Anda di halaman 1dari 29

Analisis Putusan Nomor.227/PID.B/2019/PN.

Gsk

Mengenai Tindak Pidana Pembunuhan

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester, Mata Kuliah Kriminologi,


Semester Ganjil, Tahun Akademik 2021-2022

Disusun Oleh:

Ghifary Muhammad Farhan (191000441)

Kelas H

Di Bawah Bimbingan:

Willman Supondho Akbar, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

2021 / 1442 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembunuhan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dan beberapa orang
yang mengakibatkan seseorang dan beberapa orang meninggal dunia. Tindak pidana
pembunuhan, di dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana termasuk ke dalam
kejahatan terhadap nyawa. Kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het leven)
adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Pembunuhan sendiri berasal
dari kata bunuh yang berarti mematikan, menghilangkan nyawa. Membunuh artinya
membuat supaya mati. Pembunuh artinya orang atau alat yang membunuh dan
pembunuhan berarti perkara membunuh, perbuatan atau hal membunuh. Suatu
perbuatan dapat dikatakan sebagai pembunuhan adalah perbuatan oleh siapa saja yang
dengan sengaja merampas nyawa orang lain. Pembunuhan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berasal dari kata bunuh, yang artinya mematikan dengan sengaja. Dalam
hukum pidana, pembunuhan disebut dengan kejahatan terhadap jiwa seseorang yang
diatur dalam BAB XIX Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Bentuk pokok dari kejahatan ini adalah pembunuhan (doodslage), yaitu menghilangkan
jiwa seseorang. Dalam hukum romawi, apabila pelaku pembunuhan itu seorang
bangsawan atau pejabat, ia bisa dibebaskan dari hukuman mati dan sebagai pengantinya
ia dikenakan hukuman pengasingan, kalau pelakunya kelas menengah maka ia
dikenakan hukuman mati dengan jalan potong leher (dipancung). Sedangkan untuk
kelas rakyat jelata, ia disalib, kemudian hukuman itu diubah menjadi di adu dengan
binatang buas, kemudian diubah lagi dengan jalan gantung. Menurut Ramianto yang
dikutip dari Anwar dalam bukunya Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP, Buku II),
pembunuhan (doodslage), yaitu menghilang jiwa seseorang. Sedangkan menurut
Wojoqwasito sebagaimana yang dikutip oleh Rahmat Hakim, dalam buku Hukum
Pidana Islam, pembunuhan adalah perampasan nyawa seseorang, sedangkan menurut
Hakim Rahman yang mengutif dari Abdul Qodir Aulia adalah perbuatan seseorang
yang menghilangkan kehidupan atau hilangnya roh adami akibat perbuatan manusia
yang lain. Jadi, pembunuhan adalah perampasan atau peniadaan nyawa seseorang oleh
orang lain yang mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh anggota badan di sebabkan
ketiadaan roh sebagai unsur utama untuk menggerakan tubuh. Dari pengertian tersebut
pembunuhan merupakan tindak pidana yang terdiri dari beberapa jenis, dan di dalam
KUHP pembunuhan terdapat beberapa pasal yang mengatur mengenai pembunuhan. Di
dalam KUHP pada buku II bab XIX di atur mengenai tindak pidana pembunuhan, yang
di tepatkan oleh pembentuk undang-undang mulai dari pasal 338 KUHP sampai dengan
pasal 350 KUHP.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana Ringkasan Kasus dalam Surat Dakwaan didalam Putusan No.


227/PID.B/2019/PN.Gsk?
2. Bagaimana Isi Dakwaan didalam Putusan No. 227/PID.B/2019/PN.Gsk?
3. Bagaimana Isi Tuntutan Jaksa Penuntut Umum didalam Putusan No.
227/PID.B/2019/PN.Gsk?
4. Bagaimana Pertimbangan Hukum Majelis Hakim didalam Putusan No.
227/PID.B/2019/PN.Gsk?
5. Bagaimana Isi Putusan Hakim ?
6. Bagaimana Analisa terhadap Putusan Hakim ?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan

Kata pembunuhan berasal dari kata dasar “bunuh” yang mendapat awalan pe- dan akhiran –
an yang mengandung makna mematikan, menghapuskan (mencoret) tulisan, memadamkan
api dan atau membinasakan tumbuh-tumbuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(W.J.S. Poerwadarminta, 2006:194), mengemukakan bahwa “membunuh artinya membuat
supaya mati, menghilangkan nyawa, sedangkan pembunuhan berarti perkara membunuh,
perbuatan atau hal membunuh”. Dalam peristiwa pembunuhan minimal ada 2 (dua) orang
yang terlibat, orang yang dengan sengaja mematikan atau menghilangkan nyawa disebut
pembunuh (pelaku), sedangkan orang yang dimatikan atau orang yang dihilangkan
nyawanya disebut sebagai pihak terbunuh (korban). Pembunuhan termasuk ke dalam
kejahatan terhadap nyawa orang lain. Pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan
nyawa orang lain, untuk menghilangkan nyawa orang lain itu, seseorang pelaku harus
melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan meninggalnya
orang lain dengan catatan bahwa opzet dari pelakunya harus ditujukan pada akibat berupa
meninggalnya orang lain tersebut (Lamintang, 2012:1). Tindak pidana pembunuhan itu
merupakan suatu tindak pidana materiil atau materieel delict, yaitu suatu tindak pidana
yang baru dapat dianggap sebagai telah selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya
akibat yang terlarang atau yang tidak dikehendaki oleh undang-undang. Dengan demikian,
orang belum dapat berbicara tentang terjadinya suatu tindak pidana pembunuhan, jika
akibat berupa meninggalnya orang lain itu sendiri belum timbul. Oleh karena itu, terjadinya
pembunuhan adalah hilangnya nyawa orang lain, sehingga belum bisa dikatakan suatu
pembunuhan jika akibat meninggalnya orang lain tersebut belum terwujud. Bila tujuan
menghilangkan nyawa orang lain tidak terwujud maka baru bisa disebut percobaan
pembunuhan. Pembunuhan oleh pasal 338 KUHP dirumuskan sebagai barang siapa dengan
sengaja menghilangkan nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan penjara
paling lama 15 tahun. Hal ini merupakan suatu rumusan secara materiil yaitu
“menyebabkan sesuatu tertentu” tanpa menyebutkan wujud dari tindak pidana. Unsur-unsur
yang dapat ditarik dari pasal 338 KUHP adalah :

1. Perbuatan itu harus disengaja, dengan kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga,
ditujukan maksud supaya orang itu mati.

