Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia yang biasanya terjadi
karena infeksi, kondisi dimana otak mematok suhu di atas setting normal yaitu di
atas 38oC. Namun demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu >38.5oC.
Hipertermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu tubuh yang terlalu panas atau
tinggi. Umumnya, manusia akan mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu
tubuh. Namun, pada keadaan tertentu, suhu dapat meningkat dengan cepat hingga
pengeluaran keringat tidak memberikan pengaruh yang cukup (Anisa, 2015).

Hipertermia berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau
sistemik. Paling sering hipertermia disebabkan oleh penyakit infeksi seperti
infeksi saluran pernafasan atas, infeksi saluran pernafasan bawah, gastrointestinal,
dan sebagainya. Hipertermia biasanya terjadi sebagai respon terhadap infeksi atau
peradangan karena adanya cedera jaringan ataupun penyakit. Namun, ada juga
penyebab lain yang memungkinkan terjadinya demam, termasuk obat, racun,
kanker, paparan panas, cedera atau kelainan pada otak, dan penyakit sistem
endokrin (hormonal atau glandular) (Maryunani, 2010).

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus
bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak
diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa
(Cahyaningrum, 2017).

1
2

WHO mengemukakan jumlah kasus hipertermia di seluruh dunia mencapai 18-34


juta.Anak merupakan yang rentan terkena demam, walaupun gejala yang dialami
lebih ringan dari orang dewesa. Hampir disemua daerah endemik, insidensi
hipertermia banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun. Data kunjungan ke fasilitas
kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa
karna menderita hipertermia (Butar-butar, 2018).

Insiden terjadinya hipertermia diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah


penduduk. Asia angka kejadian kejang hipertermia lebih tinggi, seperti di Jepang
dilaporkan antara 6-9% kejadian demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam.
Angka kejadian hipertermia di Asia dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80 – 90%
dari seluruh hipertermia sederhana tahun 2013. Di Indonesia penderita
hipertermia sebanyak 465 (91.0%) dari 511 ibu yang memakai perabaan untuk
menilai hipertermia pada anak mereka sedangkan sisanya 23,1% saja
menggunakan thermometer (Fadli, 2018).

Peningkatan jumlah kasus hipertermia yang disebabkan oleh infeksi pada tahun
2015 di bandingkan dengan tahun 2016 dengan angka 90.245 kasus hipertermia
infeksi pada anak di Indonesia. Data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun
2015 menyebutkan bahwa hipertermia pada anak usia 1- 14 tahun mencapai 4.074
anak dengan klasifikasi 1.837 anak usia 14 tahun, 1.192 anak pada usia 5-9 tahun
dan 1.045 pada anak usai 10-14 tahun (Butar- Butar, 2018).

Uraian di atas cukup menjelaskan bahwa ketika terjadi perubahan suhu tubuh,
seperti suhu tubuh menurun kurang dari 36,5°C yang disebut dengan hipotermia
ataupun naik lebih dari 37,5ºC yang disebut dengan hipertermi atau hipertermia
(Bardu, 2014).

Hipertermi berkepanjangan merupakan suatu kondisi suhu tubuh lebih dari 38 oC


yang menetap selama lebih dari delapan hari dengan penyebab yang sudah atau
belum diketahui. Tiga penyebab terbanyak demam pada anak yaitu penyakit
3

infeksi (60%-70%), penyakit kolagen-vaskular, dan keganasan.Walaupun infeksi


virus sangat jarang menjadi penyebab demam berkepanjangan, tetapi 20%
penyebab adalah infeksi virus. Infeksi virus seperti hipertermia berdarah, atau
yang jarang terjadi  infeksi virus hipertermia rematik, penyakit yang berhubungan
dengan paparan panas, alergi, beberapa imunisasi, seperti difteri, tetanus dan
pertusis vaksin (DTaP) atau vaksin pneumokokus dan lain-lain. Hipertermia yang
berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau sistemikharus
ditangani dengan benar karena terdapat beberapa dampak negatif yang
ditimbulkan, disebabkan karena berbagai faktor. Jika tidak di manajemen dengan
baik, hipertermi dapat menjadi hipertermi berkepanjangan. (Yunita, 2016).

Salah satu tindakan nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk penurunan panas
adalah dengan kompres. Kompres adalah salah satu metode fisik untuk
menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres
hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan upayamemberikan
rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal
hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang area
preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan
menyebabkan terjadinya pengeluarn panas tubuh yang lebih banyak melalui dua
mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry,
2012)

Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila
mengalami demam. Salah satu metode kompres yang sering digunakan adalah
pemberian tepid sponging (kompres hangat). Tepid sponging merupakan
tindakan untuk menurunkan suhu tubuh saat hipertermia yaitu dengan merendam
anak di dalam air hangat, mengelap sekujur tubuh dengan air hangat
menggunakan waslap, dan dengan mengompres pada bagian tubuh tertentu yang
memiliki pembuluh darah besar (Bardu, 2014).
4

Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan pengaruh kompres hangat dengan


kompres dingin terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien anak karena 3
infeksi di BP RSUD Djojonegoro Temanggung menunjukkan hasil bahwa water
tepid sponge sangat efektif dalam mengurangi suhu tubuh pada anak dengan
hipertermia dan juga membantu dalam mengurangi rasa sakit atau
ketidaknyamanan (Suprapti, 2008). Selain itu penelitian tentang perbandingan
efektivitas dari water tepid sponge dan obat antipiretik dengan hanya obat
antipiretik saja dalam pengelolaan hipertermia pada anak menunjukkan hasil
bahwa penurunan suhu tubuh dengan menggunakan water tepid sponge dan obat
antipiretik lebih signifikan daripada hanya dengan obat antipiretik saja (Thomas,
et al, 2016).

Tindakan water tepid sponge merupakan salah satu tindakan mandiri dari
perawat, tetapi sering diabaikan bahkan sering dibebankan pada keluarga pasien.
Padahal tindakan water tepid sponge lebih mudah dilakukan dan tidak
memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu, tindakan ini juga memungkinkan
pasien atau keluarga tidak terlalu bergantung pada obat antipiretik. Penelitian
tentang pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan
pada anak usia pra sekolah dan sekolah yang mengalami hipertermia di ruang
perawatan anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung, mengungkapkan bahwa
rata – rata penurunan suhu tubuh saat mendapatkan terapi tepid sponging adalah
0,97ºC dalam waktu 60 menit. Menurut penelitian tentang efektifitas kompres
hangat dalam menurunkan hipertermia pada klien Thypoid abdominalis di RSUD
Gorontalo dapat disimpulkan bahwa tindakan kompres hangat efektif dalam
menurunkan hipertermia pada klien thypoid abdominalis di RSUD Gorontalo
(Ayu, 2015)

Kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga
tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya
5

tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan
suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh darah
tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori – pori kulit akan
membuka dan mempermudah pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi
perubahan suhu tubuh (Sorena, 2019)

Penelitian Sorena (2019) dengan judul Efektifitas Pemberian Kompres Hangat


Terhadap Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh Di Ruang
Edelweis Rsud Dr. M. Yunus Bengkulu, cara mudah yang di lakukan dengan
kompres hangat yakni anduk yang telah dibasahi air hangat dengan temperatur
maksimal 43oC. Pemberian kompres air panas/hangat pada daerah tubuh akan
memberikan sinyal ke hypothalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika
reseptor yang peka terhadap panas di hypothalamus dirangsang, system efektor
mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Hasil
penelitian didapatkan : kecenderungan penurunan suhu tubuh setelah dilakukan
kompres hangat pada anak dengan peningkatan suhu tubuh di ruang Edelweis
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dengan rata-rata penurunan (0,7526oC)

Menurut data dari rekam medik Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya
Lampung Tengah tahun 2018 kasus hipertermia merupakan kasus nomor lima
dengan jumlah penderita 398 anak. Tahun 2019 sebanyak 428 dan tahun 2017
sebanyak 489 orang. Untuk tahun 2020 sepanjang bulan Januari- Februari
terdapat 208 anak yang mengalami hipertermia dengan rata-rata perbulan
sebanyak 100 anak (Rekam Medis Rumah Sakit Mitra Mulia Husada, 2020).

Berdasarkan pra survey yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2020, dari 6
orang anak yang mengalami hipertermia secara keseluruhan hanya di berikan
penanganan secara medis/farmakologi tidak di lakukan penanganan secara
nonfarmakologi. Hasil wawancara di lakukan pada keluarga pasien di
dapatkan hasil bahwa 2 ibu mengatakan mengetahui bahwa kompres hangat
dapat menurunkan hipertermia tetapi tidak melakukan karena panik dan
6

merasa sudah di berikan obat di Rumah Sakit. 3 keluarga pasien tidak


mengetahui bahwa kompres hangat dapat membantu menurunkan hipertermia
anak, dan 1 keluarga mengatakan bahwa ibu tidak sempat melakukannya karena
anak rewel.

Pada penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar
Lampung yang akan di lakukan pada bulan Mei- Juni 2020, Penelitian ini di
lakukan pada 42 sampel anak dengan hipertermia, hal ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya, yakni melakukan intervensi dengan 2 perlakuan dan 2
kelompok dalam ekperimen yakni membandingkan anatra kelompok perlakuan
kompres hangat dan kompres water tepid sponge. Waktu, tempat dan sampel
membedakan dengan penelitian sebelumnya. Serta hasil akhir yang akan di capai
adalah mengetahui Pengaruh Kompres Hangat dan Water Tepid Sponge Terhadap
Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah Tahun 2020

Tindakan kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri dari


perawat, tetapi sering diabaikan bahkan sering dibebankan pada keluarga
pasien. Berdasarkan permasalahan diatas, penulis bermaksud melakukan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Kompres Hangat dan Water Tepid Sponge
Terhadap Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah Tahun 2020 ”.

1.2 Identifikasi Masalah


Menurut data dari rekam medik Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya
Lampung Tengah tahun 2018 kasus hipertermia merupakan kasus nomor lima
dengan jumlah penderita 398 anak. Tahun 2019 sebanyak 428 dan tahun 2017
sebanyak 489 orang. Untuk tahun 2020 sepanjang bulan Januari- Februari
terdapat 208 anak yang mengalami hipertermia dengan rata-rata perbulan
sebanyak 100 anak (Rekam Medis Rumah Sakit Mitra Mulia Husada, 2020).
7

Berdasarkan pra survey yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2020, dari 6
orang anak yang mengalami hipertermia secara keseluruhan hanya di berikan
penanganan secara medis/farmakologi tidak di lakukan penanganan secara
nonfarmakologi. Hasil wawancara di lakukan pada keluarga pasien di
dapatkan hasil bahwa 2 ibu mengatakan mengetahui bahwa kompres hangat
dapat menurunkan hipertermia tetapi tidak melakukan karena panik dan
merasa sudah di berikan obat di Rumah Sakit. 3 keluarga pasien tidak
mengetahui bahwa kompres hangat dapat membantu menurunkan hipertermia
anak, dan 1 keluarga mengatakan bahwa ibu tidak sempat melakukannya karena
anak rewel.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Kompres Hangat
dan Water Tepid Sponge Terhadap Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung
Tengah Tahun 2020?.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Diketahui Pengaruh Kompres Hangat dan Water Tepid Sponge Terhadap
Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah Tahun 2020
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahui rerata suhu tubuh anak sebelum dan sesudah dilakukan
kompres hangat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia
Husada Bandar Jaya Lampung Tengah Tahun 2020
2. Diketahui rerata suhu tubuh anak sebelum dan sesudah dilakukan
Water Tepid Sponge Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia
Husada Bandar Jaya Lampung Tengah Tahun 2020
8

3. Diketahui Perbedaan suhu tubuh dengan intervensi Kompres Hangat


dan Water Tepid Sponge Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung
Tengah Tahun 2020.

1.5 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan bukti-bukti empiris bahwa teknik kompres hangat
yang dilakukan peneliti efektif dalam menurunkan hipertermia pada
anak serta sebagai masukan pengembangan ilmu pengetahuan tentang
pentingnya pemahaman tentang cara non farmakologi dalam
mengurangi hipertermia pada anak.

1.4.2 Manfaat Aplikatif


1. Tenaga kesehatan,
Penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan acuan
perkembangan materi keperawatan khususnya dibidang
keperawatan komunitas dan pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan upaya komunikasi, informasi, dan edukasi
kepada klien dan keluarga.
2. Bagi instansi terkait,
Penelitian ini dapat di jadikan masukan bagi institusi untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan
kemampuan dalam bidang keperawatan pada klien dengan
demam, hususnya pada area keperawatan anak.
3. Bagi peneliti,
Penelitian ini dapat di jadikan memberikan pengetahuan
tambahan tentang materi keperawatan terutama dibidang
keperawatan anak dan pendidikan kesehatan sehingga nantinya
dapat dijadikan bahan penyuluhan kepada masyarakat dalam
9

upaya peningkatan kemandirian masyarakat dalam menangani


masalah demam.
4. Bagi klien dan keluarga,
Penelitian ini dapat di jadikan memberikan informasi dan
motivasi kepada klien dan keluarga untuk memilih dan
menerapkan perawatan hipertermia dengan tepat dan mandiri.
memberikan informasi dan pengetahuan tambahan kepada
masyarakat tentang pentingnya teknik kompres yang tepat
untuk menangani masalah hipertermia di kehidupan sehari-hari.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan ruang lingkup keperawatan anak, . Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompres hangat dan Water Tepid Sponge
terhadap suhu tubuh pada pasien anak hipertermia, Dengan subjek penelitian ini
adalah klien anak yang mengalami hipertermia. Penelitian telah di lakukan
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung
Tengah pada bulan Mei – Juli Tahun 2020 .Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh pasien anak dengan hipertermia di Rumah Mitra Mulia Husada Bandar
Jaya Lampung Tengah periode 2019 sebanyak 691 klien anak dengan rata-rata
perbulan 60 pasien. Desain atau rancangan penelitian analitik dengan pendekatan
quasi eksperimen atau eksperimen semu (control time series design). Purposive
sampling teknik sampling non random sampling . Variabel independen adalah
kompres hangat, Water Tepid Sponge dan variabel dependen adalah suhu tubuh.
Pengambilan data menggunakan temperatur suhu dan lembar observasi, Analisis
univariat dan analisis bivariat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Konsep Demam
1. Pengertian Demam
Hipertermia dapat didefinisikan dengan suatu keadaan suhu di atas
normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di
hipotalamus, yang dipengaruhi oleh IL-1. Pusat Pengaturan suhu
mempertahankan suhu dalam keadaan seimbang baik pada saat
sehat atupun hipertermia dengan mengatur keseimbang diantara
produksi dan pelepasan panas tubuh. Peningkatan suhu tubuh yang
tidak teratur karena disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
produksi dan pembatasan panas, disebut dengan hipertemia. Pada
keadaan hipertemia, interleukin -1 tidak terlibat, akibatnya pusat
pengaturan suhu di hipotalamus berada dalam keadaan normal
(Sodikin, 2012).

