Gsk
Disusun Oleh:
Kelas H
Di Bawah Bimbingan:
FAKULTAS HUKUM
2021 / 1442 H
BAB I
PENDAHULUAN
Pembunuhan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dan beberapa orang
yang mengakibatkan seseorang dan beberapa orang meninggal dunia. Tindak pidana
pembunuhan, di dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana termasuk ke dalam
kejahatan terhadap nyawa. Kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het leven)
adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Pembunuhan sendiri berasal
dari kata bunuh yang berarti mematikan, menghilangkan nyawa. Membunuh artinya
membuat supaya mati. Pembunuh artinya orang atau alat yang membunuh dan
pembunuhan berarti perkara membunuh, perbuatan atau hal membunuh. Suatu
perbuatan dapat dikatakan sebagai pembunuhan adalah perbuatan oleh siapa saja yang
dengan sengaja merampas nyawa orang lain. Pembunuhan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berasal dari kata bunuh, yang artinya mematikan dengan sengaja. Dalam
hukum pidana, pembunuhan disebut dengan kejahatan terhadap jiwa seseorang yang
diatur dalam BAB XIX Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Bentuk pokok dari kejahatan ini adalah pembunuhan (doodslage), yaitu menghilangkan
jiwa seseorang. Dalam hukum romawi, apabila pelaku pembunuhan itu seorang
bangsawan atau pejabat, ia bisa dibebaskan dari hukuman mati dan sebagai pengantinya
ia dikenakan hukuman pengasingan, kalau pelakunya kelas menengah maka ia
dikenakan hukuman mati dengan jalan potong leher (dipancung). Sedangkan untuk
kelas rakyat jelata, ia disalib, kemudian hukuman itu diubah menjadi di adu dengan
binatang buas, kemudian diubah lagi dengan jalan gantung. Menurut Ramianto yang
dikutip dari Anwar dalam bukunya Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP, Buku II),
pembunuhan (doodslage), yaitu menghilang jiwa seseorang. Sedangkan menurut
Wojoqwasito sebagaimana yang dikutip oleh Rahmat Hakim, dalam buku Hukum
Pidana Islam, pembunuhan adalah perampasan nyawa seseorang, sedangkan menurut
Hakim Rahman yang mengutif dari Abdul Qodir Aulia adalah perbuatan seseorang
yang menghilangkan kehidupan atau hilangnya roh adami akibat perbuatan manusia
yang lain. Jadi, pembunuhan adalah perampasan atau peniadaan nyawa seseorang oleh
orang lain yang mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh anggota badan di sebabkan
ketiadaan roh sebagai unsur utama untuk menggerakan tubuh. Dari pengertian tersebut
pembunuhan merupakan tindak pidana yang terdiri dari beberapa jenis, dan di dalam
KUHP pembunuhan terdapat beberapa pasal yang mengatur mengenai pembunuhan. Di
dalam KUHP pada buku II bab XIX di atur mengenai tindak pidana pembunuhan, yang
di tepatkan oleh pembentuk undang-undang mulai dari pasal 338 KUHP sampai dengan
pasal 350 KUHP.
B. Identifikasi Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
Kata pembunuhan berasal dari kata dasar “bunuh” yang mendapat awalan pe- dan akhiran –
an yang mengandung makna mematikan, menghapuskan (mencoret) tulisan, memadamkan
api dan atau membinasakan tumbuh-tumbuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(W.J.S. Poerwadarminta, 2006:194), mengemukakan bahwa “membunuh artinya membuat
supaya mati, menghilangkan nyawa, sedangkan pembunuhan berarti perkara membunuh,
perbuatan atau hal membunuh”. Dalam peristiwa pembunuhan minimal ada 2 (dua) orang
yang terlibat, orang yang dengan sengaja mematikan atau menghilangkan nyawa disebut
pembunuh (pelaku), sedangkan orang yang dimatikan atau orang yang dihilangkan
nyawanya disebut sebagai pihak terbunuh (korban). Pembunuhan termasuk ke dalam
kejahatan terhadap nyawa orang lain. Pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan
nyawa orang lain, untuk menghilangkan nyawa orang lain itu, seseorang pelaku harus
melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan meninggalnya
orang lain dengan catatan bahwa opzet dari pelakunya harus ditujukan pada akibat berupa
meninggalnya orang lain tersebut (Lamintang, 2012:1). Tindak pidana pembunuhan itu
merupakan suatu tindak pidana materiil atau materieel delict, yaitu suatu tindak pidana
yang baru dapat dianggap sebagai telah selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya
akibat yang terlarang atau yang tidak dikehendaki oleh undang-undang. Dengan demikian,
orang belum dapat berbicara tentang terjadinya suatu tindak pidana pembunuhan, jika
akibat berupa meninggalnya orang lain itu sendiri belum timbul. Oleh karena itu, terjadinya
pembunuhan adalah hilangnya nyawa orang lain, sehingga belum bisa dikatakan suatu
pembunuhan jika akibat meninggalnya orang lain tersebut belum terwujud. Bila tujuan
menghilangkan nyawa orang lain tidak terwujud maka baru bisa disebut percobaan
pembunuhan. Pembunuhan oleh pasal 338 KUHP dirumuskan sebagai barang siapa dengan
sengaja menghilangkan nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan penjara
paling lama 15 tahun. Hal ini merupakan suatu rumusan secara materiil yaitu
“menyebabkan sesuatu tertentu” tanpa menyebutkan wujud dari tindak pidana. Unsur-unsur
yang dapat ditarik dari pasal 338 KUHP adalah :
1. Perbuatan itu harus disengaja, dengan kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga,
ditujukan maksud supaya orang itu mati.
