Anda di halaman 1dari 16

EVIDANCE BASED PRACTICE

STUDI KASUS: PENGARUH TEPID SPONGE/ KOMPRES AIR HANGAT


TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA PASIEN HIPERTERMI
DI RUANG CATTLEYA
RSUD UNGARAN

Oleh:

ANNA APIAINI
P133742091013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh mengalami
peningkatan diatas normal dikatakan demam jika suhu tubuhnya menapai
37,5°C, demam bisa terjadi dengan siapa saja hal ini dapat terjadi karena pada
dasarnya demam menunjukan bahwa mekanisme dalam tubuh berjalan
normal dalam melawan penyakit yang menimbulkan reaksi infeksi oleh
virus,bakteri, jamur atau parasit (Sodikin et all, 2012).
Demam bukan merupakan penyakit melainkan reaksi yang
menggambarkan adanya suatu proses dalam tubuh. Saat terjadi kenaikan
suhu, tubuh bisa jadi sedang memerangi infeksi sehingga terjadi demam atau
menunjukan adanya proses inflamasi yang menimbulkan demam (Arifianto,
2012).
Badan Kesehatan Dunia WHO (2013) memperkirakan jumlah kasus
demam diseluruh dunia menapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian
tiap tahunya, anak merupakan yang paling rentan terkena demam walaupun
gejala lebih ringan dari pada dewasa. (Jayanti,2011: Hijriani 2017)
Penanganan pertama demam pada anak dapat berupa terapi farmakologi
dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya
adalah berupa memberikan obat penurun panas, sedangkan terapi non
farmakologi yang dapat dilakukan yaitu mengenakan pakaian tipis, lebih
sering minum, banyak istirahat, mandi dengan air hangat, serta memberi
kompres (Saito, 2013). Tindakan kompres yang dapat dilakukan antara lain
kompres hangat basah, kompres hangat kering dengan larutan obat antiseptik,
kompres basah dingin dengan dengan air biasa dan kompres dingin kering
dengan kirbat es atau kantung untuk mengompres (Asmadi, 2008).
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu meningkatkan
tindakan mandiri, agar kasus demam yang sering di alami oleh anak-anak
dapat ditangani. Salah satu tindakan mandiri perawat adalah kompres dengan
metode tepid sponge. Kompres tepid sponge merupakan kombinasi teknik
blok dengan seka. Teknik tepid sponge ini menggunakan kompres blok
langsung dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh darah besar seperti di
leher, ketiak, dan lipatan paha. Selain itu teknik ini ditambah dengan dengan
memberikan seka dibeberapa area tubuh sehingga perlakuan yang diterapkan
akan lebih kompleks. Kompres blok langsung diberbagai tempat ini akan
menyampaikan sinyal ke hipotalamus dengan lebih gencar dan pemberian
seka akan mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer serta
memfasilitasi perpindahan panas di tubuh ke lingkungan sekitar sehingga
terjadi penurunan suhu tubuh.
Tepid Sponge adalah bentuk umum mandi terapeutik. Tepid Sponge
dilakukan bila kien mengalami demam tinggi. Prosedur meningkatkan control
kehilangan panas melalui evaporasi dan konduksi. Demam biasanya terjadi
pada anak. (Potter dan Perry, 2012).
Tepid sponge merupakan kombinasi teknik blok dengan seka. Teknik ini
menggunakan kompres blok tidak hanya satu tempat saja, melainkan
langsung dibeberapa tempat yang mempunyai pembuluh darah besar. Teknik
ini akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan memfasilitasi
perpindahan panas dari tubuh ke lingkungan sekitar semakin mempercepat
penurunan suhu tubuh (Reiga,2010; Hamid, 2011)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan evidence based nursing mengenai pengaruh tepid sponge
dalam menurunkan suhu tubuh pada klien dengan hipertermi di Ruang
Cattleya RSUD Ungaran.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui keefektifan tepid sponge dalam menurunkan suhu tubuh
pada klien dengan hipertermi.
b. Membuktikan apakah tepid sponge mampu menurunkan suhu tubuh
pada klien dengan hipertermi.
3. Manfaat
a. Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di
klinis
b. Memberikan gambaran pentingnya tepid sponge dalam menurunkan
suhu tubuh pada klien dengan hipertermi.
c. Sebagai salah satu bacaan ilmiah penerapan evidence based nursing
pada keperawatan profesi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam
1. Definisi Demam
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di
hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2010). Dikatakan demam jika suhu
orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2009). Demam terjadi
karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme
atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan
suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2008).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan
oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi.
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38°C
atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari
37,8°C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi
(hiperpireksia)(Julia, 2000).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe
demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para
pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak
harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
2. Etiologi
Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000 bahwa
etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (pada anak-anak)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri
punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh
lebih tinggi dari 37,5°C - 40°C, kulit hangat, takichardi, sedangkan
batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan,
peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan
hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit
kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat.
4. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon
imun) terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya.
Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen)
dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan
zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam
selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh
terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan
difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen
leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu
tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat
sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang
menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi
atau sistem kekebalan tubuh.

B. Tepid Sponge
Tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang
menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah besar
superficial dengan teknik seka. Telah di uji di berbagai negara dimana di
setiap publikasi riset menghasilkan kesimpulan yang bervariasi. Namun
fakta menunjukkan bahwa pemberian acetaminophen yang diiringi
dengan pemberian hydrotheraphy Tepid Sponge memiliki keunggulan
dalam mempercepat penurunan suhu anak dengan demam pada satu jam
pertama dibandingkan dengan anak yang hanya diberi acetaminophen
saja.
Temperatur tubuh yang mencapia 39 oC akan mengakibatkan kulit
hangat, kemerahan, dan nyeri kepala. Pemilihan tepid sponge sebagai terapi
dapat menurunkan suhu dan mengurangi ansietas yang diakibatkan oleh
penyakitnya (Janis, 2010).

1. Tujuan Tepid Sponge


Tujuan Utama dari tepid sponge adalah menurunkan suhu klien
khususnya pada anak dengan demam.
2. Manfaat Tepid Sponge
Menurut Janis (2010) manfaat dari pemberian tepid sponge
adalah menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam,
memberikan rasa nyaman, mengurangi nyeri dan ansietas yang
diakibatkan oleh penyakit yang mendasari demam. Tepid sponge juga
sangat bermanfaat pada anak yang memiliki riwayat kejang demam
dan penyakit liver (Wilson, 2006).
1.
BAB III

METODE PENULISAN

A. Rancangan Solusi yang Ditawarkan


Step 0 : menumbuhkan semangat berpikir kritis (bertanya dan
menyelidiki) Perancangan observasi kegiatan Tepid Sponge untuk
menurunkan suhu tubuh pada klien dengan hipertermi.
Step 1 : menanyakan pertanyaan klinik dengan menggunakan
PICO/PICOT:
P : pasien yang mengalami demam
I : tepid sponge/ compres warm water
C : pengaruh kompres tepid sponge/ warm water
O : suhu di bawah 37,8 oC
T :-
Step 2 : Mencari dan mengumpulkan bukti-bukti (artikel penelitian) yang
relevan dengan PICO/PICOT.
Step 3 : Melakukan penelitian kritis terhadap bukti-bukti (artikel penelitian).
Menerapkan kritisi jurnal dengan prinsip validity, reability, importance pada
format critical appraisal yang terlampir.
Step 4 : Mengintegrasikan bukti-bukti (artikel penelitian) terbaik dengan
pandangan ahli di klinik serta memperhatikan keinginan dan manfaatnya bagi
klien dalam membuat keputusan atau perubahan.
Perancang menentukan keputusan dengan konsultasi ke pembimbing klinik,
sesuai kebutuhan klien dan artikel penelitian terbaik.
Step 5 : Mengevaluasi outcome dari perubahan yang telah diputuskan
berdasarkan bukti-bukti (artikel penelitian).
Perancang melakukan evaluasi intervensi dan mengkaji ulang manfaat
intervensi dalam perubahan pelayanan berdasarkan EBP dengan kualitas baik.
Step 6 : Menyebarluaskan hasil EBP
Perancang menyusun proposal hingga presentasi laporan hasil dan intervensi
yang telah dilakukan sebagai penerapan EBP.
B. Target dan Luaran
1. Target : diberikan pada pasien dengan demam suhu lebih tinggi
dari 37,5°C - 40°C
2. Luaran : mampu menurunkan suhu tubuh pada klien dengan
hipertermi
3. Prosedur Pelaksanaan

Teknik Tepid Sponge


I. Persiapan
1. Handuk/saputangan
2. Selimut
3. Baju mandi (jika ada)
4. Perlak
5. Handschoen
6. Thermometer
7. Mangkuk atau bak berisi air hangat.
II. Pelaksanaan
1. Mengkaji kondisi klien.
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan kepada klien
3. Membawa peralatan ke dekat klien

4. Mencuci tangan
5. Menutup pintu dan jendela sebelum memulai prosedur
6. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
7. Menempatkan perlak dibawah klien
8. Memakai sarung tangan
9. Membuka pakaian klien dengan hati-hati
10. Mengisi bak dengan air hangat. Suhu air 28-32 oC (Alves et all.,
2008).
11. Memasukkan handuk/saputangan ke dalam bak.
12. Memeras handuk/ saputangan dan menempatkan
handuk/saputangan di dahi, ketiak, dan selangkangan.
13. Mengusap bagian ekstremitas klien selama lima menit.
Kemudian bagian punggung klien selama 5-10 menit
14. Memonitor respon klien
15. Mengganti pakaian klien dengan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat
16. Mengganti sprei (bila memungkinkan) dan memindahkan
perlak dan alat-alat yang dipakai
17. Mendokumentasikan tindakan
4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Setelah dilakukan studi dokumentasi serta observasi terkait dengan
kejadian hipertermi di ruang rawat inap Cattleya RSUD Ungaran. Data yang
didapatkan diagnosa medis terbanyak pada bulan Januari 2020 adalah Demam
Thypoid dengan diagnosa keperawatan yang paling sering muncul adalah
Hipertermi. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Februari 2020
diruangan pasien berjumlah 26 orang, tersebar pada 3 blok dengan klien yang
hipertermi 2 orang. Tata laksana yang diberikan berupa teknik tepid sponge/
kompres air hangat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eny
Indah Ayu, dkk pada tahun 2015. Hasil observasi dan analisis pelaksanaan
terapi nonfarmakologi untuk menurunkan suhu tubuh belum dilakukan dan
perawat ruangan langsung memberikan obat antipirerik untuk mengatasi
hipertermi pada klien.

B. Pembahasan
Tepid Sponge dapat secara signifikan dapat menurunkan suhu badan
pada pasien (Hijriani,2017). Tepid sponge merupakan tindakan mandiri
keperawatan yang dapat menurunkan suhu tubuh pada anak (Afrah,,dkk
2017). Teknik Tepid Sponge ini mengunakan kompres blok langsung
dibeberapa tempat seperti dileher, ketiak,dan lipatan paha. Teknik tepid
sponge ini langsung diberbagai tempat akan langsung menyampaikan ke
hipotalamus akan mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer serta
memfasilitasi perpindahan panas di tubuh ke lingkungan sekitar sehingga
terjadi penurunan suhu tubuh. (Supiyanto,dkk 2016: Afrah,,dkk 2017)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eny Indah Ayu, dkk
pada tahun 2015 tentang Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU
Muhammadiyah Kutoarjo dan penelitian yang dilakukan oleh Liliek Pratiwi,
dkk pada tahun 2017 tentang Efektivitas Kompres hangat dengan Tepid
Water Sponge terhadap Penurunan Demam pada Pasien yang Mengalami
Kejadian Demam di Ruangan ICU RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon
yang mana didapatkan hasil bahwa penggunaaan teknik tepid sponge dapat
menurunkan suhu tubuh pada klien yang demam. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut ruangan kemudian diberikan SOP Tepid Sponge yang kemudian
dijelaskan langkah-langkahnya kepada perawat pelaksana diruangan. Dengan
harapan perawat diruangan dapat menerapkan teknik tepid sponge sebagai
langkah pertama sebelum pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
yang kemudian diruangan mempunyai tindakan nonfarmakologi untuk
menurunkan hipertermi dengan teknik tepid sponge, sehingga tindakan ini
mampu mengurangi penggunaan obat antipiretik untuk mengatasi hipertermi
pada klien.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penerapan yang telah dilakukan serta diuraikan pada
pembahasan yang terpapar di bab IV, maka penulis dapat memberikan
kesimpulan bahwa teknik Tepid Sponge dapat menurunkan suhu badan.

B. Saran
1. Bagi Perawat / Rumah Sakit
Perawat diharapkan dapat meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Hipertermi dengan cara menerapkan terapi komplementer tepid
sponge untuk menurunkan suhu badan.
2. Bagi Institusi
Diharapkan penelitian ini dijadikan referensi dan digunakan bagi
mahasiswa untuk menambah pengetahuan dibidang kesehatan yaitu
dengan memberikan teknik tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Afrah,N.,Fahdi,K.,&Fauzan,S. (2017). Pengaruh Tepid Sponge Terhadap


Perubahan Suhu Tubuh Anak Usia Pra Sekolah Yang Mengalami Demam
Di Rsud Sultan Ayarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak.

Kania,n. (2007). Penaalaksanaan Demam Pada Anak. Diunduh 28 November


2019.

Hamid,M,A. (2011). Keefektifan Kompres Tepid Sponge Yang Dilakukan Ibu


Dalam Menurunkan Demam Pada Anak.

Hijriani,H. (2017). Pengaruh Pemberian Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu


Tubuh Pada Anak Demam Usia Toddler (1-3 Tahun).

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta :
EGC.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
Ed.8. Jakarta: EGC.

Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Wulandari, D & Erawati, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai