Anda di halaman 1dari 18

Hukum Acara Perdata

6 Maret 2017

Tujuan pembuktian:

1. menemukan kebenaran suatu peristiwa yang disengketakan oleh para pihak yang berperkara.
2. Setalh suatu keberanan itu diperoleh, membantu hakim untuk mengkualifikasikan peristiwa
hukum tersebut termasuk dalam ranah hukum apa
3. Membantu hakim untuk membuat putusan yang bersifat menyelesaikan perkara yang
berbasisis pada peristiwa yang sudah dikemukan

Menghubungkan antara beban, penilaian, risiko, dan pembuktian?

Khusus mengenai pembuktian: harus bisa memastikan pembuktian dalam perkara pidana dan
perdata. Dalam perkara pidana: beyond reasonable doubt. Perdata: preponderance of evidence.
Dalam perkara pidana yang tegas disyarakatkan adalah keyakinan hakim. Sedangkan dalam
perkara perdata adalah lebih mengerah pada bukti-bukti yang bersifat formil. Itulah yang
kemudian yang menjadi ciri dari perdata dan pidana. Bahwa dalam hapid yang dicari adalah
kebenaran materil dalam artian dalam mencari kebenaran hakim tidak terikat semata-mata
kepada keterangan atau alat-alat bukti yang diajukan oleh jaksa, terdakwa. Persangkaan/alibi:
mementahkan dengan membuat pernyataan atas ketidakbenaran. Bahkan hakim dilarang
menerima pengakuan terdakwa dengan semata-mata karena tujuan dari peradilan pidana bukan
menyelesaikan sengketa melaikan adalah untuk membangun keyakinan tertentu karena itu kalau
ada keragu2an Hakim, maka dia harus memutus dengan pututsan yang menguntungkan terdakwa
(in dunio prorero)

Sedangkan dalam haper adalah kebeneran formil dalam artian hakim terikat dgn keterangan atay
alat buki yang djberikan para pihak dan terikata pada hal2 yang diakui dalam persengkataan di
antara pada pihak

Apakah benar sebenarnya dalam haper yang namanya keyakinan hakim benar2 tidak dipedulikan?

Padahal ada ketentuan dalam pasal 172 HIR, yang menyatakan bahwa segala hal dalam hk
memepengaruhi terhadap kesaksian seseorang dapat dijadikan pertimbangan dalam sikap menilai
keterangan saksi.

Beban pembuktian/ burden of evidence

Adanya pemisahan mengenai pihak2 yang membentuk familiy dan pihak2 yang mailai kebuthan
dan biaya, serta risik
Mzkz khuxk peran atau tugas hakim dalam haper:

2. memb atau membagaubeb pmbe kapad apara pojk atau memilijh pi yang diwahubjn hakim dan

2. menilai2 alat2 bukti yandan sekaligos menyemokpilkwn ewtu

Sepanjang yang menyangku peran pembuktian:

1. Menilai alat bukti


2. Membagau proker discussion

Mengenai beban pembuktian:

Pada konsep tentang beban pembukian :

a. Beban untuk mengajukan alat buki


b. Bahan untuk membuktikan

Kalau penggugat tidak dapat membuktikan peristiwa yang diajukan, maka IA harus dikalahkan
sebagaimana sebaliknya.

Coba hubungkan konsep tentang

1. Beban pembuktian
2. Penilaian pembuktian
3. Risiko pembuktian

Pertanyaan atas apakah Indonesia dalam hukum acara perdata menganut sistem pembuktian klasik
yaitu tertutup terbatas atau tidak?

Bahwa perkembangna sistem pembuktian yang dianut dalam kontinental adalah terbuka maksudnya
perancis dan belanda tidak lagi menyebutkan apa saja alat bukti yang diakui menurut UU secara satu
persatu/ tidak membuat limitasi.

Di perancis dan belanda ada perluasan contohnya rekaman elektronik dab testomonium de auditor.
Perancis diakui sistem avi davit. Misalnya di UU ITE: ada alat bukti elektronik

Awalnya indonesia sistemnya tertutup dan terbatas. Akan tetapi, sekaarng indonesia mennganut
sistem terbuka karena banyak alat2 bukti baru dalam dunia peradilan

13 Maret 2017

Untuk kondisi saat ini, tidak relevan lagi adanya pembatasn alat bukti. Jadi alat2 bukti dalam
perundang-undangan harus dipahami secara konstektual. Di beberapa negara yang menganut
sistemcivil law: ke arah yang lebih terbuka, tidak lagi disebutkan secara enomeratif alat bukti,
kebenaran tidak hanya dibuktikan oleh alak bukti tertentu, melainkan bisa apapun alat buktinya dan
bisa menerangkan mengenai peristiwa yang terjadi.

Alat bukti elektronk: data elekteronik, berkas, sistem kompeter yang dapat dibaca, email,
fotografi,dst

Jadi dalam sistem hukum indonesia sudah ada terobasan untuk memperluas alat bukti : adanya
putusan MA Tahun 1952, di dalam putusan itu intinya hakim tidak lagi berpegang teguh pada alat
bukti yang ada dalam UU.

1. Menilai pembuktian
2. Hakim harus mengetahui sifat kekuatan pembuktian

Ada 5 sifat kekuatan pembukti yang harus diperhatikan ketika hakim menilai pembuktian??
Lengkapin!!

1. Kekuatan pembuktian yang bersifat menentukan: kekuatan pembuktian yang lengkap dan
sempurna serta tidak memungkinkan pembutian lawan: kekuatan pembutian yang cukup bagi
kepastiaan bagi jyj cenan aka vujtitersebut, ptiwa yang daujuk hankimidak membrik
2. Kekuatan pembuktian yang lengkap atau sempurna: memberikan kepastian hukum
3. Kekuatan pembuktian yang kurang lemah:
4. Kekuatan pembuktian lawan
5. ??