Hipertermia adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang


masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh
normal (>37,5°C). Hipertermia adalah proses alami tubuh untuk
melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Hipertermia terajadi
pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus,
jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat –
obatan (Hartini, 2015).
2. Tipe Hipertermia
Empat jenis hipertermia yang umum terjadi menurut (Kozier,
2011) adalah hipertermia intermiten, remiten, kambuhan, dan
konstan.

10
11

a. Hipertermia intermiten
Suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang teratur,
antara periode hipertermia dan periode suhu normal serta sub
normal. Bila hipertermia seperti ini terjadi setiap dua hari sekali
disebut Tersiana dan bila dua hari bebas hipertermia diantara
dua serangan hipertermia disebut Kuartana. Contohnya sakit
malaria.
b. Hipertermia remiten
Terjadi fluktuasi suhu dalam renatn yag luas (lebih dari 2°C)
dan berlangsung selama 24 jam, dan Selma itu suhu tubuh
berada diatas normal.
c. Hipertermia kambuhan
Masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan
periode suhu normal selam 1-2 hari.
d. Hipertermia konstan
Suhu tubuh akan berfluktuasi, tetapi tetap berada di atas
normal. Suhu yang meningkat secara cepat menjadi hipertermia
setelah periode normal dan kembali normal dalam beberapa jam
disebut sebgai fever spike.
3. Penyebab (Etiologi) Demam
Zat yang menyebabkan demam, adalah pirogen. Ada 2 jenis
pirogen yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen
berasal dari luar tubuh dan berkemampuan untuk merangsang IL-1.
Sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam tubuh dan memiliki
kemampuan untuk merangsang hipertermia dengan mempengaruhi
kerja pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Zat-zat pirogen
endogen, seperti interleukin-1, tumor necrosis factor (TNF), serta
interferon (INF) (Sodikin, 2012).
12

Kausa hipertermia selain infeksi juga dapat disebabkan oleh


keadaan toksemia, karena keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat. Selain itu juga karena gangguan pada pusat
regulasi suhu sentral yang menyebabakan peninggian temperature
seperti pada heat stroke, perdarahan otak, koma, atau gangguan
sentral lainnya (Sodikin, 2012).

Penyebab hipertermia terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan


bagian atasa disusul infeksi saluran pencernaan. Hal tersebut dapat
dimengerti karena infeksi saluran pernapasan merupakan penyakit
anak yang paling sering didapatkan (Sutanto, 2017).

4. Mekanisme Demam/Patofisiologi
Hipotalamus merupakan pusat pengaturan utama temperature tubuh
(termoregulasi), yang mendapat stimulasi baik fisik atupun kimia.
Adanya cedera mekanis yang terjadi secara langsung atau akibat
terpajan zat kimiawi pada pusat-pusat tersebut akan menjadi
penyebab demam. Pirogen atau zat-zat yang dapt menyebabkan
hipertermia antara lain berupa endotoksin bakteri gram negative,
dan sitokin yang dilepaskan oleh sel-sel limfoid (interleukin -1)
(Sodikin, 2012).

Interleukin-1 berfungsi membantu proliferasi limfosit selain juga


meginduksi demam, sedangakan interleukin-2 yang dihasilkan oleh
sel-sel T, menyebabkan proliferasi sel T dan memiliki banyak
fungsi pada mekanisme imunomodulasi lain (Sodikin, 2012).

Sewaktu hipertermia berlangsung, akan terlihat berbagai gejala


klinis tergantung dari fase demamnya berlangsung, yaitu fase awal,
proses, dan fase pemulihan (defervescence). Tanda – tanda ini
timbul sebagai hasil perubahan pada titik tetap dalam mekanisme
13

pengaturan suhu tubuh menurut (Sodikin, 2012).

a. Fase I (awitan dingin atau menggigil)


Pada fase awal ini hipertermia akan disertai dengan:
1) Peningkatan denyut jantung.
2) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan.
3) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot.
4) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi.
5) Merasakan sensasi dingin.
6) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi.
7) Rambut kulit berdiri.
8) Pengeluaran keringat berlebihan.
9) Peningkatan suhu tubuh.
b. Fase II (Proses Demam)
Selama proses hipertermia berlangsung akan diserati dengan:
1) Proses menggigil hialng.
2) Kulit terasa hangat (panas).
3) Merasa tidak panas (dingin).
4) Peningkatan nadi dan laju pernapasan.
5) Peningkatan rasa haus.
6) Dehidrasi ringan sampai berat.
7) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat irtasi sel saraf.
8) Lesi mulut herpetic.
9) Kehilangan nafsu makan (bila hipertermia memanjang).
10) Kelemahan, kelitihan, dan nyeri ringan pada otot akibat
katabolisme protein.
c. Fase III (Pemulihan)
Saat fase pemulihan maka akan disertai:
1) Kulit tampak merah dan hangat.
2) Berkeringat.
14

3) Menggigil ringan.
4) Kemungkinan mengalami dehidrasi.
5. Pengukuran Suhu tubuh
Bayi dan anak berusia kurang dari 4 tahun belum bias bekerja
sehingga jangan lakukan pengukuran suhu di dalam mulut. Pada
kelompok usia tersebut, pengukuran shu di dalam mulut. Pada
kelompok usia tersebut, pengukura thermometer dilakukan secara
rektal, diketiak, atau di telinga dengan thermometer telinga. Pada
anak yang lebih besar, pengukuran dapat dilakukan, baik melalaui
rektal, ketiak, telinga, maupun mulut. Namun demikian, bila anak
pilek hebat dan hidungnya tersumbat, dia tidak bisa menutup
mulutnya (karena ia bernapasa melalui mulut). Sebaiknya,
penggunaaan pengukuran ketiak, telinga, atau rektal (Sutanto,
2017).
6. Dampak Hipertermia Pada Anak
Meskipun hipertermia merupakan gejala bukan penyakit, hipertermia
pada anak bias mengakibatkan dampak yang negative, di antaranya
adalah sebagai berikut :
a. Dehidrasi. Dehidrasi terjadi Karena pada saat hipertermia tejadi
peningkatan pengeluaran cairan tubuh.
b. Kejang demam. Dampak lain dari dari hipertermia adalah adanya
kemungkinan kejang demam, tetapi kemungkinannya sangat
kecil. Gejalanya: anak tidak sadar, kejang tampak sebagai
gerakan-gerakan seluru tangan dan kaki yang terjadi dalam waktu
sangat singkat. Umumnya tidak berbahaya,tidak menyebabkan
kerusakan otak. Selain itu, kejang hipertermia hanya mengenai
bayi usia 6 bulan sampai anak usia 5 tahun. Terjadi pada hari
pertama demm, serangan pertama jarang sekali terjadi pada usia <
6 bulan atau > 3 tahun (Sutanto, 2017).
15

7. Penanganan Demam
Hipertermia tak selalu harus diberikan pengobatan, apalagi pada
anak yang kondisinya baik serta suhunya kurag dari 39 °C, dan bila
diberi pengobatan suhu tubuh tak perlu harus mencapai normal.
Berikut ini adalah penanganan anak hipertermia antara lain:
a. Kompres air hangat.
b. Biarkan anak memakan apa yang dia inginkan, jangan dipaksa.
Hindarkan makanan yang berlemak dan makanan yang sulit
dicerna.
c. Ruangan dijaga agar tidak panas, pasang kipas angin. Anak
memakai baju tebal.
d. Sering minum (ekstra cairan). Air, air sup, dan jus buah segar
yang dicampuri air.
e. Bila sering muntah atau diare, beri minuman elektrolit, seperti
pedialyte atau oralit.
f. Jika hipertermia anak berlanjut sampai 4-5 hari, konsultasikan
kepada dokter untuk mencari penyebabnya (Sutanto, 2017).

2.1.2 Konsep Kompres Hangat


1. Pengertian Kompres Hangat
Menurut kamus kedokteran Dorland (2012), kompres berasal dari
bahasa latin compressus yang berarti bantalan dari linen atau
materi lain yang dilipat-lipat, dikenakan dengan tekanan; kadang-
kadang mengandung obat, dapat basah ataupun kering, panas
ataupun dingin. Kompres adalah sepotong balutan kasa yang
dilembabkan dengan cairan hangat yang telah diprogramkan
(Potter & Perry, 2011).

Panas dari kompres dapat menguat dengan cepat. Untuk


mempertahankan suhu yang konstan, perawat harus sering
mengganti kompres atau menggunakan bantalan akuatermi yang
16

hangat atau bantalan panas kedap air di atas kompres. Karena


kelembapan dapat mengantarkan panas, maka untuk membuat
kompres lembab, semua pengaturan suhu pada alat pemanas harus
lebih rendah dari pada membuat kondisi kering. Lapisan
pembungkus plastic atau handuk kering juga dapat mengisolasi
kompres dan menahan panas. Panas yang lembab dapat
meningkatkan vasolidatasi dan evaporasi panas dari permukaan
kulit (Perry, 2011).

2. Manfaat Kompres Hangat


Stimulasi kompres panas atau hangat dapat menimbulkan respon
fisiologis yang berbeda. Pada umumnya kompres panas atau hangat
berguna untuk pengobatan, meningkatkan aliran darah ke bagian yang
cedera. Manfaat diberikannya kompres hangat adalah sebagai berikut
(Potter & Perry, 2011)
a. Respon fisiologi pada vasodilatasi memberikan keuntungan yaitu
untuk meningkatkan aliran darah kebagian tubuh yang
mengalami cidera, meningkatkan pengiriman nutrisi dan
pembuangan zat sisa, mengurangi kongesti vena di dalam
jaringan yang mengalami cedera.
b. Pada viskositas darah menurun, sehingga meningkatkan
pengiriman leukosit dan antibiotik ke daerah luka
c. Ketegangan otot menurun, menyebabkan meningkatnya relaksasi
otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekauan
d. Metabolisme jaringan meningkat, menyebabkan meningktnya
aliran darah dan memberikan rasa hangat lokal
e. Permeabilitas kapiler meningkat yang menyebabkan
meningkatnya pergerakan zat sisa dan nutrisi.
17

3. Tahap – tahap pemberian kompres hangat


Tahap pemberian kompres hangat menurut Sodikin (2012):
Tahap persiapan, terlebih dahulu jelaskan prosedur dan
demonstrasikan kepada keluarga cara kompres air hangat.
Kemudian siapkan peralatan yang dibutuhkan seperti, ember, atau
Waskom tempat air, air hangat, handuk mandi 5 buah, selimut
mandi mandi 1 buah, perlak besar 1 buah, ermometer aksila,
termometer air, dan selimut hipotermi atau seimut tidur.
Langkah-langkah pemberian kompres adalah sebagai berikut:
a. Beri kesempatan anak untuk menggunakan urinal atau pispot
sebelum kompres dilaksanakan.
b. Ukur suhhu tubuh anak dan cacat.
c. Buka seluruh pakaian anak.
d. Lakukan: 1) Basahi ke dua handuk mandi besar dengan air
hangat, peras sehingga handuk lembab, 2) Letakkan perlak di
atas tempat tidur, kemudian letakkan handuk yang lembab, 3)
Tidurkan anak pada handuk lembab, kemudian tutup bagian
atas badan anak dengan handuk lembab lainnya. Diamkan ± 5
menit. 4) Ganti secara bergilir bagain handuk bawah dan atas
setelah suhu dingin. 5) Lakukan prosedur 4 a-d secara teratur
2-4 kali, dengan melihat kondisi anak. 6) Hentikan prosedur
jika anak kedinginan atau menggigil, atau segera setelah suhu
tubuh anak mendekati normal, dan 7) Pakaikan anak baju yang
tipis dan mudah menyerap keringat. Setelah selesai tindakan
rapikan klien, bereskan alat-alat, cuci tangan, catat kegiatan
dalam lembar observasi dan setelah ± 15 menit ukur kembali
suhu tubuh klien.
18

2.1.3 Water Tepid Sponge


a. Pengertian Teknik Tepid Sponge
Tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkan
teknik kompres blok pada pembuluh darah besar superficial dengan teknik
seka. Telah di uji di berbagai negara dimana di setiap publikasi riset
menghasilkan kesimpulan yang bervariasi. Namun fakta menunjukkan
bahwa pemberian acetaminophen yang diiringi dengan pemberian
hydrotheraphy Tepid Sponge memiliki keunggulan dalam mempercepat
penurunan suhu anak dengan hipertermia pada satu jam pertama
dibandingkan dengan anak yang hanya diberi acetaminophen.

Terapi tepid sponge adalah suatu tindakan dimanana dilakukan penyekaan


keseluruh tubuh dengan menggunakn air hangat dengan suhu 32 oC sampai
37oC, yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh yang di atas normal yaitu
37,5oC (Widyawati & Cahyanti, 2010). Kompres tepid sponge ini hampir
sama dengan kompres air hangat biasa, yakni mengompres pada lima titik
(leher, 2 ketiak, 2 pangkal paha) ditambah menyeka bagian perut dan dada
atau diseluruh badan dengan kain. Basahi lagi kain bila kering. Berdasarkan
penelitian dari Isnaeni (2014) kompres tepid sponge hangat lebih efektif
dari kompres hangat.