2. Melenyapkan nyawa orang lain itu harus merupakan yang “positif” walaupun dengan
perbuatan yang kecil sekalipun.

3. Perbuatan itu harus menyebabkan matinya orang, disini harus ada hubungan kausal di
antara perbuatan yang dilakukan itu dengan kematian orang tersebut.

Dari unsur-unsur pasal 338 KUHP di atas dapat disimpulkansebagai berikut :

a. Dengan sengaja

Dalam KUHP tidak dijelaskan apa arti kesengajaan, tetapi didalam MvT (memorie van
Toelieting) disebutkan “pidana pada umumnya hendaknya dijatuhkan hanya pada barang
siapa yang melakukan perbuatan yang dilarang yang dikehendaki dan diketahui”.
Terwujudnya perbuatan seperti yang dirumuskan dalam Undang-Undang berpangkal tekad
adalah asas dari perbuatan kesengajaan. Teori berpangkal tekad karena akibat itu hanya
dapat dibayangkan dan dicita-citakan saja oleh orang yang melakukan suatu perbuatan.
Kesengajaan adalah kehendak untuk berbuat dengan mengetahui unsur-unsur yang
diperlukan menurut perumusan Undang-Undang.

Dalam ilmu hukum pidana dibedakan dalam 3 bentuk kesengajaan, yaitu :

1. Kesengajaan sebagai tujuan Kesengajaan ada, apabila si pelaku benar-benar


menghendaki mencapai akibat yang menjadi pokok alasan diadakannya ancaman
hukum pidana.
2. Kesengajaan sebagai kepastian Kesengajaan semacam ini ada, apabila si pelaku
tahu benar bahwa suatu akibat pasti ada dari perbuatan itu.
3. Kesengajaan sebagai kemungkinan Kesengajaan ada, apabila dalam pemikiran si
pelaku hanya suatu kemungkinan belaka akibat yang akan terjadi dari suatu
perbuatan. Menghilangkan nyawa orang lain Unsur-unsur tindak pidana yang
menyebabkan hilangnya nyawa korban adalah sebagai berikut :
a) Adanya suatu perbuatan yang menyebabkan matinya orang lain.
b) Adanya kesengajaan yang tertuju pada terlaksananya kematian orang lain.
c) Kesengajaan merampas nyawa dilakukan segera setelah timbulnya niat untuk
membunuh.
d) Orang lain merupakan unsur yang menunjukkan bahwa merampas nyawa orang lain
merupakan perbuatan positif sekalipun dengan perbuatan kecil.

Delik ini mengandung unsur dan kualifikasi yaitu pembunuhan dan sanksi pidana. Delik ini
juga dirumuskan secara materiil artinya menitikberatkan pada akibat hilangnya nyawa,
tentang bagaimana cara menghilangkan nyawa itu. Seperti dikemukakan oleh R. Soesilo
bahwa perencanaan itu antara lain disebutkan : “Berencana artinya dengan direncanakan
lebih dahulu, terjemahan dari kata asing “metvoorbedacterade” antara timbulnya maksud
akan membunuh dengan pelaksanaannya masih ada tempo bagi si pembuat dengan tenang
memikirkan dengan cara bagaimana sebaiknya pembunuhan itu dilakukan. Tempo ini tidak
boleh terlalu sempit akan tetapi sebaiknya juga tidak boleh terlalu lama yang penting ialah
bahwa tempo itu di buat oleh si pelaku dengan tenang bisa dapat berpikir-pikir yang
sebenarnya itu masih ada kesempatan untuk membatalkan niatnya akan membunuh itu,
akan tetapi kesempatan itu tidak dipergunakannya”. Pembunuhan berencana adalah
kejahatan merampas nyawa manusia lain, atau membunuh, setelah dilakukan perencanaan
mengenai waktu atau metode, dengan tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan atau
untuk menghindari penangkapan. Pembunuhan terencana dalam hukum umumnya
merupakan tipe pembunuhan yang paling serius, dan pelakunya dapat dijatuhi hukuman
mati. Hal ini diatur dalam pasal 338 KUHP yang bunyinya, sebagai berikut : “Barang siapa
dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain dihukum karena makar mati, dengan
hukuman selama-lamanya lima belas tahun”. Menyatakan bahwa pembunuhan itu
dimaksudkan oleh pembuat Undang Undang sebagai pembunuhan bentuk khusus yang
memberatkan, seharusnya tidak dirumuskan dengan cara demikian, melainkan dengan pasal
338 KUHP itu cukup disebut sebagai pembunuhan saja.”Rumusan pada pasal 340 KUHP,
diuraikan unsur-unsurnya akan nampak pada unsur-unsur sebagai berikut :

a. Unsur obyektif : menghilangkan atau merampas nyawa pada orang lain.

b. Unsur obyektif :

1) Unsur dengan sengaja.


2) Unsur dengan ajakan bersama-sama terlebih dahulu.

Unsur kesengajaan dalam pasal 340 KUHP merupakan kesengajaan dalam arti luas, yang
meliputi :

a. Kesengajaan sebagai tujuan.

b. Kesengajaan dengan tujuan yang pasti atau yang merupakan keharusan.

c. Kesengajaan dengan kesadaran akan kemungkinan atau dolus eventualis.

Dalam pembunuhan berencana menurut KUHPidana tidak boleh bertentangan dengan


makna pasal 340 KUHPidana yaitu si pelaku dan orang yang dibunuh tidak boleh harus
orang yang telah ditetapkan dalam perencanaan tersebut. Pembunuhan merupakan
kejahatan yang dapat terjadi karena dilakukan dengan sengaja ataupun karena kelalaian/
kealpaan seseorang, maka menimbulkan korban atau hilangnya jiwa orang lain.
Pembunuhan yang direncanakan itu adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja. Ini
terbukti karena ada perencanaan. Artinya si pelaku yang mempunyai tempo berpikir apakah
pembunuhan itu akan diteruskan pelaksanaannya atau dibatalkan. Berikut kejahatan yang
dilakukan dengan sengaja terhadap jiwa orang lain menurut Satochid Kartanegara. Terdiri
dari :

1. Pembunuhan dengan sengaja/pembunuhan biasa (Doodslag)


2. Pembunuhan dengan sengaja dan yang direncanakan lebih dahulu (Moord)
3. Pembunuhan atas permintaan yang sangat dan tegas dari orang yang dibunuh.
4. Dengan sengaja menganjurkan atau membantu atau memberi sarana kepada orang
lain untuk membunuh.
5. Gegualificeerderdoodslag pasal 339.