2. Melenyapkan nyawa orang lain itu harus merupakan yang “positif” walaupun dengan
perbuatan yang kecil sekalipun.
3. Perbuatan itu harus menyebabkan matinya orang, disini harus ada hubungan kausal di
antara perbuatan yang dilakukan itu dengan kematian orang tersebut.
a. Dengan sengaja
Dalam KUHP tidak dijelaskan apa arti kesengajaan, tetapi didalam MvT (memorie van
Toelieting) disebutkan “pidana pada umumnya hendaknya dijatuhkan hanya pada barang
siapa yang melakukan perbuatan yang dilarang yang dikehendaki dan diketahui”.
Terwujudnya perbuatan seperti yang dirumuskan dalam Undang-Undang berpangkal tekad
adalah asas dari perbuatan kesengajaan. Teori berpangkal tekad karena akibat itu hanya
dapat dibayangkan dan dicita-citakan saja oleh orang yang melakukan suatu perbuatan.
Kesengajaan adalah kehendak untuk berbuat dengan mengetahui unsur-unsur yang
diperlukan menurut perumusan Undang-Undang.
Delik ini mengandung unsur dan kualifikasi yaitu pembunuhan dan sanksi pidana. Delik ini
juga dirumuskan secara materiil artinya menitikberatkan pada akibat hilangnya nyawa,
tentang bagaimana cara menghilangkan nyawa itu. Seperti dikemukakan oleh R. Soesilo
bahwa perencanaan itu antara lain disebutkan : “Berencana artinya dengan direncanakan
lebih dahulu, terjemahan dari kata asing “metvoorbedacterade” antara timbulnya maksud
akan membunuh dengan pelaksanaannya masih ada tempo bagi si pembuat dengan tenang
memikirkan dengan cara bagaimana sebaiknya pembunuhan itu dilakukan. Tempo ini tidak
boleh terlalu sempit akan tetapi sebaiknya juga tidak boleh terlalu lama yang penting ialah
bahwa tempo itu di buat oleh si pelaku dengan tenang bisa dapat berpikir-pikir yang
sebenarnya itu masih ada kesempatan untuk membatalkan niatnya akan membunuh itu,
akan tetapi kesempatan itu tidak dipergunakannya”. Pembunuhan berencana adalah
kejahatan merampas nyawa manusia lain, atau membunuh, setelah dilakukan perencanaan
mengenai waktu atau metode, dengan tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan atau
untuk menghindari penangkapan. Pembunuhan terencana dalam hukum umumnya
merupakan tipe pembunuhan yang paling serius, dan pelakunya dapat dijatuhi hukuman
mati. Hal ini diatur dalam pasal 338 KUHP yang bunyinya, sebagai berikut : “Barang siapa
dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain dihukum karena makar mati, dengan
hukuman selama-lamanya lima belas tahun”. Menyatakan bahwa pembunuhan itu
dimaksudkan oleh pembuat Undang Undang sebagai pembunuhan bentuk khusus yang
memberatkan, seharusnya tidak dirumuskan dengan cara demikian, melainkan dengan pasal
338 KUHP itu cukup disebut sebagai pembunuhan saja.”Rumusan pada pasal 340 KUHP,
diuraikan unsur-unsurnya akan nampak pada unsur-unsur sebagai berikut :
b. Unsur obyektif :
Unsur kesengajaan dalam pasal 340 KUHP merupakan kesengajaan dalam arti luas, yang
meliputi :
Jadi jelaslah bahwa pembunuhan berencana itu hanya dapat terjadi karena dilakukan
dengan sengaja. Pembunuhan berencana tidak pernah terjadi karena suatu tindak kelalaian
si pelaku.