Alat bukti perdata:

1. Keterangan Saksi
2. Alat bukti tertulis
3. Persangkaan
4. Pengakuan
5. Sumpah
6. Pemeriksaan Setempat
7. Keterangan Ahli

Alat bukti menurut G W Pattern:

1. Alat bukti oral (lisan)


2. Alat bukti dokumentari
3. Alat bukti materiil: alat bukti yang berwujud benda-benda konkret selain alat bukti tertulis

Sir Ronald Burrow:

1. Original evidence
2. Primary evidence: menunjukkan bahwa ada alat bukti yang primer, pengutamaan pada alat2
bukti tertententu sehingga hakim terikat pada alat bukti tersebut
3. Direct evidence: alat bukti yang langsung dapat membuktikan peristiwa yang ingin dibuktikan

Apa perbedaan kesaksian yang dikemukan oleh saksi dan kesaksian yang berdasarkan keahlian?

- Kesaksian: berdasarkan fakta bukan opin


- Saksi ahli: opini berdasarkan argumentasi tertentu

Pembagian beban pembuktian menurut sudikno, sebagai berikut

1. Teori yang terkait dengan beban pembuktian: teori pembuktian yang bersifat menguatkan
belaka (affirmatif): karena ada hubungannya dg siapa yang mendaku dialah yang
membuktikan
2. Teori hukum subjektif
3. Teori hukum objektif
4. Teori hukum publil
5. Teori hukum acara: melekat dengan asas audi et eperatum, yaitu kewajiban hakim untuk
mendengarkan para pihak dan hakim tidak boleh menyimpulkan suatu perkara dengan hanya
mendengarkan salah satu pihak. Hakim harus menyeimbangkan kedua belah pihak dalam
proses pembagain beban pembuktian

Alat bukti surat/tulisan:

1. Tanda baca
2. Argumentas, tanda baca
3. Dipergunakan sebagai pembuktian

Sudikno: segala sesuatu memuat tanda baca yang memuat segala curahan isi hati, menyampaikan
buah pikiran. (CARI)!

18 Maret 2017

Alat bukti menjadi:

1. Akta: tulisan yang dibuat sengaja untuk dijadikan bukti mengenai dasar suatu hak atau
hubungan hukum oleh pembuatnya. Dari definisi menganai akta tersebut setidaknya kita bisa
mengidentifikasi mengenai unsur yang paling penting agar suatu tulisan tertentu agar bisa
digolongkan sebagai akta setidaknya ada dua, yaitu adanya kesengajaan untuk membuatnya
sebagai bukti dan proses penandatangan untuk membuat akta.
a. Otentik : Akta yang dibuat oleh/ dihadapan yang diberi wewenang untuk itu dan dibuat
menurut ketentuan UU. Ari kata dibuat mengandung arti bahwa yang membuat akta
adalah pejabat yang bersangkutan dan berwenang melakukan itu. Artik kata dihadapan
yang membuat akta adalah para pihak sendiri tetapi disaksikan oleh pejabat yang
berwenang.
Unsur dari akta otentik yang disimpulkan dari definisi akta otentik:

- Dibuat oleh/ dihadapan pejabat yang berwenang


- Adanya kesengajaan sebagai bukti
- Unsur dari akta otentik bersifat partai (teridiri dari para pihak)
- Atas permintaan dari para pihak
- Mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat. (sempurna: ??
mengikat: sepanjang tidak dibuktikan dengan bukti lain)

Kebasahan yang menjadi alat bukti di pengadilan dia haru smemebuhi syarat-syarat
tertentu secara formil dan materil.

Syarat formil:

1. Pada prinsipnya bersifat partai (ada pengecualian) akta tersebut dibuat karena ada
kehendak dan kesepakatan dari sekurang-kurangnya dua pihak. Ada akta oktentik
yang bersifat non partai: akta yang dibuat oleh pejabat tertentu yang mempunyai
keweanangan berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu
2. Dibuat dihadapan pejabat tertentu
3. Memuat tanggal, hari, dan tahun pembuatan
4. Ditanda tangani oleh pejabat yang membuat
5. Di bawah tangan
6. Surat/tulisan bukan akta yang disebut sebagai surat secara sepihak
7. Membubuhkan nama si penanda tangan atau bisa juga membubuhkan paraf atau sidik
jari
8. Stempel atau cap yang dibubuhkan pejabat yang berwenang

Syarat materil:
1. berisi periswtiwa yang relevan dan erhubungan langsung dengan apa yang
disengketakan
2. Isinya tidak bertentangan dengan hukum, nilai-nilai kesusilaan, dan ketertiban
umum. Jika bertentangan, maka akta tersebut tidak ada nilai pembuktian
3. Pembuatan akta
4. Kesengajaan dari akta otentik dari 3 macam : kekuatan pembuktian materil,
pembuktian mengikat, ?????/

Jika ada pihak yang mengajukan akta otentik, tidak lagi diperlukan bukti tambahan dan hakim wajib
mempercayai kebenaran yang tertulis dakam akta sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya.

