Anda di halaman 1dari 15

TUGAS EBP

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK LANJUT I : METODE KOMPRES HANGAN


DENGAN WATER TEPID SPONGE UNTUK MENGATASI MASALAH
KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA ANAK DENGAN DEMAM TYPHOID
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Lanjut I
(Penyakit Akut dan Kegawatdaruratan)

OLEH:
WAHYUNI AGUSTIA
NIM : 20200920100040

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-nya, sehingga Karya Tulis dengan judul “Tugas Makalah Keperawatan Anak
Lanjut I : Metode Water Tepid Sponge Untuk Mengatasi Masalah Keperawatan
Hipertermi Pada Anak Dengan Demam Typhoid telah terselesaikan dengan tepat
waktu.

Tugas makalah ini merupakan tugas individu yang pertama di semester genap program
magister keperawatan anak. Dalam tugas ini dibahas mulai dari anatomi fisiologi hingga
asuhan keperawatan pada anak dengan kasus penyakit akut pneumonia. Dalam tugas ini
juga disertakan dengan evidence base practice terbaru yang berhubungan dengan penyakit
akut thypoid.

Meskipun upaya semaksimal sudah dilakukan dalam penyusunan tugas makalah ini,
namun saya menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang ditemukan. oleh
karena itu, saya mohon adanya kritik dan saran serta perbaikan revisi yang bersifat
membangun guna melengkapi dan menyempurnakan penulisan makalah ini.

Jakarta, April 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

Demam typhoid (tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
mengenai saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphosa. Demam thypoid
akan sangat berbahaya jika tidak segara di tangani secara baik dan benar, bahkan menyebabkan
kematian. Prognosis menjadi tidak baik apabila terdapat gambaran klinik yang berat, seperti
demam tinggi (hiperpireksia), febris kontinua, kesadaran sangat menurun (sopor, koma, atau
delirium), terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, perforasi (Elisabeth
Purba et al. 2016).
Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai negara
sedang berkembang. Menurut dataWorld Health Organization(WHO) tahun 2013
memperkirakan angka kejadian di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan
600.000 orang meninggal karena penyakit ini dan 70% kematiannya terjadi di Asia. Diperkirakan
angka kejadian dari 150/100.000 per tahun di Amerika Selatan dan 900/100.000 per tahun di
Asia. Salah satu negara di Asia Tenggara dengan kasus demam thypoid yang tinggi adalah
Kamboja, di Kamboja demam thypoid banyak ditemukan pada anak. Prevalensi kasus demam
thypoid dari 11,36 per 1.000 penduduk, terjadi pada anak usia kurang dari 15 tahun (Ilmiah
2016).
Penderita demam typhoid gejala yang paling menonjol adalah demam lebih dari 7 hari.
Demam ini bisa diikuti oleh gejala tidak khas lainnya seperti diare, anoreksia atau batuk.
Keadaan parah dapat disertai penurunan kesadaran. Komplikasi yang sering terjadi adalah
perforasi usus, perdarahan usus, dan koma. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya salmonella
dalam darah melalui pemeriksaan kultur. Karena isolasi salmonella relatif sulit dan lama, maka
pemeriksaan serologi widal untuk mendeteksi antigen O dan H sering digunakan sebagai
alternatif. Titer lebih 1/40 dianggap positif demam typhoid (Widoyono, 2012 dalam Sri Haryani,
2014).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh Dunia
mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahunnya (Setyowati, 2013). Data
kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak
diperiksa karena menderita demam. Penelitian oleh Jalil, Jumah dan Al-Baghli (2007) di Kuwait
menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia tiga bulan sampai 36 bulan mengalami serangan
demam rata- rata enam kali pertahunnya (Setiawati,2009). Angka kejadian demam di Asia
dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80 – 90% dari seluruh demam sederhana tahun 2010. Di
Indonesia penderita demam sebanyak 465 (91.0%) dari 511 ibu yang memakai perabaan untuk
menilai demam pada anak mereka sedangkan sisanya 23,1% saja menggunakan thermometer
(Setyowati, 2013). Di Indonesia penderita demam sebanyak 465 (91.0%) dari 511 ibu yang
memakai perabaan untuk menilai demam pada anak mereka sedangkan sisanya 23,1% saja
menggunakan thermometer (Setyowati, 2013).

