1
b. Bukti saksi
c. Persangkaan
d. Pengakuan
e. Sumpah
Bukti tulisan ditempatkan pada urutan pertama. Hal ini sesuai kenyataan jenis surat atau
akta dalam perkara perdata, memegang peran yang penting. Semua kegiatan menyangkut
bidang perdata, sengaja dicatat atau dituliskan dalam surat atau akta. Setiap perjanjian
transaksi jual-beli, sewa-menyewa, penghibaan, asuransi,perkawinan,kelahiran dan
kematian, sengaja dibuat dalam bentuk tertulis dengan maksud sebagai alat bukti atas
transaksi atau peristiwa hubungan hukum yang terjadi. Apabila suatu ketika timbul sengketa
atas peristiwa itu, dapat dibuktikan permasalahan dan kebenarannya oleh akta yang
bersangkutan. Dalam perkara perdata alat bukti yang paling dominan adalah alat bukti surat.
Sedangkan saksi, pada dasarnya tidak begitu berperan, terutama dalam perkara transaksi
bisnis. Barang kali lebih berperan lagi alat bukti persangkaan dibanding dengan saksi.
3. Bukti Langsung dan Tidak Langsung
Ditinjau dari segi sifatnya alat bukti, dapat diklasifikasi sebagai berikut :
a. Alat Bukti Langsung
Disebut sebagai alat bukti langsung, karena diajukan secara fisik oleh pihak yang
berkepentingan di persidangan. Alat buktinya diajukan dalam proses pemeriksaan seca
fisik. Yang tergolong alat bukti langsung adalah :
1) Alat bukti surat
2) Alat bukti saksi
Pihak yang berkepentingan membawa dan menyerahkan alat bukti surat yang
diperlukan di persidangan. Apabila tidak ada alat bukti surat atau alat bukti itu belum
mencukupi atau mencapai batas minimal pembuktian maka pihak yang
berkepentingan dapat menyempurnakannya dengan cara menghadirkan saksi secara
fisik di persidangan,, untuk memberi keterangan yanag diperlukan tentang hal yang
dialami, dilihat dan didengar saksi sendiri tentang perkara yang disengketakan.
b. Alat bukti tidak langsung
2
Yaitu pembuktian yang diajukan tidak bersifat fisik, tetapi diperoleh sebagai kesimpulan
dari hal atau peristiwa yang terjadi di persidangan. Yang termasuk pada kelompok ini
adalah alat bukti persangkaan.
Begitu juga pengakuan, termasuk alat bukti tidak langsung, bahkan dasri sifat dan
bentuknya, pengakuan tidak tepat disebut alat bukti. Kenapa ? Karena pada dasarnya
pengakuan bukan berfungsi membuktikan dalil tetapi pembebasan pihak lawan untuk
membuktikan hal yang diakui pihak lain. Jika tergugat mengakui dalil penggugat pada
dasarnya tergugat bukan membuktikan kebenaran dalil tersebut, tetapi membebaskan
penggugat dari kewajiban beban pembuktian untuk membuktikan dalil yang dimaksud.
Sama halnya dengan sumpah. Selain digolongkan pada alat bukti tidak langsung, pada
dasarnya tidak tepat disebut sebagai alat bukti, karena sifatnya saja bukan alat
bukti.Lebih tepat disebut sebagai kesimpulan dari suatu kejadian. Dalam hal ini, dengan
diucapkannya sumpah yang menentukan atau sumpah tambahan, maka dari peristiwa
pengucapan sumpah itu disimpulkan adanya suatu kebenaran tentang yang dinyatakan
dalam lafal sumpah.
3
bukti dalam berperkara, tetapi meliputi tulisan yang tercantum pada bahan di luar
kertas.
d.Ditanda tangani pihak yang membuat
Tulisan itu harus ditanda tangani pihak yang terlibat dalam pembuatannya. Suatu
surat yang memuat pernyataan atau kesepakatan yang jelas, tetapi tidak ditanda
tangani, ditinjau dari segi hukum pembuktian, tidak sempurna sebagai surat atau
akta sehingga tidak sah dipergunakan sebagai alat bukti surat atau tulisan.
Apabila surat itu merupakan kesepakatan antara dua belah pihak maka surat itu
harus ditanda tangani oleh dua belah pihak.