Kompres tepid sponge bekerja dengan cara vasodiltasi (melebarnya)


pembuluh darah perifer diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit
ke lingkungan sekitar akan lebih cepat, dibandingkan hasil yang diberikan
oleh kompres hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari stimulasi
hipotalamus.. Kompres tepid sponge ini sudah terbukti efektif untuk
menurunkan panas tubuh saat demam, bahkan lebih cepat daripada
meminum obat penurun panas. Penelitian dari Thomas (2016) menunjukkan
penurunan suhu tubuh kelompok water tepid sponge secara signifikan lebih
cepat dibandingkan kelompok antipiretik(penurun panas). Hal ini diperkuat
19

lagi oleh hasil penelitian Jayjit (2011) menunjukkan kelompok water tepid
sponge lebih cepat menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan kelompok
antipiretik (penurun panas).

b. Tujuan Tepid Sponge


Tujuan Utama dari tepid sponge adalah menurunkan suhu klien khususnya
pada anak dengan demam. Tepid sponge merupakan suatu prosedur untuk
meningkatkan kontrol kehilangan panas tubuh melalui evaporasi dan
konduksi, yang biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami hipertermia
tinggi. Tujuan dilakukan tindakan tepid sponge yaitu untuk menurunkan suhu
tubuh pada pasien yang mengalami hipertermia (Hidayati, 2014).

c. Manfaat Tepid Sponge


Tepid sponge merupakan suatu prosedur yang diberikan kepada pasien dengan
tujuan untuk menurunkan atau mengurangi suhu tubuh dengan menggunakan
air hangat (Dagoon, et. All ; Dewi 2017). Seperti pada kompres hangat, tepid
sponge bekerja dengan cara mengirimkan implus ke hipotalamus bahwa
lingkungan sekitar sedang dalam keadaan panas. Keadaan ini akan
mengakibatkan hipotalamus berespon dengan mematok suhu tubuh yang lebih
tinggi dengan cara menurunkan produksi dan konservasi panas tubuh (Guyton
& Hall ; Dewi 2017).

Pada prinsipnya pemberian tepid sponge dapat menurunkan suhu tubuh


melalui proses penguapan dan dapat memperlancar sirkulasi darah, sehingga
darah akan mengalir dari organ dalam kepermukaan tubuh dengan membawa
panas. Kulit memiliki banyak pembuluh darah, terutama tangan, kaki, dan
telinga. Aliran darah melalui kulit dapat mencapai 30% dari darah yang
dipompakan jantung. Kemudian panas berpindah dari darah melaui dinding
pembuluh darah kepermukaan kulit dan hilang kelingkungan sehingga terjadi
penurunan suhu tubuh (Potter & Perry, 2013).
20

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maling (2012) di RSUD Tugurejo


Semarang tentang pengaruh kompres tepid sponge hangat terhadap penurunan
suhu tubuh anak umur 1 – 10 tahun dengan hipertermi, didapatkan hasil p
value = 0,001 yang artinya ada pengaruh kompres tepid sponge terhadap
penurunan suhu tubuh pada pasien hipertermi.

Hasil penelitian Wardiyah (2016) hasil penelitian terkait dimana ada pengaruh
pemberian tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak yang
mengalami demam. Tepid sponge dilakukan dengan cara mengelap seluruh
tubuh dengan menggunakan washlap lembab hangat selama 15 menit. Efek
hangat dari washlap tersebut dapat memvasodilatasi pembuluh darah sehingga
aliran darah menjadi lancar. Kulit memiliki banyak pembuluh darah, ketika
hipertermia panas kemudian diberikan tindakan tepid sponge, panas dari darah
berpindah melalui dinding pembuluh darah kepermukaan kulit dan hilang ke
lingkungan melalui mekanisme kehilangan panas sehinggga terjadi penurunan
suhu tubuh (Wardiyah, 2016).

d. Teknik water tepid sponge


1) Persiapan
a) Handuk/saputangan
b) Selimut
c) Baju mandi (jika ada)
d) Perlak
e) Handschoen
f) Thermometer
g) Mangkuk atau bak berisi air hangat.
2) Pelaksanaan
a) Menyiapkan alat dan bahan
b) Mencuci tangan.
21

c) Membawa alat di dekat klien.


d) Memberi salam dan menyapa nama klien
e) Menjelaskan tujuan dan prosedur tepid water sponge kepada klien dan
keluarga
f) Dekatkan alat-alat ke klien
g) Ukur suhu dan nadi anak
h) Periksa suhu air
i) Celupkan waslap dlm air dan letakkan waslap yg sdh basah dibawah
masing-masing aksila dan lipat paha, Bila menggunakan bak mandi,
rendam anak selama 2-3 menit
j) Letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan dikompres
yaitu pada dahi, axilah, lipatan paha, dan diusapakan keseluruh tubuh
k) Dgn perlahan kompres ekstremitas selama 5 menit. Periksa respon
anak.
l) Ganti waslap/ kain kasa dengan waslap/ kain yang sudah terendah
dalam kom berisi air hangat
m)Keringkan ekstremitas dan kaji ulang nadi dan suhu tbh anak.
Observasi respon klien thd terapi
n) Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun
o) Ukur suhu tubuh anak
p) Bila suhu tubuh turun sedikit diatas normal (38°C) hentikan prosedur.
q) Rapikan klien dana bereskan alat-alat bila sudah selesai
r) Membereskan alat
s) Mencuci tangan

e. Beberapa Faktor yang mempengaruhi suhu


1) kecepatan BMR (Body metabolic rate) menghasilkan panas yang lebih
tinggi. Body surface area bayi lebih perbandingannya lebih besar,
sehingga lebih mudah kehilangan panas tubuh
2) syaraf simpatis yang melepas epineprine dan  norepineprine yang
22

meningkatkan metabolisme dan produksi panas


3) gizi, misalnya anak malnutrisi tidak memiliki bahan tubuh yang cukup
untuk dimetabolisme untuk menghasilkan panas
4) infeksi
Mekanisme perpindahan panas:
1) konduksi - penghantaran panas melalui perantaraan benda padat dan
langsung, contoh: stetoskop atau tempat tidur bayi yang dingin dapat
menurunkan temperatur tubuh bayi
2) konveksi - perpindahan panas melalui media partikel udara atau air,
terdapat jarak antara sumber panas dan penerima panas, contoh: gelas
yang panas saat dituangi air panas kedalamnya.
3) Radiasi - perpindahan panas tanpa perantara partikel zat (ruang hampa),
contohnya adalah cahaya lampu.
4) epavorasi - penguapan cairan. tubuh yang berkeringat saat unjuk rasa
disiang hari dengan kondisi panas di depan DPR-MPR RI untuk
mengesahkan RUU keperawatan.
Tehnik Penurunan panas water tepid sponge
1) berikan pakaian yang tipis dan lengan pendek agar tidak terhambat proses
pelepasan panasnya melalaui evaporasi.
2) water tepid sponge dapat diberikan kepada anak yang suhu tubuhnya >=
38 derajat celcius
3) kontraindikasi water tepid sponge diberikan kepada bayi baru lahir karena
sistem regulasi pengaturan panas tubuhnya belum mature.
4) alat dan bahan: Baskom, handuk, termometer, air hangat kuku, kain
bedong.
Prosedurnya
1) kaji suhu
2) waktu dilakukannya v adalah 1 jam setelah diberikan obat antipiretik (saat
efek obatnya maksimal)
23

3) ukur kehangatan air, jika suhu ruangan antara 24-26 derajat, maka air yang
disiapkan hangatnya sekitar 27 derajat
4) mulai seka dari kepala, tangan, badan, kaki, diakhiri punggung
5) Area yang lebih lama untuk di kompres adalah area tubuh yang terdapat
pembuluh darah besar dibawahnya, antara lain:
(a) Fontanel/ Jidat: terdapat pembuluh darah superfisialis 
(b) neck/leher: terdapat vena dan arteri jugularis
(c) Brakial/ketek: terdapat arteri atau vena brakialis
(d) di selangkangan: terdapat vena dan arteri femoralis

2.1.4 Konsep Suhu Tubuh


1. Pengertian
Suhu adalah pengukuran keseimbangan antara panas yang di
hasilkan oleh tubuh dan panas yang hilang dari tubuh. Suhu rubuh
mencerminkan kesimbangan antara produksi dan pengeluaran panas
dari tubuh yang di ukur dalam unit panas yang disebut derajat
(Kozier, 2011).

Suhu tubuh anak yang normal (dalam keadaan sehat) adalah


berkisar 36-37°C. Suhu tubuh ini bervariasi dengan kisaran 0,5-
1,0°C (Sodikin, 2012).

2. Tingkatan Suhu Tubuh Manusia Menurut (Sodikin, 2012):


a. Tingkatan suhu keadaan kolaps (Hipotermia; suhu dibawah
25°C)
b. Subnormal (35°C & dibawahnya),
c. Batas normal (35,8-37,3°C)
d. Pireksi (37,8°C-(rendah) – 39,5°C (tinggi),
e. Hiperpireksia 39,5° atau diatasnya.
24

3. Suhu tubuh pada anak sehat menurut Sodikin (2012):


Tabel 2.1
Suhu Anak Sehat
Umur Suhu °C Suhu °F
3 Bulan 37,5 99,4
1 Tahun 37,7 99,7
3 Tahun 37,2 99,0
5 Tahun 37,0 98,6
7 Tahun 36,8 98,3
9 Tahun 36,7 98,1
13 Tahun 36,6 97,8

Batasan suhu normal pada anak tergantung dari cara dan tempat
pengukuran suhu. Secara umum, kita dapat menggunakan acuan
hipertermia sebagai berikut:
a. Suhu pada pengukuran di ketiak diatas 37,2°C
b. Suhu pada pengukuran di anus diatas 38°C
c. Suhu pada pengukuran di mulut di atas 37,5°C
d. Suhu pada pengukuran di telinga di atas 38°C.
4. Gangguan Pengaturan suhu tubuh menurut Wardiyah (2016).
a. Pireksia dan Hiperpireksia
Pireksia (suhu 37,6 – 40°C) dan hiperpireksia (> 40°C)
merupakan kondisi utuhnya mekanisme termoregulasi tetapi
suhu tubuh dipertahankan pada angka yang tinggi. Infeksi
adalah penyebab utama pireksi. Penyebab pireksi yang lain
adalah dehidrasi, obat-obatan tertentu, keganasan, pembedahan,
trauma berat, infark miokardium akut, reaksi trasnsfusi darah,
gagal jantung, dan hiperteroid.
b. Hipertemia
Hipertemia adalah peningkatan suhu tubuh diatas retang normal
yang tidak teratur, dan disebabkan ketidakseimbanagn antara
25

produksi dan pembatasan panas. Hipertemia dapat disebabkan


karena senagatan panas, toksisitas aspirin, kejang, dan
hipertiroidisme (Sodikin, 2012).
c. Hiportemia
Hiportemia adalah suhu inti yang kurang dari 35°C. Hampir
semua proses metabolisme dapat dipengaruhi hiportemia.
Derajat hiportemia diklasifikasikan sebagai ringan (suhu tubuh
32-35°C), sedang (28-31,5°C), berat (20-27°C), dan sangat
berat (< 20°C).
d. Frostbite
Frostbite adalah cedera local akibat suhu dingin pada
permukaan tubuh, dan bukan pada intinya (seperti pada
hiportemia). Frostbite terjadi akibat pemajanan suhu dibawah
beku. Jari, tangan, kaki, jari kaki, dan wajah, terutama hidung,
telinga, pipi, paling berisiko mengalami frostbite.
5. Cara mengukur suhu tubuh
a. Oral: pada usia 5 sampai 6 tahun, anak dapat memahami
bagaimana menahan thermometer dengan aman di dalam
mulutnya. Bila anak mempunyai sesuatu untuk dimakan atau
diminum, tunggu 15 menit sebelum anda mengukur suhu oral.
b. Rektal: perhatikan bahwa suhu rektal tidak boleh diukur jika
anak mengalami diare atau kurang dari 1 tahun.
c. Aksila: pengukuran suhu aksila (ketiak) merupakan pengukuran
suhu yang paling aman untuk memeriksa apakah anak
menderita hipertermia (Wong, 2014).

2.1.5 Anak
1. Pengertian anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002
26

tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah


siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih
didalam kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan
perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada didalam
kandungan hingga berusia 18 tahun (Damayanti,2012)
2. Kebutuhan dasar anak
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan
menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi,
perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang,
kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asih),
pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras
antara ibu atau pengganti ibu dengan anak merupakansyarat yang mutlakuntuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun
psikososial. Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah), stimulasi mental
merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada
anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental psikososial
diantaranya kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama,
kepribadian dan sebagainya.
3. Tingkat perkembangan anak
Menurut Damaiyanti (2008), karakteristik anak sesuai tingkat perkembangan :
1. Usia bayi (0-1 tahun)
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah
dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan
perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat
berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi
dengannya secara non verbal, misalnya memberikan sentuhan, dekapan,
dan menggendong dan berbicara lemah lembut. Ada beberapa respon non
verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan, tangan
27

dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai
cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat
berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau 11
memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi
terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina
hubungan yang baik dengan ibunya.
2. Usia pra sekolah (2-5 tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun
adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut
oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan
akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan
merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu
jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk
memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak
berbahaya untuknya. Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih.
Hal ini disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata.
Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana,
singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak
melalui objek transisional seperti boneka. Berbicara dengan orangtua bila
anak malu-malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara
tanpa keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan
memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.
3. Usia sekolah (6-12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan
yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh
yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Anak usia sekolah sudah
lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Perbendaharaan
28

katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan anak sudah mampu
berpikir secara konkret.
4. Usia remaja (13-18)
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-
anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku
anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak
harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif.
Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak
bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia percaya. 13 Menghargai
keberad Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal
yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan
tunjukkan ekspresi wajah bahagia.