Biasanya, pada suhu tubuh yang tinggi akan melakukan pendinginan melalui pengeluaran
keringat. Namun, dalam kondisi tertentu (suhu udara diatas 35C dan dengan kelembaban yang
tinggi), mekanisme pendinginan ini menjadi kurang efektif. Ketika kelembaban udara yang
tinggi, keringat tidak akan menguap dengan cepat. Selanjutnya, tanpa asupan cairan yang
cukup, .kehilangan cairan yang berlebihan dan ketidakseimbangan elektrolit juga dapat terjadi
menyebabkan dehidrasi. Dalam kasus tersebut, suhu tubuh seseorang meningkat dengan cepat.
Suhu tubuh yang sangat tinggi dapat merusak otak dan organ vital lainnya. Kondisi lain yang
dapat membatasi kemampuan untuk suhu tubuh termasuk penyakit demam typhoid.

Dalam hal ini yang sering dilakukan adalah dengan memberikan obat penurun panas
untuk mempercepat penurunan suhu. Sedangkan pemberian terapi non farmakologis sering
dikesampingkan. Tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian
kompres hangat atau water tepid sponge. Menurut Bulechek (2018) dalam NIC (Nursing
Interventions Classifications) yaitu intervensi aplikasi panas atau dingin. Aplikasi panas atau
dingin adalah stimulasi kulit dan jaringan dibawahnya dengan menggunakan aplikasi panas atau
dingin untuk mengurangi rasa sakit, kejang otot, atau gejala peradangan. Dimana salah satu dari
tindakan tersebut adalah water tepid sponge. Water tepid sponge (WTS) merupakan contoh dari
aplikasi panas atau dingin yang artinya sebuah teknik kompres blok pada pembuluh darah
superfisal dengan teknik seka (Eni K, 2016).
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR DEMAM


Demam adalah kondisi suhu tubuh berada diatassuhu normal sebagai akibat
adanya peningkatan pengaturan suhu yang berada di hipotalamus, pengaturan suhu pada
kondisi sehat atau demam merupakan keseimbangan antara produksi panas dan pelepasan
panas. Demam bukan suatu penyakit tetapi merupakan manifestasi klinis dari suatu
penyakit. Demam merupakan respon tubuh terhadap adanya infeksi kuman atau virus
yang menyerang tubuh (Sumarmo, 2012).
Demam adalah peningkatan diatas set point sehingga pengaturan suhu tubuh lebih
tinggi atau suhu berada diatas 38ºC (James,Nelson, & Ashwill, 2013). Suhu tubuh diatur
dengan mekanisme seperti thermostat di hipotalamus. Mekanisme ini menerima masukan
dari reseptor yang berada di pusat dan perifer jika terjadi perubahan suhu maka reseptor
akan menghantarkan informasi ke thermostat yang akan meningkatkan atau menurunkan
produksi panas. Infeksi akan mengakibatkan set point suhu tubuh akibatnya hipotalamus
akan menaikkan suhu tubuh. Pada umumnya kasus demam pada anak disebabkan oleh
virus, relative singkat dan memiliki konsekuensi yang terbatas (Wong,2008).

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh akibat kelebihan panas atau perubahan
set point pada hipotalamus. Pada hipertermi terjadi peningkatan suhu tubuh melebihi
38ºC pada pengukuran aksila dan diatas 37ºC pada pengukuran rektal. Pada kondisi
normal, set point pada hipotalamus diatur berada pada suhu 37ºC, proses inflamasi akibat
adanya infeksi baik karena virus maupun mikrobakteri akan merespon tubuh untuk
menaikkan suhu tubuh, informasi suhu yang ditangkap oleh hipotalamus kemudian diolah
dan diterjemahkan berupa pengeluaran panas sesuai perubahan set point ( Potter &
Perry,2010).
Demam dihubungkan dengan beberapa kondisi penyakit. Dari sini dapat diketahui
bahwa faktor eksternal dapat mempengaruhi secara langsung pusat regulasi suhu tubuh
yang berada dihipotalamus untuk menaikkan set point. Hal ini menunjukkan bahwa
beberapa faktor eksternal menstimulasi sebuah pola respon umum, yang dihasilkan dalam
peningkatan set point. Semua jenis faktor produksi demam dapat menyebabkan produksi
dan pelepasan beberepa pirogen internal yaitu bahan yang dapat menyebabkan
meningkatnya suhu tubuh pelepasan, pirogen endogen (EP) memiliki peran penting untuk
menaikkan pengaturan kembali set point suhu pada hipotalamus.

Komplikasi akibat demam menjadi masalah yang sangat penting, demam akan
menyebabkan dehidrasi akibat peningkatan cairan selama terjadinya demam. Kejang
demam dapat terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun, kejang dapat mengakibatkan
kerusakan pada otak sehingga akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Selain itu,
demam akan menyebabkan ketidaknyamanan pada anak. Selain kejang, peningkatan suhu
tubuh yang tidaknormal dapat menyebabkan kematian.