Tindak pidana terhadap "nyawa" dalam KUHP dimuat dalam Buku II Bab XIX dengan
judul "Kejahatan Terhadap Nyawa Orang" yang terdiri dari tiga belas pasal, dari pasal 338
sampai dengan pasal 350.
Secara umum, tindak pidana pembunuhan yang diatur dalam KUHP dapat dikelompokkan
ke dalam 2 kelompok, yaitu:
2. Tindak pidana pembunuhan terhadap bayi pada saat dilahirkan atau tidak
lama setelah dilahirkan, yang diatur dalam pasal 341, 342, dan 343 KUHP.
3. Tindak pidana pembunuhan yang dilakukan tanpa adanya kesengajaan, yang
diatur dalampasal 359 KUHP.
4. Tindak pidana pembunuhan terhadap bayi atau anak, diatur dalam pasal 341, 342,
dan 343 KUHP
5. Tindak pidana pembunuhan atas permintaan korban, diatur dalam pasa] 344 KUHP
6. Tindak pidana pembunuhan terhadap diri sendiri, diatur dalam pasal 345 KUHP
Untuk lebih memperjelas pemahaman terhadap jenis tindak pidana diatas, berikut akan
dikupas masing-masing tindak pidana pembunuhan tersebut lebih terperinci.
PEMBAHASAN
Bahwa Ia, Terdakwa FAJAR ADITYA PUTRA alias ADIT pada hari Minggu
tanggal 10 Maret 2019 sekitar pukul 04.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu
waktu dalam bulan Maret tahun 2019 bertempat di dalam kamar di rumah korban
ANDRE PUTRA HARIYONO di Desa Kepatihan Kecamatan Menganti Kabupaten
Gresik atau setidak-tidaknya di tempat tertentu yang termasuk daerah hukum
Pengadilan Negeri Gresik dengan sengaja merampas nyawa orang lain, yang
dilakukan Terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut: Bahwa berawal saat
Terdakwa dan korban ANDRE PUTRA HARIYONO janjian untuk karaokean di
tempat hiburan malam Triple X lalu pada hari sabtu tanggal 9 Maret 2019 sekira
pukul 20.00 WIB korban Andre Putra Hariyono menjemput Terdakwa dengan
menggunakan Sepeda Motor Honda 125 Warna Hitam nomor Polisi L 4075 RW,
kemudian Terdakwa dan korban Andre Putra Hariyono berboncengan menuju
rumah korban di Desa Kepatihan Kecamatan Menganti dan setiba di rumahnya,
korban lalu berganti kendaraan Sepeda Motor Honda vario 125 warna hitam nomor
polisi L 4075 RW dengan mobil Daihatsu Sigra Warna merah kemudian sekira
pukul 21.30 WIB korban Andre Putra Hariyono bersama-sama Terdakwa menuju
tempat hiburan malam triple X di daerah Kedungdoro Surabaya lalu menikmati
hiburan karaoke di tempat tersebut sambil mengkonsumsi minuman beralkohol.