Implisit berarti bahwa untuk melakukan pembutian lawan terhadap akta haruslah dengan dibuktikan
dengan aakta yang lain,

Bukti permulaan; ??
Harus dikuatkan dengan bukti tambahan untuk memperkuat bukti

b. Bawah tangan: akta yang dibuat sendiri oleh para pihak yang berkepentingan tanpa
bantuan dari pejabat yang berwenang. Harus memenuhi syarat materil dan formil

Syarat formil:

1. Bersifat partai
2. Pembuatannya tidak dihadapan pejabat tertentu
3. Ada penandatanganan oleh kedua belah pihak
4. Bermaterai
5. Yurispudensi yang menetapkan bahwa akta dibawah tangan yang tidak bermaterai bukan
merupakan alat bukti yang sah

Syarat Materil:

1. ??? Apakah ada relevansi perkara yang sedang disengketan


2. Tidak beretentangan dengan kesusilaan, dengan hukum, nilai-nilai kesusilaan, dan ketertiban
umum. Jika bertentangan, maka akta tersebut tidak ada nilai pembuktian
3. Sengaja dibuat alat bukti

Pembuktian nsama dengan akta otentik jika isinya dan tanda tangannya diakui oleh pihak lawan

Akta dibawah tangan hanya jika isinya ada unsur pemaksaan ada unsur proses pemuatannya,
penipuan

Dokumen yang sepihak: ??

Syarat materil:

1. Ditulis sendiri oleh yang membuat atau menandatangani


2. Sekurang-kurangnya penandatangan menulis sendiri dengan huruf bukan dengan angka
tentang jumlah atau tentang sesuatu yang akan diberikan atau dilakukan
3. Diberi tanggal dan ditandantangani oleh si pembuat adapun syarat materiilnya sama isinya
berkaitan dengan relevan langsung dengan peristiwa yang disengketan dan tidak
bertentangan dengan...
4. Sengaja dibuat untuk alat bukti

Kekuatan pembuktian:

1. Jika akta sepihak tanda tangan dan diingkari oleh pihak lawan hanya menjadi bukti
permulaan: harus dilengkapi ala bukti yang lain
2. xxxxxxxxx

c. Surat bukan akta ???


2. Surat yang bukan akta

13 Maret 2017
ALAT BUKTI SAKSI

Kenapa alat bukti saksi itu penting/strattegis dalam mekanisme pembuktian di pengadilan?
a. Karena perbuatan hukum yang dilakukan masyarakat itu jarang menggunakan dokumentasi
secara tertulis (secara tidak tertulis dalam melakukan perjanjian), yaitu hanya dengan
kepercayaan saja.
b. Bahwa pembuktian dengan kesasksian, pada dasarnya diperkenankan dalam apa saja,
kecuali undan-undangan yang menentukan lain. Contoh: Pasal 150 KUHPerdata untuk
membuktikan persatuan harta kekayaan perkawinan harus dengan perjanjian kawin.
c. Jika diidentifikasi sebenarnya saksi-saksi yang datang ke pengadilan itu ada dua, yaitu saksi
yang secara kebetulan melihat atau mengalami sendiri suatu periswtiwa atau kejadiaan
yang harus dibuktikan kebenarannya di persidangan dan saksi yang sengaja diminta untuk
hadir menyaksikan suatu peristiwa/perbuatan hukum yang sedang berlangsung yang
kemudian disengkatan di persidangan

Definisi kesaksian

Kesaksian adalah pihak ke tiga yang memberikan keterangan yang dialami, didengar, dilihat
sendiri yang disampaikan dalam persidangan bersifat pribadi dan lisan untuk memberikan
kepastian kepada hakim.

Cak hasrul: kesaksian adalah keterangan pihak ketiga (yang bukan pihak-pihak berpekara) di
persidangan untuk memberikan kepastian kepada hakim dari peristiwa yang disengketan, secara
lisan, pribadi, dan mengenai hal-hal yang dialami dan diketahui sendiri

Unsur-unsur kesaksian:

1. Bahwa yang didengar keterangannya sebagai saksi adalah pihak ketiga dan tidak akan pernah
saksi itu adalah salah satu pihak yang bersengketa baik pihak formil maupun materil
2. Bahwa keterangan yang diberikan sebagai suatu kepastian haruslah mengenai peristiwa yang
dialami sendiri (Ratio Sciendi) dan bukan merupakan pendapat atau dugaan atau kesimpulan
yang diperoleh dengan menalar atau bukan Ratio Concludenci
3. Bahwa keterangan saksi harus diberikan secara lisan dan pribadi di persidangan karena itu
harus disampaikan sendiri dan tidak boleh diwakilkan atau diganti oleh orang lain
Lisan dan pribadi

Bagaiamana kalau seandainya kalu ada saksi yang tidak hadir dalam persidangan padahal sudah
dipanggil secara patut dan ketidakhadiran tersebut adalah ketidakhadiran tanpa alasan yang sah?

1. Dengan upaya paksa


2. Ganti kerugian

Kewajiban-kewajiban bagi seorang Saksi:

1. Menghadap ke pengadilan setelah dipanggil secara resmi dan patut


2. Diangkat sumpahnya pada saat akan memberikan keterangan di pengadilan
3. Memberikan keterangan yang benar

Sehingga jika kewajiban tersebut tidak dipenuhi akan ada konsekuensinya, yaitu dengan upaya
paksa atua ganti kerugian dan atau jika dia sudah disumpah tpi dia beri keterangan yang tidak
benar, yang bersangkutan bisa dituntut memberikan sumpah palsu

Syarat formil kesaksian:

1. Keterangan diberikan di sidang pengadilan


2. Bukan termasuk orang yang dilarang untuk didengarkan kesaksiaannya di pengadilan (yang
punya hubungan sedarah, semenda)
3. Ada orang yang sebenarnya berhak untuk mengundurkan diri untuk menjadi saksi tpai
kemudian ia tetap menjadi saksi maka dia harus menyatakan kesediannya sebagai saksi
(keluarga istri, keluarga suami sampai derajat ke dua, dan orang yang karena jabatannya
diharuskan menyimpan rahasia)
4. Kewajiban untuk mengangkat sumpah.