Suhu tubuh terbagi atas dua jenis yaitu core temperatur (suhu inti) surface
temperatur (suhu pada kulit). core temperatur merupakan suhu pada jaringan dalam dari
tubuh, seperti kranium, thorax, rongga abdomen dan rongga pelvis. Surface temperatur
suhu pada kulit merupakan jaringan subcutan, dan lemak, suhu ini berbeda, naik turunnya
tergantung respon terhadap lingkungan. Pada manusia nilai normal untuk suhu tubuh oral
adalah 37ºC, tetapi pada sebuah penelitian kasar terhadap orang-orang muda normal,
suhu oral pagi hari rerata adalah 36,7º C dengan simpang baku 0,2º C. Dengan demikian,
95% orang dewasa muda diperkirakan memiliki suhu oral pagi hari sebesar 36,3 –
37,1ºC. Berbagai bagian tubuh memiliki suhu yang berlainan, dan besar perbedaan suhu
antara bagian-bagian tubuh dengan suhu lingkungan bervariasi. Ekstremitas umumnya
lebih dingin daripada bagian tubuh lainnya. Suhu rectum dapat mencerminkan suhu pusat
tubuh (core temperature) dan paling sedikit di pengaruhi oleh perubahan suhu
lingkungan. Suhu oral pada keadaan normal 0,5ºC lebih rendah daripada suhu rectum
(Corwin, 2009).

B. Tepid water sponge


Kompes Tepid sponge adalah sebuah tehnik kompres hangat yang
menggabungkan teknik kompres hangat yang menggabungkan teknik kompres blok pada
pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (Alves,2008). Kompres adalah salah satu
metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila mengalami demam. Salah satu metode
kompres yang sering digunakan adalah pemberian tepid sponging (kompres hangat).
Tepid sponging merupakan tindakan untuk menurunkan suhu tubuh saat demam yaitu
dengan merendam anak di dalam air hangat, mengelap sekujur tubuh dengan air hangat
menggunakan waslap, dan dengan mengompres pada bagian tubuh tertentu yang
memiliki pembuluh darah besar (Bardu, 2014).
Kompres tepid sponge bekerja dengan cara vasodilatasi (melebarnya) pembuluh
darah perifer diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar
akan lebih cepat, dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres hangat yang hanya
mengandalkan reaksi dari stimulasi hipotalamus.
Perawat sangat berperan dalam untuk mengatasi demam melalui peran mandiri
maupun kolaborasi. Peran mandiri perawat dalam mengatasi demam salah satunya adalah
water tepid sponge. Water tepid sponge dapat dilakukan dengan meletakkan anak pada
bak mandi yang berisi air hangat atau dengan mengusap dan mengelap seluruh bagian
tubuh anak dengan air hangat. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa water tepid
sponge efektif dalam menurunkan suhu tubuh anak.
C. Standar Operasional Prosedur Tepid Sponge
A. PENGERTIAN
Tepid Sponge merupakan tindakan mengompres yang dilakukan dengan menggunakan
handuk atau waslap yang dibasahi dengan air hangat (37o C). Tepid sponge merupakan
salah satu teknik kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh febris.

B. TUJUAN
1. Meningkatkan kontrol kehilangan panas tubuh melalui penguapan.
2. Memberikan rasa nyaman.
3. Menurunkan suhu tubuh yang demam.

C. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


1. Sarung tangan.
2. Baskom mandi.
3. Waslap.
4. Air hangat (37o C).
5. Handuk pengering.
6. Thermometer.
7. Selimut tidur
8. Selimut mandi.
9. Baki dan Alas.

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Identifikasi kebutuhan pasien.
2. Siapkan alat dan bahan.
3. Berikan salam terapeutik.
4. Jelaskan prosedur dan tujuan yang akan dilakukan.
5. Dekatkan alat.
6. Tutup sampiran untuk menjaga privasi pasien.
7. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
8. Ukur suhu tubuh pasien.
9. Pertahankan selimut mandi di atas bagian tubuh yang tidak dikompres.
10. Periksa suhu air.
11. Rendamkan waslap ke dalam air hangat, letakkan di bawah ketiak dan lipatan paha.
12. Secara perlahan ektermitas dikompres selama 5 menit.
13. Bila suhu belum turun, lanjutkan ke punggung dan bokong selama 3-5 menit. Kaji
ulang suhu tubuh pasien setiap 5 menit.
14. Ganti air bila sudah tidak hangat.
15. Bila suhu tubuh turun sedikit di atas normal, hentikan prosedur.
16. Keringkan ekstremitas dan bagian tubuh secara menyeluruh, selimuti dengan selimut
tipis dan menyerap keringat.
17. Ganti linen bila basah.
18. Evaluasi respon pasien.
19. Rapikan peralatan.
20. Buka sampiran.
21. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
22. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN DAN SAMPEL