Sesuai dengan perkembangan hukum pembuktian, foto dan peta sudah dapat
diterima sebagai alat bukti, meskipun tidak dikategorikan sebagai alat bukti surat
sepanjang mempunyai koneksitas yang erat dengan perkara yang disengeketakan.
f. Mencantumkan tanggal.
2. Pengertian tanda tangan
Salah satu syarat pokok surat sebagai alat bukti, harus tercantum didalamnya tanda
tangan. Tanpa tanda tangan, suatu surat tidak sah sebagai alat bukti tulisan.
a. Tanda tangan terdiri dari nama penanda tangan
b. Cap jempol disamakan dengan tanda tangan
Pasal 1874 ayat (2) KUH Perdata atau Pasal 286 ayat (2) RBg, dengan tegas
mempersamakan cap jempol dengan tanda tangan.
Ketentuan tersebut mengatakan hal berikut :
- Dengan penanda tangan sepucuk surat di bawah tangan, dipersamakan
dengan suatu cap jempol.
Namun agar persamaannya sah dan sempurna harus dengan cara :
1) Dilegalisir oleh pejabat yang berwenang
2) Dilegalisasi, diberi tanggal.
3) Pernyataan dari pejabat yang melegalisir, bahwa orang yang
membubuhkan cap jempol dikenal atau diperkenalkan kepadanya.
4) Isi akta telah dijelaskan kepada yang bersangkutan.
4
5) Pembubuhan cap jempol dilakukan dihadapan pejabat tersebut.
Pada saat sekarang, jarang terjadi kasus akta yang dibubuhi cap jempol.
Sesuai dengan perkembangan sosial budaya, apalagi dikalangan masyarakat
bisnis, semua akta dibubuhi tanda tangan. Sebenarnya kalau ditinjau dari segi
kepastian hokum, cap jempol lebih kuat dibanding dengan tanda tangan.
Sesuai dengan hasil penelitian yang mengatakan sidik jari yang dimiliki
setiap orang berbeda dengan yang dimiliki orang lain, berarti tidak gampang
untuk memasukkannya. Sebaliknya, tanda tangan bisa dan sering dipalsukan.
Oleh karena itu, kurang tepat alasan yang menolak cap jempol disamakan
dengan tanda tangan.
c. Yang tidak termasuk tanda tangan
Yang tidak termasuk atau tidak diakui keabsahannya sebagai tanda tangan adalah
tanda yang terdiri atas hal berikut :
1) Hanya berupa huruf atau abjad
2) Tanda silang atau garis lurus
3) Stempel dengan huruf cetak
4) Ketikan dengan computer
Akta yang demikian tidak sah sebagai alat bukti surat, sehingga pada surat itu
tidak melekat nilai kekuuatan pembuktian.
d. Tanda tangan Digital
Pada masa sekarang berkembang bentuk transaksi baru yang disebut electronic
commerce. Bentuk transaksi electronic commerce dilakukan melalui internet,
sehingga transaksi jenis ini disebut transaksi dalam dunia maya, dan tanda tangan
yang tertera disebut tanda tangan digital, dalam bentuk data elektronik.
3. Fungsi Tulisan atau Akta dari segi Hukum pembuktian
Ditinjau dari segi hukum pembuktian, tulisan atau akta mempunyai beberapa fungsi :
a. Berfungsi sebagai formalitas causa
Maksudnya, surat atau akta tersebut berfungsi sebagai syarat atas keabsahan
suatu tindakan hukum yang dilakukan. Apabila perbuatan atau tindakan hukum
yang dilakukan tidak dengan surat atau akta, tindakan itu menurut hukum tidak
sah, karena tidak memenuhi formalitas kausa (causa). Terdapat beberapa
5
tindakan atau perbuatan hukum yang menjadikan surat atau akta sebagai syarat
pokok keabsahannya. Surat atau akta oleh hukum , dijadikan sebagai formalitas
kausa atas keabsahan perbuatan itu.
Dibawah ini dikemukakan beberapa contoh tindakan yang menjadikan surat atau
akta sebagai formalitas kausa,antara lain sebagai berikut :
1) Pasal 390 HIR
Segala bentuk panggilan dan pemberitahuan yang dilakukan jurusita, baru sah
menurut hukum, apabila tindakan itu dilakukan dalam bentuk surat atau
relaas yang lazim disebut surat panggilan atau surat pemberitahuan.