Syarat materil kesaksian:

1. Keterangan yang diberikan adalah yang dialami, didengar, dilihat sendiri oleh Saksi. Segala
hal yang tidak termasuk hal tersebut dianggap tidak memenuhi syarat meteriil atau yang
disebut Testimonium de Auditum (segala hal yang tidak dilihat, didengar, dan dilihat sendiri
atau kesaksian yang didapat dari orang lain).

Ada putusan dari pengadilan, yaitu Testimonium de Auditum tidak usah dijadikan sebagai
pembuktian karena bukan bagaimana cara mendapatkannya tetapi muatannya sehingga
diangap relevan dan penting. Oleh karenanya ada ahli yang berpendapat bahwa: Bukan
merupakan alat bukti dan tidak perlu dipertimbangkan sebuah keterangan semaam itu tidak
ada hubungannya dengan peristiwa yang dihadapi
Ada putusan MA yang menyatakan bahwa meskipun Testimonium de Auditum tidak dapat
digunakan sebagai bukti langsung, tetapi keterangan tersebut bisa menjadi semacam
persangkaan yang nanti dari persangkaan tersebutlah dibuktikan tentang sesuatu, jadi
Testimonium de Auditum itu tidak terlarang karena kalau menyimpulkan dari persangkaan
namun harus dengan alat bukti.

Pendapat dari Ahli Hukum: Testimonium de Auditum bisa disebut sebagai bukti langsung
apabila ia tidak berdiri sendiri. Maksudnya ada alat bukti yang menguatkan keterangan
tersebut dan melengkapi sehingga Hakim menarik dugaan bahwa telah terjadi peristiwa
tertentu.
2. Bahwa keterangan yang diberikan harus mempunyai sumber pengatahuan yang jelas atau logis.
Jika tidak begitu, maka dianggap sebagai alt bukti yang tidak sah dan tidak bernilai
3. Bahwa keterangan tersebut harus saling bersesuaian dengan alat bukti yang lain juga dengan
keterangan saksi yang lain
4. Adanya konsep unus testis nulus testis adalah seorang saksi bukan saksi. Bahwa dengan
demikian kalaupun ada 1 saksi dia tetap dianggap sebagai saksi tapi tidak boleh dianggap sbg
alat bukti yang sempurna oleh hakim. Keterangan yang hanya 1 orang saksi jika dipercaya oleh
Hakim tentu saja bersamaa dengan alat bukti yang lain baru menjadi alat bukti yang sempurna

Seberapa mengikat kesaksian saksi pada hakim? BEBAS. Diserahkan pada hakim untuk menilai apakah
keterangan yang diberikan seseorang dipercaya atau tidak. Jadi ada dua hak yang diperhatikan oleh
hakim untuk menilai kualitas keterangan saksi:

1. Apakah sudah bersesuaian antaran keterangan saksi 1 dengan saksi yang lain dan dengan alat
bukti yang lain
2. Kualifikasi dari si pemberi saksi karena tidak semua orang bisa menjadi saksi di pengadilan

25 Maret 2017
1. kalaupun ada kesasksian yang berdiri sendiri maka hakim harus mendudukkan kesaksian
tersebut didudukkan dengan satu yang lain
2. Secara substantiv keterangan satu dengan yang lainnya harus bersesuaian
3. Hal-hal yang terkait dengan rekam jejak dari saki terutama interpesonalnya dengan pihak
yang berpekara karena berhubungan dengan objketifikan kesaksikaan

PERSANGKAAN

- Kesimpulan mengenai kebenaran atau kenyataan tertentu yang diambil oleh hakim
berdasarkan fakta atau bukti yang terungkap dalam pengadilan. kesimpulan hakim tersebut
tidak bersifat absolut pada kesimpulan tersebut karena bisa saja dikalahkan atau lumpuh jika
ada bukti atau fakta lain yang menyatakan sebaliknya.
- Affirmatif: membenarkan suatu fakta tertentu
- Disaffirmatif: tidak membenarkan suatu fakta tertentu
- Bagaimana UU mengenai persangkaan?
- Pasal 19 dan 15 KuHperdata menjelaskan bahwa:
Persangkaan-persangkaan adalah kesimpulan yang oleh UU atau oleh hakim ditariknya dari
suatu peristiwa yang terkenal ke arah suatu peristiwa yang tidak terkenal

Karena persangkaan adalah salah satu penarikan kesimpulan, tetapi menurut Yahya Harahap
kesimpulan itu berasal dari fakta-fakta, maka persangkaan itu selain harus dicermati harus
juga diperhatikan oleh hakim kesesuaiaanya antara satu dengan yang lain sehingga valid
untuk menjatuhkan putusan tersebut.

Bahwa alat bukti persangkaan masih ada perbedaan pendapat, yaotu:


1. Bukan alat bukti tetapi hanya merupakan kesimppulan saja di mana yang dipakai sebagai
alat bukti sebenarnya bukan persangkaannya itu sendiri, tetapi alat2 bukti yang lain
seperti kesaksian atau surat pengakuan dari salah satu pihak
2. Persangkaan adalah alat bukti yang bersifat tidak langusng, misalnya membuktikan
ketidak hadiran sesorang pada suatu waktu di tempat tertentu dengan membuktikan
kebenaraan seseirang dengan waktu yang sama di tempat lain.

