Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang masih berkembang, dimana aspek-aspek

kehidupan seperti ekonomi,politik, sosial, budaya, pendidikan, dan kesehatan masih

dalam pencapaian kesejahteraan optimal. Situasi ini digambarkan dengan keadaan

masyarakat yang masih kurang peduli terhadap kesehatan dan kurang menaruh

masalah kesehatan sebagai prioritas utama.

Masalah-masalah yang muncul di masyarakat terutama dalam bidang

kesehatan yaitu, pemenuhan kebutuhan gizi yang terfokus pada ibu hamil dan bayi.

Hal ini dikarenakan indikator tingkat kesehatan suatu negara ditentukan dengan

jumlah rata-rata kematian ibu dan bayi yang lahir dalam satu tahun. Indonesia

mempunyai masalah gizi cukup besar yang ditandai dengan banyaknya kasus gizi

kurang pada anak balita, anak usia sekolah, maupun usia reproduksi, akhirnya

masalah ini berdampak pada usia lanjut.

Kehidupan manusia dimulai dari usia subur, bahkan sebelumnya agar

menghasilkan manusia yang sehat, banyak faktor yang menyebabkan seorang ibu

tidak siap untuk melahirkan bayi yang sehat, antara lain kurang konsumsi makanan

yang terjadi secara kumulatif, kurangnya konsumsi makanan dapat disebabkan

karena tidak tersedianya pangan secara memadai. Lebih lanjut konsumsi makanan

dapat disebabkan karena tidak tersedianya pangan secara memadai. Lebih lanjut

konsumsi makanan ini berkaitan dengan rendahnya pendapatan, pendidikan,

pengetahuan dll. Hal ini akan menjadi masalah nasional, jika ibu kurang gizi
berjumlah cukup besar, maka jumlah bayi lahir dengan berat badan rendah akan

bertambah banyak, bayi lahir dengan berat badan rendah dapat menjadi anak kurang

gizi dan berdampak pada tahap kehidupan selanjutnya.

Program perbaikan gizi yang dibuat oleh DepKes melalui dua tahap

pendekatan yaitu pertama perbaikan gizi yang dilakukan terhadap individu atau

masyarakat yang tinggal dalam keluarga, kedua perbaikan gizi yang dilakukan

terhadap individu atau masyarakat yang karena satu hal dan lain hal berada di suatu

institusi, yang dikenal dengan program Perbaikan Gizi Institusi (PGI).

Pakar gizi Martorell (1996) menjelaskan bahwa investasi di sektor sosial

(gizi, kesehatan, pendidikan ) akan memperbaiki keadaan gizi masyarakat yang

merupakan faktor penentu untuk meningkatnya kualitas SDM, jika kualitas SDM

meningkat, maka produktivitas kerja akkan meningkat, selanjutnya keadaan ekonomi

akan meningkat. Dengan terjadinya perbaikan ekonomi, maka kemiskinan akan

berkurang dan selanjutnya akan meningkatkan keadaan gizi masyarakat.


Departemen Kesehatan Indonesia menyatakan bahwa penyebab kurang gizi

dijabarkan dalam bagan sebagai berikut:

Dampak KURANG GIZI

Penyebab Makan
Penyakit Infeksi
langsung Tidak Seimbang

Sanitasi dan Air


Penyebab Tidak Cukup Pola Asuh Anak Bersih /Pelayanan
Tidak langsung Persediaan Pangan Tidak Memadai Kesehatan Dasar
Tidak Memadai

Kurang Pendidikan , Pengetahuan dan Keterampilan

Pokok Masalah Kurang pemberdayaan wanita


di Masyarakat dan keluarga , kurang pemanfaatan
sumberdaya masyarakat

Pengangguran , inflasi , kurang pangan dan kemiskinan

Akar Masalah
Krisis Ekonomi , Politik,
(nasional )
dan Sosial

Bagan 1. Penyebab Kurang Gizi


(Disesuaikan dari bagan UNICEF, 1998: The State of the World’s Children 1998.
Oxford Univ. Press)
II. Tujuan Penulisan

Tujuan dibuatnya penulisan makalah ini antara lain:

1. Menganalisis kesenjangan implementasi program yang telah diterapkan

secara nasional di puskesmas.