Panggilan siding atau pemberitahuan putusan yang dilakukan dengan lisan,
tidak sah. Satu-satunya cara yang dibenarkan mesti dengan surat, sehingga
dalam hal itu surat atau akta merupakan formalitas kausa atas keabsahan
panggilan dimaksud.
2) Pasal 1238 KUH Perdata
Mengatur tentang pernyataan lalai, apabila debitur lalai memenuhi kewajiban
yang diperjanjikan, maka agar dia berada dalam keadaan wanprestasi, debitur
harus diperingati atau diberi somasi.
Agar somasi itu sah menurut hokum, menurut Pasal 1238 KUH Perdata,
harus disampaikan dalam bentuk akta. Dengan demikian akta atau surat
dalam melakukan tindakan somasi merupakan formalitas kausa.
3) Pasal 1171 KUH Perdata
Tindakan pemberian surat kuasa memasang hipotik hanya sah apabila
diberikan dalam bentuk akta otentik. Dengan demikian, akta otentik dalam
pemberian surat kuasa memasang hipotik, merupakan formalitas kausa.
b. Berfungsi sebagai alat bukti
Fungsi utama surat atau akta ialah sebagai alat bukti. Pasal 1864 KUH Perdata
telah menetapkannya sebagai alat bukti pada urutan pertama.
Tujuan utama membuat akta diperuntukkan dan dipergunakan sebagai alat bukti.
Dalam transaksi jual-beli para pihak menuangkannya dalam bentuk akta dengan
maksud sebagai alat bukti tertulis tentang perjanjian itu. Apabila timbul
6
sengketa, sejak semula telah tersedia akta untuk membuktikan kebenaran
transaksi.
Dalam masyarakat sekarang, segala aspek kehidupan direkam dalamm bentuk
akta. Tidak hanya menyangkut kegiatan bisnis, bahkan aspek kehidupan
keluargapun dicatat dalam tulisan atau akta.
Akta apapun namanya, bertujuan untuk membuktikan hal-hal yang diisebutkan
didalamnya. Misalnya akta perkawinan yanag disebut Pasal 12 Peraturan
Pemerintah No.9 Tahun 1975, merupakan surat bukti tentang kebenaran
terjadinya ikatan perkawinan antara suami dan isteri yang disebut dalam akta itu.
c. Fungsi Probationis Causa
Maksudnya, surat atau akta yang bersangkutan merupakan satu-satrunya alat
bukti yang dapat dan sah membuktikan suatu hal atau peristiwa . Jadi keperluan
atau fungsi akta itu merupakan dasar untuk membuktikan suatu hal atau peristiwa
tertentu. Tanpa akta itu, peristiwa atau hubungan hukum yang terjadi tidak dapat
dibuktikan. Kedudukan dan fungsi akta itu bersifat spesifik. Misalnya
perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta perkawinan. Eksistensi
Perseroan Terbatas menurut Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun
1995,hanya dapat dibuktikan dengan akta pendirian yang berbentuk akta notaries.
Hak tanggungan hanya dapat dibuktikan dengan akta hak tanggungan sesuai
ketentuan Pasal 10 Undang-Undang No.4 Tahun 1996. Jaminan fidusia hanya
dapat dibuktikan dengan akta jaminan fidusia berdasar Pasal 6 Undang_Undang
No. 4 Tahun 1999. Penyitaan hanya dapat dibuktikan dengan berita acara sita
sesuai ketentuan Pasal 197 ayat (5) HIR.
Berbeda halnya dengan perjanjian jual beli barang. Pembuktiannya tidak
digantungkan satu-satunya pada surat perjanjian jual beli tertentu. Bisa
dibuktikan dengan keterangan saksi, persangkaan, pengakuan atau dengan
sumpah. Tidak mesti dengan akta. Tidak demikian de ngan putusan akta
perdamaian, satu-satunya alat bukti yang dapat membuktikannya hanya dengan
putusan akta perdamaian yang digariskan Pasal 130 HIR. Tidak dapat dibuktikan
dengan saksi, persangkaan atau dengan alat bukti lain.
4. Akta Otentik
7
Mengenai akta otentik diatur dalam Pasal 1868 KUH Perdata yang berbunyi : Suatu
akta otentik ialah akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang,
oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta dibuat.
Dari penjelasan pasal ini, akta otentik dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang
berwenang yang disebut pejabat umum. Apabila yang membuatnya pejabat yang
tidak cakap atau tidak berwenang atau bentuknya cacat, maka menurut Pasal 1869
KUH Perdata :
- Akta tersebut tidak sah atau tidak memenuhi syarat formil sebagai akta otentik.