Jadi jelaslah bahwa pembunuhan berencana itu hanya dapat terjadi karena dilakukan
dengan sengaja. Pembunuhan berencana tidak pernah terjadi karena suatu tindak kelalaian
si pelaku.

2. Jenis – jenis tindak pidana pembunuhan

Tindak pidana terhadap "nyawa" dalam KUHP dimuat dalam Buku II Bab XIX dengan
judul "Kejahatan Terhadap Nyawa Orang" yang terdiri dari tiga belas pasal, dari pasal 338
sampai dengan pasal 350.

Mengamat-amati pasal-pasal tersebut maka KUHP mengaturnya sebagai berikut:

1. Kejahatan yang ditujukan terhadap j iwa manusia;

2. Kejahatan yang ditujukan terhadap anak yang sedang/baru dilahirkan;

3. Kejahatan yang ditujukan terhadap anak yang masih dalam kandungan.

Secara umum, tindak pidana pembunuhan yang diatur dalam KUHP dapat dikelompokkan
ke dalam 2 kelompok, yaitu:

1. Tindak pidana pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja.


Tindak pidana ini meliputi beberapa tindak pidana pembunuhan, yaitu:

1. Tindak pidana pembunuhan pada umumnya, yang meliputi tindak pidana


yang diatur dalam pasal 338, 340, 344, dan 345 KUHP.

2. Tindak pidana pembunuhan terhadap bayi pada saat dilahirkan atau tidak
lama setelah dilahirkan, yang diatur dalam pasal 341, 342, dan 343 KUHP.
3. Tindak pidana pembunuhan yang dilakukan tanpa adanya kesengajaan, yang
diatur dalampasal 359 KUHP.

Berdasarkan pengelompokkan tersebut diatas tersimpul, bahwa tindak pidana pembunuhan


dapat terjadi baik karena unsur "kesengajaan" maupun karena unsur "ketidaksengajaan".
Apabila kelompok tindak pidana pembunuhan di atas diurutkan sesuai dengan sistematika
dalam KUHP, maka urutannya adalah sebagai berikut.

1. Tindak pidana pembunuhan biasa, diatur dalam pasal 338 KUHP

2. Tindak pidana pembunuhan yang dikualifikasi/pemberatan, diatur dalam pasal 339


KUHP

3. Tindak pidana pembunuhan berencana, diatur dalam pasal 340 KUHP

4. Tindak pidana pembunuhan terhadap bayi atau anak, diatur dalam pasal 341, 342,
dan 343 KUHP

5. Tindak pidana pembunuhan atas permintaan korban, diatur dalam pasa] 344 KUHP

6. Tindak pidana pembunuhan terhadap diri sendiri, diatur dalam pasal 345 KUHP

Untuk lebih memperjelas pemahaman terhadap jenis tindak pidana diatas, berikut akan
dikupas masing-masing tindak pidana pembunuhan tersebut lebih terperinci.

1. Tindak pidana pembunuhan biasa


Hal ini diatur dalam pasal 338 KUHP yang bunyinya sebagai berikut: (Tongat,
2003:5) " Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang dihukum
karena bersalah melakukan pembunuhan dengan hukuman penjara selama-lamanya
lima belas tahun."

2. Tindak pidana pembunuhan dengan pemberatan


Hal ini diatur dalam pasal 339 KUHP yang bunyinya sebagai berikut: (Tongat,
2003:9)
" Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh kejahatan dan yang
dilakukan dengan maksud untuk memudahkan perbuatan itu, atau jika tertangkap
tangan, untuk melepaskan diri sendiri atau pesertanya daripada hukuman, atau
supaya barang yang didapataya dengan melawan hukum tetap ada dalam tangannya,
dihukum dengan hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-
lamanya dua puluh tahun."

3. Tindak pidana pembunuhan berencana


Hal ini diatur dalam pasal 340 KUHP yang bunyinya sebagai berikut: (Tongat,
2003:20)
" Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan
(moord), dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun."

4. Pembunuhan Anak atau Bayi


Jenis tindak pembunuhan bayi secara eksplisit diatur dalam ketentuan pasal 341,
342 dan 343 KUHP. Pembunuhan terhadap bayi yang diatur dalam ketiga pasal
tersebut merupakan jenis pembunuhan yang paling khusus, Pembunuhan bayi pada
dasarnya terdiri dari dua macam, yaitu pembunuhan bayi biasa (kinderdoodslag)
dan. pembunuhan bayi berencana (kindermood). (Tongat, 2003:31).

1. Pembunuhan bayi biasa (kinderdoodslag)


Hal ini diatur dalam pasal 341 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
"Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampsa nyawa
anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara
selama-lamanya tujuh tahun." (Tongat, 2003:31)

2. Pembunuhan anak berencana (kindermood)


Hal ini diatur dalam pasal 342 KUHP yang bunyinya sebagai berikut: "
Seorang ibu untuk melaksanakan niat yang sudah ditebtukan karena takut
akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian
merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana paling lama Sembilan tahun."
(Tongat, 2003:39)
BAB III