Bahwa selanjutnya pada hari minggu tanggal 10 Maret 2019 sekira pukul 02.00
WIB dini hari, Saksi Saksi Dany Kurniawan yang beberapa saat sebelumnya telah
dihubungi Terdakwa bergabung dengan Terdakwa dan korban Andre Putra
Hariyono menikmati hiburan malam di karaoke Triple X d dimana saat itu
Terdakwa, Korban Andre Putra Hariyono dan Saksi Dany Kurniawan menyanyi
sambil ditemani pemandu lagu serta mengkonsumsi minuman beralkohol dan selang
20 (dua puluh) menit kemudian Saksi Dani Kurniawan pamit kembali ke lokasi
kerjanya dan meninggalkan Terdakwa bersama Saksi korban Andre Putra Hariyono
yang masih menikmati hiburan. Bahwa selanjutnya, Terdakwa dan korban Andre
Putra Hariyono pulang dengan menggunakan mobil Daihatsu Zigra Warna merah
menuju rumah korban Andre Putra Hariyono di Desa Kepatihan Menganti Gresik
dan saat tiba di rumah korban sekira pukul 03.30 WIB dini hari, Terdakwa dan
korban lalu beristirahat dengan cara tidur-tiduran di kasur yang ada di dalam kamar
korban dan korban Andre Putra Hariyono meletakan Handphone Vivo V5 Warna
Space Grey miliknya diantara korban dan Terdakwa dimana posisi korban Andre
Putra Hariyono miring sambil memegangi Handphone miliknya. Bahwa sekira
pukul 04.00 dini hari Terdakwa yang mengira korban Andre Putra Hariyono sudah
tertidur lalu mengambil handphone Vivo V5 Warna Space Grey yang diletakan
korban diantara korban dan Terdakwa tersebut namun tiba-tiba korban Andre Putra
Hariyono terbangun dan saat mengetahui handphone Vivo V5 Warna Space Grey
miliknya dipegang Terdakwa lalu cekcok dengan Terdakwa dan korban menampel
(menepis) tangan Terdakwa yang memegang Handphone Vivo V5 Warna Space
Grey milik korban hingga handphone tersebut jatuh dari atas kasur. Bahwa
kemudian setelah cekcok mulut dengan korban Andre Putra Hariyono, Terdakwa
lalu memukul leher/ tenggorokan korban dengan menggunakan kepala tangan kiri
dan dibalas korban dengan mencakar wajah Terdakwa selanjutnya Terdakwa
mendorong korban hingga jatuh dari atas kasur, lalu Terdakwa mengambil kabel
charger handphone warna putih dan dalam posisi Terdakwa berdiri dan korban
Andre Putra Hariyono duduk membelakangi Terdakwa, dari arah belakang
Terdakwa melilitkan kabel charger handphone warna putih tersebut ke leher korban
Andre Putra Hariyono selama lebih kurang 10 (sepuluh) menit dan saat itu korban
Andre Putra Hariyono masih sempat melakukan perlawanan dengan mencakar
lengan Terdakwa. Bahwa selanjutnya karena korban Andre Putra Hariyono masih
melawan, Terdakwa yang melihat palu warna coklat di dalam kardus kemudian
mengambil palu warna coklat tersebut dengan tangan kanan lalu selanjutnya tangan
kiri Terdakwa menarik rambut korban Andre Putra Hariyono hingga kepala korban
menekuk ke kiri dan dengan tangan kanannya Terdakwa memukulkan palu yang
diambilnya tersebut ke kepala belakang tepatnya dibelakang telinga kanan korban
Andre Putra Hariyono sebanyak 5 (lima) kali, dan ke tengah kepala bagian
belakang/ diatas leher sebelah belakang korban sebanyak 10 (sepuluh) kali lalu
setelahnya Terdakwa meletakkan palu tersebut ditempatnya semula. Bahwa
kemudian saat melihat korban Andre Putra Hariyono dalam kondisi kejang-kejang
dan mulut mengeluarkan darah, Terdakwa kembali menduduki tubuh korban dan
memukuli wajah korban Andre Putra Hariyono dengan menggunakan tangan kanan
dan tangan kiri sebanyak 6 (enam) kali selanjutnya karena melihat korban sudah
dalam kondisi tidak berdaya Terdakwa lalu mengambil Handphone Vivo V5 Warna
Space Grey milik korban Andre Putra Hariyono lalu meninggalkan kamar tersebut
dan saat akan meninggalkan rumah korban Terdakwa yang melihat sepeda motor
honda Vario warna hitam nomor polisi L 4075 RW dengan kunci kontak masih
menancap di lubang kuncinya langsung menghidupkan sepeda motor tersebut dan
meninggalkan rumah korban. Bahwa perbuatan Terdakwa melilitkan kabel charger
warna putih di leher korban kemudian memukulkan palu warna coklat ke kepala
belakang tepatnya dibelakang telinga kanan korban sebanyak 5 (lima) kali, dan ke
tengah kepala bagian belakang/ diatas leher sebelah belakang korban sebanyak 10
(sepuluh) kali serta memukuli wajah korban lebih kurang 6 (enam) kali
mengakibatkan korban Andre Putra Hariyono meninggal dunia dan sesuai Visum Et
Repertum nomor 370/391/437.76.82/20/III/2019 tanggal 11 Maret 2019 yang
ditanda tangani dokter H. Soeroto Hadisoemarto, SpF (K), SH selaku dokter
pemerintah pada Rumah Sakit Daerah Ibnu Sina yang melakukan pemeriksaan
terhadap jenazah Andre Putra Hariyono diperoleh kesimpulan : Dari hasil
pemeriksaan luar yang dilakukan ditemukan luka memar warna kebiruan dibagian
kelopak mata kiri, bengkak di kepala bagian kanan-kiri. Dari lubang hidung keluar
cairan berwarna merah kehitaman yang merupakan darah. Pada leher ditemukan
luka memar disebelah kanan bagian belakang. Dari hasil pemeriksaan dalam yang
dilakukan terdapat perdarahan dibawah selaput tebal otak sebelah kanan dan kiri
yang luas, ditemukan perdarahan luas pada otak. Dimana kelainan tersebut diatas
bisa menyebabkan kematian akibat sentuhan benda tumpul.
2. Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 365
ayat (3) KUHP yang berbunyi “Hukuman penjara selama - lamanya lima belas
tahun dijatuhkan jika karena perbuatan itu ada orang mati”.
1. Menyatakan Terdakwa FAJAR ADITYA PUTRA alias ADIT terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “dengan sengaja merampas nyawa orang
lain” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan Kesatu pasal 338 KUHP.
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 13 (tiga belas)
Tahun dikurangi selama Terdakwa menjalani masa tahanan sementara
1 (Satu) Buah Sprei Kasur warna hijau motif bunga dan ada bercak darah.
1 (Satu) Buah Kaos Warna Putih Lengan Hitam ada bercak darah
4. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp.2.000,00 (dua ribu rupiah).
1. Barangsiapa
Menimbang, bahwa yang dimaksud barangsiapa yaitu setiap orang sebagai subyek hukum
pendukung hak dan kewajiban yang sehat akal pikirannya yang dapat dimintakan
pertanggungjawaban hukum atas perbuatannya;
Menimbang, bahwa dalam hal ini yang dihadapkan Jaksa Penuntut Umum ke persidangan
sebagai terdakwa yatiu Fajar Aditya Putra Alias Adit yang pada awal persidangan telah
ditanyakan tentang identitas dirinya dengan lengkap sebagaimana dalam surat dakwaan,
dimana semuanya telah dibenarkan oleh terdakwa, serta selama pemeriksaan perkara ini
berlangsung tidak terdapat tanda-tanda pada diri terdakwa yang menunjukkan terdakwa
tidak sehat akal pikirannya, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa sehat akal
pikirannya dan kepada terdakwa dapat dipertanggungjawabkan segala perbuatan yang
dilakukannya;
Menimbang, bahwa menghilangkan nyawa orang lain, yang artinya disini ada orang lain
selain daripada Terdakwa sendiri, yang sengaja dihilangkan nyawanya oleh Terdakwa
dengan perbuatan yang dilakukannya, berarti harus ada hubungan sebab dan akibat dari
perbuatan Terdakwa;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum dipersidangan yang diperoleh dari keterangan
saksi-saksi, keterangan Terdakwa serta dihubungkan dengan Visum Et Repertum, serta
adanya petunjuk yang diperoleh dari persesuaian antara keterangan satu dengan yang
lainnya bahwa Terdakwa awalnya cekcok dengan korban kemudian Terdakwa memukuli
leher korban 1 kali, kemudian setelah memukuli korban dan korban terjatuh dari atas
tempat tidur, Terdakwa sempat membetulkan posisi tubuh korban dan setelahnya Terdakwa
kembali memukuli wajah korban, setelah memukuli wajah korban Terdakwa sempat berdiri
dan melihat ke arah tubuh korban dimana saat itu korban sudah dalam kondisi tidak sadar
dan ada bunyi mengorok dari nafas korban namun hal itu tidak membuat Terdakwa
berhenti tetapi justru melanjutkan dengan Terdakwa mengarahkan pukulan palu kearah
kepala korban, dan melilitkan kabel cash ke leher korban dimana posisi korban duduk dan
Terdakwa berdiri tepat dibelakang korban sambil menarik lilitan kabel cash di leher korban
dengan kencang;
Menimbang bahwa Terdakwa mengetahui kondisi korban Andre sudah tidak sadarkan diri
dan butuh pertolongan namun Terdakwa tidak ada upaya untuk menolong korban tetapi
justru meninggalkan korban dengan membawa pergi HP dan Sepeda Motor korban untuk
dijual;
Menimbang bahwa dari tindakan Terdakwa yang memukulkan palu kearah kepala
Terdakwa dan menjerat leher korban menggunakan kabel cash seharusnya Terdakwa
menyadari bahwa kepala dan leher adalah bagian sensitif yang mana bila bagian kepala
dipukul apalagi menggunakan palu dan bagian leher bila dijerat sehingga menghalangi jalur