- Namun akta yang demikian, mempunyai nilai kekuatan sebagai akta dibawah
tangan, dengan syarat apabila akta itu ditanda tangani para pihak.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang akta otentik akan dibicarakan
beberapa aspek yang melekat pada akta tersebut.
8
pihak lawan dapat membuktikan bahwa akta yang diajukan bukan akta
otentik karena pihak lawan dapat membuktikan adanya :
- cacat hukum , karena pejabat yang membuatnya tidak berwenang,
- tanda tangan pejabat didalamnya adalah palsu
- isi yang terdapat didalamnya telah mengalami perubahan, baik berupa
pengurangan atau penambahan kalimat.
Kekuatan pembuktian luar akta otentik, melekat prinsip anggapan hukum
bahwa setiap akta otentik harus dianggap benar sebagai akta otentik sampai
pihak lawan mampu membuktikan sebaliknya.
9
Si penanda tangan tidak boleh mengingkari bahwa ia tidak menulis atau
memberi keterangan seperti yang tercantum dalam akta.
c) Akibat hukum Akta dikaitkan kekuatan pembuktian materiil akta otentik.
Apabila terdapat dua orang atau lebih, dan antara yang satu dengan yang
lain saling member keterangan untuk dituangkan dalam akta, tindakan
mereka itu ditinjau dari kekuatan materiil akta otentik, menimbulkan
akibat hukum sebagai berikut :
I Keterangan atau pernyataan itu sepanjang saling bersesuaian,
melahirkan persetujuan yang mengikat kepada mereka.
Ii Dengan demikian, akta tersebut menjadi bukti tentang adanya
persetujuan sebagaimana yang diterangkan dalam akta tersebut.
b. Bentuk Akta Otentik
Ditinjau dari segi pembuatan, Pasal 1868 KUH Perdata mengenal dua bentuk
cara mewujudkan akta otentik :
1) Dibuat oleh pejabat :
Dibuat oleh pejabat yang berwenang.
Akta Otentik dibuat oleh pejabat :
- meliputi akta otentik dibiidang hukum publik ; - -
pejabat publik yang bertugas dibidang eksekutif yang berwenang untuk itu,
yang disebut pejabat tata usaha Negara.
- meliputi hal-hal yang berkenaan dalam bidang hokum perdata dan bisnis.
- biasanya berupa akta yang berisi dan melahirkan persetujuan bagi para
pihak yang datang menghadap dan menandatanganinya.
- caranya, para pihak yang berkepentingan datang menghadap pejabat yang
berwenang, dan kepada pejabat itu mereka sampaikan keterangan serta
meminta agar kketerangan itu dituangkan dalam bentuk akta.
10
a) Dibidang hukum publik oleh Pejabat Tata Usaha Negara.
Seperti KTP, SIM, IMB, Izin Perdagangan, Paspor dan sebagainya dibuat
oleh pejabat tata usaha Negara.
11
- PPAT dalam transaksi jual beli tanah yang telah terdaftar atau
bersertifikat ( HM, HGU, HGB).
- Pegawai Pencatat Nikah pada KUA dalam pembuatan akta nikah.
Apabila dibuat di hadapan pejabat yang tidak berwenang, Pasal 1869
KUH Perdata menegaskan :
- tidak sah diperlakukan sebagai akta otentik.
Akan tetapi, ketentuan Pasal 1869 KUH Perdata ini tidak berlaku
terhadap akta yang khusus dibuat di hadapan pejabat tertentu.
Misalnya akta nikah yang dibuat tidak di hadapan pegawai
pencatat nikah, sekaligus tidak sah dan dianggap tidak pernah
ada. Meskipun kedua calon mempelai menandatangani akta itu,
tetap tidak sah sebagai akta di bawah tangan, karena formalitas
kausa pernikahan mesti berbentuk akta otentik yanag dibuat
pegawai pencatat nikah.
12
saksi, dan saksi itu sendiri pegawai dari pejabat, sehingga pada
kenyataannya syarat ini hanya bersifat formalitas.
d) Dihadiri oleh dua orang saksi.