2.2 Penelitian Terkait

Peneliti Judul Metode Hasil


Hendrawati Pengaruh Tepid Jenis penelitian ini Sebelum diberikan
(2019) Sponge terhadap adalah Quasi Experiment Tepid Sponge seluruh
perubahan suhu dengan rancangan balita mengalami suhu
tubuh pada balita penelitian one group tinggi (100%) sebanyak
yang mengalami pretest --- posttest 12 responden, setelah
demam di RSUD design. Dilakukan di diberikan Tepid Sponge
Dr. Achmad RSUD Dr. Achmad sekali pemberian suhu
Mochtar Mochtar Bukittinggi seluruh responden
Bukittinggi pada April 2018. menjadinormal (100%)
Responden balita yang Hasil uji statistik
menderita demam menunjukkan
sebanyak 12 orang. pemberian Tepid
Sampel dalam Sponge berpengaruh
Pengambilan Sampel terhadap perubahan
Non-probabilitas dengan suhu tubuh dengan p =
Sampling Sistematis. 0.000 (≤0.05).
Pengambilan sampel Kesimpulan: Dapat
sistematis adalah jenis disimpulkan bahwa ada
sampel berdasarkan pengaruh Tepid spons
urutan anggota populasi pada perubahan suhu
yang telah diberi nomor tubuh. Petugas
genap mulai dari angka kesehatan diharapkan
2. Uji statistik yang untuk memberikan
digunakan adalah uji-T. Tepid Sponge
29

Peneliti Judul Metode Hasil


number 2. The statistical balita yang mengalami
test used is paired sample peningkatan suhu tubuh
T-test. sampel
berpasangan

Karra (2019) Perbedaan esain penelitian adalah Data hasil diuji


Teknik Kompres eksperimen semu dengan signifikansi dengan
Hangat tes prepost dua menggunakan
Konvensional kelompok. Populasi pengukuran berulang
dan Teknik Tepid diambil dari Puskesmas model linier umum
Sponge Kompres Kampili sedangkan 20 (nilai p 0,03 untuk
Hangat pada sampel diambil dengan kompres hangat
Perubahan Suhu teknik purposive konvensional dan nilai
Tubuh Penderita sampling. Kompres p 0,01 pada teknik
Demam Tifoid hangat konvensional kompres hangat spons
ditempatkan di dahi, hangat).
sementara spons hangat Secara statistik, teknik
hangat dikompres dan kompres hangat spons
ditempatkan di dahi, hangat lebih bermakna
ketiak dan lipatan paha dan secara kualitatif,
secara bersamaan. perubahan suhu lebih
baik setelah kompresi.

Malianti Pengaruh Metode yang digunakan Hasil penelitian


(2017) Kompres Hangat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
terhadap Suhu adalah pre-eksperimen suhu tubuh rata-rata
Tubuh Penderita dengan rancangan one responden sebelum
Demam Dewasa group pre-test dan post- pemberian kompres
test. Sebanyak 20 pasien hangat sebesar 38,39 °
dewasa demam menjadi C dan suhu tubuh rata-
responden dalam rata setelah pemberian
penelitian ini. Kompres kompres hangat sebesar
hangat diaplikasikan 37,88 ° C. Hasil uji t
selama 10 menit, berpasangan
menggunakan waslap menunjukkan nilai p
yang dibasahi air hangat 0,8). Hal ini
pada suhu 37,5 ° C, pada menunjukkan bahwa
dahi dan kedua ketiak. kompres hangat pada
Kain lap diganti tiga kali dahi dan ketiak yang
atau setiap tiga menit dioleskan pada
penderita demam
dewasa efektif
menurunkan suhu
tubuh.
30

Peneliti Judul Metode Hasil


Burhan Efektivitas Penelitian ini Setelah dilakukan
(2020) Pemberian menggunakan desain pencarian artikel
Kompres deskriptif kuantitatif terdapat 9 artikel yang
Terhadap dengan pendekatan berhubungan dengan
Penurunan Suhu telaah sistematis. pemberian kompres
Tubuh Pada Instrumen penelitian hangat, 6 artikel dengan
Anak: Review menggunakan lokasi pemberian di
Sistematis Pendekatan Daftar ketiak dan area songe
Periksa Penilaian Riset hangat (menyeka
Duffy. seluruh tubuh), 7 artikel
dengan pemberian
kompres selama 30
menit dan 10 artikel
dengan air kompres.
suhu 37oC.
Kesimpulan: Dari 15
artikel yang berhasil
ditelusuri, intervensi
yang paling banyak
diberikan adalah
kompres hangat pada
ketiak dan area spons
hangat dengan
pemberian kompres
selama 30 menit dan
suhu air tekan 37oC
Dzulfaizah KOMBINASI Penelitian ini merupakan Hasil penelitian
(2017) Cold Pack, Water uji coba terkontrol secara menunjukkan bahwa
Spray, Dan Fan acak (RCT) dengan rata-rata suhu tubuh
Cooling Pada rancangan pretest postest kelompok eksperimen
Penurunan Suhu control group design dan pada pretest 38,762o C
Tubuh Dan pengukuran ulang yang dan turun menjadi 37,3o
Tingkat dilakukan pada bulan C setelah diberikan
Keberhasilan Desember 2016 - Januari intervensi selama 60
Mencapai Suhu 2017. Terdapat 32 menit. Perbedaan rata-
Normal Pada responden yang dipilih rata suhu tubuh adalah
Pasien Sakit secara total sampling, 1,4625, dengan p-value
Kritis Dengan dengan 16 responden 0,000
Hipertermia secara acak pada
kelompok eksperimen
dan kontrol. Termometer
digital digunakan untuk
mengukur hipertermia.
Paired ttest, Ulangi
Anova dengan post hoc,
dan Mann Whitney
digunakan analisis data.
31

Peneliti Judul Metode Hasil


Hartini Efektifitas Metode penelitain ini Hasil uji Paired T-test
(2016) Kompres Air menggunkan pre-post tmenunjukan nilai p=
Hangat Terhadap design. Banyaknya 0,000 (p<0,05),
Penurunan Suhu sampel yang digunakan sehingga dapat
Tubuh Anak dalam penelitian ini disimpulkan bahwa
Hipertermia Usia adalah 36 responden kompres air hangat
1 - 3 Tahun Di Berdasarkan analisis dari efektif terhadap
Smc Rs 36 responden yang penurunan suhu tubuh
Telogorejo diberikan kompres air pada anak hipertermia
Semarang hangat, rata – rata usia 1-3 tahun di SMC
penurunan suhu tubuh RS Telogorejo Semaran
sebesar 1,3°C.
Nurlaili Studi Komparatif Desaian penelitian ini Hasil uji statistik
(2018) Pemberian menggunakan Quasy menunjukkan ada
Kompres Hangat Eksperimental dengan perbedaan penurunan
Dan Tepidsponge rancangan penelitian Pre- suhu tubuh antara
Terhadap Test and post-Test kompres hangat dengan
Penurunan Suhu Design With Comparison p value = 0,000
Tubuh Pada Anak Treatment. Populasi
Dengan Kejang dalam penelitian ini
Hipertermia Di adalah semua pasien
Rsud Dr. yang mengalami kejang
Soedarsono hipertermia di RSUD dr.
Pasuruan Soedarsono Pasuruan.
Sampel dibagi menjadi 2
kelompok yaitu
kelompok kompres hagat
dan kelompok
tepidsponge, masing-
masing 15 orang, yang
diambil dengan teknik
purposive sampling.
Analisis menggunakan
univariat dan bivariate
dengan uji paired t test
dan uji independent t
test.

Mohamad Efektifitas Metode penelitian yang Hasil penelitian: ∑ b


Kompres Hangat digunakan adalah quasi (x ; n , p) < 0,05 = ∑ b
(2015) Dalam eksperimen. Jumlah (5 ; 19 , ½) < 0,05 =
Menurunkan responden sebanyak 19 0,0318 < 0,05.
Hipertermia orang, yang diobservasi Kesimpulan; H0
Pada Pasien sebelum dan setelah ditolak, yang artinya
Thypoid dilakukan tindakan tindakan kompres
Abdominalis Di kompres hangat. hangat efektif dalam
Ruang G1 Lt.2 Penelitian ini menurunkan
hipertermia pada pasien
32

Peneliti Judul Metode Hasil


RSUD Prof. Dr. menggunakan metode thypoid abdominalis di
H. Aloei Saboe purposive sampling, ruang G1(anak) Lt.2
Kota Gorontalo dengan menggunakan RSUD. Prof. Dr. Hi.
kriteria inklusi. Analisis Aloei Saboe Kota
data pada penelitian ini Gorontalo.
menggunakan uji
statistik “Sign test.
Novitasari Penerapan Jenis penelitian ini Hasil studi kasus pasien
Kompres Hangat adalah deskriptif dengan I dan pasien II terjadi
(2015) menggunakan metode penurunan suhu tubuh.
Untuk
pendekatan studi kasus. jadi dapat disimpulkan
Menurunkan
Subjek dari studi kasus bahwa terapi kompres
Hipertermia Pada ini adalah dua pasien hanngat dapat
Anak Dengan dengan kriteria inklusi menurunkan suhu tubuh
Hipertermia mengalami hipertermia, pada anak hipertermia
Typoid pasien yang bersedia typoid yang mengalami
menjadi responden dan hipertermia.
bersedia menandatanhani
informed consent. Studi
kasus ini adalah anak
dengan hipertermia
typoid mengalami
hipertermia
Dewi (2016) Perbedaan Desain penelitian ini Ada perbedaan yang
Penurunan Suhu adalah quasy signifikan, antara suhu
Tubuh Antara eksperiment dengan jenis sebelum dilakukan
Pemberian rancangan pre test dan kompres air hangat
Kompres Air post test design. Populasi dengan suhu sesudah
Hangat Dengan pada penelitian ini dilakukan kompres air
Tepid Sponge adalah anak usia 1-7 hangat. Ada perbedaan
Bath Pada Anak tahun yang mengalami yang signifikan, antara
Demam hipertermia di ruang Hijr suhu sebelum dilakukan
Ismail RSI A Yani pemberian tepid sponge
Surabaya pada bulan bath dengan suhu
Januari-Februari 2014 sesudah dilakukan tepid
sebesar 116 anak. sponge bath. Ada
perbedaan penurunan
suhu tubuh antara
pemberian kompres air
hangat dan tepid sponge
bath pada anak
hipertermia di ruang
Hijr Ismail RSI A Yani
Surabaya.

Fadli (2018) Pengaruh Jenis penelitian yang hasil p=0,0001 dengan


Kompres Hangat digunakan adalah tingkat kemaknaan
33

Peneliti Judul Metode Hasil


Terhadap kuantitatif dengan desain p <α (0,05) yang
Perubahan Suhu quasi eksperimen dengan dimana 0,0001<0,05
Tubuh Pada rancangan pre and post maka dari itu dapat
Pasien Febris test design, sampel pada disimpulkan bahwa
penelitian ini adalah adanya pengaruh
pasien anak yang kompres hangat
mengalami febris di terhadap perubahan
ruang instalasi gawat suhu tubuh pasien febris
darurat dengan jumlah di ruangan instalasi
sampel sebanyak 17 gawat darurat
orang. Tekhnik puskesmas Tanru
pengambilan sampel Tedong Kabupaten
adalah purposive Sidrap. Hasil penelitian
sampling. ini dapat di pergunakan
sebagai bahan masukan
bagi institusi kesehatan
dan penanganan
peningkatan suhu tubuh
pada pasien febris.
Semoga penelitian ini
dapat menambah
pengetahuan dan
wawasan peneliti
sekaligus menjadi
pengalaman berharga
bagi peneliti dalam hal
melakukan penelitian.

Wardiyah Perbandingan Jenis penelitian Hasil uji statistik


(2015) Efektifitas kuantitatif, desain quasi menunjukkan ada
Pemberian eksperiment dengan perbedaan penurunan
Kompres Hangat rancangan penelitian pre suhu tubuh antara
Dan Tepid test and post test designs kompres hangat dengan
Sponge Terhadap with two comparison mean 0,5 °C dan tepid
Penurunan Suhu treatments. Populasi sponge dengan mean
Tubuh Anak pada penelitian ini 0,8°C (p value ˂ α,
Yang Mengalami adalah anak yang 0,003 ˂ 0,05). Saran
Hipertermia Di mengalami hipertermia untuk Rumah Sakit
Ruang Alamanda dengan penyakit hasil penelitian ini
Rsud Dr. H. bronkopnuemonia, dapat dijadikan
Abdul Moeloek typhoid, dan DHF yang masukan untuk standar
Provinsi berjumlah 185 anak. operasional prosedur
Lampung Tahun Sampel dibagi 2 dalam menurunkan
2015 kelompok masing- suhu tubuh anak yang
masing 15 orang, yang mengalami hipertermia
diambil dengan teknik secara non
purposive sampling. farmakologis.
34

Peneliti Judul Metode Hasil


Analisis yang digunakan
adalah analisis univariat
dan bivariat dengan uji T
dependen dan uji T
independen.
Wowor Efektivitas metode penelitian adalah Hasil penelian, uji
(2017) Kompres Air Quasi Eksperimen Pooled t-test dengan
Suhu Hangat Equivalent dengan tingkat kemaknaan 95%
Dengan Kompres pendekatan pretest (α = ,005), diperoleh
Plester Terhadap postest two control nilai p-value sebesar
Penurunan Suhu group. Responden dibagi 0.001. Nilai p – value
Tubuh Anak menjadi 2 kelompok 0.001 < ,005.
Hipertermia Usia intervensi dengan cara Kesimpulan penelitian
Pra-Sekolah Di accidental sampling. ini yaitu adanya
Ruang Anak Rs Analisa data perbedaan penurunan
Bethesda Gmim menggunakan Paired T- suhu antara pemberian
Tomohon Test dan Pooled T-Test. kompres air suhu
hangat dengan kompres
plester terhadap
penurunan suhu tubuh
anak hipertermia usia
pra-sekolah di ruang
Paulus RS Bethesda
GMIM Tomohon.