Ilmu hukum membagi persangkaan menjadi dua:

1. Menurut hukum atau UU (presumption of law): persangkaan yang oleh UU dihubungnkan


dengan perbuatan2 atau peristiwa2 ttt. Karena UU yang menentukan suatu peristiwa itu
valid atau tidak
- Perbuatan yang oleh UU dinyakatan batal karena sifat dan keadaanya dapapt diduga
dilakukan untuk ketentuan UU.
- Peristiwa yang menurut UU dapat disimpulkan untuk menetapkan kebebasan utang
Contohnya: bukti pembayaran tiga bulan terakhir
2. Menurut hakim (presumption of fact): kesimpulan yang ditarik oleh hakim berdasarkan
peristiwa atua kejadian ttt yang telah terungkap melalui bukti-bukti yang diajukan oleh
para pihak. Tidak mungkin bagi hakim untuk melakukan persangkaan yang bersidiri
sendiri dan tidak didukung oleh persangkaan yang lain (alat bukti yang lain).
Contoh: perzinaan. Karena kesulitan saksi yang menyaksiakan perzinaan tsb, maka untuk
membuktikan peristiwa tersbeut hakim perlu meliht adanya persangkaan, yaitu ada 2
pria dan wanita yang bukan suami istri yang menginap di satu kamar tidur dan 1 kasur
sudah dapat dipersangkaan telah terjadi perzinaan.

Hakim bebas dengan persangkaan (tidak mengikat). Berbeda dengan persangkaan


menurut UU tergantung bisa dibantah atau tidak
- Persangkaan menurut UU yang tidak bisa dibantah: perbuatan yang dinyakan batal
oleh UU karena perbuatan itu kalau dilihat dari sifat dan wujudnya saja dianggap
telah dilakuakn untuk menghindari ketentuan UU. (yang dihindari konsesusnya)
Misalnya: ketentuan dalam Pasal 1223 KUHPerdata yang mengatur bahwa perjanjian
yang dibuat atas dasar paksaan kepada salah satu pihak, maka pernjajian tsb
dianggap batal. Yang tidak dapat dibantah: sempurna, mengikat, dan menentukan
persangkaan tsb dia harus menjadi bukti permulaan, miniml 1 alat bukti lisan untuk
memenuhi batas miniml pembuktian

PENGAKUAN

Pengakuan adalah keterangan sepihak dari salah satu pihak berpekaera di man apihak
tersebut mengakui apa yang dikemukakan pada pihak lawan
Pengakuan yang dilakukan di dalam dan luar persidangan
Pengakuan tersebut tidak dapat ditarik kembali kecuali bisa dibuktikan bahwa
pengakuan tsb dilakuakn sbg akibat dari suatu kekhilafan mengenai dari hal-hal yg
terjadi

1. Pengakuan itu bersifat sepihak : tidak memerlukan persetujuan dari pihak lawan
2. Pengakuan bersifat pribadi atau diwakilkan
3. Pengakuan tersebut merupakan keterangan yang tegas dalam artian tidak boleh bersifat
diam-diam. Harus tegas karena adalah untuk memberikan kepastian suatu peristiwa.
4. Sedangkan isinya adlaah membenarkan peristiwa, hak-hak tertentu, hubungan hukum yang
diajukan oleh pihak lawan baik seluruh atau sebagian
5. Untuk pengakuan yang dilakuakn di depan persidangan: maka menurut ketentuan UU, bukti
tersebut SEMPURNA dan juga bersifat menentukan karena tidak dimungkinkan adanya bukti
lawan
6. Sedangkan untuk pengakuan di luar persidangan itu diserahkan pada hakim penilaiannya dan
dia kemudian dikategorikan secara bebas

Syarat Formil

1. Disampaikan dalam proses pemeriksaan perkara di persidangan


2. Pengakuan itu disampaikan oleh pihak yang bepekara ataupun kuasanaya dan bentuknya bisa
lisan atau tertulis

Syarat Materil:

1. Pengakuan tersebut berhubungan dengan pokok perkaraa


2. Tidak merupakan kebohongan ataupun kepalsuan yang nyata dan bersifat terang
3. Tidak bertentangan dengan hukum , kesusilaan, dan ketertiban umum
Jenis Pengakuan

1. Pengakuan murni dan bulat :


Yaitu yang sesungguhnya terhadap semua dalil gugatan yang diajukan oleh penggugat.
Murni: sungguh2 sesuai dengan keadaaan yang sebenarnya
Bulat: pengakuan yyang tidak disertai dengan keterangan yang membebaskan
2. Pengakuan yang berkualifikasi:
Maka hakim tidk puny kewenanagan secara
Keterangan dengan sangkalan terhadap dari tuntutan tergugat
3. Pengakuan yang berklausula
Pengakuan yang disertai keterangan tambahan yang bersifat membebaskan
Jawaban tergugat tentang hal pokok disertai dengan tambahan yang menjadi dasar penolakan
gugatan yang diajukan pengguugat
Contoh: Penggugat menyatakan telah beli rumah senilai 1 M dan telah mengadakan perjanjain
jual beli rumah tsb serta ditambah keterangan bahwa harga rumah tersebut telah dibayar
lunas

Menurut ketentuan UU, baik pengakuan berkualifikasi dan berklausula harus diterma secara
bulat dan tidak dipisah2kan karena akan melupuhkan dari pihak tergugat
Di dalam praktik sulit untuk menerapkan UU secara mutlak

Pengakuan yang membernarkan: semua dalil yang diajukan oleh penggugat

ALAT BUKTI SUMPAH


Tind

2 MEI 2017

SUMPAH

1. Sumpah dilakukan saksi: bukan sebagai alat bukti


2. Sumpah dilakukan oleh para pihak: jadi alat bukti

Sumpah dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Promisoir: sumpah untuk berjanji melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diucapkan
sebelum memberikan kesaksian (memberikan keterangan/pendapat yang benar oleh
saksi/ahli) untuk memberikan keterangan yang benar atau tidak lain mengatakan dari yang
sebenarnya
2. Assertoir/confirmatoir: sumpah untuk memberikan keterangan guna meneguhkan bahwa
sesuatu itu benar demikian adanya atau tidak benar. Dikategorikan sebagai sumpah alat bukti
karena fungsinya untuk meneguhkan sesuatu.