PEMBAHASAN

1. Ringkasan Kasus dalam Surat Dakwaan didalam Putusan Hakim Nomor


227/Pid.B/2019 /PN Gsk

Bahwa Ia, Terdakwa FAJAR ADITYA PUTRA alias ADIT pada hari Minggu
tanggal 10 Maret 2019 sekitar pukul 04.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu
waktu dalam bulan Maret tahun 2019 bertempat di dalam kamar di rumah korban
ANDRE PUTRA HARIYONO di Desa Kepatihan Kecamatan Menganti Kabupaten
Gresik atau setidak-tidaknya di tempat tertentu yang termasuk daerah hukum
Pengadilan Negeri Gresik dengan sengaja merampas nyawa orang lain, yang
dilakukan Terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut: Bahwa berawal saat
Terdakwa dan korban ANDRE PUTRA HARIYONO janjian untuk karaokean di
tempat hiburan malam Triple X lalu pada hari sabtu tanggal 9 Maret 2019 sekira
pukul 20.00 WIB korban Andre Putra Hariyono menjemput Terdakwa dengan
menggunakan Sepeda Motor Honda 125 Warna Hitam nomor Polisi L 4075 RW,
kemudian Terdakwa dan korban Andre Putra Hariyono berboncengan menuju
rumah korban di Desa Kepatihan Kecamatan Menganti dan setiba di rumahnya,
korban lalu berganti kendaraan Sepeda Motor Honda vario 125 warna hitam nomor
polisi L 4075 RW dengan mobil Daihatsu Sigra Warna merah kemudian sekira
pukul 21.30 WIB korban Andre Putra Hariyono bersama-sama Terdakwa menuju
tempat hiburan malam triple X di daerah Kedungdoro Surabaya lalu menikmati
hiburan karaoke di tempat tersebut sambil mengkonsumsi minuman beralkohol.
Bahwa selanjutnya pada hari minggu tanggal 10 Maret 2019 sekira pukul 02.00
WIB dini hari, Saksi Saksi Dany Kurniawan yang beberapa saat sebelumnya telah
dihubungi Terdakwa bergabung dengan Terdakwa dan korban Andre Putra
Hariyono menikmati hiburan malam di karaoke Triple X d dimana saat itu
Terdakwa, Korban Andre Putra Hariyono dan Saksi Dany Kurniawan menyanyi
sambil ditemani pemandu lagu serta mengkonsumsi minuman beralkohol dan selang
20 (dua puluh) menit kemudian Saksi Dani Kurniawan pamit kembali ke lokasi
kerjanya dan meninggalkan Terdakwa bersama Saksi korban Andre Putra Hariyono
yang masih menikmati hiburan. Bahwa selanjutnya, Terdakwa dan korban Andre
Putra Hariyono pulang dengan menggunakan mobil Daihatsu Zigra Warna merah
menuju rumah korban Andre Putra Hariyono di Desa Kepatihan Menganti Gresik
dan saat tiba di rumah korban sekira pukul 03.30 WIB dini hari, Terdakwa dan
korban lalu beristirahat dengan cara tidur-tiduran di kasur yang ada di dalam kamar
korban dan korban Andre Putra Hariyono meletakan Handphone Vivo V5 Warna
Space Grey miliknya diantara korban dan Terdakwa dimana posisi korban Andre
Putra Hariyono miring sambil memegangi Handphone miliknya. Bahwa sekira
pukul 04.00 dini hari Terdakwa yang mengira korban Andre Putra Hariyono sudah
tertidur lalu mengambil handphone Vivo V5 Warna Space Grey yang diletakan
korban diantara korban dan Terdakwa tersebut namun tiba-tiba korban Andre Putra
Hariyono terbangun dan saat mengetahui handphone Vivo V5 Warna Space Grey
miliknya dipegang Terdakwa lalu cekcok dengan Terdakwa dan korban menampel
(menepis) tangan Terdakwa yang memegang Handphone Vivo V5 Warna Space
Grey milik korban hingga handphone tersebut jatuh dari atas kasur. Bahwa
kemudian setelah cekcok mulut dengan korban Andre Putra Hariyono, Terdakwa
lalu memukul leher/ tenggorokan korban dengan menggunakan kepala tangan kiri
dan dibalas korban dengan mencakar wajah Terdakwa selanjutnya Terdakwa
mendorong korban hingga jatuh dari atas kasur, lalu Terdakwa mengambil kabel
charger handphone warna putih dan dalam posisi Terdakwa berdiri dan korban
Andre Putra Hariyono duduk membelakangi Terdakwa, dari arah belakang
Terdakwa melilitkan kabel charger handphone warna putih tersebut ke leher korban
Andre Putra Hariyono selama lebih kurang 10 (sepuluh) menit dan saat itu korban
Andre Putra Hariyono masih sempat melakukan perlawanan dengan mencakar
lengan Terdakwa. Bahwa selanjutnya karena korban Andre Putra Hariyono masih
melawan, Terdakwa yang melihat palu warna coklat di dalam kardus kemudian
mengambil palu warna coklat tersebut dengan tangan kanan lalu selanjutnya tangan
kiri Terdakwa menarik rambut korban Andre Putra Hariyono hingga kepala korban
menekuk ke kiri dan dengan tangan kanannya Terdakwa memukulkan palu yang
diambilnya tersebut ke kepala belakang tepatnya dibelakang telinga kanan korban
Andre Putra Hariyono sebanyak 5 (lima) kali, dan ke tengah kepala bagian
belakang/ diatas leher sebelah belakang korban sebanyak 10 (sepuluh) kali lalu
setelahnya Terdakwa meletakkan palu tersebut ditempatnya semula. Bahwa
kemudian saat melihat korban Andre Putra Hariyono dalam kondisi kejang-kejang
dan mulut mengeluarkan darah, Terdakwa kembali menduduki tubuh korban dan
memukuli wajah korban Andre Putra Hariyono dengan menggunakan tangan kanan
dan tangan kiri sebanyak 6 (enam) kali selanjutnya karena melihat korban sudah
dalam kondisi tidak berdaya Terdakwa lalu mengambil Handphone Vivo V5 Warna
Space Grey milik korban Andre Putra Hariyono lalu meninggalkan kamar tersebut
dan saat akan meninggalkan rumah korban Terdakwa yang melihat sepeda motor
honda Vario warna hitam nomor polisi L 4075 RW dengan kunci kontak masih
menancap di lubang kuncinya langsung menghidupkan sepeda motor tersebut dan
meninggalkan rumah korban. Bahwa perbuatan Terdakwa melilitkan kabel charger
warna putih di leher korban kemudian memukulkan palu warna coklat ke kepala
belakang tepatnya dibelakang telinga kanan korban sebanyak 5 (lima) kali, dan ke
tengah kepala bagian belakang/ diatas leher sebelah belakang korban sebanyak 10
(sepuluh) kali serta memukuli wajah korban lebih kurang 6 (enam) kali
mengakibatkan korban Andre Putra Hariyono meninggal dunia dan sesuai Visum Et
Repertum nomor 370/391/437.76.82/20/III/2019 tanggal 11 Maret 2019 yang
ditanda tangani dokter H. Soeroto Hadisoemarto, SpF (K), SH selaku dokter
pemerintah pada Rumah Sakit Daerah Ibnu Sina yang melakukan pemeriksaan
terhadap jenazah Andre Putra Hariyono diperoleh kesimpulan : Dari hasil
pemeriksaan luar yang dilakukan ditemukan luka memar warna kebiruan dibagian
kelopak mata kiri, bengkak di kepala bagian kanan-kiri. Dari lubang hidung keluar
cairan berwarna merah kehitaman yang merupakan darah. Pada leher ditemukan
luka memar disebelah kanan bagian belakang. Dari hasil pemeriksaan dalam yang
dilakukan terdapat perdarahan dibawah selaput tebal otak sebelah kanan dan kiri
yang luas, ditemukan perdarahan luas pada otak. Dimana kelainan tersebut diatas
bisa menyebabkan kematian akibat sentuhan benda tumpul.