Perbedaan penelitian dengan penelitian yang lain:


Pada penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar
Lampung yang telah di lakukan pada bulan Mei- Juni 2020, Penelitian ini di
lakukan pada 16 sampel anak dengan hipertermia, hal ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya, pemberian ini hanya memberikan kompres hangat kepada
pasien, Waktu, tempat dan sampel membedakan dengan penelitian sebelumnya.
Serta hasil akhir yang akan di capai adalah mengetahui Perbedaan suhu tubuh
Sebelum dan sesudah Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah Tahun 2020
35

2.3 Kerangka Teori

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Hipertermia
suatu keadaan saat suhu
badan melebihi 37oC

Etiologi
Infeksi virus: hipertermia
dengue, HIV, campak, influenza
Infeksi selain virus:
malaria,ISPA, ISK,
gastroenteritis, hipertermia
tifoid, pneumonia

Kompres air hangat Kompres air hangat

Pemberian kompres air panas/hangat dan water Pemberian water tapid sponge akan memberikan
tapid sponge pada daerah tubuh akan memberikan Sinyal hangat yang dibawa oleh darah menuju
sinyal ke hypothalamus melalui sumsum tulang hipotalamus
belakang

akan meransang area


preoptik

system efektor mengeluarkan


sinyal yang memulai
berkeringat dan vasodilatasi

Penurunan suhu tubuh

Sumber Modifikasi : Potter & Perry, 2010 & Fadli , 2018


36

2.4 Kerangka Konsep


Berdasarkan kerangka teori maka penulis membatasi penelitian ini
Gambar 2.2
Kerangka Konsep

Pre Post

Suhu tubuh anak sebelum Kompres hangat Suhu tubuh anak setelah

Suhu tubuh anak sebelum Water Tepid Suhu tubuh anak setelah
Sponge

2.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian
sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2013).
Nilai P-value < dari nilai alpha (Ha diterima dan H0 di tolak) dapat disimpulkan
pada penelitian ini :
Ha 1 :
Ada Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Suhu Tubuh Pada Pasien Anak
Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya
Lampung Tengah Tahun 2020.
Ha2 :

Ada Pengaruh Water Tepid Sponge Terhadap Suhu Tubuh Pada Pasien Anak

Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya

Lampung Tengah Tahun 2020.

Ha3 :

Ada perbedaan suhu tubuh post intervensi pada kelompok Water Tepid Sponge.

Ada perbedaan suhu tubuh post intervensi pada kelompok kompres hangat
37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode yang
berlandaskan pada filsafat positifisme digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian
analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2016).

Desain atau rancangan penelitian analitik dengan pendekatan quasi eksperimen


atau eksperimen semu (control time series design) desain penelitian. dimana
keuntungan dari desain ini adalah menjamin adanya validitas internal yang tinggi
karena lebih memungkinkan adanya kontrol terhadap validitas internal (Riyanto,
2017). Rancangan tersebut digambarkan sebagai berikut :
Kelompok kompres hangat : 01-----------X1---------02
Kelompok kompres tepid sponge : 03-----------X2---------04

Keterangan
01 : Suhu Tubuh sebelum eksperimen
X1 : Perlakuan berupa kompres hangat
X2 : Perlakuan berupa kompres tepid sponge
02 : Suhu tubuh setelah eksperimen
02- 04: suhu post Kompres hangat dibandingkan dengan suhu post intervensi
tepid sponge
38

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


3.2.1 Tempat penelitian
Tempat penelitian di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia Husada
Bandar Jaya Lampung Tengah
3.2.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian ini telah dilaksanakan bulan 10 Juni – 10 Agustus 2020

3.3 Subyek Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak dengan
hipertermia di Rumah Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah
periode 2019 sebanyak 691 klien anak dengan rata-rata perbulan 60
pasien.
3.3.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2016) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut. Besar sampel pada
penelitian eksperimen menurut Iwan Ariawan (1997) adalah dengan
menggunakan rumus:
2 α
2 σ [Z 1− + Z 1−β ]2
2
n= 2
( µ 1❑−µ2 )

Keterangan:
n = Jumlah sampel
σ = standar deviasi peningkatan (0,4 (Fadli, 2018)
❑ 2
µ1 −µ = perbedaan rata-rata pada kelompok (0.7)
α
Z 1− = Confidence level (95 %) = 1,96
2
Z 1−β = Kekuatan Uji (power 80 %) = 0,84

2 ❑
2 ( 0,4 ) [1,96+ 0,84]2 2 ( 0,16 ) [2,8]2
n= 2
n=
(0.7) 0.49
39

0,32[7,84 ] 2,5088
n= n= :41 , 1
0 .49 0.49

= 42 responden

Sehingga pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok

dengan intervensi kompres hangat dengan jumlah responden 21. Dan

kelompok dengan intervensi tepid sponge dengan jumlah responden 21.

3.3.3 Teknik Sampling


Pengambilan sampel dengan cara Purposive sampling, yaitu salah satu
teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab
permasalahan penelitian (Sugiyono, 2016). Pada penelitian ini, peneliti
mengidentifikasi sampel yang akan digunakan adalah semua semua anak
yang berusia 1-12 tahun. Kemudian peneliti menetapkan sampel
berdasarkan pertimbangan peneliti sendiri sesuai dengan kriteria yang
diinginkan.
Kriteria Sampel pada intervensi kelompok kompres hangat dan kelompok
tepid Sponge :
Kriteria inklusi:
1. Anak yang orang tuanya mengijinkan menjadi responden
2. Anak yang mengalami peningkatan suhu > 37,5°C
Kriteria eksklusi:
1. Anak yang mengalami luka terbuka di daerah kompres

3.4 Variabel Penelitian


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (independen) yaitu Variabel ini adalah sejumlah gejala atau
faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya
40

gejala atau faktor atau unsur yang lain, yang kedua variabel itu disebut
variabel terikat.: kompres hangat dan kompres tepid sponge.
2. Variabel terikat (dependen) Variabel ini di pengaruhi oleh variabel bebas,
dengan kata lain variabel ini adalah variabel akibat atau efek (Sugiyono,
2016). yaitu suhu tubuh.

3.5 Definisi Operasional


Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

Cara Hasil Skala


Variabel Definisi Operasional Alat Ukur
Ukur Ukur Ukur
Dependen
Suhu Tubuh Pengukuran suhu tubuh Lembar Ceklist, Suhu
yang diukur sebelum dan observasi, melihat tubuh Ratio
setelah dilakukan termometer termometer dalam
perlakuan, diukur dengan Infrared lotus suhu tubuh ukuran
menggunakan termometer yang di o
C
Digital (microlife) ukur di
bagian
aksila
Independen Pemberian kompres Waslap, air Pemberian - -
Kompres hangat selama 15 menit hangat, kompres
hangat yang ditempatkan di baskom hangat
ketiak klien anak dengan selama 15
usia 1-12 tahun yang menit
mengalami peningkatan
o
suhu > 37,5 C aksila
akibat perubahan set point
pengaturan suhu
tubuhnya
Water tepid Kompres hangat (26-35̊C) Waslap, air Pemberian - -
sponge yang ditempatkan hangat, Water
dibeberapa reseptor suhu baskom tepid
tubuh dan ektremitas sponge
dengan cara
menempelkan washlap selama 15
dan menyeka selama 15 menit
menit pada klien anak
dengan usia 1-12 tahun
dengan kenaikan suhu
41

o
tubuh > 37,5 C aksila
akibat perubahan set
poin

3.6 Etika penelitian


Masalah etika penelitian sangat penting karena suatu penelitian ini menggunakan
manusia sebagai objek yang di teliti di satu sisi, dan di sisi lain manusia sebagai
peneliti atau yang melakukan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Dalam
melaksanakan sebuah penelitian ada beberapa yang harus di perhatikan oleh
seorang peneliti yaitu:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut.
di samping itu peneliti memberi kebebasan kepada subjek untuk memberikan
informasi atau tidak memberikan informasi.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan penelitian
Semua orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu peneliti tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek.
3. Keadilan dan inkluvitas/keterbukaan
Prinsip keterbukaan dan adil perlu di jaga oleh peneliti dengan kejujurannya,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu lingkungan penelitian perlu di
kondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni menjelaskan
prosedur penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang di timbulkan
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti
hendaknya meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.

3.7 Prosedur Pengumpulan Data


42

3.7.1.1 Instrumen test


Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan dalam penelitian berupa
lembar observasi yaitu Standar Operasional Praktik dari rumah sakit
Mitra Mulia Husada, tentang kompres hangat dan water tepid sponge, alat
dan bahan (termometer, waskom, waslap, air hangat).
3.7.1.2 Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri, dengan mengambil
langsung pada pasien dan merupakan data primer. Dalam penelitian ini,
teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data,
siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan (Arikunto, 2013).
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yaitu
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yaitu

a.Klien datang kemudian diberi penjelasan tentang penelitian yang akan


dilakukan, jika Klien bersedia dijadikan sebagai responden maka
diberikan informed consent. Jika tidak bersedia menjadi responden maka
tidak boleh dipaksakan.
b. Klien yang bersedia dijadikan responden, langkah selanjutnya
mengobservasi suhu tubuh sebelum diberikan perlakuan, setelah itu
dilakukan eksperimen berupa perlakuan pemberian kompres hangat dan
water tepid sponge.
c.Kelompok pemberian kompres hangat
Pre intervensi :
- Inform consent pada pasien dan keluarga
- Melakukan pengukuran suhu tubuh pasien
- Melakukan pencatatan
Pelaksanaan :
Beri kesempatan anak untuk menggunakan urinal atau psipot sebelum
kompres di lakukan , Buka seluruh pakaian anak, Basahi kedua handuk
mandi besar dengan air hangat, peras hingga lembab, Letakkan perlak
43

di atas tempat tidur , kemudian letakkan handuk yang lembab ,


Tidurkan anak pada handuk lembab kemudian tutup bagian atas badan
anak dengan handuk lembab lainnya, Diamkan 5 menit , Ganti secara
bergilir bagian handuk bawah dan atas setelah suhu dingin Lakukan
prosedur tersebut secara teratur 4 kali dengan melihat kondisi anak,
Hentikan prosedur tindakan jika anak kedinginan atau menggigil atau
hentikan segera setelah suhu anak mendekati normal , Pakaikan baju
yang tipis dan mudah menyerap keringat. Rapikan klien bereskan alat
dan cuci tangan

Post Intervensi :
- Melakukan pengukuran suhu tubuh pasien kembali
- Melakukan pencatatan

d. Kelompok pemberian water tepid sponge


Pre intervensi :
- Inform consent pada pasien dan keluarga
- Melakukan pengukuran suhu tubuh pasien
- Melakukan pencatatan

Pelaksanaan :
di lakukan Celupkan waslap dalam air dan letakkan waslap yg sudah
basah dibawah masing-masing aksila dan lipat paha, Bila menggunakan
bak mandi, rendam anak selama 2-3 menit, Letakkan waslap/kain kasa
tersebut pada area yang akan dikompres yaitu pada dahi, axilah, lipatan
paha, dan diusapakan keseluruh tubuh , Dengan perlahan kompres
ekstremitas selama 5 menit. Periksa respon anak. Ganti waslap/ kain kasa
dengan waslap/ kain yang sudah terendah dalam kom berisi air hangat

Post Intervensi :
44

- Inform consent pada pasien dan keluarga


- Melakukan pengukuran suhu tubuh pasien
- Melakukan pencatatan

e. Langkah terakhir mengobservasi kembali suhu tubuh . Setelah data


terkumpul selanjutnya diajukan pengolahan dan analisis data hasil
pengolahan dan analisis data dirumuskan kesimpulan peneliti kemudian
data disajikan dalam bentuk tabel.

3.8 Pengolahan Data


Setelah lembar observasi diisi, dilakukan pengolahan data dengan sistem
komputer melalui tahap-tahap sebagai berikut:
3.8.1 Editing
Peneliti melakukan pemeriksaan lembar observasi yang telah di isi seperti
kelengkapan pengisian
3.8.2 Processing
Data adalah jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk
kode dimasukkan ke dalam program atau software komputer.
3.8.3 Tabulating
Tabulating, yaitu memasukkan data yang sudah dikelompokkan ke dalam
tabel-tabel agar mudah dipahami.
3.8.4 Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah

ada kesalahan atau tidak (Arikunto, 2013).

3.9 Analisa Data


Analisa data pada penelitian ini dengan memanfaatkan perangkat lunak komputer.
Adapun analisis yang dilakukan terbagi dua, yaitu:
3.9.1 Analisis Univariat
45

Setelah lembar observasi terkumpul, kemudian data dianalisa sesuai


dengan bentuk data. Analisa univariat digunakan untuk mengetahui rata -
rata (Arikunto, 2013).

3.9.2 Analisis Bivariat


Dalam penelitian ini, setelah data dari suhu tubuh, pre dan post perlakuan,
maka :
1. Langkah awal adalah data hasil skala ditabulasikan pada tabel.
2. Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai pre dan post.
3. Persyaratan dalam menggunakan uji beda (t-test), yaitu:
a. Merupakan kelompok uji statistik paramerik (numerik)
b. Mensyaratkan data berdistribusi normal
Untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal, ada 3 cara untuk
mengetahuinya yaitu :
1) Dilihat dari grafik histogram dan kurve normal, bila bentuknya
menyerupai bel shape, berarti distribusi normal.
2) Menggunakan nilai skewness dan standar errornya, bila nilai
skewness dibagi standar errornya menghasilkan angka ≤ 2,
maka distribusinya normal.
3) Uji Shapiro wilk, bila hasil uji tidak signifikan ((p value< 0,05)
maka distribusi tidak normal. Metode shapiro wilk adalah
metode uji normalitas yang efektif dan valid digunakan untuk
sampel berjumlah kecil (Hastono, 2016).
c. Menganalisis data variabel bersifat numerik
Berdasarkan hasil perhitungan statistic Penggunaan t-test dan
didapat hasil, bila t-test hitung lebih kecil (<) dari t tabel maka Ho
diterima dan Ha ditolak, yang artinya tidak terdapat Perbedaan
antara variabel. bila t-test hitung lebih besar (>) dari t tabel maka
Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat Perbedaan antara
46

variable . Dalam penelitian ini digunakan uji t dependent dengan


tingkat kemaknaan 0,05 dengan pengertian apabila :
1) P value ≤ 0,05 maka terdapat Perbedaan yang bermakna atau Ha

diterima.