Di dalam HIR, dalam hukum acara perdata sumpah sebagai alat bukti itu dibagi menjadi 3:

1. Suppletoir: pelengkap -> sumpah yang diperintah oleh hakim karena jabatannya kepada salah
satu pihak yang berpekara untuk melengkapi pembuktian suatu peristiwa yang menjadi
sengketa di mana pembuktiannya belum lengkap
Di dalam ketentuan Pasal 1943 KUHPerdata, sumpah tidak dapat diwakili oleh orang lain.
Tapi, pihak yang disuruh hakim untuk sumpah,dapat menolaknya. Tapi harus dikalahkan
karena penolakannya, karena ini hanya merupakan wewenang hakim dan bukan kewajiban,
maka hakim tidak harus meminta kepad apara pihak untuk melakukan sumpah ini. Dengan
demikian, jika hakim mau meminta sumpah, harus ada bukti lain dulu sehingga alat bukti
yang ada itu dan dilengkapi dengan sumpah, maka jadi alat bukti yang semakin semourna.
Syarat formil:sjrat
a. Sumpah tersebut menguatkan alat bukti yang belum mencapai
b. Para pihak yang bepekara sudah tidak mampu lagi
c. Dikasih tau hanya

Syarat materil:

a. Pakai surat kuasa


b. Harus berkaitnadengan pokok perkra
c. Aestimatoir: penafsir ->

2. Desicoir: sumpah yang diminta oleh haim kepada penfffuat unrmentukan jumlah ganti
kerugian. Bersifat sempurna (masih memungkinkan adanya bukti. ]
Sumpahmem: adaoinamun, tidak adaasarjatau jawab
Sumpah yang dintaL dec

Di mana dalam sumpah ini dimungkinkan , di mana salah satu dintakaku duh mengembakudan
ketika ala tidka=i
K
Sumpah memutus: terjadi apabila tidak ada pembuktian sama sekali sehinga harus dicarikan
sebuh jalan kekuaru tntuk mekakukan ini. Akibat adalah kebenaran peristiwa yang akan pasti
Syarat formil:
1. Sama sekali tidak ada bukti oleh pihak2 yang berpekara
2. Pembebanan sumpah itu karena ada permintaan dari salah satu pihak
3. Sumpah tersebut diucapkan di depan sidang baik oleh pihak yang bepekara atau
kuasanya.
Syarat materil:

1. Isi dari sumpah itu mengenai perbuatan yang dilakukan sendiri atau bersama2 oleh pihak
yang berpekara
2. Berhub, dengan pokok sengketa yg sengketa yang berpekara

Harus bersifat pokok, memenuntaskan suatu perkara di pengadilan

Alat bukti keterangan ahli/expertise: keterangan dari pihak ketiga yang objektif dan
bertujuan untuj membantu hakim dalam pemeriksaan perkara dimana fungsiny adalah untuk
menambah pengetahuan hakim.

Perbedaan saksi dengan ahli: dapat atau tidak dapat diganti oleh pihak lain. Posisi seorang
saksi ahli dapat diganti dengan seorang ahli yang lain mempunyai kemampuan di bidang yang sama
sedangkan saksi yang lain tidak dapat digantikan karena sifatnya menerangkan kesaksian yang
pribadi, yaitu yang ia lihat,dengar,dan alami. Lalu, dari kategorisasinya mengenai apakah dia
termasuk alat bukti tertulis atau lisan. Keterangan tertulis ahli tidak termasuk dalam dalam alat bukti
tulisan, sedangkan saksi biasa dengan keterangan lewat tulisan merupakan alat bukti tertulis. Saksi
menerangkan keterangan dan ahli menerangkan pendapatnya sesuai dengan ilmu yang ia tahu. Ahli
harus mempunyai kemampuan dalam bidangnya. Asas nulus testis unus testis, tidak berlaku pada ahli
sedankan untuk saksi berlaku. Terhadap keterangan saksi ahli hakim bebas untuk mendengarkan atau
tidak, sednagkan thdp kesaksian dari saksi biasa, hakim terikat untuk mendengar keterangan ,
peristiwa, yang relevan yang dikemukanan oleh saksi.