2. Isi Dakwaan didalam Putusan Hakim Nomor 227/Pid.B/2019/PN Gsk

1. Bahwa Terdakwa FAJAR ADITYA PUTRA alias ADIT terbukti secara


sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “dengan sengaja
merampas nyawa orang lain” perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam pasal 338 KUHP

2. Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 365
ayat (3) KUHP yang berbunyi “Hukuman penjara selama - lamanya lima belas
tahun dijatuhkan jika karena perbuatan itu ada orang mati”.

3. Isi Tuntutan Jaksa Penuntut Umum didalam Putusan Nomor


227/Pid.B/2019/PN Gsk

1. Menyatakan Terdakwa FAJAR ADITYA PUTRA alias ADIT terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “dengan sengaja merampas nyawa orang
lain” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan Kesatu pasal 338 KUHP.

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 13 (tiga belas)
Tahun dikurangi selama Terdakwa menjalani masa tahanan sementara

3. Menyatakan barang bukti berupa:

 1 (Satu) Buah Dosbook HP Vivo V5 Space Grey Imei 1 : 862501032488755 Imei 2 :


862501032488748. Dikembalikan kepada ibu Korban Andre Putra Hariyono.
 1 (Satu) Buah Kabel Charger Handphone (Warna Putih).

 1 (Satu) Buah Sprei Kasur warna hijau motif bunga dan ada bercak darah.

 1 (Satu) Buah Palu / Martil Bergagang kayu (warna coklat).

 1 (Satu) Buah Kalung Warna Putih.

 1 (Satu) Buah Celana Jeans Biru Dongker / Hitam.

 1 (Satu) Buah Kaos Warna Putih Lengan Hitam ada bercak darah

 1(Satu) Buah Selimut merah motif bunga ada bercak darah.

 Dirampas untuk dimusnahkan.

4. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp.2.000,00 (dua ribu rupiah).

4. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim didalam Putusan Hakim Nomor


227/Pid.B/2019/PN Gsk

Menimbang, Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa bentuk surat dakwaan Penuntut


Umum adalah berbentuk alternatif, dengan demikian Majelis Hakim dengan
mempertimbangkan fakta-fakta hukum akan memilih untuk mempertimbangkan salah satu
dakwaan Penuntut Umum; Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut
Umum dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan
memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas mempertimbangkan terlebih dahulu
dakwaan alternatif pertama sebagaimana diatur dalam Pasal 338, yang unsur-unsurnya
adalah sebagai berikut :

1. Barangsiapa

2. Dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain;

Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan


sebagai berikut:
1. Barangsiapa;

Menimbang, bahwa yang dimaksud barangsiapa yaitu setiap orang sebagai subyek hukum
pendukung hak dan kewajiban yang sehat akal pikirannya yang dapat dimintakan
pertanggungjawaban hukum atas perbuatannya;

Menimbang, bahwa dalam hal ini yang dihadapkan Jaksa Penuntut Umum ke persidangan
sebagai terdakwa yatiu Fajar Aditya Putra Alias Adit yang pada awal persidangan telah
ditanyakan tentang identitas dirinya dengan lengkap sebagaimana dalam surat dakwaan,
dimana semuanya telah dibenarkan oleh terdakwa, serta selama pemeriksaan perkara ini
berlangsung tidak terdapat tanda-tanda pada diri terdakwa yang menunjukkan terdakwa
tidak sehat akal pikirannya, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa sehat akal
pikirannya dan kepada terdakwa dapat dipertanggungjawabkan segala perbuatan yang
dilakukannya;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut maka unsur Barangsiapa telah


terpenuhi;

2. Dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain;

Menimbang, bahwa undang-undang tidak memberikan suatu pengertian tentang


Kesengajaan, tetapi dalam praktek pengadilan selalu berpedoman pada pengertian
sebagaimana diuraikan dalam Memorie Van Toelichting “Dengan Sengaja”
(OPZETTELIJK) adalah sama dengan Willens En Wetens yaitu menghendaki dan
mengetahui;

Menimbang, bahwa menghilangkan nyawa orang lain, yang artinya disini ada orang lain
selain daripada Terdakwa sendiri, yang sengaja dihilangkan nyawanya oleh Terdakwa
dengan perbuatan yang dilakukannya, berarti harus ada hubungan sebab dan akibat dari
perbuatan Terdakwa;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum dipersidangan yang diperoleh dari keterangan
saksi-saksi, keterangan Terdakwa serta dihubungkan dengan Visum Et Repertum, serta
adanya petunjuk yang diperoleh dari persesuaian antara keterangan satu dengan yang
lainnya bahwa Terdakwa awalnya cekcok dengan korban kemudian Terdakwa memukuli
leher korban 1 kali, kemudian setelah memukuli korban dan korban terjatuh dari atas
tempat tidur, Terdakwa sempat membetulkan posisi tubuh korban dan setelahnya Terdakwa
kembali memukuli wajah korban, setelah memukuli wajah korban Terdakwa sempat berdiri
dan melihat ke arah tubuh korban dimana saat itu korban sudah dalam kondisi tidak sadar
dan ada bunyi mengorok dari nafas korban namun hal itu tidak membuat Terdakwa
berhenti tetapi justru melanjutkan dengan Terdakwa mengarahkan pukulan palu kearah
kepala korban, dan melilitkan kabel cash ke leher korban dimana posisi korban duduk dan
Terdakwa berdiri tepat dibelakang korban sambil menarik lilitan kabel cash di leher korban
dengan kencang;

Menimbang bahwa Terdakwa mengetahui kondisi korban Andre sudah tidak sadarkan diri
dan butuh pertolongan namun Terdakwa tidak ada upaya untuk menolong korban tetapi
justru meninggalkan korban dengan membawa pergi HP dan Sepeda Motor korban untuk
dijual;

Menimbang bahwa dari tindakan Terdakwa yang memukulkan palu kearah kepala
Terdakwa dan menjerat leher korban menggunakan kabel cash seharusnya Terdakwa
menyadari bahwa kepala dan leher adalah bagian sensitif yang mana bila bagian kepala
dipukul apalagi menggunakan palu dan bagian leher bila dijerat sehingga menghalangi jalur
pernafasan maka dapat menghilangkan nyawa korban Andre;