2. Menganalisis kesenjangan program nasional dengan program yang

diterapkan di Puskesmas Kemiri Muka terutama mengenai program gizi

di Masyarakat RW 05

3. Menganalisis sumber-sumber yang ada di Puskesmas Kemiri Muka

4. Menganalisis kesesuaian program yang dilaksanakan oleh puskesmas

dengan kebutuhan masyarakat akan gizi

5. Menganalisis program gizi yang telah dilakukan oleh puskesmas kepada

masyarakat terkait tentang gizi.


BAB II

PROGRAM GIZI NASIONAL

Upaya untuk meningkatkan gizi masyarakat guna menurunkan kematian

anak, diawali dengan upaya memperbaiki gizi keluarga. Masalah gizi masyarakat

Indonesia merupakan masalah yang kompleks. Banyak faktor yang berperan serta

mempengaruhi kondisi gizi masyarakat, misal; kondisi sosial ekonomi, ketersediaan

pangan, tingkat pendidikan, dll. Masalah kesehatan hanyalah sebagai dampak dari

berbagai masalah yang belum diselesaikan.

Dari pandangan tersebut, pemerintah menggunakan pendekatan yang paling

tepat yaitu melalui pendekatan komunitas, khususnya melalui keluarga. Program

pemerintah tersebut diantaranya :

a. Memandang masalah gizi pada kelompok umum.

b. Strategi penanggulangan masalah gizi denganKIEdan suplemen.

c. Preventif,promotif yang proaktifmenuju Indonesia sehat2010.

d. Integrasi (makro dan mikro)

Melalui program KADARZI (KeluargaSadar Gizi), diharapkan keluarga

mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi keluarga baik melalui preventif,

promotif,kuratif, maupun rehabilitatif dengan cara memanfaatkan media efektif

(pemasaran sosial &KIE), pemberdayaan masyarakat, meningkatkan kemampuan

dan keterampilan petugas dalam teknik pelaksanaan. Dengan melakukan pemantauan

di komunitas baik melalui posyandu, puskesmas, rumah sakit, dapat diketahui

masalah yang paling mendasar dari masalah gizi masyarakat di Indonesia.


Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya antara lain:

1. Pemantauan Pertumbuhan

- Penyempurnaan konsep pos yandu

- Penyempurnaan konsep pemantauan pertumbuhan (sasaran,

instrument, dll).

- Fasilitas teknis.

- Pengadaan materi pelatihan.

- Penerapan SOP

2. Penyuluhan gizi

- Pengembangan strategi KIE

- Pengembangan modul konseling:ASI, keluarga dengan gizi kurang/gizi

buruk,asuhan gizi puskesmas.

- Pengembangan media untuk kader.

- Pengembangan media untuk pengguna.

- Pelatihan dan TOT.

3. Suplementasi gizi

- Peningkatan demand

- Kajian sistem distribusi

- Peningkatan perencanaan dan sinkronisasi kab-prop-pusat (data, proses,

mekanisme umpan balik, dll).

- Terbuka peluang sumber lain (tidak monopoli)

- Perbaikan kerjasama Lintas Program (KIA, imunisasi, dll)

- Sosialisasi pengadaan logistik.


4. Pelayanan gizi

- Kajian tatalaksana masalah gizi di RS, puskesmas, RT.

- Pengembangan POS

- Penerapan POS

Pelaksanaan program bina gizi masyarakat menurut sasaran, kegiatan /

perilaku yang diharapkan baik dari sasaran maupun dari pemberi pelayanan

kesehatan (providers), serta tempat dilaksanakannya kegiatan, dapat dilihat

dalam tabel berikut;