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan menggunakan rancangan penelitian
analitik dengan pendekatan quasy experiment. Subjek penelitian ini adalah klien anak
sebanyak 30 orang anak yang mengalami demam. Objek penelitian ini adalah kompres
hangat dan water tepid sponge. Lokasi penelitian ini dilakukan di ruang anak Rumah
Sakit Bumi Waras Kota Bandar Lampung. Penelitian ini telah dilakukan bulan Januari
tahun 2019. Variabel independen adalah kompres hangat dan water tepid sponge dan
variabel dependen adalah suhu tubuh. Analisis univariat (nilai ratarata) dan analisis
bivariat (uji t).

II. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan tabel diatas diketahui mean suhu sebelum kompres hangat 38,7○C dengan
nilai min 37,8 ○C dan max 39,6○C dan diketahui mean suhu sebelum water teppid
sponge 38,6○C dengan nilai min 37,8○C dan max 39,6○C maka dapat disimpulkan rata –
rata suhu tubuh pada kelompok water teppid sponge lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kelompok kompres hangat.
Berdasarkan tabel diatas suhu setelah kompres hangat 37,5○C dengan nilai min 36,8○C
dan max 39,0○Cdan mean suhu setelah water teppid sponge 37,3○C dengan nilai min
36,5○C dan max 38,2○C maka dapat disimpulkan rata –rata suhu tubuh pada kelompok
water teppid sponge lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok kompres hangat.

Berdasarkan tabel diatas masing-masing variabel mempunyai nilai p-value ≥ 0.05 bila
nilai pvalue ≥ 0.05, maka distribusi normal, bila data berdistribusi normal maka dapat
dilanjutkan untuk uji (t dependen).

Berdasarkan tabel diatas diketahui kelompok kompres hangat sebanyak 15 responden


dengan mean suhu kompres hangat pada saat sebelum adalah 38,4○C dengan standar
deviasi 0,59○C. Pada sesudah kompres hangat didapatkan hasil mean adalah 37,5○C
dengan standar deviasi 0,62○C. Terlihat nilai perbedaan antara sebelum dan sesudah
adalah 0,85○C. Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,000< 0,05 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan yang diberi
kompres hangat sebelum dan sesudah perlakuan.
Berdasarkan tabel diatas diketahui kelompok water teppid sponge sebanyak 15 responden
denganmeansuhu water teppid sponge pada saat sebelum adalah 38,6○C dengan standar
deviasi 0,54○C. Pada sesudah water teppid sponge didapatkan hasil mean adalah 37,3○C
dengan standar deviasi 0,56○C. Terlihat nilai perbedaan antara sebelum dan sesudah
adalah 1,3○C. Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,000 < 0,05 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan yang diberi water
teppid sponge sebelum dan sesudah perlakuan.

Berdasarkan tabel diatas diketahui Pada sesudah kompres hangat didapatkan hasil mean
adalah 37,5○C dan pada sesudah water teppid sponge didapatkan hasil mean adalah
37,3○C. Terlihat nilai perbedaan antara sebelum dan sesudah adalah 0.25○C. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p-value 0,009< 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
yang signifikan pada kelompok perlakuan yang diberi water teppid sponge dan kompres
hangat.
BAB IV
PENJELASAN TEPID WATER SPONGE DAPAT MENURUNKAN DEMAM

Berdasarkan hasil penelitian diketahui mean suhu sebelum water teppid sponge 38,6○C
dengan nilai min 37,8○C dan max 39,6○C dan mean suhu setelah water teppid sponge
37,3○C dengan nilai min 36,5○C dan max 38,2○C maka dapat disimpulkan ada perbedaan
suhu pada kelompok yang diberi water teppid sponge sebelum dan setelah perlakuan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Haryani (2012), maka disimpulkan bahwa
nilai rata-rata suhu tubuh sebelum diberikan teppid sponge sebesar 38,5C dengan standar
deviasi 0,4C.

