarmakologi. Hasil wawancara di lakukan pada keluarga pasien di
dapatkan hasil bahwa 2 ibu mengatakan mengetahui bahwa kompres hangat
dapat menurunkan hipertermia tetapi tidak melakukan karena panik dan
merasa sudah di berikan obat di Rumah Sakit. 3 keluarga pasien tidak
mengetahui bahwa kompres hangat dapat membantu menurunkan hipertermia
anak, dan 1 keluarga mengatakan bahwa ibu tidak sempat melakukannya karena
anak rewel.
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
a. Hipertermia intermiten
Suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang teratur,
antara periode hipertermia dan periode suhu normal serta sub
normal. Bila hipertermia seperti ini terjadi setiap dua hari sekali
disebut Tersiana dan bila dua hari bebas hipertermia diantara
dua serangan hipertermia disebut Kuartana. Contohnya sakit
malaria.
b. Hipertermia remiten
Terjadi fluktuasi suhu dalam renatn yag luas (lebih dari 2°C)
dan berlangsung selama 24 jam, dan Selma itu suhu tubuh
berada diatas normal.
c. Hipertermia kambuhan
Masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan
periode suhu normal selam 1-2 hari.
d. Hipertermia konstan
Suhu tubuh akan berfluktuasi, tetapi tetap berada di atas
normal. Suhu yang meningkat secara cepat menjadi hipertermia
setelah periode normal dan kembali normal dalam beberapa jam
disebut sebgai fever spike.
3. Penyebab (Etiologi) Demam
Zat yang menyebabkan demam, adalah pirogen. Ada 2 jenis
pirogen yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen
berasal dari luar tubuh dan berkemampuan untuk merangsang IL-1.
Sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam tubuh dan memiliki
kemampuan untuk merangsang hipertermia dengan mempengaruhi
kerja pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Zat-zat pirogen
endogen, seperti interleukin-1, tumor necrosis factor (TNF), serta
interferon (INF) (Sodikin, 2012).
12
4. Mekanisme Demam/Patofisiologi
Hipotalamus merupakan pusat pengaturan utama temperature tubuh
(termoregulasi), yang mendapat stimulasi baik fisik atupun kimia.
Adanya cedera mekanis yang terjadi secara langsung atau akibat
terpajan zat kimiawi pada pusat-pusat tersebut akan menjadi
penyebab demam. Pirogen atau zat-zat yang dapt menyebabkan
hipertermia antara lain berupa endotoksin bakteri gram negative,
dan sitokin yang dilepaskan oleh sel-sel limfoid (interleukin -1)
(Sodikin, 2012).
3) Menggigil ringan.
4) Kemungkinan mengalami dehidrasi.
5. Pengukuran Suhu tubuh
Bayi dan anak berusia kurang dari 4 tahun belum bias bekerja
sehingga jangan lakukan pengukuran suhu di dalam mulut. Pada
kelompok usia tersebut, pengukuran shu di dalam mulut. Pada
kelompok usia tersebut, pengukura thermometer dilakukan secara
rektal, diketiak, atau di telinga dengan thermometer telinga. Pada
anak yang lebih besar, pengukuran dapat dilakukan, baik melalaui
rektal, ketiak, telinga, maupun mulut. Namun demikian, bila anak
pilek hebat dan hidungnya tersumbat, dia tidak bisa menutup
mulutnya (karena ia bernapasa melalui mulut). Sebaiknya,
penggunaaan pengukuran ketiak, telinga, atau rektal (Sutanto,
2017).
6. Dampak Hipertermia Pada Anak
Meskipun hipertermia merupakan gejala bukan penyakit, hipertermia
pada anak bias mengakibatkan dampak yang negative, di antaranya
adalah sebagai berikut :
a. Dehidrasi. Dehidrasi terjadi Karena pada saat hipertermia tejadi
peningkatan pengeluaran cairan tubuh.
b. Kejang demam. Dampak lain dari dari hipertermia adalah adanya
kemungkinan kejang demam, tetapi kemungkinannya sangat
kecil. Gejalanya: anak tidak sadar, kejang tampak sebagai
gerakan-gerakan seluru tangan dan kaki yang terjadi dalam waktu
sangat singkat. Umumnya tidak berbahaya,tidak menyebabkan
kerusakan otak. Selain itu, kejang hipertermia hanya mengenai
bayi usia 6 bulan sampai anak usia 5 tahun. Terjadi pada hari
pertama demm, serangan pertama jarang sekali terjadi pada usia <
6 bulan atau > 3 tahun (Sutanto, 2017).