2) P value > 0,05 maka Perbedaan tidak bermakna atau Ha ditolak.

3) Berdasarkan hasil perhitungan statistic Penggunaan t-test dan

didapat hasil, bila t-test hitung lebih kecil (<) dari t tabel maka

Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya tidak terdapat

Perbedaan antara variabel. bila t-test hitung lebih besar (>) dari

t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat

Perbedaan antara variabel.

3.9. Uji Normalitas

Uji Normalitas (Skewness : Standar eror)

Tabel 3.2
Uji Normalitas data penelitian Perbedaan suhu tubuh dengan
intervensi Kompres Hangat dan Water Tepid Sponge di RS
Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah
Tahun 2020

Variabel Skewness Std. Skewness : Ket


Error Std.Error
sebelum kompres hangat 0,628 0,501 1,3 Normal
setelah kompres hangat 0,926 0,501 1,8 Normal
sebelum water teppid sponge 0,543 0,501 1,1 Normal
setelah water teppid sponge 0,344 0,501 0,7 Normal

Berdasarkan tabel 4.3 diatas masing-masing variabel mempunyai nilai


skewness dan standar eror, bila nilai skewness di bagi standar erornya
menghasilkan angka 0,25, maka distribusi normal, bila data berdistribusi
normal maka dapat dilanjutkan untuk uji (t dependen) (Hastono, 2016).
47

Uji Homogenitas

Tabel 3.2
Uji Homogenitas penelitian Perbedaan suhu tubuh dengan
intervensi Kompres Hangat dan Water Tepid Sponge di RS
Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah
Tahun 2020

Variabel p-value Ket


Kompres Hangat 0,808 Homogen
Water Tapid Sponge 0,831 Homogen
Usia 0,720 Homogen

Berdasarkan pengujian homogenitas variansi kelompok menghasilkan

tampilan Output SPSS Versi 20.0 dalam lampiran, diperoleh nilai sig.

adalah > 0,05. Berdasarkan pengujian lewat komputer tersebut di atas,

dapat disimpulkan bahwa variansi skor-skor bersifat homogen


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran tempat penelitian

Rumah Sakit Mitra Mulia Husada yaitu salah satu Rumah Sakit milik
Swasta/Lainnya Lampung Tengah yang berbentuk Rumah Sakit Umum, diurus
oleh  Lainnya  Perusahaan dan tergolong kedalam Rumah Sakit Kelas D. Rumah
Sakit ini telah terdaftar semenjak  30/06/2015 dengan Nomor Surat Izin
321/KPTS/D.2/2011 dan Tanggal Surat Izin  21/11/2011 dari  Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Tengah dengan Sifat  Tetap, dan berlaku sampai  21
November 2016. Sehabis mengadakan Proses Akreditasi Rumah Sakit Seluruh
Indonesia dengan proses  Pentahapan I ( 5 Pelayanan) akhirnya diberikan status
Lulus Akreditasi Rumah Sakit. Rumah Sakit Umum ini bertempat di Jl.
Proklamator Raya No.162-164,Lampung Tengah, Lampung Tengah, Indonesia.

RS Mitra Mulia Husada Mempunyai Layanan Unggulan di Bidang  Pelayanan


Luka. Rumah Sakit Umum Milik Swasta/Lainnya Lampung Tengah ini
Mempunyai Luas Tanah  4200 dengan Luas Bangunan  3200
Jumlah Tempat Tidur Menurut Tipe :
 VIP :  3 kamar
 I :  8 kamar
 II :  10 kamar
 III :  37 kamar
 ICU :  0 kamar
 PICU :  0 kamar
 NICU :  0 kamar
 HCU :  0 kamar
 ICCU :  0 kamar

48
49

 TT di IGD :  5 kamar
 TT Bayi Baru Lahir :  6 kamar
 TT Kamar Bersalin :  3 kamar
 TT Ruang Operasi :  2 kamar
 TT Ruang Isolasi :  2 kamar

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

a. Suhu Tubuh Anak Dilakukan Kompres Hangat


Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Suhu Tubuh Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Kompres Hangat di RS Mitra Mulia
Husada Bandar Jaya Lampung Tengah
Tahun 2020

n : 21
Kompres hangat Rata-rata SD CI 95%
Suhu tubuh Sebelum 38,3 ,53630
38,1 - 38,6
Suhu tubuh Sesudah 37,4 ,56787
37,2 - 37,7

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui rata- rata suhu sebelum


kompres hangat 38,3○C dengan nilai min 38,1 ○C dan max 38,6○C
Hasil estimasi interval 95% di yakini bahwa rata-rata trombosit
intervensi kompres hangat adalah 38,1 sampai 38,6 dan diketahui
rata- rata suhu setelah kompres sebesar 37,4○C dengan nilai min
37,2○C dan max 37,7○C , Hasil estimasi interval 95% di yakini bahwa
rata-rata trombosit intervensi kompres hangat adalah 37,2 sampai 37,7
maka dapat disimpulkan rata –rata suhu tubuh setelah dilakukan
intervensi mengalami penurunan.
50

b. Rerata Suhu Tubuh Dilakukan Water Tepid Sponge


Tabel 4.2
Distribusi responden berdasarkan suhu tubuh anak sebelum
dan sesudah dilakukan Water Tepid Sponge
di RS Mitra Mulia Husada Bandar Jaya
Lampung Tengah
Tahun 2020

n : 21
Water teppid sponge Rata-rata SD CI 95%
Suhu tubuh Sebelum 38.5 ,52390 38,2 – 38,8
Suhu tubuh Sesudah 37.2 ,51316 36.9 – 37.4

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahu rata-rata suhu sebelum water


teppid sponge 38,5○C dengan nilai min 38,2○C dan max 38,8○C, Hasil
estimasi interval 95% di yakini bahwa rata-rata trombosit intervensi
kompres hangat adalah 38,2 sampai 38,8 dan setelah dilakukan water
teppid sponge 37,2○C, dengan nilai min 36,9○C dan max 37,4○C,
Hasil estimasi interval 95% di yakini bahwa rata-rata trombosit
intervensi kompres hangat adalah 36.9 sampai 37.4, maka dapat
disimpulkan rata –rata suhu tubuh pada kelompok water teppid
sponge mengalami penurunan.

4.2.2 Analisis Bivariat

a. Perbedaan suhu tubuh sebelum dan sesudah pada kelompok


kompres hangat
Berikut ini adalah hasil analisis bivariat dari kelompok yang diberi
perlakuan kompres hangat. Analisis dengan menggunakan Uji ( t
dependent).
51

Tabel 4.4
Perubahan nilai suhu tubuh sebelum dan sesudah kelompok
intervensi Kompres Hangat dan kelompok intervensi Water
teppid sponge Pada Pasien Anak Hipertermia di RS Mitra
Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah
Tahun 2020

n : 42
Variabel Mean Selisih P value CI 95%
Nilai suhu tubuh 0,000
Sebelum kompres 38,3
hangat 0,8 0,74 - 1,02
Sesudah
kompres hangat 37,4
Nilai suhu tubuh
38,5
Sebelum Water
teppid sponge
Nilai suhu tubuh 1,32 1,14 - 1,50
0,000
Sesudah
37,2
Water teppid
sponge

ketahui kelompok kompres hangat sebanyak 21 responden dengan


mean suhukompres hangat pada saat sebelum adalah 38,3○C, sesudah
kompres hangat didapatkan hasil mean adalah 37,4○C. Terlihat nilai
perbedaan antara sebelum dan sesudah adalah 0,88○C. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p-value 0,000< 0,05 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan
yang diberi kompres hangat sebelum dan sesudah perlakuan

diketahui kelompok water teppid sponge sebanyak 21 responden


dengan meansuhu water teppid sponge pada saat sebelum adalah
38,5○C, sesudah water teppid sponge didapatkan hasil mean adalah
37,2○C. Terlihat nilai perbedaan antara sebelum dan sesudah adalah
1,3○C. Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,000 < 0,05 maka
dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada kelompok
perlakuan yang diberi water teppid sponge sebelum dan sesudah
perlakuan.
52

b. Perbedaan Penurunan Suhu

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat dari kelompok yang


diberi perlakuan dengan kompres hangat dan water teppid
sponge.
Tabel 4.5
Perbedaan suhu tubuh Post intervensi Berdasarkan Kelompok
Kompres Hangat dan Water Tepid Sponge Pada Pasien Anak
Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia
Husada
Bandar Jaya Lampung Tengah Tahun 2020

n : 42
Variabel N Rerata P value CI 95%
Kompres hangat 21 0,000
0,44 0.22 - 0,66
water teppid sponge 21

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui Pada sesudah kompres hangat


didapatkan perbedaan rata-rata mean adalah 0.89 C dan pada rata-rata

water teppid sponge didapatkan hasil mean adalah 1,33 C. Terlihat


nilai perbedaan selisih antara kedua kelompok adalah 0.44○C. Hasil


uji statistik didapatkan nilai p-value 0,000< 0,05 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan
yang diberi water teppid sponge dan kompres hangat.
53

4.3 Pembahasan

4.3.1 Analisis Univariat

4.3.1.1 Pengaruh kompres hangat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata suhu sebelum


kompres hangat 38,3○C, dan diketahui rata-rata suhu setelah
kompres, maka dapat disimpulkan rata –rata suhu tubuh setelah
dilakukan intervensi mengalami penurunan.
Sejalan dengan teori Potter dan Perry (2011) yang
mengungkapkan demam terjadi karena ketidak mampuan
mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas
yang berlebih sehingga terjadi penurunan suhu tubuh. Suhu adalah
perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh dengan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Mekanisme kontrol
suhu inti (suhu dalam jaringan) tetap konstan walaupun suhu
permukaan berubah sesuai aliran darah ke kulit dan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar. Karena perubahan tersebut, suhu
normal pada manusia dimana jaringan dan sel tubuh akan
berfungsi secara optimal berkisar dari 36,5 – 37,5 °C.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2006)


menunjukan bahwa tindakan kompres hangat efektif dalam
penurunan suhu tubuh pada anak dengan hipertermia di Ruang
Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi. Menurut penelitian dari
Fatmawati (2011) hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
tindakan kompres hangat efektif dalam menurunkan demam pada
klien thypoid abdominalis di RSUD Gorontalo

Menurut Talita (2013) saat dilakukan kompres dengan air hangat


pusat pengatur suhu menerima informasi bahwa suhu tubuh
54

sedang berada dalam kondisi hangat, maka suhu tubuh butuh


untuk segera diturunkan. Apalagi, saat demam kita memang
merasa kedinginan meskipun tubuh kita justru mengalami
penurunan suhu. Kompres air hangat memiliki beberapa
keuntungan, disamping membantu mengurangi rasa dingin, air
hangat juga menjadikan tubuh terasa lebih nyaman.

Menurut pendapat peneliti kompres hangat merupakan metode


untukmenurunkan suhu tubuh. Pemberian kompreshangat pada
daerah aksila (ketiak) efektif karenapada daerah tersebut banyak
terdapat pembuluh darahbesar dan banyak terdapat kelenjar
keringat apokrinyang mempunyai banyak vaskuler sehingga
akanmemperluas daerah yang mengalami vasodilatasiyang akan
memungkinkan percepatan perpindahanpanas dari dalam tubuh ke
kulit. Lingkungan luar yanghangat akan membuat tubuh
menginterpretasikanbahwa suhu di luar cukup panas sehingga
akanmenurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi, jugaakan membuat pori-
pori kulit terbuka sehinggamempermudah pengeluaran panas dari
tubuh.

4.3.1.2 Pengaruh water teppid sponge

Berdasarkan hasil penelitian diketahui suhu sebelum water teppid


sponge 38,5○C, dan setelah dilakukan water teppid sponge 37,2○C,
maka dapat disimpulkan rata –rata suhu tubuh pada kelompok
water teppid sponge mengalami penurunan.

Sejalan dengan teori yang dikatakan oleh Sodikin (2012) demam


merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
penurunan pusat pengatur suhu dihipotalamus. Sebagian besar
demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat
55

panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang


ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh.
Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan
perkembangan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi.Terapi water teppid
sponge jika dilakukan dengan benar akan sangatefektif dalam
menurunkan panas atau demam pada anak dengan cepat.Tepid
sponging merupakan tindakan untuk menurunkan suhu tubuh saat
demam yaitu dengan merendam anak di dalam air hangat,
mengelap sekujur tubuh dengan air hangat menggunakan waslap,
dan dengan mengompres pada bagian tubuh tertentu yang
memiliki pembuluh darah besar (Bardu, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Haryani (2012),


maka disimpulkan bahwa nilai rata-rata suhu tubuh sebelum
diberikan teppid sponge sebesar 38,5C dengan standar deviasi
0,4C. Nilai rata-rata setelah diberikan teppid sponge sebesar
37,1C dengan standar deviasi 0,5C.Sehingga dapat diketahui ada
penurunan nilai rata-rata suhu tubuh sebesar 1,4 C. Ada pengaruh
kompres teppid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada
pasien hipertermi. Penelitian yang dilakukan Setiawati (2009)
mengungkapkan bahwa rata – rata penurunan suhu tubuh saat
mendapatkan terapi tepid sponging adalah 0,97ºC dalam waktu 60
menit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maling (2012) di
RSUD Tugurejo Semarang tentang pengaruh kompres teppid
sponge hangat terhadap penurunan suhu tubuh anak umur 1 – 10
tahun denganhipertermi, didapatkan hasil p value = 0,001 yang
artinyaada pengaruh kompres teppid sponge terhadap penurunan
suhu tubuh pada pasien hipertermi
56

Pemberian teppid sponge dapatmenurunkan suhu tubuh melalui


proses penguapan dandapat memperlancar sirkulasi darah,
sehingga darah akanmengalir dari organ dalam kepermukaan
tubuh dengan membawa panas. Kulit memiliki banyak pembuluh
darah, terutama tangan, kaki, dan telinga. Aliran darah melalui
kulit dapat mencapai 30% dari darah yang dipompakan jantung.
Kemudian panas berpindah dari darah melalui dinding pembuluh
darah kepermukaan kulitdan hilang kelingkungan sehingga terjadi
penurunan suhutubuh (Potter & Perry, 2011).