SASARAN KEMAMPUAN/ KEMAMPUAN TEMPAT

PERILAKU SASARAN /PERILAKU PROVIDERS KEGIATAN


Ibu hamil  Memeriksakan  Memeriksaka Posyandu

kehamilan sedini n ANC, Puskesmas

mungkin termasuk

 Mengkonsumsi LILA dan Hb

tablet Fe secara  Memberikan

teratur penyuluhan

 Makan makanan ASI pada saat

bergizi ANC

 Jika ibu KEK atau  Memberikan

anemia, konsultasi konseling

dengan petugas terhadap ibu

kesehatan bermasalah

 Persiapan ASI  Merujuk bila

eksklusif diperlukan
Ibu dengan  Menimbang anak  Melakukan koordinasi Posyandu

Balita setiap bulan dengan

 Bila anak BGM, TOMA/TOGA/kader

konsultasi dengan untuk

petugas menyelenggarakan

 Memberi ASI saja posyandu secara

sampai anak teratur

berusia 6 bulan  Melakukan konseling

 Memberi kapsul pada keluarga dengan

vitamin A anak BGM

 Mulai usia 6 bulan  Merujuk bila tidak

beri MPASI dan dapat diselesaikan

bulan seimbang
Anak usia  Memantau BB dan  Pemeriksaan gizi Sekolah

sekolah TB secara teratur secara berkala

 Mengkonsumsi gizi  Memberikan asuhan

seimbang gizi

 Melakukan konseling

pada keluarga dengan

anak usia sekolah

Wanita usia  Memantau BB dan  Pemeriksaan gizi Institusi

subur TB secara teratur secara berkala Sekolah

 Mengkonsumsi gizi  Menyelenggarakan

seimbang asuhan gizi (KIE,


 Jika anemia, suplementasi)

mengkonsumsi zat

besi
Usia lanjut  Memantau BB dan  Pemeriksaan secara Posyandu

TB secara teratur berkala Puskesmas

 Mengkonsumsi gizi  Menyelenggarakan

seimbang asuhan gizi

 Konsultasi atau  Memberikan konseling

memeriksakan diri terkait masalah

jika terdapat kesehatan

keluhan kesehatan
BAB III

PELAKSANAAN

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kelurahan Kemiri Muka, Depok

merupakan salah satu tempat masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan salah

satunya adalah pengobatan dan pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan hasil kunjungan

tanggal 26 Juli 2005, menurut penanggung jawab bidang gizi, bapak Dody Iskandar,

S.Sos, M.Si, peran puskesmas Kemiri Muka adalah sebagai pelaksana program-program

yang telah disusun oleh dinas kesehatan (Dinkes) Depok, jadi puskesmas tidak membuat

program, namun melaporkan kejadian penyakit atau kebutuhan masyarakat sekitar

terhadap kesehatan dan melaksanakan program turunan dinkes.

Secara umum program puskesmas terbagai atas dua yaitu eksternal dan internal.

Kegiatan eksternal adalah kegiatan rutin posyandu tiap bulan, sedangkan kegiatan internal

merupakan kegiatan pengobatan serta penyuluhan (konseling) di puskesmas.

Program-program yang terkait dengan gizi yang dilaksanakan oleh puskesmas

Kemiri Muka adalah :

a. Bayi dan Balita

 Pemberian vitamin A

Pelaksanaannya setiap bulan Februari dan Agustus

 Pemantauan Status Gizi (PSG)

Pelaksanaanya 1 tahun sekali / 2 tahun sekali.

Tujuan dilaksanakannya program ini adalah untuk mengetahui status gizi

bayi dan balita di kelurahan kemiri muka

Bulan penimbangan balita

Pelaksanaannya rutin sebulan sekali


Setiap bayi dan balita yang datang ke puskesmas ditimbang berat

badannya, kemudian petugas akan menyesuaikan dengan BB standar

WHO. Jika beberapa bayi dan balita yang ditimbang ditemukan gizi buruk,

maka pihak puskesmas akan membuat laporan ke dinkes. Untuk

selanjutnya dinkes akan membuat program perbaikan gizi bayi dan balita.

 Program tumbuh kembang

Pelaksanaannya rutin tiap bulan.

Tujuannya adalah untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan bayi

dan balita. Jika ditemukan adanya ganngguan perkembangan bayi dan

balita maka puskesmas menyerahkannya kepada kader di RW tersebut

yang telah dilatih untuk melakukan intervensi.

b. Anak sekolah

 Pemberian obat cacing

Sasaran program ini adalah anak sekolah kelas 1 SD.

Tujuannya adalah untuk mencegah penyakit cacingan dengan pemberian

obat mebendazol. Pelaksanaannya 1 tahun sekali

 Pemantauan garam yodium

Sasarannya adalah anak sekolah kelas 4 dan 5 SD.

Pelaksanaannya 1 tahun sekali.