pernafasan maka dapat menghilangkan nyawa korban Andre;
Menimbang, bahwa atas pertimbangan tersebut maka oleh karena semua unsur dari Pasal
338 KUHP telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan alternatif
pertama Penuntut Umum;
Menimbang, bahwa dalam persidangan Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang
dapat menghapuskan pertangungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar atau alasan
pemaaf, maka Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan penahanan yang
sah, maka masa penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap terdakwa
dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam
tahanan;
Menimbang, bahwa barang bukti berupa 1 (Satu) Buah Dosbook HP Vivo V5 Space Grey
Imei 1 : 862501032488755 Imei 2 : 862501032488748 milik korban Andre Putra Hariyono
yang telah disita dari Richo Permanadani Putra Yahya Alias Riko, dan masih bernilai
ekonomis maka dikembalikan kepada Ibu Korban Andre Putra Hariyono; Menimbang,
bahwa barang bukti berupa : 1 (Satu) Buah Kabel Charger Handphone (Warna Putih), 1
(Satu) Buah Sprei Kasur warna hijau motif bunga dan ada bercak darah, 1 (Satu) Buah Palu
/ Martil Bergagang kayu (warna coklat), 1 (Satu) Buah Kalung Warna Putih, 1 (Satu) Buah
Celana Jeans Biru Dongker / Hitam, 1 (Satu) Buah Kaos Warna Putih Lengan Hitam ada
bercak darah, 1 (Satu) Buah Selimut merah motif bunga ada bercak darah, yang telah
dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan dikhawatirkan akan dipergunakan untuk
mengulangi kejahatan maka perlu ditetapkan agar barang bukti tersebut dimusnahkan;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah dibebani pula
untuk membayar biaya perkara; Memperhatikan, Pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, Pasal 193 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman;
5. Putusan Hakim
1. Menyatakan Terdakwa FAJAR ADITYA PUTRA alias ADIT telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pembunuhan”;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 9 (Sembilan) tahun;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Memerintahkan Terdakwa tetap ditahan;
5. Menetapkan barang bukti berupa:
1 (Satu) Buah Dosbook HP Vivo V5 Space Grey Imei 1 :
862501032488755 Imei 2 : 862501032488748; Dikembalikan kepada ibu
Korban Andre Putra Hariyono.
1 (Satu) Buah Kabel Charger Handphone (Warna Putih);
1 (Satu) Buah Sprei Kasur warna hijau motif bunga dan ada bercak darah;
1 (Satu) Buah Palu / Martil Bergagang kayu (warna coklat);
1 (Satu) Buah Kalung Warna Putih;
1 (Satu) Buah Celana Jeans Biru Dongker / Hitam;
1 (Satu) Buah Kaos Warna Putih Lengan Hitam ada bercak darah;
1 (Satu) Buah Selimut merah motif bunga ada bercak darah; Dirampas
untuk dimusnahkan.
6. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sejumlah Rp5.000,00 (lima ribu
rupiah);
6. Analisa
Putusan hakim merupakan puncak dari suatu perkara yang sedang diperiksa
dan diadili oleh hakim. Oleh karena itu hakim dalam membuat putusan harus
memperhatikan segala aspek di dalamnya baik bersifat formal maupun materiil
sampai dengan adanya kecakapan teknik membuatnya. Selain itu, dalam praktik
peradilan, hakim tidak hanya menyesuaikan kesalahan terdakwa berdasarkan surat
dakwaan yang didakwakan oleh jaksa akan tetapi hakim juga harus menganalisis
bentuk pertanggungjawaban pidana berdasarkan dari kesalahan yang dilakukan oleh
terdakwa sehingga dapat memunculkan suatu akibat dari perbuatan tersebut. Unsur
kesalahan terdakwa merupakan unsur mutlak dalam pertanggungjawaban pidana.
