Anda di halaman 1dari 3

Mita

17.2500.026

Pembunuhan

Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa


seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak melawan
hukum.

Pembunuhan biasanya dilatarbelakangi oleh bermacam-macam motif,


misalnya politik, kecemburuan, dendam, membela diri, dan sebagainya.

Pembunuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yang paling umum


adalah dengan menggunakan senjata api atau senjata tajam. Pembunuhan dapat
juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahan peledak, seperti bom.

Ulama fikih mendefinisikan pembunuhan dengan “Perbuatan manusia


yang berakibat hilangnya nyawa seseorang” (Audah, 1992 Juz 2:6)
. Menurut Wakban Zuhaili pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan
atau mencabut nyawa seseorang (Zuhaili, 1984:2:7).
Dari definisi tersebut dapat diambil intisari bahwa pembunuhan adalah
perbuatan seseorang terhadap orang lain yang mengakibatkan hilangnya nyawa,
baik dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja. Apabila dilihat dari segi
hukumnya, pembunuhan dalam Islam ada dua bentuk, yaitu pembunuhan yang
diharamkan, seperti membunuh orang lain dengan sengaja tanpa sebab; dan
pembunuhan yang dibolehkan, seperti membunuh orang yang murtad jika ia tidak
mau tobat atau membunuh musuh dalam peperangan.

Dalam ajaran Islam seberanya telah ada semacam “Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana (KUHP)”versi hukum Islam,yang menjadi social tools ajaran
Islam dalam merespon semua bentuk perkembangan hukum dan tindak kejahatan
dalam masyarakat yang selalu dinamis dan berubah.
Dan dalam hokum positif Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Dalam pasal ini unsur dengan direncanakan terlebih dahulu menjadi
perdebatan, apakah unsur tesebut perlu menggunakan motif untuk
membuktikannya atau hanya dengan jarak waktu dimana pelaku dapat berpikir
tenang untuk melakukan atau tidak melakukan rencananya atau dengan kata lain
terjadi kekaburan norma dalam pasal ini. Tujuan dalam penilitian ini untuk
mencari dan menggali apa yang dimaksud dengan unsur perencanaan dan
bagaimana cara membuktikannya serta bagaimana pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan pidana terhadap palaku pembunuhan berencana.

Hasil penelitian bahwa terjadi kekaburan norma didalam Pasal 340 kitab
undang-undang hukum pidana terutama pada unsur “Dengan Rencana Terlebih
Dahulu” dalam Pasal 340 KUHP. Selain itu hasil penelitian ini juga memberikan
pemahaman bahwa pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap
pelaku tindak pidana pembunuhan berencana harus berdasarkan Pasal 183
KUHAP yaitu harus 2 (dua) alat bukti (Pasal 184 KUHAP) yang sah serta
ditambah dengan kayakinan hakim terhadap pelaku pembunuhan berencana atau
sesuai dengan teori undang-undang negatif. Alat bukti yang paling menujang
untuk membuktikan tindak pidana pembunuhan berencana adalah alat bukti
keterangan saksi, surat dan petunjuk. Dalam penjatuhan pidana bagi pelaku tindak
pidana pembunuhan berencana oleh hakim, pertimbangan hakim berdasarkan
pertimbangan secara yuridis dan sosiologis.
Yusuf, I. (2013). Pembunuhan dalam Perspektif Hukum Islam. Nurani: Jurnal
Kajian Syari'ah dan Masyarakat, 13(2), 01-12.

Haq, I. (2020). Al-Qasamah : Alternatif Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan


Dalam Hukum Positif. Istinbath : Jurnal Hukum, 17(1), 25-49.
doi:10.32332/istinbath.v17i1.1988

Pieter, S., & Silambi, E. (2019). PEMBUKTIAN DALAM TINDAK PIDANA


PEMBUNUHAN BERENCANA DITINJAU DARI KITAB UDANG-UNDANG
HUKUM PIDANA. Jurnal Restorative Justice, 3(1), 75-91.
https://doi.org/10.35724/jrj.v3i1.1940

Anda mungkin juga menyukai