Pada program ini siswa-siswa dianjurkan untuk membawa garam disertai

merknya. Selanjutnya pihak puskesmas melakukan iodine test terhadap

garam tersebut.
Tujuan program ini adalah untuk melihat jenis garam yang dikonsumsi

oleh siswa. Hal ini terkait dengan kandungan yodium yang dapat

meningkatkan kecerdasan anak terutama anak usia sekolah.

c. Masyarakat

 KADARZI (Keluarga Sadar Gizi)

Sasarannya adalah 20 KK dalam satu posyandu.

Pelaksanaannya setiap satu tahun sekali

Tujuan program ini adalah agar keluarga mampu mengenali dan mengatasi

masalah gizi keluarga sampai akhirnya terjadi perubahan perilaku kearah

yang lebih baik.

Ada 3 tahap yang dilakukan petugas puskesmas terhadap program ini yaitu

- Pemetaan awal

Tahap ini merupakan pemberian kuisioner terhadap keluarga terkait

dengan masalah gizi.

- Konseling 1, 2, 3 dan 4

Tahap ini dilakukan sesuai indikator permasalahan yang diperoleh dari

pemetaan awal

- Pemetaan akhir

Tahap ini merupakan pemberian kuisioner untuk melihat tingkat

keberhasilan keluarga terhadap maslah gizi

 Pemeriksaan garam yodium di warung dan pasar

Sasarannya adalah : warung dan pasar

Pelaksanaan : satu tahun sekali

Tujuan : Untuk mengetahui peredaran garam yodium di masyarakat.


Mekanisme : Puskesmas akan mendata pasar /warung yang menjual

garam , dilakukan iodine test. Hasildilaporkan kepada

Dinkes untuk ditindaklanjuti bagian pasar/warung yang

menjual garam tidak beryodium.

d. Ibu hamil

 Pemeriksaan Bumil KEK (Kurang Energi Kalori)

Sasaran : Bumil

Pelaksanaan : 4 bulan sekali

Mekanisme : Mengukur LILA Bumil,, Bumil KEKdiintervensi oleh

Dinkes dengan pemberian makanan tambahan (PMT)

seperti susu.

 Pemberian Fe (zat besi)

Sasaran : Bumil

Pelaksanaan :Tiap kunjungan Bumil ke Puskesmas.


BAB V

PENUTUP

Peranan gizi sangat penting dalam berbagai sendi kehidupan, antara lain dalam hal

tumbuh kembang anak, kualitas sumber daya manusia, produktifitas kerja, dan perbaikan

ekonomi suatu negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi gizi masyarakat

meliputi kondisi sosial ekonomi, ketersediaan pangan, tingkat pendidikan, dll.

Upaya untuk meningkatkan kondisi gizi masyarakat, pemerintah telah

mencanangkan suatu program nasional, yaitu Kadarzi. Program ini memberikan fasilitasi

bagi keluarga untuk mengenali dan mengatasi masalah gizi keluarga secara preventif,

promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Program gizi nasional pada dasarnya telah dilaksanakan oleh Puskesmas Kemiri

Muka Depok walaupun belum sepenuhnya mengenai sasaran. Hal ini dibuktikan dengan

ditemukannya beberapa kesenjangan antara program nasional dengan pelaksanaan di

Puskesmas, antara lain;

- Program pemantauan terhadap berat badan balita kurang optimal terlihat

dari masih banyaknya keluarga dengan balita yang tidak memiliki KMS.

- Program pemantauan terhadap pemberian MPASI terhadap Gakin belum

maksimal disebabkan oleh kurangnya informasi dari kader ke puskesmas

mengenai jumlah balita Gakin di daerahnya. Hal tersebut mengakibatkan

masih banyaknya balita dengan gizi buruk di masyarakat yang tidak

mendapatkan perhatian dan perawatan khusus dari Dinkes.


Berdasarkan analisis terhadap program nasional yang dibuat oleh Dinkes dengan

pelaksanaannya oleh Puskesmas Kemiri Muka Depok ,maka saran kelompok sebagai

berikut:

 Supervisi pelaksanaan program oleh puskesmas kepada kader

 Publikasi tentang gizi lebih ditingkatkan dengan cara, memperbanyak

poster-poster ditempel di masyarakat.

 Penyuluh gizi lebih meningkatkan frekuensi kunjungan ke tiap

Posyandu secara rutin

 Follow up kasus terkait gizi ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai