Anda di halaman 1dari 4

UAS HUKUM PEMBUKTIAN

Kasus perdata 1

PERTANYAAN
Jika kasus posisi tersebut di atas diajukan dan diperiksa perkaranya oleh pengadilan, dimana
setelah selesainya Tahap jawab-menjawab, maka persidangan dilanjutkan pada Tahap
pembuktian.
a. Siapa yang harus membuktikan, berikan dasar hukumnya.
b. Jika saudara ditunjuk sebagai Advokat, mewakili PT MMG menajukan Gugatan ke
Pengadilan, agar gugatannya tersebut menang, maka bukti apa saja yang harus saudara
persiapkan untuk memenangkan perkaranya ?
c. Dalam era teknologi informasi, bagaimana hukum memperlakukan bukti elektronik dalam
suatu persidangan atas kasus tersebut di atas.

JAWABAN

a. Pembuktian dalam hukum perdata adalah proses untuk membuktikan adanya fakta atau
kejadian yang menjadi dasar dalam suatu perkara perdata. Pembuktian ini bertujuan untuk
menguatkan atau melemahkan klaim atau dalil yang diajukan oleh salah satu pihak dalam
perkara perdata. Dalam proses pembuktian dalam hukum perdata, ada beberapa langkah
yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Pengajuan klaim atau tuntutan: Pihak yang merasa dirugikan dalam hal ini PT
MMG mengajukan klaim atau tuntutan terhadap MJ ke pengadilan. Klaim atau
tuntutan ini harus jelas dan didukung oleh fakta-fakta yang mendukung.
2. Pengumpulan bukti: Pihak yang mengajukan klaim (PT MMG) harus
mengumpulkan bukti-bukti yang dapat mendukung klaim tersebut. Bukti-bukti
ini bisa berupa dokumen, saksi, atau barang bukti lainnya. Pengumpulan bukti
ini harus dilakukan secara cermat dan teliti.
3. Pemeriksaan bukti: Hakim akan melakukan pemeriksaan terhadap bukti-bukti
yang diajukan oleh pihak-pihak yang bersengketa yaitu PT MMG dan MJ.
Hakim akan menilai keabsahan dan kekuatan bukti tersebut.
4. Persidangan: Persidangan akan dilakukan untuk mendengarkan keterangan
saksi-saksi dan ahli yang diajukan oleh pihak-pihak yang bersengketa. Pihak-
pihak yang bersengketa juga akan memiliki kesempatan untuk mengajukan
argumen dan menyampaikan klaim mereka.

Apabila ditinjau dari dasar hukum PT MMG menggugat MJ, maka yang harus melakukan
pembuktian lebih dahulu adalah PT MMG berdasarkan Pasal 163 HIR dan 283 RDG
disebutkan “barangsiapa mengatakan ia mempunyai hak, atau ia menyebutkan suatu
perbuatan untuk menguatkan haknya itu atau untuk membantah hak orang itu harus
membuktikan adanya hak atau kejadian itu. Dari pasal tersebut, telah jelas bahwa yang
perlu dibuktikan adalah hak atau peristiwa yang didalilkan oleh pihak-pihak yang
berperkara. Namun tidak semua hak atau peristiwa dibuktikan, hanya hak atau peristiwa
yang dibantah oleh pihak lawan. Dan juga bertitik tolak pada Pasal 163 HIR/ 283 RB, maka
pihak-pihak yang melakukan pembuktian adalah pihak penggugat dan tergugat. Sedangkan
hakim hanya memimpin persidangan tidak ikut melakukan pembuktian. Dalam pembagian
beban pembuktian, harus seimbang, tidak berat sebelah. Pembagian beban pembuktian
yang berat sebelah tentu akan membebani salah satu pihak sehingga akan menderita
kekalahan karena kesulitan untuk membuktikan. Halhal yang sulit dibuktikan adalah beban
yang bersifat negatif seperti tidak membayar, tidak menerima barang. Alangkah baiknya
pihak lawan yang membuktikan adanya peristiwa jual beli atau penyerahan barang.

b. Jika saya ditunjuk sebagai Advokat, mewakili PT MMG menajukan Gugatan ke


Pengadilan, agar gugatannya tersebut menang, maka bukti apa saja yang harus saya
persiapkan untuk memenangkan perkaranya adalah mengacu pada alat-alat Bukti dalam
pembuktian perkara perdata Dalam hukum acara perdata, telah diatur mengenai alat-alat
bukti yang dipergunakan dalam pembuktian perkara perdata. Alat-alat bukti merupakan
sarana untuk membuktikan. Alat-alt bukti ini diatur dalam Pasal 164 HIR, Pasal 284 RBG
dan Pasal 1866 BW antara lain:
a) Surat;
b) Saksi;
c) Persangkaan-persangkaan;
d) Pengakuan; dan
e) Sumpah.
Bukti apa saja yang harus saya persiapkan untuk memenangkan perkaranya adalah salah
satunya Di dalam HIR/RBG tidak dimuat tentang pengertian sesuatu dikatakan sebagai alat
bukti surat. Karena itu untuk menemukan pengertian alat bukti surat, dipakailah doktrin
atau pendapat para ahli hukum. Yang dimaksud dengan surat adalah sesuatu yang memuat
tanda yang dapat dibaca dan menyatakan suatu buah pikiran dimana buah pikiran tersebut
bisa dipakai sebagai pembuktian. Alat bukti surat ini ada dua jenis:

1. Akta; dan

2. Surat bukan akta

Bila melihat dalam kasus ini salah satu yang harus dibuktikan adalah surat perjanjian dalam
perjanjian kerjasama tertanggal 10 Mei 2018, masing-masing pihak telah menyetujui
bahwa PT. MMG sanggup mengirim beras sebanyak 10 ton perbulan dan langsung dikirim
ke toko dan sekaligus gudang beras-nya MJ yang terletak di Jalan Pelajar Pejuang nomer
109 Kota Bandung setiap tanggal 10 dan akan diserahkan faktur setiap pengirimannya.
Dalam Perjanjian tersebut ditentukan juga jangka waktunya adalah 3 tahun, dan
pembayarannya dilakukan setiap 3 x MJ menerima faktur pengiriman. Serta bukti kwitansi
adanya tunggakan pembayaran pengiriman beras sebelum bulan Agustus setelah dihitung-
hitung sejumlah Rp. 60.000.000,-. Yang membuat PT MMG menuntut denda
keterlambatan pembayaran sebesar 2.5% dari sisa tagihan yang kalau dihitung sejumlah
Rp. 60.000.000 x 2.5% = Rp. 1.500.000,- Selain itu MJ juga dituntut untuk membayar
kerugian secara ekonomis (immateriil) sejumlah 20% dari sisa tagihan tersebut yang
dihitung sejumlah Rp. 60.000.000 x 20% = Rp 12.000.000,-. Oleh karenanya bila
dijumlahkan seluruhnya MJ wajib membayar kepada PT MMG sejumlah Rp. 60.000.000
+ Rp. 1.500.000 + Rp. 12.000.000 = Rp. 73.500.000,0.

c. Didalam perkembangannya seiring dengan dinamika masyarakat, sehingga ketika


masyarakat berubah atau berkembang maka hukum harus berubah untuk menata semua
perkembangan yang terjadi dengan tertib di tengah pertumbuhan masyarakat modern.3
Globalisasi telah menjadi pendorong lahirnya era teknologi informasi, dimana hubungan
antara masyarakat dalam dimensi global tidak lagi dibatasi oleh batas-batas teritorial
negara (borderless). Hadirnya internet dengan segala fasilitas dan program yang
menyertainya, seperti e-mail, chating video, video teleconference, situs website, facebook,
dan sebagainya, telah memungkinkan dilakukannya komunikasi global tanpa mengenal
batas Negara. Sebagai respon terhadap perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi
yang demikian pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam
berbagai bidang yang secara langsung telah memengaruhi lahirnya bentuk- bentuk
perbuatan hukum baru, maka dibentuklah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang kemudian telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016. UU ITE telah menegaskan bahwa Informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik begitu juga hasil cetak dari informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik telah diakui menjadi alat bukti hukum yang sah dalam
undang-undang tersebut, sebagai “perluasan” terhadap alat bukti yang sah sesuai dengan
Hukum Acara yang berlaku di Indonesia. Lalu dilihat bukti elektronik dalam suatu
persidangan atas kasus tersebut di atas saya menyimpulkan bahwa sebagai berikut :
1. Eksistensi alat bukti elektronik, sebagaimana diatur Pasal 5 ayat (1) UU ITE,
berupa Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik begitu juga hasil
cetak dari informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik telah diakui
menjadi alat bukti hukum yang sah, sebagai ”perluasan” alat bukti yang sah
sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
2. Alat bukti elektronik (digital evidence) berupa hasil cetak/print out dari
informasi/dokumen elektronik sudah sangat lazim dipraktikkan pada Peradilan
dalam perkara perdata apapun.
3. Syarat formil alat bukti elektronik (digital evidence) tidak harus dalam bentuk
tertulis, hasil cetak/print out dari informasi/dokumen elektronik dimasukkan
pada bagian alat bukti tertulis/surat yang bermeterai pos (nazegelen)
dipertimbangkan sebagai bukti persangkaan atau sebagai bukti permulaan,
sedangkan syarat materiilnya adalah digital evidence harus dapat dijamin
keotentikannya, keutuhannya, dan ketersediaanya oleh saksi ahli digital
forensik.

Anda mungkin juga menyukai