15
7. Penanganan Demam
Hipertermia tak selalu harus diberikan pengobatan, apalagi pada
anak yang kondisinya baik serta suhunya kurag dari 39 °C, dan bila
diberi pengobatan suhu tubuh tak perlu harus mencapai normal.
Berikut ini adalah penanganan anak hipertermia antara lain:
a. Kompres air hangat.
b. Biarkan anak memakan apa yang dia inginkan, jangan dipaksa.
Hindarkan makanan yang berlemak dan makanan yang sulit
dicerna.
c. Ruangan dijaga agar tidak panas, pasang kipas angin. Anak
memakai baju tebal.
d. Sering minum (ekstra cairan). Air, air sup, dan jus buah segar
yang dicampuri air.
e. Bila sering muntah atau diare, beri minuman elektrolit, seperti
pedialyte atau oralit.
f. Jika hipertermia anak berlanjut sampai 4-5 hari, konsultasikan
kepada dokter untuk mencari penyebabnya (Sutanto, 2017).
lagi oleh hasil penelitian Jayjit (2011) menunjukkan kelompok water tepid
sponge lebih cepat menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan kelompok
antipiretik (penurun panas).
Hasil penelitian Wardiyah (2016) hasil penelitian terkait dimana ada pengaruh
pemberian tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak yang
mengalami demam. Tepid sponge dilakukan dengan cara mengelap seluruh
tubuh dengan menggunakan washlap lembab hangat selama 15 menit. Efek
hangat dari washlap tersebut dapat memvasodilatasi pembuluh darah sehingga
aliran darah menjadi lancar. Kulit memiliki banyak pembuluh darah, ketika
hipertermia panas kemudian diberikan tindakan tepid sponge, panas dari darah
berpindah melalui dinding pembuluh darah kepermukaan kulit dan hilang ke
lingkungan melalui mekanisme kehilangan panas sehinggga terjadi penurunan
suhu tubuh (Wardiyah, 2016).
3) ukur kehangatan air, jika suhu ruangan antara 24-26 derajat, maka air yang
disiapkan hangatnya sekitar 27 derajat
4) mulai seka dari kepala, tangan, badan, kaki, diakhiri punggung
5) Area yang lebih lama untuk di kompres adalah area tubuh yang terdapat
pembuluh darah besar dibawahnya, antara lain:
(a) Fontanel/ Jidat: terdapat pembuluh darah superfisialis
(b) neck/leher: terdapat vena dan arteri jugularis
(c) Brakial/ketek: terdapat arteri atau vena brakialis
(d) di selangkangan: terdapat vena dan arteri femoralis
Batasan suhu normal pada anak tergantung dari cara dan tempat
pengukuran suhu. Secara umum, kita dapat menggunakan acuan
hipertermia sebagai berikut:
a. Suhu pada pengukuran di ketiak diatas 37,2°C
b. Suhu pada pengukuran di anus diatas 38°C
c. Suhu pada pengukuran di mulut di atas 37,5°C
d. Suhu pada pengukuran di telinga di atas 38°C.
4. Gangguan Pengaturan suhu tubuh menurut Wardiyah (2016).
a. Pireksia dan Hiperpireksia
Pireksia (suhu 37,6 – 40°C) dan hiperpireksia (> 40°C)
merupakan kondisi utuhnya mekanisme termoregulasi tetapi
suhu tubuh dipertahankan pada angka yang tinggi. Infeksi
adalah penyebab utama pireksi. Penyebab pireksi yang lain
adalah dehidrasi, obat-obatan tertentu, keganasan, pembedahan,
trauma berat, infark miokardium akut, reaksi trasnsfusi darah,
gagal jantung, dan hiperteroid.
b. Hipertemia
Hipertemia adalah peningkatan suhu tubuh diatas retang normal
yang tidak teratur, dan disebabkan ketidakseimbanagn antara
25
2.1.5 Anak
1. Pengertian anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002
26
dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai
cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat
berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau 11
memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi
terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina
hubungan yang baik dengan ibunya.
2. Usia pra sekolah (2-5 tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun
adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut
oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan
akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan
merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu
jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk
memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak
berbahaya untuknya. Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih.
Hal ini disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata.
Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana,
singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak
melalui objek transisional seperti boneka. Berbicara dengan orangtua bila
anak malu-malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara
tanpa keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan
memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.
3. Usia sekolah (6-12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan
yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh
yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Anak usia sekolah sudah
lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Perbendaharaan
28
katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan anak sudah mampu
berpikir secara konkret.
4. Usia remaja (13-18)
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-
anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku
anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak
harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif.
Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak
bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia percaya. 13 Menghargai
keberad Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal
yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan
tunjukkan ekspresi wajah bahagia.
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Hipertermia
suatu keadaan saat suhu
badan melebihi 37oC
Etiologi
Infeksi virus: hipertermia
dengue, HIV, campak, influenza
Infeksi selain virus:
malaria,ISPA, ISK,
gastroenteritis, hipertermia
tifoid, pneumonia
Pemberian kompres air panas/hangat dan water Pemberian water tapid sponge akan memberikan
tapid sponge pada daerah tubuh akan memberikan Sinyal hangat yang dibawa oleh darah menuju
sinyal ke hypothalamus melalui sumsum tulang hipotalamus
belakang
Pre Post
Suhu tubuh anak sebelum Kompres hangat Suhu tubuh anak setelah
Suhu tubuh anak sebelum Water Tepid Suhu tubuh anak setelah
Sponge
Ada Pengaruh Water Tepid Sponge Terhadap Suhu Tubuh Pada Pasien Anak
Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya
Ha3 :
Ada perbedaan suhu tubuh post intervensi pada kelompok Water Tepid Sponge.
Ada perbedaan suhu tubuh post intervensi pada kelompok kompres hangat
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan
01 : Suhu Tubuh sebelum eksperimen
X1 : Perlakuan berupa kompres hangat
X2 : Perlakuan berupa kompres tepid sponge
02 : Suhu tubuh setelah eksperimen
02- 04: suhu post Kompres hangat dibandingkan dengan suhu post intervensi
tepid sponge
38
Keterangan:
n = Jumlah sampel
σ = standar deviasi peningkatan (0,4 (Fadli, 2018)
❑ 2
µ1 −µ = perbedaan rata-rata pada kelompok (0.7)
α
Z 1− = Confidence level (95 %) = 1,96
2
Z 1−β = Kekuatan Uji (power 80 %) = 0,84
2 ❑
2 ( 0,4 ) [1,96+ 0,84]2 2 ( 0,16 ) [2,8]2
n= 2
n=
(0.7) 0.49
39
0,32[7,84 ] 2,5088
n= n= :41 , 1
0 .49 0.49
= 42 responden
gejala atau faktor atau unsur yang lain, yang kedua variabel itu disebut
variabel terikat.: kompres hangat dan kompres tepid sponge.
2. Variabel terikat (dependen) Variabel ini di pengaruhi oleh variabel bebas,
dengan kata lain variabel ini adalah variabel akibat atau efek (Sugiyono,
2016). yaitu suhu tubuh.
o
tubuh > 37,5 C aksila
akibat perubahan set
poin
Post Intervensi :
- Melakukan pengukuran suhu tubuh pasien kembali
- Melakukan pencatatan
Pelaksanaan :
di lakukan Celupkan waslap dalam air dan letakkan waslap yg sudah
basah dibawah masing-masing aksila dan lipat paha, Bila menggunakan
bak mandi, rendam anak selama 2-3 menit, Letakkan waslap/kain kasa
tersebut pada area yang akan dikompres yaitu pada dahi, axilah, lipatan
paha, dan diusapakan keseluruh tubuh , Dengan perlahan kompres
ekstremitas selama 5 menit. Periksa respon anak. Ganti waslap/ kain kasa
dengan waslap/ kain yang sudah terendah dalam kom berisi air hangat
Post Intervensi :
44
diterima.
didapat hasil, bila t-test hitung lebih kecil (<) dari t tabel maka
Perbedaan antara variabel. bila t-test hitung lebih besar (>) dari
Tabel 3.2
Uji Normalitas data penelitian Perbedaan suhu tubuh dengan
intervensi Kompres Hangat dan Water Tepid Sponge di RS
Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah
Tahun 2020
Uji Homogenitas
Tabel 3.2
Uji Homogenitas penelitian Perbedaan suhu tubuh dengan
intervensi Kompres Hangat dan Water Tepid Sponge di RS
Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah
Tahun 2020
tampilan Output SPSS Versi 20.0 dalam lampiran, diperoleh nilai sig.
