OLEH:
WAHYUNI AGUSTIA
NIM : 20200920100040
2020 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-nya, sehingga Karya Tulis dengan judul “Tugas Makalah
Keperawatan Anak Lanjut I : Asuhan Keperawatan Anak dengan Penyakit
Akut Thypoid” telah terselesaikan dengan tepat waktu.
Tugas makalah ini merupakan tugas individu yang pertama di semester genap
program magister keperawatan anak. Dalam tugas ini dibahas mulai dari anatomi
fisiologi hingga asuhan keperawatan pada anak dengan kasus penyakit akut
pneumonia. Dalam tugas ini juga disertakan dengan evidence base practice terbaru
yang berhubungan dengan penyakit akut thypoid.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Hala
HALAMAN JUDUL......................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................4
1.2 TUJUAN..............................................................................................................5
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................5
1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................................5
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan anak dengan
gangguan sistem Pencernaan, khususnya thypoid.
b) Tujuan khusus
6
1) Konsep teori
a) Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
b) Mengetahui definisi thypoid.
c) Mengetahui etiologi thypoid.
d) Mengetahui patofisiologi dan WOC thypoid.
e) Mengetahui manifestasi klinis thypoid.
f) Mengetahui penatalaksanaan thypoid
g) Mengetahui komplikasi thypoid
h) Mengetahui prognosis thypoid
i) Dapat menjelaskan proses keperawatan pada klien thypoid serta dapat
memberikan asuhan keperawatan pada klien thypoid
2) Asuhan keperawatan klien dengan gangguan thypoid
a) Menjelaskan tentang pengkajian klien dengan thypoid
b) Menjelaskan tentang diagnosis keperawatan klien dengan pthypoid
c) Menjelaskan intervensi dan rasional tindakan kepada klien dengan thypoid
1.3 Manfaat
a) Untuk memermudah mahasiswa dalam mencari sumber informasi mengenai
thypoid
b) Untuk menambah literatur/referensi mengenai asuhan keperawatan anak dengan
thypoid
7
BAB II
PEMBAHASAN
a) Mulut
Mulut sangat kaya pembulu darah, hal ini seringkali membuat mulut menjadi pintu
masuk organisme penyerang yang menimbulkan infeksi. Selain itu, bayi dan anak
kecil secara berulang memasukkan benda ke mulut mereka dan memeriksa benda
dengan cara tersebut. Perilaku ini meningkatkan risiko bayi dan anak kecil untuk8
kontak dengan agen infeksius melalui mulut .
b) Esofagus
Esophagus bertindak sebagai jalan masuk makanan dari mulut ke lambung.
Sfingter esophagus bawah ( lower esophageal sphingter, LES) mencegah
regurgitasi ( aliran balik) isi lambung kedalam esophagus dan/ atau rongga mulut.
Tonus otot LES belum berkembang sepenuhnya hingga usia 1 bulan sehingga bayi
yang berusia kurang dari 1 tahun terus mengalami regurgitasi hingga beberapa
bulan, tetapi hal ini biasanya menghilang seiring dengan pertambahnya usia. Jika
edema atau penyempitan esophagus terjadi pada anak yang tonus otot esofagusnya
tidak berkembang, disfagia ( kesulitan atau nyeri ketika menelan ) dapat terjadi.
c) Lambung
Bayi baru lahir memiliki kapasitas lambung hanya sebesar 10 hingga 20 ml. Pada
usia 2 bulan, bayi memiliki kapasitas untuk menampung hingga 200 ml, meskipun
sebagian besar bayi kecil tidak dapat menoleransi pemberian makan sebanyak 200
ml. saat usia 16 tahun, kapasitas lambung mencapai 1500ml ; pada masa dewasa
kapasitasnya adalah 2000 hingga 3000 ml. asam hidroklorida, yang ditemukan
didalam isi lambung untuk membantu pencernaan, mencapai kadar dewasa pada
saat anak berusia 6 bulan.
d) Usus
Secara fungsional, usus kecil belum matur saat lahir. Bayi cukup bulan memiliki
panjang usus kecil sekitar sekitar 250 cm; dan orang dewasa memiliki usus kecil
yang panjangnya mencapai 600 cm. Bayi yang mengalami kehilangan sedikit
usus besarnya selama masa bayi awal lebih banyak mengalami maslaah absorpsi
dan diare dari pada orang dewasa yang mengalami sedikit kehilangan usus besar
dalam jumlah yang sama.
e) System Empedu
Hati berukuran relatif lebih besar pda saat lahir sehingga tepi hati yang halus
mudah dipalpasi pada masa bayi, yaitu 2 cm di bawah margin kosta. Enzim
pancreas terus berkembang selama postnatal, yang mencapai kadar orang dewasa
pada sekitar usia 2 tahun.