Menimbang berdasarkan Surat Visum et Repertum Jenazah Nomor :


370/391/437.76.82/20/III/2019 yang dibuat oleh dr. H. Soeroto Hadisoemarto Sp.F (K),
S.H. sebagai dokter pada RSUD Ibnu Sina Gresik tanggal 11 Maret 2019 dimana
disimpulkan bahwa penyebab kematian korban adalah akibat sentuhan benda tumpul.
Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan luka-luka yaitu luka memar warna
kebiruan dibagian kelopak mata kiri, bengkak di kepala bagian kanan-kiri, keluarnya darah
dari lubang hidung, luka memar di leher sebelah kanan bagian belakang, dan perdarahan
dibawah selaput tebal otak sebelah kanan dan kiri serta perdarahan yang luas pada otak;
Menimbang, bahwa atas dasar kenyataan yang demikian, telah menunjukkan kepada
Majelis Hakim bahwa Terdakwa telah menghendaki akan akibat perbuatannya itu dan
akibat perbuatan Terdakwa tersebut korban Andre meninggal dunia;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas Majelis Hakim berpendapat


bahwa unsur “Dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain” telah terpenuhi;

Menimbang, bahwa selanjutnya dalam pembelaan/pormohonan Penasihat Hukum


Terdakwa dan permohonan Terdakwa pada pokoknya mohon agar Terdakwa diberikan
hukuman yang seringan-ringannya oleh karena Terdakwa mengakui dan sangat menyesali
perbuatannya, Terdakwa belum pernah dihukum serta Terdakwa merupakan
tulangpunggung keluarga, maka terhadap permohonan yang demikian akan Majelis Hakim
pertimbangkan sebagai keadaan-keadaan yang meringankan terhadap diri Terdakwa yang
akan disebutkan dibawah ini;

Menimbang, bahwa atas pertimbangan tersebut maka oleh karena semua unsur dari Pasal
338 KUHP telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan alternatif
pertama Penuntut Umum;

Menimbang, bahwa dalam persidangan Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang
dapat menghapuskan pertangungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar atau alasan
pemaaf, maka Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya;

Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa mampu bertangungjawab, maka harus


dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan penahanan yang
sah, maka masa penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap terdakwa
dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam
tahanan;
Menimbang, bahwa barang bukti berupa 1 (Satu) Buah Dosbook HP Vivo V5 Space Grey
Imei 1 : 862501032488755 Imei 2 : 862501032488748 milik korban Andre Putra Hariyono
yang telah disita dari Richo Permanadani Putra Yahya Alias Riko, dan masih bernilai
ekonomis maka dikembalikan kepada Ibu Korban Andre Putra Hariyono; Menimbang,
bahwa barang bukti berupa : 1 (Satu) Buah Kabel Charger Handphone (Warna Putih), 1
(Satu) Buah Sprei Kasur warna hijau motif bunga dan ada bercak darah, 1 (Satu) Buah Palu
/ Martil Bergagang kayu (warna coklat), 1 (Satu) Buah Kalung Warna Putih, 1 (Satu) Buah
Celana Jeans Biru Dongker / Hitam, 1 (Satu) Buah Kaos Warna Putih Lengan Hitam ada
bercak darah, 1 (Satu) Buah Selimut merah motif bunga ada bercak darah, yang telah
dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan dikhawatirkan akan dipergunakan untuk
mengulangi kejahatan maka perlu ditetapkan agar barang bukti tersebut dimusnahkan;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa, maka perlu


dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan
Terdakwa;

Keadaan yang memberatkan :

o Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat;


o Perbuatan terdakwa meninggalkan duka yang mendalam bagi ibu korban;
o Perbuatan Terdakwa digolongkan perbuatan yang sadis; Keadaan yang
meringankan :
o Terdakwa belum pernah dihukum;
o Terdakwa menyesali perbuatannya.

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah dibebani pula
untuk membayar biaya perkara; Memperhatikan, Pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, Pasal 193 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman;

5. Putusan Hakim
1. Menyatakan Terdakwa FAJAR ADITYA PUTRA alias ADIT telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pembunuhan”;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 9 (Sembilan) tahun;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Memerintahkan Terdakwa tetap ditahan;
5. Menetapkan barang bukti berupa:
 1 (Satu) Buah Dosbook HP Vivo V5 Space Grey Imei 1 :
862501032488755 Imei 2 : 862501032488748; Dikembalikan kepada ibu
Korban Andre Putra Hariyono.
 1 (Satu) Buah Kabel Charger Handphone (Warna Putih);
 1 (Satu) Buah Sprei Kasur warna hijau motif bunga dan ada bercak darah;
 1 (Satu) Buah Palu / Martil Bergagang kayu (warna coklat);
 1 (Satu) Buah Kalung Warna Putih;
 1 (Satu) Buah Celana Jeans Biru Dongker / Hitam;
 1 (Satu) Buah Kaos Warna Putih Lengan Hitam ada bercak darah;
 1 (Satu) Buah Selimut merah motif bunga ada bercak darah; Dirampas
untuk dimusnahkan.
6. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sejumlah Rp5.000,00 (lima ribu
rupiah);

6. Analisa
Putusan hakim merupakan puncak dari suatu perkara yang sedang diperiksa
dan diadili oleh hakim. Oleh karena itu hakim dalam membuat putusan harus
memperhatikan segala aspek di dalamnya baik bersifat formal maupun materiil
sampai dengan adanya kecakapan teknik membuatnya. Selain itu, dalam praktik
peradilan, hakim tidak hanya menyesuaikan kesalahan terdakwa berdasarkan surat
dakwaan yang didakwakan oleh jaksa akan tetapi hakim juga harus menganalisis
bentuk pertanggungjawaban pidana berdasarkan dari kesalahan yang dilakukan oleh
terdakwa sehingga dapat memunculkan suatu akibat dari perbuatan tersebut. Unsur
kesalahan terdakwa merupakan unsur mutlak dalam pertanggungjawaban pidana.
Hal yang harus dibuktikan oleh hakim untuk mengungkapkan kesalahan terdakwa
adalah dengan membuktikan adanya actus reus (perbuatan) dan mens rea. (sikap
kalbu). Begitu juga dengan jaksa, dalam membuat surat dakwaan harus melengkapi
syarat materiil yang mendukung terdakwa untuk didakwa dengan pasal yang
berlaku, salah satu syaratnya adalah adanya kesalahan sesuai dengan unsur-unsur
delik yang bersangkutan. Korban Andre Putra Haryono di Desa Kepatihan
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik atau setidak-tidaknya di tempat tertentu
yang termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Gresik mengambil barang sesuatu
yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki
secara melawan hukum yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk memersiapkan atau
mempermudah pencurian atau dalam hal tertangkap tangan untuk memungkinkan
melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang
dicuri jika perbuatan mengakibatkan kematian, yang mana perbuatan tersebut
Terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut, Bahwa berawal saat Terdakwa dan
korban Andre Putra Hariyono janjian untuk karaokean di tempat hiburan malam
hingga berakhir dengan pencurian disertai kekerasan yang mengakibatkan hilangnya
nyawa seseorang yang pada pokoknya terdakwa menyesal terhadap perbuatan yang
telah dilakukan dan memohon kepada Majelis Hakim untuk memberikan hukuman
yang seringan-ringannya serta berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Dalam putusan Nomor.227/PID.B/2019/PN.Gsk dasar pertimbangan hakim


baik secara yuridis dan non-yuridis telah sesuai dengan dakwaan yaitu Menyatakan
Terdakwa Fajar Aditya Putra Alias Adit terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “dengan sengaja merampas nyawa orang lain”
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan Kesatu pasal 338 KUHP.
Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 13 (tiga
belas) Tahun dikurangi selama Terdakwa menjalani masa tahanan sementara.
Bahwa dalam kronologi Terdakwa Fajar Aditya Putra Alias Adit pada hari Minggu
tanggal 10 Maret 2019 sekitar pukul 04.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu
waktu dalam bulan Maret tahun 2019 bertempat di dalam kamar rumah korban
Andre Putra Haryono di Desa Kepatihan Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik
atau setidak-tidaknya di tempat tertentu yang termasuk daerah hukum Pengadilan
Negeri Gresik mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum yang didahului,
disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang,
dengan maksud untuk memersiapkan atau mempermudah pencurian atau dalam hal
tertangkap tangan untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya,
atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri jika perbuatan mengakibatkan
kematian, Jika dikaitkan dengan teori kriminologi modern Teori Psikogenesis
adalaah yang paling tepat karena Teori ini mengatakan bahwa perilaku kriminalitas
timbul karena faktor intelegensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah,
fantasi, rasionalisasi, internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang
kontroversial dan kecenderungan psikopatologis, artinya perilaku jahat merupakan
reaksi terhadap masalah psikis, misalnya pada keluarga yang hancur akibat
perceraian atau salah asuhan karena orangtua terlalu sibuk berkarier. Faktor lain
yang menjadi penyebab terjadinya kejahatan adalah psikologis dari seorang pelaku
kejahatan, maksudnya adalah pelaku memberikan respons terhadap berbagai macam
tekanan kepribadian yang mendorong mereka untuk melakukan kejahatan. Faktor
ini didominasi karena pribadi seseorang yang tertekan dengan keadaan hidupnya
yang tak kunjung membaik, atau frustasi. Orang yang frustasi cenderung lebih
mudah untuk mengonsumsi alkohol demi membantu mengurangi beban hidup yang
ada dibandingkan dengan orang dalam keadaan normal. Psikologis seseorang yang
terganggu dalam interaksi sosial akan tetap memiliki kelakuan jahat tanpa melihat
situasi dan kondisi. Pelaku kejahatan cenderung memiliki psikologis yang sedang
dalam keadaan tertekan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tak kunjung
dapat ia lakukan karena tak memiliki penghasilan tetap. Kemiskinan atau faktor
ekonomi ini adalah menjadi faktor yang memengaruhi terjadinya kejahatan, karena
demi memenuhi kebutuhan hidupnya maka orang akan cenderung melakukan
apapun itu meski melakukan kejahatan sekalipun. Orang-orang yang berada di kelas
menengah ke bawah akan merasa hidupnya berbeda sekali dengan orang-orang yang
memiliki pendapatan diatasnya, hal ini mendorong seseorang tersebut untuk
melakukan kejahatan karena merasa iri. Sejalan dengan pemikiran itu bahwa salah
satu masalah struktural yang perlu diperhatikan didalam analisis kejahatan di
Indonesia adalah masalah kemiskinan. Dalam kriminologi, keadaan ini sebenarnya
dianggap sangat penting karena kemiskinan merupakan bentuk kekerasan struktural
dengan amat banyak korban.Kejahatan di Indonesia salah satunya juga didorong
oleh krisis ekonomi, termasuk oleh ketimpangan pendapatan dan ketidakadilan
ekonomi. Faktor ekonomi ini membuat orang akan memiliki keinginan untuk
mendapatkan uang dalam waktu yang singkat dan dengan cara yang sederhana,
maka timbul lah keinginan seseorang untuk melakukan kejahatan salah satunya
kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Berkaitan dengan faktor ekonomi yang
berdampak pada beberapa faktor lain misal faktor pendidikan. Orang yang
tergolong miskin akan identik dengan pendidikan yang rendah, karena dalam
hidupnya tak mampu untuk membayar biaya pendidikan yang kian lama makin
mahal. Karena berpendidikan rendah maka seseorang akan cenderung untuk
menjadi pengangguran atau hanya memiliki pekerjaan apa adanya, sehingga hal ini
bisa memengaruhi seseorang untuk memiliki penyakit moral atau kepribadian jahat
demi mencapai suatu keinginannya. Teori sosialis mengemukakan bahwa kejahatan
timbul karena adanya tekanan ekonomi yang tidak seimbang dalam
masyarakat.Teori ini menggambarkan bahwa untuk melawan kejahatan itu haruslah
diadakan peningkatan di bidang ekonomi. Dengan kata lain kemakmuran,
keseimbangan dan keadilan sosial akan mengurangi terjadinya kejahatan. Dalam
kasus ini tipe kejahatannya adalah Kejahatan konvensional antara lain yaitu :
perampokan, pencurian terutama dengan kekerasan dan pemberatan, penyebab
kejahatan yaitu Alkoholisme, pengaruh alkohol terhadap kejahatan sampai saat ini
masih menempati posisi yang paling tinggi dan beragam jenisnya, yang paling
berbahaya dari efek mengkonsumsi alkohol adalah melakukan tindak kekerasan dan
kejahatan terhadap harta benda.
Lalu dikaitkan kembali oleh Teori Differential Association Teori ini
berlandaskan pada proses belajar, yaitu perilaku kejahatan adalah perilaku yang
dipelajari. Ada proposisi dalam proses terjadinya kejahatan yakni sebagai berikut:
a) Perilaku kejahatan adalah perilaku yang dipelajari bukan
diwarisi.
b) Perilaku kejahatan dipelajari dalam interaksi dengan orang
lain dalam suatu proses komunikasi.
c) Bagian yang terpenting dalam proses mempelajari tingkah
laku kejahatan terjadi dalam kelompok personal yang intim.
d) Apabila perilaku kejahatan dipelajari, maka yang dipelajari
tersebut yaitu, teknik melakukan kejahatan dan jugamotif-motif yang
dilakukan, dorongan, alasan pembenar dan sikap.
e) Arah dari motif dan dorongan dipelajari melalui batasan
hukum, baik sebagai hal yang menguntungkan maupun yang tidak.
f) Sesesorang menjadi delinkeun karena lebih banyak berhubungan
dengan pola-pola tingkah laku jahat daripada yang tidak jahat.
g) Differential Association dapat bervariasi dalam frekuensinya,
lamanya, prioritasnya, dan intensitasnya.
h) Proses mempelajari perilaku kejahatan diperoleh dari
hubungan dengan pola-pola kejahatan dan anti kejahatan yang
menyangkut seluruh mekanisme yang melibatkan pada setiap proses
belajar pada umumnya.
i) Sementara perilaku kejahatan mempunyai pernyataan kebutuhan dan
nilai-nilai umum. Pencuri akan mencuri karena kebutuhan untuk
memperoleh uang.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Perbuatan pembunuhan merupakan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
menghilangkan nyawa orang lain. Pasal dasar pembunuhan adalah Pasal 338 KUHP
yang kemudian ditambah unsur direncanakan terlebih dahulu dalam pasal 340
KUHPidana. Pembunuhan adalah merupakan istilah yang umum digunakan dalam
hukum pidana untuk mendeskripsikan tindak pidana kejahatan dimana
tersangka/terdakwa menyebabkan kematian pada orang lain. Karena besarnya dampak
negative pembunuhan, maka tidak mengherankan bila tindak pembunuhan tersebut
secara tegas dilarang oleh hukum positif yang sangat berat. Bahkan terhadap
pembunuhan berencana oleh ketentuan Pasal 340 KUHPidana, pelaku diancam dengan
hukuman mati. Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh kejahatan pembunuhan
adalah hilangnya nyawa si korban padahal nyawa adalah sesuatu milik yang paling
berharga bagi setiap orang. Karenanya adalah wajar bila masyarakat melalui norma
hukum positifnya melindungi nyawa setiap warganya dari segala upaya pelanggaran
oleh orang lain dengan memberi ancaman hukuman yang sangat berat kepada pelaku
pembunuhan. Tujuan pemidanaan menurut teori yang diambil dari ahli hukum pidana
adalah untuk pembalasan yang merupakan tuntutan mutlak dari kesusilaan terhadap
penjahat yang telah merugikan orang lain dengan pemidanaan, kemudian teori tujuan
yang berguna untuk pencegahan dan pendidikan dan teori gabungan, yang merupakan
gabungan teori pembalasan dan teori tujuan. Di dalam KUHP terdapat 2 (dua) macam
unsur yaitu unsur objektif yaitu menyangkut perbuatan sesuai keadaan dan unsur
subjektif yaitu menyangkut sisi batin pelaku, sengaja (dolus) dan tidak sengaja (culpa) .
Secara yuridis pertanggungjawaban tindak pidana pembunuhan berencana terdapat
dalam Pasal 340 KUHP, dipidana dengan hukuman mati atau dipenjara seumur hidup
atau penjara selamalamanya dua puluh tahun. Membedakan pembunuhan (Pasal 338
KUHP) dan pembunuhan direncanakan dapat dilihat jika pembunuhan biasa itu
dilakukan seketika sedangkan pembunuhan berencana, perbuatan menghilangkan
nyawa orang lain itu dilakukan setelah ada niat, kemudian mengatur rencana bagaimana
pembunuhan itu akan dilaksanakan dalam waktu luang yang dapat diperkirakan si
pelaku dapat berpikir dengan tenang.

