Anda di halaman 1dari 15

PERIHAL

PEMBUKTIAN

DR. H. DANIALSYAH, S.H.,M.H


1. Arti dan Prinsip pembuktian serta alat-alat bukti
 Dalam proses perdata, salah satu tugas Hakim adalah untuk
menyelidiki apakah suatu hubungan hukum menjadi dasar
gugatan benar-benar ada atau tidak. Adanya hubungan hukum
inilah yang harus terbukti apabila penggugat menginginkan
kemenangan dalam suatu perkara. Apabila penggugat berhasil
untuk membuktikan dalil-dalinya yang menjadi dasar
gugatannya, gugatannya akan dikabulkan.
 Dalam soal pembuktian tidak selalu pihak penggugat saja yang
harus membuktikan dalilnya. Hakim yang memeriksa perkara itu
yang akan menentukan siapa di antara pihak-pihak yang
berperkara akan diwajibkan untuk memberi bukti, apakah itu
pihak penggugat atau sebaliknya, yaitu pihak tergugat.
 Di dalam soal menjatuhkan beban pembuktian, hakim harus
bertindak arif dan bijaksana, serta tidak boleh berat sebelah.
Semua peristiwa dan keadaan yang konkrit harus diperhatikan
secara seksama olehnya.
 Selain untuk hal-hal yang telah diakui atau setidak-tidaknya tidak
disangkal, masih terdapat suatu hal lagi yang tidak harus
dibuktikan, ialah berupa hal-hal atau keadaan-keadaan yang telah
diakui oleh khalayak ramai. Hal yang disebut terakhir ini dalam
hukum acara perdata disebut fakta notoir.
 Menurut Prof. Mr. A. Pito dalam bukunya “Bewijs En Verjaring
Naar Het Nederlands Burgerlijk Wetboek”. Halaman 16,
mengatakan bahwa tidaklah termasuk dalam “notoire feiten” itu
peristiwa-peristiwa yang secara kebetulan diketahui oleh hakim
yang bersangkutan, atau ia menyaksikannya ketika terjadi atau
hakim yang bersangkutan mempunyai keahlian perihal suatu
kejadian/keadaan.
 Ditilik dari apa yang telah diuraikan di atas ternyata bahwa
soal membuktikan suatu peristiwa, mengenai adanya suatu
hubungan hukum, adalah suatu cara untuk meyakinkan hakim
akan kebenaran dalil-dalil yang menjadi dasar gugat, atau
dalil-dalil yang dipergunakan untuk menyangkal tentang
kebenaran dalil-dalil yang telah dikemukakan oleh pihak
lawan.
 Dalam pasal 162 H.I.R berbunyi, bahwa tentang bukti dan
tentang menerima atau menolak alat bukti dalam perkara
perdata, hendaklah pengadilan negeri memperhatikan
peraturan pokok yang berikut ini. Ketentuan dari pasal
tersebut diatas merupakan perintah kepada hakim untuk dalam
hal hukum pembuktian harus berpokok pangkal kepada
peraturan-peraturan yang terdapat dalam H.I.R yaitu pasal 163
dan seterusnya. Pasal yang terpenting dalam peraturan pokok
yang mengatur tentang bukti, adalah Pasal 163 H.I.R
 Dalam pasal 163 H.I.R terdapat azas “siapa yang
mendalilkan sesuatu dia harus membuktikannya”. Secara
sepintas lalu, azas tersebut “kelihatannya” sangat mudah.
Sesungguhnya dalam praktek merupakan hal yang sangat
sukar untuk menentukan secara tepat, siap yang harus
dibebani kewajiban untuk membuktikan sesuatu.
 Bukti-bukti apa saja yang dapat dihaturkan di persidangan?
 Perihal tersebut dijawab oleh pasal 164 H.I.R yang
menyebutkan 5 macam alat-alat bukti, ialah:
1. Bukti surat;
2. Bukti saksi;
3. Persangkaan;
4. Pengakuan ;
5. Sumpahan.
 Dalam praktek masih terdapat satu macam
alat bukti lagi yang sering dipergunakan,
ialah “Pengetahuan Hakim”.
 Yang dimaksud dengan “Pengetahuan
hakim” adalah hal atau keadaan yang
diketahuinya sendiri oleh hakim dalam
sidang, misalnya hakim melihat sendiri
pada waktu melakukan pemeriksaaan
setempat bahwa benar ada barang-barang
penggugat yang dirusak oleh tergugat dan
sampai seberapa jauh kerusakannya itu.
1. Bukti Surat
o Pengertian dan kedudukan surat biasa, akta otentik dan akta
dibawah tangan.
 Pasal 137 H.I.R berbunyi: “Kedua belah pihak boleh timbal
balik menuntut melihat surat keterangan lawannya yang
untuk maksud itu diserahkan kepada hakim.
 Pasal tersebut di atas memungkinkan kepada kedua belah
pihak untuk minta dari pihak lawan agar diserahkan kepada
hakim surat-surat yang berhubungan dengan perkara yang
sedang diperiksa agar ia dapat meyakinkan isi surat-surat
tersebut, serta memeriksa apakah ada alasan untuk
menyangkal keabsahan surat-surat tersebut.
 Jika ada sangkal yang beralasan, bahwa surat tersebut
adaalah palsu atau dipalsukan oleh orang yang masih hidup,
maka surat tersebut dikirimkan kepada jaksa untuk
dilaksanakan penuntutan sebagaimana mestinya. Apabila
terjadi hal itu, pemeriksaan perkara perdata, untuk sementara
ditangguhakan, sampai perkara pidananya diputus.
 Dalam proses perdata bukti tulisan merupakan bukti yang
penting dan utama. Dalam praktek dikenal macam-macam