4 Mei 2017

PEMERIKSAAN SETEMPAT

1. Pemeriksaan setempat/descente: mememastikan sesuatu yang ada dalam dokumen


persidanagan hak itu perlu diklarivikasi dengan peninajauan lapangan sama atau tidak.
2. Bahwa pemeriksaan perakra oleh hakim karena jabatannya yang dilakuakn di ruang gedung
atau tempat kedudukan pengadilan agar hakim melihat sendiri memperoleh gambaran atau
keterangan yang memberi kepastian mengenai peristiwa yang disengketakan
3. Tujuan dilakukannya pemeriksaan setempat: untuk meyakinkan hakim mengenai objek
perkara, yaitu letaknya objek perkara, batas2nya objek perkara, keadaan faktualnya, luas,
dan kemungkinan terjadinya perubahan objek perkara yang terjadi namun tidak mengurangi
esensinya. Termasuk juga Status kepemlikan objek tersebut, riwayat kepemilikan.
4. Dari pejelasan tujuannya, maka kita bisa menyimpulkan bahwa berdasarkan sifatnya,yaitu
pemeriksaan setempat kecendurungannya mengarah ke pemeriksaan atas barang2 tidak
bergerak semacam tanah dan bangunan.
5. Dalam permohonannya harus disertai alasan kenapa dilakukan pemeriksaan setempat
sehingga hakim dapat memutus apakah memang perlu diadakannya pemeriksaan setempat
6. Permohonan dijawab dengan penetapan
7. Diskresi: permohonan dimintakan oleh penggugat, tergugat, atau hakim.
8. Pembiayaan: dilakukan sebelum pemeriksaan oleh pihak yang mengajukan
9. Jika pemeriksaan setempat dari hakim: hakim yang menentukan siapa yang dibebani
membiaya pemeriksaan tapi hakim harus bijaksana dalam menentukannya. Ukuran:
kepatutan pembayaran (standar ekonomi)
10. Harus memberitahu aparat negara setempat
11. Adanya pendelegasian jika melakukan di tempat lain (bukan yuridiksi PN sebelumnya)
12. Kekuatan pembuktian:
a. Dijadikan pertimbangan putusan (berdasarkan pada kebebasan hakim)-> Hakim bisa
memakai atau menghiraukan hasil pemeriksaan setempat tersebut
b. Dasar dijadikannya untuk mengabulkan gugatan
c. Dapat dipergunakan untuk menentukan luas

17 Mei 2017

Bentuk putusan sela:

1. Putusan praeparatoir: putusan sela yang dijatuhkan oleh halim sebagai persiapan jalannya
pemeriksaan. Maksud dari putusan ini adalah agar segala tahapan dan batasan dalam segala
pemeriksaan perkara menjadi semakin jelas dan dipahami oleh para pihak sehingga
persidangan akan dilakukan dengan lancar. Timtable mengenai proses pemeriksaan yang
wajib dipatuhi oleh para pihak demi kelancaran persidangan. Karena bersifat untuk
memperlancar persidangan, maka putusan ini tidak ada pengaruhnya dengan pokok perkara
atau putusan akhir yang akan dikeluarkan di akhir persidangan.
Contoh: putusan untuk menggabungkan dua perkara, atau menolak pengudnuran saksi-saksi
2. Putusan interlocutoir: isinya mmerintahkan pembuktian tertentu dan tentu saja akan
mempenagruhi putusan ahkir tapi tidak mempeharui substansi perkara.
Contoh: pemeriksaan setempat, pemerintah untuk mengucapkan sumpah
3. Putusan insidentil: putusan yang merupakan jawaban dari majelis hakim terhadap adanya
tuntutan atau gugatan isidentil tertentu pada saat persidangan berlangsung.
Contoh: ada pihak yang mengajukan intervensi sebagai invenient, maka harus ada putusan
isidental oleh hakim untuk meresponnya karena ada pihak yang ikut dalam persidangan
tersebut.
4. Putusan provisi: tuntutan yang dikemukaan oleh para pihak agar untuk sementara diklakukan
tindakan-tindajan di oli penfahulian teretejtu atu
Putusan tidak menyinggung pokok perkara

Isi putusan:
- putusan yang isinya mengabulkan gugatan tertentu. Bahwa gugatan yang diajukan ke
pengadilan dapt dibuktikan dalilnya
- putusan yang isinya menolak sebagaian atau seluruhnya
- putusan tentang perdamaian: mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa sebelum
adanya putusan

cari sendiri:

1. kekuatan mengikat suatu putusan:


2. kekuatan pembuktian: akta dibuat oleh pejabat yang berwenang. Kekuatan mengikat kepada
siapa tersebut dan juga relevan dengan asas yang menyerankan bahwa res judicata
proveritate habitur (putusan harus dianggap benar sebelum ada putusan yang lebih tinggi).
Positif: mengikat para pihak. Negatif: bahwa dengan putusan tersebut hakim tidak boleh
memutus perkara yang pernah diputus sebelumnya diantara para phak yang sama serta
mengenai pokok perakra yng sama
3. kekuatan eksekutorial: hanya putusan yang mempunyai kekuatan eksekutorial harus ada frasa
demi keadlian berdasarkan ketuhanan yang maha esa

eksekusi pada hakikatnya adalah realisasi kewajiban dari pihak yang kalah untuk memnuhi prestasi
tertentu yang tercantum dalam suatu putusan.

Semetra pihak yang menang dapat memohonkan eksekusi kepada Pengadilan yang memutus perkara
untuk melaksanakan putusan secara paksa.

Eksekusi adalah hal menjalankan putusan pengadilan yang sudah berkuatan hukum tetap di mana
putusan pengadilan yang dieksekusi adalah putusan yang mengandung perintah atau hukuman kepada
salah satu pihak untuk membayar sejumlah uang atau memerintahkan tindakan tertentu di mana
pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan secara putusan sukarela sehingga diperlukan upaya
paksa untuk melaksanakanyya.