Menurut pendapat peneliti kompres water teppid sponge dengan


menggunakan air hangat lebih efektif dalam menurunkan
demampada pasien hipertermi. Dalam pelaksanaan terapi kompres
teppid sponge hangat penulis menggunakan air hangat dengan
suhu 37C karena pasientidak merasa panas dan pasien
mengatakan bahwa panasnya pas.Intervensi yang direncanakan
dan dilakukan bertujuan setelahdilakukan tindakan keperawatan,
suhu tubuh pada pasien dalam batasnormal dengan kriteria hasil
suhu tubuh menurun setidaknya 0,5C –1,8C . Intervensi yang
disusun adalah memantau suhu tubuh setiap 4 jam sesuai
dengankebutuhan yang rasionalisasinya digunakan untuk
memantau terjadinyakenaikan suhu secara tiba-tiba pada pasien.
Melakukan kompres water teppid sponge hangat
yangrasionalisasinya mandi air hangat membantu peredaran darah
tepi di kulitmelebar, sehingga pori-pori menjadi terbuka yang
selanjutnya memudahkan dalam pengeluaran panas dari tubuh.
Dalam intervensi ini penulis melakukan kompres pada pasien dan
mendapatkan evaluasi dari hasil tindakan bahwa setelah 21 menit
dilakukan tindakan keperawatan
57

Menurut peneliti Pemberian kompres teppid sponge dalam


penelitian yang dilakukan ini terbukti dapat menurunkan demam
atau suhu tubuh pada pasien. Hasil penelitian mendapatkan bahwa
suhu tubuh pada pasien anak setelah pemberian kompres teppid
sponge hangat rata-rata dapat mengalami penurunan 1,36○C.
Waktu yang diperlukan untuk kompres berdasarkan penelitian ini
relatif sangat singkat yaitu dalam waktu 21 menit. Pengaruh
pemberian terapi kompres teppid sponge hangat terhadap
penurunan suhu tubuh pada pasien dengan hipertermia terbukti
efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami
hipertermia.

4.3.2 Perbedaan kelompok kompres hangat dan water tepid sponge

Berdasarkan hasil penelitian diketahui Pada sesudah kompres hangat


didapatkan perbedaan rata-rata mean adalah 0.89 C dan pada rata-rata

water teppid sponge didapatkan hasil mean adalah 1,33 C. Terlihat nilai

perbedaan selisih antarav kedua kelompok adalah 0.44○C. Hasil uji


statistik didapatkan nilai p-value 0,000< 0,05 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan yang diberi water
teppid sponge dan kompres hangat..

Berdasarkan penelitian dari Isnaeni (2014) kompres teppid sponge


hangat lebih efektif dari kompres hangat.Penelitian dari Thomas (2009)
menunjukkan penurunan suhu tubuh kelompok water teppid sponge
secara signifikan lebih cepat dibandingkan kelompok
antipiretik(penurun panas). Hal ini diperkuat lagi oleh hasil penelitian
Jayjit (2011) menunjukkan kelompok water teppid sponge lebih cepat
menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan kelompok antipiretik
(penurun panas).

Penelitian Bardu (2014) Ada perbedaan penurunan suhu tubuh antara


58

pemberian tepid sponging dan plester kompres dalam menurunkan suhu


tubuh pada anak usia balita yang mengalami demam di Puskesmas
Salaman 1 Kabupaten Magelang, dengan p-value 0.002 (ɑ : 0.05) jumlah
selisih penurunan suhu tubuh 0.41ºC.Penelitian Setiawan (2014) dengan
hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan penurunan suhu tubuh
antara kompres hangat dengan mean 0,5 °C dan tepid sponge dengan
mean 0,8°C (p value ˂ α, 0,003 ˂ 0,05). Peneltian Isnaeni (2014) dengan
kesimpulan dalam penelitian ini yaitu lebih efektif kompres water tepid
sponge dalam menurunkan suhu tubuh anak demam, dibandingkan
dengan metode kompres hangat.

Sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Miyami (2021) pemberian


kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke
hipothalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang
peka terhadap panas dihipothalamus di rangsang, system efektor
mengeluarkan sinyal yang memulai keringat dan vasodilatasi
perifer.perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor
pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh
hipothalamik bagian anterior sehingga terjadi Vasodilatasi. Terjadinya
vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/ panas
melalui kulit meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan
suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali.

Pemakaian kompres panas biasanya dilakukan hanya setempat saja pada


bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian panas, pembuluh-pembuluh
darah melebar. Sehingga akan memperbaiki peredaran darah didalam
jaringan tersebut. Dengan cara ini penyaluran zat asam dan bahan
makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang dibuang
akan diperbaiki. Jadi akan timbul proses pertukaran zat yang lebih baik.
Aktifitas sel yang meningkat akan mengurangi rasa sakit dan akan
menunjang proses penyembuhan luka, radang yang setempat seperti
59

abses, bisul-bisul yang besar dan bernanah, radang empedu, dan juga
beberapa radang persendian. Pada otot-otot, panas memiliki efek
menghilangkan ketegangan. Setelah suatu pemberian kompres panas
dapat dilakukan latihan fisioterapi dengan lebih mudah pada seorang
Klien/penghuni (Miyami, 2021).

Kompres teppid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang


menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial
dengan teknik seka (Alves, 2008). Kompres teppid sponge ini hampir
sama dengan kompres air hangat biasa, yakni mengompres pada lima
titik (leher, 2 ketiak, 2 pangkal paha) ditambah menyeka bagian perut
dan dada atau diseluruh badan dengan kain. Basahi lagi kain bila
kering. Kompres teppid sponge bekerja dengan cara vasodiltasi
(melebarnya) pembuluh darah perifer diseluruh tubuh sehingga
evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat,
dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres hangat yang hanya
mengandalkan reaksi dari stimulasi hipotalamus.. Kompres teppid
sponge ini sudah terbukti efektif untuk menurunkan panas tubuh saat
demam, bahkan lebih cepat daripada meminum obat penurun panas.

Sejalan dengan teori Wardiyah (2016) Tepid sponge lebih efektif


menurunkan suhutubuh anak dengan demam dibandingkan dengan
kompres hangat disebabkan adanya seka tubuh pada tepid spongeyang
akan mempercepat vasodilatasi pembuluhdarah perifer diseluruh tubuh
sehingga evaporasi panasdari kulit kelingkungan sekitar akan lebih cepat
dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres hangatyang hanya
mengandalkan dari stimulasi hipotalamus.Perbedaan luas rasio body
surface area dengan jumlah luas washlap yang kontak dengan pembuluh
darah periferyang berbeda antara terknik kompres hangat dan tepidsponge
akan turut memberikan perbedaan hasil terhadap percepatan penurunan
suhu responden pada keduakelompok perlakuan tersebut.
60

Menurut peneliti kompres hangat  dan water tepid sponge adalah suatu
metode dalam penggunaan suhu hangat setempat yang dapat
menimbulkan beberapa efek fisiologis seperti rasa nyaman, mengurangi
atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme
otot, memperlancar sirkulasi darah, merangsang peristatik usus, serta
memberi rasa hangat. Pada kasus demam di sarankan untuk tidak
menggunakan pakaian tebal ataupun selimut tebal karena hal ini tidak di
butuhkan dan justru akan memperhambat proses pengeluaran panas dalam
tubuh, pakaikan saja pakaian dengan kain tipis jika sangat mendesak
(tubuh dalam keadaan sangat menggigil) karena pada dasarnya apabila
tubuh menggigil ataupun sebaliknya berkeringat dalam suatu aktivitas,
hal tersebut menandakan tubuh sedang dalam mempertahankan/
menyeimbangkan ketahanan suhunya. Selain itu klien dan keluarga untuk
mengurangi ketebalan pakaian dan menjaga pakaian serta sprai tetap
kering merupakan hal yang mendorong kehilangan panas melalui
konduksi dan konveksi. Intervensi selanjutnya menginstruksikan klien
dan keluarga untuk membatasi aktivitas fisik dan meningkatkan frekuensi
periode istirahat yang rasionalisasinya aktivitas dan stres akan
meningkatkan laju metabolisme, sehingga meningkatkan produksi panas.
Menginstruksikan klien dan keluarga untuk meningkatkan masukan
cairan oral ±1000ml perhari dengan rasionalisasinya cairan yang hilang
membutuhkan penggantian.Menganjurkan untuk mengurangi aktivitas
fisik untuk membatasi produksi panas yang rasionalisasinya aktivitas
dapat meningkatkan suhu tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian tepid


sponge bath lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh anak dengan
demam dibandingkan dengan kompres air hangat. Hal ini disebabkan
adanya seka tubuh pada teknik tersebut akan mempercepat vasodilatasi
pembuluh darah perifer di sekujur tubuh sehingga evaporasi panas dari
61

kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat dibandingkan hasil yang


diberikan oleh kompres air hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari
stimulasi hipotalamus. Jumlah luas waslap yang kontak dengan pembuluh
darah perifer yang berbeda antara teknik kompres air hangat dengan tepid
sponge bath akan turut memberikan perbedaan hasil terhadap penurunan
suhu tubuh pada kelompok perlakuan tersebut.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
1. Rerata suhu tubuh anak sebelum dan sesudah dilakukan kompres
hangat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar
Jaya Lampung Tengah Tahun 2020 dari 38,3°C menjadi 37,4°C
2. Rerata suhu tubuh anak sebelum dan sesudah dilakukan Water Tepid
Sponge Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Mulia Husada Bandar
Jaya Lampung Tengah Tahun 2020 dari 38.5°C menjadi 37,2°C
3. Ada Perbedaan suhu tubuh dengan intervensi Kompres Hangat dan Water
Tepid Sponge Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah Tahun 2020 (p-
value 0,000 < 0,05) dengan perbedaan 0,4°C
5.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah diuraikan oleh penulis diatas, saran
yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukkan bagi institusi
kesehatan adalah sebagai berikut :
5.2.1 Bagi Orang Tua Anak
Perlu meningkatkan pengetahuan mengenai tehnik kompres hangat yang
tepat sesuai dengan kondisi anaknya. Orang tua bisa memberikan watert
epid sponge pada anaknya yang sedang demam ataupun kejang demam
sebelum menjangkau pelayanan kesehatan lebih lanjut. Sedangkanpada
anak yang menolak pemberian tepid sponge, pemberian kompres hangat
bisa diberikan sebagai penggantinya.

61
62

5.2.2 Bagi Instansi Terkait


Mengingat telah terbukti bahwa kompres hangat teppid sponge yang
dilakukan pada anak dalam menurunkan suhu pada anak dengan demam
hendaknya protap kompres hangat tepid spongesegera bisa diterapkan.
5.2.3 Bagi perawat
Bagi perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan / pada para orang
tua tentang penanganan anak demam menggunakan kompres hangat
baik di lingkup rumah sakit maupun di lingkup komunitas. Penjelasan
mengenai kompres waterteppid sponge untuk diberikan pada anak
sesuai dengan kondisi anak, hingga cara pemberiannya
Diharapkan hasil penelitian ini perawat dapat melakukan da
mengajarkan penggunaan kompres hangat dan tepid sponge yang benar
pada pasien dan juga diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai masukan untuk standar operasional prosedur (SOP) dalam
menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam secara non
farmakologis
5.2.4 Bagi Peneliti Lain
Perlu diadakan penelitian lain yang lebih dalam tentang penurunan suhu
pada anak, dengan terapi yang lebih updte atau terapi komplementer
yang dapat dijadikan suatu acuan di rumah sakit.
63

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2017. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh


Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi
Surakarta. Perawat RSDM Dr. Moewardi Surakarta

Anik, M. (2010). Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: TIM.

Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta:


Jakarta.

Ayu . (2015) Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Hipertermia di PKU Muhammadiyah
Kutoarjo. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta

Bardu, Y. S., 2014 Perbandingan Efektifitas Tepid Sponging Dan Plester Kompres
Dalam Menurunkan Suhu Tubuh Pada Anak Usia Balita Yang Mengalami
Hipertermia Di Puskesmas Salaman 1 Kabupaten Magelang, Skripsi,
Magelang, 2014,

Butar-butar, M. H., Sholikhah, S., & Napitupulu, L. H. The Relationship Of


Knowledge And Attitude About Fever And Its Treatment In Children At Shanty
Clinic Medan. Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(2), 53-57.

Cahyaningrum, Etika Dewi, and Diannike Putri. "Perbedaan suhu tubuh anak
hipertermia sebelum dan setelah kompres bawang merah." MEDISAINS 15.2
(2017): 66-74.

Dewi, A. K. (2017). Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres


Air Hangat Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 1(1).

Fadli, F., & Hasan, A. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Pada Pasien Febris. JIKP Jurnal Ilmiah Kesehatan PENCERAH, 7(2),
78-83.

Fadli, F., & Hasan, A. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Pada Pasien Febris. JIKP Jurnal Ilmiah Kesehatan PENCERAH, 7(2),
78-83.

Hartini, S., & Pertiwi, P. P. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penurunan suhu tubuh anak hipertermia usia 1-3 tahun di SMC RS Telogorejo
Semarang. Karya Ilmiah.
64

Inawati, Hipertermia Typhoid, FK-Universitas Wijaya Kusuma Surabaya,


2008, dipeoleh tanggal 4 Desember 2016, dari
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol%20Edisi%20Khusus
%20Desember% 202009/DEMAM%20TIFOID.pdf

Isneini, M. 2014. Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Antara Kompres Hangat


Dan Water Tepid Sponge Pada Pasien Anak Usia 6 Bulan – 3 Tahun Dengan
Hipertermia Di Puskesmas Kartasura Sukuharjo, Sukuharjo, 2014, diperoleh
tanggal 14 Desember 2016 dar
ihttp://eprints.ums.ac.id/32263/24/2%20NASKAH%2 0PUBLIKASI%20FUL
%20TEX.pdf

Mohamad, F. (2012). Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Hipertermia


Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt. 2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Saboe Kota Gorontalo. Jurnal Health and Sport, 5(01).