Nilai rata-rata setelah diberikan teppid sponge sebesar 37,1C dengan standar deviasi
0,5C.Sehingga dapat diketahui ada penurunan nilai rata-rata suhu tubuh sebesar 1,4C. Ada
pengaruh kompres teppid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien
hipertermi.Penelitian yang dilakukan Setiawati (2009) mengungkapkan bahwa rata – rata
penurunan suhu tubuh saat mendapatkan terapi tepid sponging adalah 0,97ºC dalam waktu
60 menit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maling (2012) di RSUD Tugurejo Semarang
tentang pengaruh kompres teppid sponge hangat terhadap penurunan suhu tubuh anak umur
1 – 10 tahun denganhipertermi, didapatkan hasil p value = 0,001 yang artinya ada pengaruh
kompres teppid sponge terhadap penurunansuhu tubuh pada pasien hipertermi.
Sejalan dengan teori yang dikatakan oleh Sodikin (2012) demam merupakan suatu keadaan
suhu tubuh diatas normal sebagai akibat penurunan pusat pengatur suhu dihipotalamus.
Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam
dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan
perkembangan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu pemulihan atau
pertahanan terhadap infeksi.

Terapi water teppid sponge jika dilakukan dengan benar akan sangat efektif dalam
menurunkan panas atau demam pada anak dengan cepat.Tepid sponging merupakan
tindakan untuk menurunkan suhu tubuh saat demam yaitu dengan merendam anak di dalam
air hangat, mengelap sekujur tubuh dengan air hangat menggunakan waslap, dan dengan
mengompres pada bagian tubuh tertentu yang memiliki pembuluh darah besar (Bardu,
2014). Pada prinsipnya pemberian teppid sponge dapat menurunkan suhu tubuh melalui
proses penguapan dan dapat memperlancar sirkulasi darah, sehingga darah akan mengalir
dari organ dalam kepermukaan tubuh dengan membawa panas.

Kulit memiliki banyak pembuluh darah, terutama tangan, kaki, dan telinga. Aliran darah
melalui kulit dapat mencapai 30% dari darah yang dipompakan jantung. Kemudian panas
berpindah dari darah melaui dinding pembuluh darah kepermukaan kulit dan hilang
kelingkungan sehingga terjadi penurunan suhu tubuh (Potter & Perry, 2011). Menurut
pendapat peneliti kompres water teppid sponge dengan menggunakan air hangat lebih efektif
dalam menurunkan demam pada pasien hipertermi. Dalam pelaksanaan terapi kompres
teppid sponge hangat penulis menggunakan air hangat dengan suhu 37C karena pasien
tidak merasa panas dan pasien mengatakan bahwa panasnya pas.

Intervensi yang direncanakan dan dilakukan bertujuan setelah dilakukan tindakan


keperawatan, suhu tubuh pada pasien dalam batasnormal dengan kriteria hasil suhu tubuh
menurun setidaknya 0,5C –1,8C . Intervensi yang disusun adalah memantau suhu tubuh
setiap 4 jam sesuai dengankebutuhan yang rasionalisasinya digunakan untuk memantau
terjadinya kenaikan suhu secara tiba-tiba pada pasien. Melakukan kompres water teppid
sponge hangat yang rasionalisasinya mandi air hangat membantu peredaran darah tepi di
kulit melebar sehingga pori-pori menjadi terbuka yang selanjutnya memudahkan dalam
pengeluaran panas dari tubuh. Dalam intervensi inipenulis melakukan kompres pada pasien
dan mendapatkan evaluasi darihasil tindakan bahwa setelah 15 menit dilakukan tindakan
keperawatan

Pemberian kompres teppid sponge dalam penelitian yang dilakukan ini terbukti dapat
menurunkan demam atau suhu tubuh pada pasien. Hasil penelitian mendapatkan bahwa suhu
tubuh pada pasien anak setelah pemberian kompres teppid sponge hangat rata-rata dapat
mengalami penurunan 1,36○C. Waktu yang diperlukan untuk kompres berdasarkan
penelitian ini relatif sangat singkat yaitu dalam waktu 15 menit. Pengaruh pemberian terapi
kompres teppid sponge hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien dengan
hipertermia terbukti efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami
hipertermia.
DAFTAR PUSTAKA

Risa Yuniawati1 ,Tri Suraning Wulandari. 2 , Parmilah 3 (2020). Literature Review


Penerapan Metode Water Tepid Sponge Untuk Mengatasi Masalah Keperawatan
Hipertermi Pada Pasien Typhoi

Dewi, A. K. (2016). Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Air
Hangat Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 1 (1): 63-71

Khabib,M.(2016). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan


Termoregulasi Melalui Tepid Water Sponging Menggunakan Model Konservasi
Levine

Anda mungkin juga menyukai