Ilmu pengatahuan mengidentifikasi beberapa point penting yang menjadi peganagn piihak pengadilan
dalam melaksanakan eksekusi:

1. Putusan pengadilan yang akan dieksuksi adalah putusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap. Artinya adalah putusan ini disebut litis finiri opperte (tidak boleh lagi disengketakan
oleh pihak-pihak yang berpekara)
2. Ada ketidaksukarelaan dari pihak yang kalah untuk menjalankan putusan atau melakukan
ekskusi yang kemudian diperlukan upaya paksa
3. Yang akan dieksekusi adalah putusan yang di dalamnya mengandung amar yang bersifat
kondemnatoir.
4. Eksekusi dilakuakn di bawah pimpinan ketua pengadilan.
Pengadilan yang berhak memutus adalah yang sesuai kompetensi relatif sehingga kalau ada
eksekusi maka akan ada surat ketetapn ketua pengadilan yang diberikan kepada panitera
atau jurus sita agar segera melakukan eksekusi dan eksekusi tersebut dilaksanakan di bawah
pimpinan pengadilan.
Kadang2 terhadap asas2 tertentu di dalam haper, memungkinkan apa yang disebut dengan
pengecualian. Dari 4 asas eksekusi tersebut, untuk asas yang ke-1 ada pengecualiannya yaitu
dalam hal:
a. Terhadap pelaksanaan putusan serta merta (Uit Voerbaar bij Vorrad)
Mungkin saja hakim langsung mengeluarkan putusan yang isinya pelaksanaan serta merta
tanpa menunggu tiba pada tahapan putusan yang berkekuatan hukum tetap, tetapi
basisnya sejak awal ada permohonan dari pihak tergugat yang meminta supaya hakim
mengeluarkan putusan serta merta. Maka dimungkinkan eksekusi terhadap putusan yang
belum berkekuatan hukum tetap.
b. Pelaksanaan putusan provisi
c. Terhadap pelaksanaan putusan perdamaian:
Eksekusi bisa langsung dilakukan
d. Pengecualian terhadap putusan berkekuatan hukum tetap terhadap grose akta

Jenis-jenis eksukusi:

1. Terhadap putsan yang menghukum pihak yang dikalahkan untuk membayar sejumlah uang
2. Putusan yang menghukum pihak yang kalah untuk melakukan perbuatan tertentu
3. Eksekusi riil: pelaksanaan putusan hakim yang mengosongkan benda tetap kepada pihak yang
kalah di mana pihak tersebut tidak melaksanakan secara suka rela. Dari eksekusi rill lahir
konsep penjualan lelang
Untuk melaksanakan eksuksi ini, ada beberapa prosedur yang harus dilakukan:
a. Basisnya haru ada permohonan dari pihak yang menang dan diajukan ke ketua pengadilan
b. Penafsiran biaya eksekusi. Sebelum pihak pengadilan mengajukan permohonan eksekusi
dia harus melakukan penafsirana biaya eksekusi dulu.
c. Aanmaning: tindakan dan upaya lebih lanjut yang dilakukan oleh ketua pengadilan berupa
teguran kepada pihak yang kalah agar melaksanakan isi putusan secara suka rela.
Biasanya dilakukan dengan memanggil pihak yang kalah dulu dengan menentukan hari,
tanggal, dan jam persidangan di dalam surat panggilan. Maksudnya bahwa ketika
pengadilan mengeluarkan penetapan aanmaning, maka dia akan melakuakn beberapa
prosedur aanmaning, yaitu:
- Melakukan sidang isidental
- Memberikan peringatan atau teguran supaya pihak yang dimohonkan menjalankan
putusan hakim dalam waktu tertentu (8hari)
- Membuat berita acara tentang aamaning, fungsinya adalah sebagai bukti otentik
bahwa pengadilan telah melaukan semacam peringatan dan nanti BA itu akan
menjadi alasan bagi pengadilan untuk mengeluarkan surat perintah eksekusi.
Bagaimana pihak yang sudah dipanggil secaa layak tapi pihak tersebut tidak hadir
dalam sidang isidental? Maka akan dipanggil 3x, secara ex officio bahwa ketua
pengadilan langsung mengeluarkan surat penetapan pelaksanaan eksekusi, artinya
tahapan berikutnya adalah setalh melakukan tahapan aan maning, ketua pengadilan
mengeluarkan surat perintah eksekuti kepada panitera/juru sita.
Surat perintah harus diperhatikan beberapa hal:
1. Ditujukkan kepada panitera/juru sita yang namanya harus disebut
2. Nomor perkara yang dieksekusi dan objek barangnya
3. Perintah eksekusi dilakukan di tempat di mana barang tersebut/objek yang
dieksekusi itu berada

Beberapa masalah yang mungkn timbul dalam pelaksanaan eksekusi :

1. Pendelegasian ekekusi: eksekusi yang dilakukan dengan melalui pendelegasian atau minta
bantuan kepada PN yang lain untuk melaksanakan eksuksi dengn justifikasi surat penetapan
yang disampaikan ke PN tersebut.
2. Eksekusi tidak dapat dijalankan: objek eksukusi itu sudah tidak ada (karena bencana alam,
sudah dialihkan ke pihak laiin)
3. Hakim lalai ataaupun lupa amar putusan yang bersifat kondemnatoir.
4. Terjadi perubahan status mengenai objek eksekusi (dari tanah privat ke tanah negara)
5. Objek eksekusi berada di LN.
6. Ada dua putusan yang saling bertentangan (secara logika tidak masuk akal)
7. Pengulangan (kalau terjadi kekeliruan) atau penundaan eksekusi
8. Menunda eksuksi (alasan kemanusiaan)
9. Tiba2 ada perlawanan dari pihak ke 3 dan perlawanan tersbeut dianggap valid karena terkait
dengan hak milik tertentu

Pelajari:

1. Kenapa upaya hukum harus disediakan dalam persidangan


2. Alasan2 untuk melakukan upaya hukum ttt: biasa dan luar biasa (beda dan alasan) contoh,
kasasi
3. Memastikan perbedaan antara forum dari mekanisme upaya hukum yang terkait dengan
judex facti dan jusdex juris

Anda mungkin juga menyukai