B. Saran

Dalam rangka mewujudkan pembangunan hukum nasional yang bersumber pada


keadilan dan kebenaran, sudah sewajarnya apabila pengetahuan hukum tentang hukum
pidana ditingkatkan di kalangan penegak hukum serta masyarakat agar proses
penegakan hukum dapat berhasil menciptakan ketentraman dan kedamaian dalam
masyarakat terutama dari segi tujuan pemidanan dan pendidikan. Diharapkan upaya
pemerintah dalam memberantas tindak pembunuhan khususnya pembunuhan
berencana, aparat penegak hukum dapat melakukan percepatan penyelesaian perkara
terutama perkara yang menarik perhatian umum dan meresahkan masyarakat, karena
lambannya penyelesaian perkara dapat memperburuk pandangan masyarakat terhadap
pemerintah terutama kepada aparat penegak hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Putusan Nomor.227/PID.B/2019/PN.Gsk

Kitab Undang Undang Hukum Pidana

Yanri, F. B. (2017, Maret). Pembunuhan berencana. Hukum dan Keadilan, 4(1), 36-48.
Pieter, S., & Silambi, E. (2019). Pembuktian Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Berencana
Ditinjau Dari Kitab Udang-Undang Hukum Pidana. Jurnal Restorative Justice, 3(1), 75-91.
https://doi.org/10.35724/jrj.v3i1.1940

seniorkampus.blogspot.com, Diakses tgl 16 Januari 2022, Jam 21.19

hiorkampus.blogspot.com, Diakses tgl 16 Januari 2022, Jam 20.50.

Gresnews.com, diakses tgl 16 Januari 2022, jam 20.46.

Bonger. W.A. (terjemahan R.A.Koesnoen) : Pengantar tentang Kriminologi, cetakan VI.


PT. Pembangunan. Jakarta. 1982.

Darma Weda, Made 1996. Kriminologi. Jakarta PT Raja Grafindo Persada.

Kusumah W, Mulyana 1984. Kriminologi dan Masalah Kejahatan (suatu Pengantar


Ringkas), Bandung :Armic

Anda mungkin juga menyukai