Rumah Sakit Mitra Mulia Husada yaitu salah satu Rumah Sakit milik
Swasta/Lainnya Lampung Tengah yang berbentuk Rumah Sakit Umum, diurus
oleh Lainnya Perusahaan dan tergolong kedalam Rumah Sakit Kelas D. Rumah
Sakit ini telah terdaftar semenjak 30/06/2015 dengan Nomor Surat Izin
321/KPTS/D.2/2011 dan Tanggal Surat Izin 21/11/2011 dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Tengah dengan Sifat Tetap, dan berlaku sampai 21
November 2016. Sehabis mengadakan Proses Akreditasi Rumah Sakit Seluruh
Indonesia dengan proses Pentahapan I ( 5 Pelayanan) akhirnya diberikan status
Lulus Akreditasi Rumah Sakit. Rumah Sakit Umum ini bertempat di Jl.
Proklamator Raya No.162-164,Lampung Tengah, Lampung Tengah, Indonesia.
48
49
TT di IGD : 5 kamar
TT Bayi Baru Lahir : 6 kamar
TT Kamar Bersalin : 3 kamar
TT Ruang Operasi : 2 kamar
TT Ruang Isolasi : 2 kamar
n : 21
Kompres hangat Rata-rata SD CI 95%
Suhu tubuh Sebelum 38,3 ,53630
38,1 - 38,6
Suhu tubuh Sesudah 37,4 ,56787
37,2 - 37,7
n : 21
Water teppid sponge Rata-rata SD CI 95%
Suhu tubuh Sebelum 38.5 ,52390 38,2 – 38,8
Suhu tubuh Sesudah 37.2 ,51316 36.9 – 37.4
Tabel 4.4
Perubahan nilai suhu tubuh sebelum dan sesudah kelompok
intervensi Kompres Hangat dan kelompok intervensi Water
teppid sponge Pada Pasien Anak Hipertermia di RS Mitra
Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah
Tahun 2020
n : 42
Variabel Mean Selisih P value CI 95%
Nilai suhu tubuh 0,000
Sebelum kompres 38,3
hangat 0,8 0,74 - 1,02
Sesudah
kompres hangat 37,4
Nilai suhu tubuh
38,5
Sebelum Water
teppid sponge
Nilai suhu tubuh 1,32 1,14 - 1,50
0,000
Sesudah
37,2
Water teppid
sponge
n : 42
Variabel N Rerata P value CI 95%
Kompres hangat 21 0,000
0,44 0.22 - 0,66
water teppid sponge 21
4.3 Pembahasan
water teppid sponge didapatkan hasil mean adalah 1,33 C. Terlihat nilai
○
abses, bisul-bisul yang besar dan bernanah, radang empedu, dan juga
beberapa radang persendian. Pada otot-otot, panas memiliki efek
menghilangkan ketegangan. Setelah suatu pemberian kompres panas
dapat dilakukan latihan fisioterapi dengan lebih mudah pada seorang
Klien/penghuni (Miyami, 2021).
Menurut peneliti kompres hangat dan water tepid sponge adalah suatu
metode dalam penggunaan suhu hangat setempat yang dapat
menimbulkan beberapa efek fisiologis seperti rasa nyaman, mengurangi
atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme
otot, memperlancar sirkulasi darah, merangsang peristatik usus, serta
memberi rasa hangat. Pada kasus demam di sarankan untuk tidak
menggunakan pakaian tebal ataupun selimut tebal karena hal ini tidak di
butuhkan dan justru akan memperhambat proses pengeluaran panas dalam
tubuh, pakaikan saja pakaian dengan kain tipis jika sangat mendesak
(tubuh dalam keadaan sangat menggigil) karena pada dasarnya apabila
tubuh menggigil ataupun sebaliknya berkeringat dalam suatu aktivitas,
hal tersebut menandakan tubuh sedang dalam mempertahankan/
menyeimbangkan ketahanan suhunya. Selain itu klien dan keluarga untuk
mengurangi ketebalan pakaian dan menjaga pakaian serta sprai tetap
kering merupakan hal yang mendorong kehilangan panas melalui
konduksi dan konveksi. Intervensi selanjutnya menginstruksikan klien
dan keluarga untuk membatasi aktivitas fisik dan meningkatkan frekuensi
periode istirahat yang rasionalisasinya aktivitas dan stres akan
meningkatkan laju metabolisme, sehingga meningkatkan produksi panas.