2.2 Konsep Penyakit Thypoid
2.2.1 Definisi Thypoid
9
Typhoid fever adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri
Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit
menular (Cahyono, 2010). Demam typhoid adalah infeksi sistemik akut
yang disebabkan oleh Salmonella typhii (Elsevier, 2013). Typhoid fever
( typhus abdominalis ,enteric fever ) adalah infeksi sistemik yang
disebabkan kuman salmonella enterica, khususnya varian varian
turunanya, yaitu salmonella typhi, Paratyphi A, Paratyphi B, Paratyphi C.
Kuman kuman tersebut menyerang saluran pencernaan, terutama di perut
dan usus halus. Typhoid fever sendiri merupakan penyakit infeksi akut
yang selalu ditemukan di masyarakat (endemik) Indonesia. Penderitanya
juga beragam, mulai dari usia balita, anak- anak, dan dewasa (Suratun dan
Lusianah, 2010).
2.2.2 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa/
Eberthella typhosa yang merupakan kuman negative, motil dan tidak
menghasilkan spora.
Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu
yang ebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70ºC maupun oleh antiseptic.
Sampai saat ini diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia.
Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
Antigen O = Ohne Hauch = Somatik Antigen (tidak menyebar)
Antigen H = Hauch ( menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat
trmolabil.
Antigen V¹ = Kapsul; merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman
dan melindungi O antigen terdapat fagositosis.
Ketiga jenis antigen tersebu di dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan
tiga macam antibody yang lazim disebut agglutinin.
Ada 3 spesies utama yaitu :
Salmonella typhosa (satu serotipe)
Salmonella choleraesius (satu serotipe)
Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe).
2.2.3 Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam10
lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke
jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang usus halus. Kemudian kuman
masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo
endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.Proses ini terjadi dalam masa tunas
dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam
peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus, dan
kandung empedu (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi
penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan
oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh
kelainan pada usus halus (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254).
2.2.4 Manifestasi klinis
Menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid pada anak
biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa tunasnya 10-20
hari, tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan jika melalui
minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi 9 mungkin ditemukan gejala
prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, nafsu makan berkurang. Gambaran klinik yang biasa ditemukan
menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) adalah:
1. Demam Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat
lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada
dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan
normal kembali pada akhir minggu ketiga
2. Gangguan pada saluran pencernaan Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap,
bibir kering, dan pecahpecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated
tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati dan limpa membesar
11
disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat
terjadi diare atau normal
3. Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam
yaitu apatis sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali
penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping gejala
tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat
ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler
kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama yaitu demam. Kadang-kadang
ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada anak dewasa
4. Relaps Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan
tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah
suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. 10 Menurut teori relaps
terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan
baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan
tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis.
16
Intervensi :
1) monitor suhu minimal 2 jam
2) rencanakan monitoring suhu secara kontinyu .
3) monitor TD,Nadi,RR
4) monitor warna dan suhu kulit
5) monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
6) tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7) selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
8) berikan antipiretik jika perlu
19
DAFTAR PUSTAKA
Bowden R Vicky et al. 2006. Children and their families the continuum of care volume
2. Philadelphia : WB Saunders Company File:///E:/BAHAN%20TIFOID/MATERI
%20DAN%20PATHWAY%20DEMAM%20TIFOID,%20THYPOID,%20TIFOID
%20FEVER%20Jofan% 20Ar %20Pratama%20-%20Jofan%20Arya%20 Pratama.htm
Gulanick, M, Myers, L. J. (2007). Nursing care plan: diagnosis and intervention, pp. 240
- 247, St. Louis: Mosby
Hockenberry, M.J.,& Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infant and children (8th
ed.). Philadelphia: Mosby Year Book.
Hutahaean Serri. (2010). Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: Tim.
Hydration for children. (2013). Children current’s hydration habits.
Keddy, K.H. (2011). Sensitivity and specificity of typhoid fever rapid antibody tests for
laboratory diagnosis at two sub- Saharan African sites
KEPMENKES RI NO 364/MENKES/SK/V/2006. Pedoman pengendalian demam tifoid.
Khanna, A et al. (2015). Comparative Evaluation of Tubex TF (Inhibition Magnetic
Binding Immunoassay) for Typhoid Fever in Endemic Area
Mukhtar,H.M.E, & Elnimeiri MK.(2014). Physical methods used by Sudanese mothers
in rural settings to manage a child with fever.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & nanda nic-noc. Edisi revisi jilid 1.
Nursalam, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
20
Jakarta: Salemba Medika.
Price, S., & Wilson, L. (2015). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et al. (2014). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I edisi
VI. Jakarta: Internapublshing.
Suriadi & Yuliani, R., 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak,Jakarta: PT. Percetakan
Penebar Swadaya,
Wong, D., et all. (2009).Buku ajar keperawatan pediatrik volume 2. Jakarta: EGC
Widagdo, 2011, Masalah & TataLaksana Penyakit Infeksi Pada Anak, Jakarta: CV
Sagung Seto
21