surat yang dalam hukum acara perdata dibagi dalam 3
kelompok, dengan perkataan lain hukum acara perdata
mengenal 3 macam surat ialah:
1. Surat biasa;
2. Akat otentik;
3. Akta di bawah tangan.
 Perbedaan dari ketiga macam surat ini, yaitu dalam
kelompok mana suatu tulisan termasuk, itu tergantung
dari cara pembuatannya. Sehelai surat biasa dibuat
tidak dengan maksud untuk dijadikan bukti. Apabila
kemudian surat itu dijadikan bukti, hal itu merupakan
suatu kebetulan saja. Contohnya surat-surat cinta,
surat-surat sehubungan dengan korespondensi dagang
dan sebagainya.
 Berbeda dengan surat biasa, sehelai akta dibuat
dengan sengaja, untuk dijadikan bukti. Belumlah tentu
bahwa akta itu, pada suatu waktu akan dipergunakan
sebagai bukti di persidangan, akan tetapi suatu akta
merupakan bukti bahwa suatu peristiwa hukum telah
dilakukan, dan akta itu adalah buktinya.
 Pasal 165 H.I.R memuat suatu definisi apa yang
dimaksud dengan akta otentik, yang berbunyi sebagai
berikut: “Akta otentik, yaitu surat yang diperbuat oleh
atau di hadapan pegawai umum yang berkuasa akan
membuatnya, mewujudkan bukti-bukti yang cukup
bagi kedua belah pihak dan ahliwarisnya serta sekalian
orang yang mendapat hak daripadanya.
 Akta otentik yang dibuat oleh dan ada yang dibuat
dihadapan pegawai umum yang berkuasa membuatnya.
Akata otentik yang dibuat “oleh” misalnya adalah surat
panggilan jurista, surat putusan hakim, sedangkan akta
perkawinan dibuat dihadapan pegawai pencatat nikah
dan surat perjanjian dibuat dihadpan Notaris. Pegawai
umum yang dimaksud disini adalah notaris, hakim,
jurista, pegawai catatan sipil dan sebagainya.
o Akta otentik merupakan bukti yang cukup, itu berarti
bahwa dengan dihaturkannya akta kelahiran anak,
misalnya sudah terbukti secara sempurna tentang
kelahiran anak tersebut, dan perihal itu tidak perlu
menambah pembuktian lagi.
o Akta otentik tidak hanya membuktikan bahwa para
pihak sudah menerangkan apa yang dituliskan dalam
akta tersebut, tetapi juga bahwa apa yang diterangkan
adalah benar. Contohnya dalam hal jual-beli
o Akta otentik mempunyai kekuatan bukti formil dan
materiil. Formilnya yaitu bahwa benar para pihak sudah
menerangkan apa yang ditulis dalam akta itu. Materiil,
bahwa apa yang diterangkan tadi adalah benar.
 Akta otentik mempunyai 3 macam kekuatan pembuktian,
yakni:
1. Kekuatan pembuktian formil. Membuktikan antara pihak
membawa mereka sudah menerangkan apa yang ditulis dalam
akta tersebut.
2. Kekuatan pembuktian materiil. Membuktikan antara para
pihak, bahwa benar-benar peristiwa yang tersebut dalam akta
itu telah terjadi.
3. Kekuatan mengikat. Membuktikan antara para pihak dan
pihak ketiga, bahwa pada tanggal yang tersebut dalam akta
yang bersangkutan telah menghadap kepada pegawai umum
tadi dan menerangkan apa yang ditulis dalam akta tersebut.
- Oleh karena menyangkut pihak ketiga, maka disebutkan
bahwa kata otentik mempunyai kekuatan pembuktian keluar
(orang luar).
 Dalam akta otentik tandatangan tidak merupakan persoalan,
akan tetapi dalam akta dibawah tangan pemeriksaan tentang
benar tidaknya akta yang bersangkutan telah ditandatangani
oleh yang bersangkutan merupakan acara pertama. Apabila
tandatangan yang terdapat dalam akta dibawah tangan
disangkal oleh pihak yang menandatangani akta tersebut
sebagai pihak, maka mengajukan akta dibawah tangan itu
harus berusaha membuktikan kebenaran dari tandatangan
tersebut, dengan pperkataan lain, apabila tandatangan
disangkal, maka hakim harus memeriksa kebenaran
tandatangan tersebut.
 Akta di bawah tangan dapat dibubuhi pernyataan oleh seorang
notaris, atau pegawai lain yang ditunjuk oleh undang-undang dan
dibukukan menurut aturan yang diadakan oleh undang-undang.
 Dengan penandatangan suatu akta dipersamakan suatu cap
jempol, yang dibubuhi pertanyaan yang bertanggal oleh notaris,
hakim, bupati kepala daerah atau walikota, dari mana ternyata
bahwa pejabat tersebut kenal kepada pembubuh cap jempol
tersebut atau bahwa orang tersebut telah diperkenalkan
kepadanya, bahwa isinya akta telah dijelaskan kepada orang
tersebut dan bahwa setelah itu cap jempol tersebut dibubuhkan di
hadapan pejabat tadi. Akta tersebut kemudian harus dibukukan
dalam buku khusus yang disediakan guna keperluan itu.
 Surat-suratlainnya yang bukan merupakan akta, dalam hukum
pembuktian mempunyai nilai pembuktian sebagai bukti bebas.
Dalam praktek surat-surat semacam itu sering dipergunakan untuk
menyusun prasangka.
 Thank’s 

Anda mungkin juga menyukai