Menginstruksikan klien dan keluarga untuk meningkatkan masukan
cairan oral ±1000ml perhari dengan rasionalisasinya cairan yang hilang
membutuhkan penggantian.Menganjurkan untuk mengurangi aktivitas
fisik untuk membatasi produksi panas yang rasionalisasinya aktivitas
dapat meningkatkan suhu tubuh.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
1. Rerata suhu tubuh anak sebelum dan sesudah dilakukan kompres
hangat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar
Jaya Lampung Tengah Tahun 2020 dari 38,3°C menjadi 37,4°C
2. Rerata suhu tubuh anak sebelum dan sesudah dilakukan Water Tepid
Sponge Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar
Jaya Lampung Tengah Tahun 2020 dari 38.5°C menjadi 37,2°C
3. Ada Perbedaan suhu tubuh dengan intervensi Kompres Hangat dan Water
Tepid Sponge Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah Tahun 2020 (p-
value 0,000 < 0,05) dengan perbedaan 0,4°C
5.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah diuraikan oleh penulis diatas, saran
yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukkan bagi institusi
kesehatan adalah sebagai berikut :
5.2.1 Bagi Orang Tua Anak
Perlu meningkatkan pengetahuan mengenai tehnik kompres hangat yang
tepat sesuai dengan kondisi anaknya. Orang tua bisa memberikan watert
epid sponge pada anaknya yang sedang demam ataupun kejang demam
sebelum menjangkau pelayanan kesehatan lebih lanjut. Sedangkanpada
anak yang menolak pemberian tepid sponge, pemberian kompres hangat
bisa diberikan sebagai penggantinya.
61
62
DAFTAR PUSTAKA
Ayu . (2015) Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Hipertermia di PKU Muhammadiyah
Kutoarjo. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta
Bardu, Y. S., 2014 Perbandingan Efektifitas Tepid Sponging Dan Plester Kompres
Dalam Menurunkan Suhu Tubuh Pada Anak Usia Balita Yang Mengalami
Hipertermia Di Puskesmas Salaman 1 Kabupaten Magelang, Skripsi,
Magelang, 2014,
Cahyaningrum, Etika Dewi, and Diannike Putri. "Perbedaan suhu tubuh anak
hipertermia sebelum dan setelah kompres bawang merah." MEDISAINS 15.2
(2017): 66-74.
Fadli, F., & Hasan, A. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Pada Pasien Febris. JIKP Jurnal Ilmiah Kesehatan PENCERAH, 7(2),
78-83.
Fadli, F., & Hasan, A. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Pada Pasien Febris. JIKP Jurnal Ilmiah Kesehatan PENCERAH, 7(2),
78-83.
Hartini, S., & Pertiwi, P. P. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penurunan suhu tubuh anak hipertermia usia 1-3 tahun di SMC RS Telogorejo
Semarang. Karya Ilmiah.
64
Setiawati, Pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan
pada anak usia pra sekolah dan sekolah yang mengalai hipertermia di ruang
perawatan anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung tahun 2009, Skripsi,
Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan, 2009, diperoleh tanggal 19
Januari 2016, dari http://www.digilib.ui.ac.id.
Sorena, E., Slamet, S., & Sihombing, B. (2019). Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Terhadap Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh Di
Ruang Edelweis Rsud Dr. M. Yunus Bengkulu. Jurnal Vokasi Keperawatan
(JVK), 2(1), 17-24.
Sutanto. 2011. Cara cerdas memilih obat untuk anak. Yogyakarta: Kata Hati
Wong, et al. (2014). Wong buku ajar keperawatan pediatrik. (alih bahasa: Andry
Hartono, dkk). Jakarta. EGC.
Wowor, M. S., Katuuk, M. E., & Kallo, V. D. (2017). Efektivitas Kompres Air Suhu
Hangat Dengan Kompres Plester Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Hipertermia Usia Pra-Sekolah Di Ruang Anak Rs Bethesda Gmim
Tomohon. JURNAL KEPERAWATAN, 5(2).
Yunita, V. E., Afdal, A., & Syarif, I. (2016). Gambaran Faktor yang Berhubungan
dengan Timbulnya Kejang Hipertermia Berulang pada Pasien yang Berobat di
Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang Periode Januari 2010–Desember
2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3).
66
Nama :
Alamat :
Judul : Pengaruh Kompres Hangat dan Water tepid Sponge Terhadap Suhu
Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah Tahun 2020
manfaat dan tujuan yang akan dilakukan. Saya yakin bahwa peneliti akan menghargai
dan menjunjung hak – hak saya sebagai responden dan penelitian ini tidak akan
berdampak negatif pada saya. Saya mengerti partisipasi saya sebagai responden akan
bagi kesehatan anak . Maka dengan ini, saya menyatakan bersedia menjadi
Responden,
(.............................................)