Nofitasari, F., & Wahyuningsih, W. (2019). Penerapan Kompres Hangat Untuk


Menurunkan Hipertermia Pada Anak Dengan Hipertermia Typoid. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan, 3(2), 44-50.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Nurlaili (2018) Malang, R. N. L. P. K., & Lawang, P. S. T. K. Studi Komparatif


Pemberian Kompres Hangat Dan Tepidsponge Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh Pada Anak Dengan Kejang Hipertermia Di Rsud Dr. Soedarsono
Pasuruan.

Potter&Perry, (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan


Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,Dkk: Jakarta.

Setiawati, Pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan
pada anak usia pra sekolah dan sekolah yang mengalai hipertermia di ruang
perawatan anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung tahun 2009, Skripsi,
Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan, 2009, diperoleh tanggal 19
Januari 2016, dari http://www.digilib.ui.ac.id.

Setyowati,L Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Penanganan


Hipertermia Pada Anak Balita Di Kampung Bakalan Kadipiro Banjarsari
Surakarta, Skripsi, STIKES PKU Muhamadiah Surakarta, 2013, dari
http://stikespku.com/digilib/files/di sk1/1/stikes%20pku--linasetyow-44-1-
20101292.pdf
65

Sodikin, 2012. Prinsip Perawatan Hipertermia PadaAnak, Pustaka Belajar,


Yogyakarta

Sorena, E., Slamet, S., & Sihombing, B. (2019). Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Terhadap Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh Di
Ruang Edelweis Rsud Dr. M. Yunus Bengkulu. Jurnal Vokasi Keperawatan
(JVK), 2(1), 17-24.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Alfabeta:


Bandung.

Sutanto. 2011. Cara cerdas memilih obat untuk anak. Yogyakarta: Kata Hati

Wardiyah, A. 2016. Perbandingan efektifitas pemberian kompres hangat dan tepid


sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami hipertermia di
ruang alamanda RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Wijaya, S., (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2(keperawatan Dewasa). Numed :


Yogjakarta

Wong, et al. (2014). Wong buku ajar keperawatan pediatrik. (alih bahasa: Andry
Hartono, dkk). Jakarta. EGC.

Wowor, M. S., Katuuk, M. E., & Kallo, V. D. (2017). Efektivitas Kompres Air Suhu
Hangat Dengan Kompres Plester Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Hipertermia Usia Pra-Sekolah Di Ruang Anak Rs Bethesda Gmim
Tomohon. JURNAL KEPERAWATAN, 5(2).

Yunita, V. E., Afdal, A., & Syarif, I. (2016). Gambaran Faktor yang Berhubungan
dengan Timbulnya Kejang Hipertermia Berulang pada Pasien yang Berobat di
Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang Periode Januari 2010–Desember
2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3).
66

LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian yang di lakukan


oleh :

Nama : Rizal Simarmata

Judul : Pengaruh Kompres Hangat dan Water tepid Sponge Terhadap Suhu
Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Mitra Mulia Husada Bandar Jaya Lampung Tengah Tahun 2020

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES-MITRA Lampung. Setelah

mendapatkan informasi mengenai penelitian ini, saya mengerti dan memahami

manfaat dan tujuan yang akan dilakukan. Saya yakin bahwa peneliti akan menghargai

dan menjunjung hak – hak saya sebagai responden dan penelitian ini tidak akan

berdampak negatif pada saya. Saya mengerti partisipasi saya sebagai responden akan

memberikan manfaat besar bagi peningkatan kualitas asuhan keperawatan, terutama

bagi kesehatan anak . Maka dengan ini, saya menyatakan bersedia menjadi

responden dalam penelitian dan menandatangani lembar persetujuan.

Lampung Tengah , Juni 2020

Responden,

(.............................................)
67

PENGUKURAN SUHU TUBUH

PENGARUH KOMPRES HANGAT DAN WATER TEPID SPONGE


TERHADAP SUHU TUBUH PADA PASIEN ANAK
HIPERTERMIA DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT MITRA MULIA HUSADA
BANDAR JAYA LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2020

Nomor responden :.........................

Nama :......................................

Jenis kelamin ;......................................

Diagnosa :......................................

Hasil observasi
Suhu sebelum tindakan Suhu tubuh setelah tindakan
68

KOMPRES HANGAT

Pengertian Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada


daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.
Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian,
kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan.

Tujuan 1. Memperlancar sirkulasi darah


2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
5. Memperlancar pengeluaran eksudat
6. Merangsang peristaltik usus

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Utama RS. Mitra Mulia Husada


No. 256/SK/Rumah Sakit Mitra Mulia
Husada/V1/2016/tentang Kompres Hangat

Prosedur A. Persiapan Alat


1. Larutan kompres berupa air hangat 40° dalam wadah
(kom)
2. Handuk / kain / washlap untuk kompres
3. Handuk pengering
4. Sarung tangan
5. Termomete

B. Persiapan petugas
Menyiapkan APD

C. Pelaksanaan
1. Beri kesempatan anak untuk menggunakan urinal
atau psipot sebelum kompres di lakukan
2. Ukur suhu tubuh anak dan catat
3. Buka seluruh pakaian anak
4. Basahi kedua handuk mandi besar dengan air
hangat, peras hingga lembab
5. Letakkan perlak di atas tempat tidur , kemudian
letakkan handuk yang lembab
6. Tidurkan anak pada handuk lembab kemudian tutup
bagian atas badan anak dengan handuk lembab
69

lainnya
7. Diamkan 5 menit
8. Ganti secara bergilir bagian handuk bawah dan atas
setelah suhu dingin
9. Lakukan prosedur tersebut secara teratur 4 kali
dengan melihat kondisi anak
10. Hentikan prosedur tindakan jika anak kedinginan
atau menggigil atau hentikan segera setelah suhu
anak mendekati normal
11. Pakaikan baju yang tipis dan mudah menyerap
keringat.
12. Rapikan klien bereskan alat dan cuci tangan
13. Setelah 15 menit ukur kembali suhu tubuh klien

D. Evaluasi
Respon Klien

E. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang
dilakukan dan di evaluasi
3. Nama perawat yang melaksanakan

Unit Terkait Ruang rawat inap

Sumber : Fadli (2018)


70

KOMPRES TEPID SPONGE

Pengertian Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres


hangat yang menggabungkan teknik kompres blok pada
pembuluh darah supervisial dengan teknik seka.

Tujuan M Memperlancar sirkulasi darah


2.    Menurunkan suhu tubuh
3.     Mengurangi rasa sakit
4.     Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
5.     Memperlancar pengeluaran eksudat
6.     Merangsang peristaltik usus

Kebijakan 1. Surat Keputusan Direktur Utama RS. Bumi Waras


No. 256/SK/RS Mitra Mulia
Husada/V1/2016/tentang Tepid Sponge
Prosedur F. Persiapan Alat
1. Baskom mandi
2. Air hangat
3. Selimut mandi
4. Termometer
5. Waslap
6. Bantal tahan air
7. Sarung tangan disposable.

G. Persiapan petugas
Menyiapkan APD

H. Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mencuci tangan.
3. Membawa alat di dekat klien.
4. Memberi salam dan menyapa nama klien
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tepid water
sponge kepada klien dan keluarga
6. Dekatkan alat-alat ke klien
7. Ukur suhu dan nadi anak
8. Periksa suhu air
9. Celupkan waslap dlm air dan letakkan waslap
yg sudah basah dibawah masing-masing aksila
dan lipat paha, Bila menggunakan bak mandi,
71

rendam anak selama 2-3 menit


10. Letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area
yang akan dikompres yaitu pada dahi, axilah,
lipatan paha, dan diusapakan keseluruh tubuh
11. Dengan perlahan kompres ekstremitas selama 5
menit. Periksa respon anak.
12. Ganti waslap/ kain kasa dengan waslap/ kain
yang sudah terendah dalam kom berisi air
hangat
13. Keringkan ekstremitas dan kaji ulang nadi dan
suhu tbh anak. Observasi respon klien thd terapi
14. Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun
15. Ukur suhu tubuh anak
16. Bila suhu tubuh turun sedikit diatas normal
(38°C) hentikan prosedur.
17. Rapikan klien dana bereskan alat-alat bila sudah
selesai
18. Membereskan alat
19. Mencuci tangan

F. Evaluasi
1.    Respon Klien
2.
VII. G.  Dokumentasi
1.    Waktu pelaksanaan
2.    Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang
dilakukan dan di evaluasi
3.    Nama perawat yang melaksanakan

Unit Terkait Ruang rawat inap

HASIL PENELITIAN
72

Statistics
sebelum setelah sebelum
kompres kompres water tapid setelah water tepid
hangat hangat sponge sponge
N Valid 21 21 21 21
Missing 0 0 0 0
Mean 38,3810 37,4952 38,5619 37,2333
Std. Error of Mean ,11703 ,12392 ,11433 ,11198
Median 38,2000 37,4000 38,4000 37,2000
Mode 37,80a 37,40 38,40a 37,00a
Std. Deviation ,53630 ,56787 ,52390 ,51316
Variance ,288 ,322 ,274 ,263
Skewness ,628 ,926 ,543 ,344
Std. Error of
,501 ,501 ,501 ,501
Skewness
Kurtosis -,557 1,001 -,286 -,605
Std. Error of Kurtosis ,972 ,972 ,972 ,972
Range 1,80 2,20 1,80 1,70
Minimum 37,80 36,80 37,80 36,50
Maximum 39,60 39,00 39,60 38,20
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Frequency Table

sebelum kompres hangat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 37,80 5 23,8 23,8 23,8
38,00 4 19,0 19,0 42,9
38,20 2 9,5 9,5 52,4
38,40 2 9,5 9,5 61,9
38,80 5 23,8 23,8 85,7
39,00 1 4,8 4,8 90,5
39,20 1 4,8 4,8 95,2
39,60 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

setelah kompres hangat


73

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 36,80 3 14,3 14,3 14,3
37,00 4 19,0 19,0 33,3
37,40 5 23,8 23,8 57,1
37,60 3 14,3 14,3 71,4
37,80 1 4,8 4,8 76,2
38,00 3 14,3 14,3 90,5
38,40 1 4,8 4,8 95,2
39,00 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

sebelum water tapid sponge


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 37,80 2 9,5 9,5 9,5
38,00 2 9,5 9,5 19,0
38,20 3 14,3 14,3 33,3
38,40 4 19,0 19,0 52,4
38,60 2 9,5 9,5 61,9
38,80 4 19,0 19,0 81,0
39,20 2 9,5 9,5 90,5
39,60 2 9,5 9,5 100,0
Total 21 100,0 100,0

setelah water tepid sponge


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 36,50 3 14,3 14,3 14,3
36,60 1 4,8 4,8 19,0
37,00 5 23,8 23,8 42,9
37,20 5 23,8 23,8 66,7
37,50 2 9,5 9,5 76,2
37,60 1 4,8 4,8 81,0
38,00 3 14,3 14,3 95,2
38,20 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

Histogram
74

Descriptives
Statistic Std. Error
sebelum Mean 38,3810 ,11703
kompres hangat 95% Confidence Interval for Lower Bound 38,1368
Mean Upper Bound 38,6251
5% Trimmed Mean 38,3466
Median 38,2000
Variance ,288
Std. Deviation ,53630
Minimum 37,80
Maximum 39,60
Range 1,80
Interquartile Range ,90
Skewness ,628 ,501
Kurtosis -,557 ,972
setelah kompres Mean 37,4952 ,12392
hangat 95% Confidence Interval for Lower Bound 37,2367
Mean Upper Bound 37,7537
5% Trimmed Mean 37,4519
Median 37,4000
Variance ,322
75

Std. Deviation ,56787


Minimum 36,80
Maximum 39,00
Range 2,20
Interquartile Range ,90
Skewness ,926 ,501
Kurtosis 1,001 ,972
sebelum water Mean 38,5619 ,11433
tapid sponge 95% Confidence Interval for Lower Bound 38,3234
Mean Upper Bound 38,8004
5% Trimmed Mean 38,5466
Median 38,4000
Variance ,274
Std. Deviation ,52390
Minimum 37,80
Maximum 39,60
Range 1,80
Interquartile Range ,60
Skewness ,543 ,501
Kurtosis -,286 ,972
setelah water Mean 37,2333 ,11198
tepid sponge 95% Confidence Interval for Lower Bound 36,9997
Mean Upper Bound 37,4669
5% Trimmed Mean 37,2209
Median 37,2000
Variance ,263
Std. Deviation ,51316
Minimum 36,50
Maximum 38,20
Range 1,70
Interquartile Range ,55
Skewness ,344 ,501
Kurtosis -,605 ,972

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
76

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


sebelum kompres hangat ,190 21 ,077 ,892 21 ,064
setelah kompres hangat ,142 21 ,200* ,916 21 ,071
sebelum water tapid sponge ,145 21 ,200* ,942 21 ,237
setelah water tepid sponge ,193 21 ,041 ,922 21 ,097
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


hipertermia
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,659 1 40 ,422

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 sebelum kompres hangat 38,3810 21 ,53630 ,11703
setelah kompres hangat 37,4952 21 ,56787 ,12392
Pair 2 sebelum water tapid sponge 38,5619 21 ,52390 ,11433
setelah water tepid sponge 37,2333 21 ,51316 ,11198

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 sebelum
kompres
hangat - ,74594
,88571 ,30706 ,06701 13,218 20 ,000
setelah 1,02549
kompres
hangat
Pair 2 sebelum
water tapid
1,3285
sponge - ,39641 ,08650 1,14813 1,50902 15,358 20 ,000
7
setelah water
tepid sponge
77

Group Statistics
Std.
kelompok N Mean Deviation Std. Error Mean
hipertermia kompres hangat 21 ,89 ,307 ,067
water tepid sponge 21 1,33 ,396 ,087

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Std. 95% Confidence Interval


Mean Error of the Difference
Sig. (2- Differenc Differenc
t df tailed) e e Lower Upper

hipertermia 4,047 40 ,000 ,4429 ,1094 ,2217 ,6640

4,047 37,647 ,000 ,4429 ,1094 ,2213 ,6644

Anda mungkin juga menyukai