Hal yang harus dibuktikan oleh hakim untuk mengungkapkan kesalahan terdakwa
adalah dengan membuktikan adanya actus reus (perbuatan) dan mens rea. (sikap
kalbu). Begitu juga dengan jaksa, dalam membuat surat dakwaan harus melengkapi
syarat materiil yang mendukung terdakwa untuk didakwa dengan pasal yang
berlaku, salah satu syaratnya adalah adanya kesalahan sesuai dengan unsur-unsur
delik yang bersangkutan. Korban Andre Putra Haryono di Desa Kepatihan
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik atau setidak-tidaknya di tempat tertentu
yang termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Gresik mengambil barang sesuatu
yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki
secara melawan hukum yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk memersiapkan atau
mempermudah pencurian atau dalam hal tertangkap tangan untuk memungkinkan
melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang
dicuri jika perbuatan mengakibatkan kematian, yang mana perbuatan tersebut
Terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut, Bahwa berawal saat Terdakwa dan
korban Andre Putra Hariyono janjian untuk karaokean di tempat hiburan malam
hingga berakhir dengan pencurian disertai kekerasan yang mengakibatkan hilangnya
nyawa seseorang yang pada pokoknya terdakwa menyesal terhadap perbuatan yang
telah dilakukan dan memohon kepada Majelis Hakim untuk memberikan hukuman
yang seringan-ringannya serta berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi.
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Perbuatan pembunuhan merupakan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
menghilangkan nyawa orang lain. Pasal dasar pembunuhan adalah Pasal 338 KUHP
yang kemudian ditambah unsur direncanakan terlebih dahulu dalam pasal 340
KUHPidana. Pembunuhan adalah merupakan istilah yang umum digunakan dalam
hukum pidana untuk mendeskripsikan tindak pidana kejahatan dimana
tersangka/terdakwa menyebabkan kematian pada orang lain. Karena besarnya dampak
negative pembunuhan, maka tidak mengherankan bila tindak pembunuhan tersebut
secara tegas dilarang oleh hukum positif yang sangat berat. Bahkan terhadap
pembunuhan berencana oleh ketentuan Pasal 340 KUHPidana, pelaku diancam dengan
hukuman mati. Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh kejahatan pembunuhan
adalah hilangnya nyawa si korban padahal nyawa adalah sesuatu milik yang paling
berharga bagi setiap orang. Karenanya adalah wajar bila masyarakat melalui norma
hukum positifnya melindungi nyawa setiap warganya dari segala upaya pelanggaran
oleh orang lain dengan memberi ancaman hukuman yang sangat berat kepada pelaku
pembunuhan. Tujuan pemidanaan menurut teori yang diambil dari ahli hukum pidana
adalah untuk pembalasan yang merupakan tuntutan mutlak dari kesusilaan terhadap
penjahat yang telah merugikan orang lain dengan pemidanaan, kemudian teori tujuan
yang berguna untuk pencegahan dan pendidikan dan teori gabungan, yang merupakan
gabungan teori pembalasan dan teori tujuan. Di dalam KUHP terdapat 2 (dua) macam
unsur yaitu unsur objektif yaitu menyangkut perbuatan sesuai keadaan dan unsur
subjektif yaitu menyangkut sisi batin pelaku, sengaja (dolus) dan tidak sengaja (culpa) .
Secara yuridis pertanggungjawaban tindak pidana pembunuhan berencana terdapat
dalam Pasal 340 KUHP, dipidana dengan hukuman mati atau dipenjara seumur hidup
atau penjara selamalamanya dua puluh tahun. Membedakan pembunuhan (Pasal 338
KUHP) dan pembunuhan direncanakan dapat dilihat jika pembunuhan biasa itu
dilakukan seketika sedangkan pembunuhan berencana, perbuatan menghilangkan
nyawa orang lain itu dilakukan setelah ada niat, kemudian mengatur rencana bagaimana
pembunuhan itu akan dilaksanakan dalam waktu luang yang dapat diperkirakan si
pelaku dapat berpikir dengan tenang.
B. Saran
Putusan Nomor.227/PID.B/2019/PN.Gsk
Yanri, F. B. (2017, Maret). Pembunuhan berencana. Hukum dan Keadilan, 4(1), 36-48.
Pieter, S., & Silambi, E. (2019). Pembuktian Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Berencana
Ditinjau Dari Kitab Udang-Undang Hukum Pidana. Jurnal Restorative Justice, 3(1), 75-91.
https://doi.org/10.35724/jrj.v3i1.1940