67
Nama :......................................
Diagnosa :......................................
Hasil observasi
Suhu sebelum tindakan Suhu tubuh setelah tindakan
68
KOMPRES HANGAT
B. Persiapan petugas
Menyiapkan APD
C. Pelaksanaan
1. Beri kesempatan anak untuk menggunakan urinal
atau psipot sebelum kompres di lakukan
2. Ukur suhu tubuh anak dan catat
3. Buka seluruh pakaian anak
4. Basahi kedua handuk mandi besar dengan air
hangat, peras hingga lembab
5. Letakkan perlak di atas tempat tidur , kemudian
letakkan handuk yang lembab
6. Tidurkan anak pada handuk lembab kemudian tutup
bagian atas badan anak dengan handuk lembab
69
lainnya
7. Diamkan 5 menit
8. Ganti secara bergilir bagian handuk bawah dan atas
setelah suhu dingin
9. Lakukan prosedur tersebut secara teratur 4 kali
dengan melihat kondisi anak
10. Hentikan prosedur tindakan jika anak kedinginan
atau menggigil atau hentikan segera setelah suhu
anak mendekati normal
11. Pakaikan baju yang tipis dan mudah menyerap
keringat.
12. Rapikan klien bereskan alat dan cuci tangan
13. Setelah 15 menit ukur kembali suhu tubuh klien
D. Evaluasi
Respon Klien
E. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang
dilakukan dan di evaluasi
3. Nama perawat yang melaksanakan
G. Persiapan petugas
Menyiapkan APD
H. Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mencuci tangan.
3. Membawa alat di dekat klien.
4. Memberi salam dan menyapa nama klien
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tepid water
sponge kepada klien dan keluarga
6. Dekatkan alat-alat ke klien
7. Ukur suhu dan nadi anak
8. Periksa suhu air
9. Celupkan waslap dlm air dan letakkan waslap
yg sudah basah dibawah masing-masing aksila
dan lipat paha, Bila menggunakan bak mandi,
71
F. Evaluasi
1. Respon Klien
2.
VII. G. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang
dilakukan dan di evaluasi
3. Nama perawat yang melaksanakan
HASIL PENELITIAN
72
Statistics
sebelum setelah sebelum
kompres kompres water tapid setelah water tepid
hangat hangat sponge sponge
N Valid 21 21 21 21
Missing 0 0 0 0
Mean 38,3810 37,4952 38,5619 37,2333
Std. Error of Mean ,11703 ,12392 ,11433 ,11198
Median 38,2000 37,4000 38,4000 37,2000
Mode 37,80a 37,40 38,40a 37,00a
Std. Deviation ,53630 ,56787 ,52390 ,51316
Variance ,288 ,322 ,274 ,263
Skewness ,628 ,926 ,543 ,344
Std. Error of
,501 ,501 ,501 ,501
Skewness
Kurtosis -,557 1,001 -,286 -,605
Std. Error of Kurtosis ,972 ,972 ,972 ,972
Range 1,80 2,20 1,80 1,70
Minimum 37,80 36,80 37,80 36,50
Maximum 39,60 39,00 39,60 38,20
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Frequency Table
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 36,80 3 14,3 14,3 14,3
37,00 4 19,0 19,0 33,3
37,40 5 23,8 23,8 57,1
37,60 3 14,3 14,3 71,4
37,80 1 4,8 4,8 76,2
38,00 3 14,3 14,3 90,5
38,40 1 4,8 4,8 95,2
39,00 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0
Histogram
74
Descriptives
Statistic Std. Error
sebelum Mean 38,3810 ,11703
kompres hangat 95% Confidence Interval for Lower Bound 38,1368
Mean Upper Bound 38,6251
5% Trimmed Mean 38,3466
Median 38,2000
Variance ,288
Std. Deviation ,53630
Minimum 37,80
Maximum 39,60
Range 1,80
Interquartile Range ,90
Skewness ,628 ,501
Kurtosis -,557 ,972
setelah kompres Mean 37,4952 ,12392
hangat 95% Confidence Interval for Lower Bound 37,2367
Mean Upper Bound 37,7537
5% Trimmed Mean 37,4519
Median 37,4000
Variance ,322
75
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
76
Group Statistics
Std.
kelompok N Mean Deviation Std. Error Mean
hipertermia kompres hangat 21 ,89 ,307 ,067
water tepid sponge 21 1,33 ,396 ,087