Pembuatan akta harus dihadiri dua orang saksi, yang bertindak
menyaksikan kebenaran berlangsungnya pembuatan akta di hadapan
pejabat yang bersangkutan, biasanya yang bertindak sebagai saksi, terdiiri
dari pegawai pejabat pembuat akta. Akta Otentik yang dibuat tanpa
dihadiri saksi, tidak memenuhi syarat formil, oleh karena itu tidak sah
sebagai akta otentik, dan derajatnya turun menjadi akta di bawah tangan.
e) Menyebut identitas Notaris (pejabat), Penghadap dan para saksi.
f) Menyebut tempat, hari, bulan, dan tahun pembuatan akta.
g) Ditandatangani semua pihak.
h) Penegasan pembacaan, penerjemahan dan penandatanganan pada bagian
penutup akta.
2) Syarat Materiil.
Syarat materiil akta otentik yang bersifat partai.
a) Berisi keterangan kesepakatan para pihak.
b) Isi keterangan perbuatan hukum
- Mengenai perbuatan hukum,seperti perjanjian jual beli, utang-
piutang, hibah dan sebagainya.
- Mengenai hubungan hukum, seperti hubungan hukum di bidang
perdagangan, perasuransian dan sebagainya.
c) Pembuatan akta sengaja dimaksudkan sebagai bukti
13
sampai mencapai kualitas menentukan dan memaksa. Berarti menurut hukum
terhadapnya dapat diajukan bukti lawan. Kenapa bisa dilumpuhkan dengan
bukti lawan ? karena kesempurnaannya tidak bersifat menentukan dan
memaksa, sehingga kesempurnaanya dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan.
2) Kekuatan pembuktian akta otentikl dapat dilumpuhkan dengan segala jenis
alat bukti.
Alat bukti apa saja dapat diajukan melumpuhkan kekuatan pembuktian akta
otentik, bisa saksi, persangkaan maupun segala macam akta, baik akta di
bawah tangan atau akta sepihak maupun dengan surat lain.
f. Nilai kekuatan pembuktian akta otentik
1) Bila terpenuhi syarat formil dan materiil maka :
a) Pada dirinya langsung mencapai batas minimal pembuktian tanpa bantuan
alat bukti lain.
b) Langsung sah sebagai alat bukti akta otentik.
c) Pada dirinya langsung melekat nilai kekuatan pembuktian sempurna dan
mengikat.
d) Hakim wajib dan terikat :
- menganggap akta otentik tersebut benar dan sempurna.
- menganggap apa yang didalilkan cukup terbukti.
14
a. Pengertian akta di bawah tangan
Pasal 1874 KUH Perdata, Pasal 286 RBg. Menegaskan akta di bawah tangan :
15
Orang yang menanda tangani akta di bawah tangan :
- dianggap benar menerangkan seperti apa yang dijelaskan dalam akta.
- dianggap terbukti tentang adanya pernyataan dari sipenanda tangan :
surat keterangan yang saya tanda tangani adalah benar keterangan
saya.
- dengan demikian, daya kekuatan pembuktian akta di bawah tangan
tersebut meliputi :
(1) kebenaran identitas si penandatangan.
(2) kebenaran identitas orang yang memberikan keterangan.
Berarti, setiap ada surat yang ditandatangani oleh seseorang yang
berisi perbuatan hukum, secara formil, identitas orang yang bertanda
tangan dan yang membuat keterangan, sama dengan identitas
sipenandatangan tersebut.
b) Tidak mutlak untuk keuntungan pihak lain
Pada akta otentik, penandatanganan akta, bersifat mutlak untuk
keuntungan pihak lain, karena penandatanganan dilakukan dan disahkan
oleh pejabat umum.
Tidak demikian dengan akta di bawah tangan, daya pembuktian
formilnya, tidak bersifat mutlak, karena daya formilnya itu sendiri tidak
dibuat di hadapan pejabat umum. Dengan demikian, keterangan yang
tercantum didalamnya tidak mutlak untuk keuntungan pihak lain.
Kemungkinan dapat menguntungkan atau merugikan para pihak, atas
alasan :
- isi keterangan yang tercantum dalam akta di bawah tangan belum
pasti merupakan persesuaian keterangan para pihak.
- Sebab tanpa melalui bantahan atas kepalsuan akta di bawah tangan,
masing-masing pihak berhak dan dibenarkan hukum untuk
mengingkari isi dan tanda tangan.
Kebolehan mengingkari isi dan tanda tangan, diatur dalam Pasal 1876
KUH Perdata atau Pasal 189 RBg. Yang menegaskan, barang siapa
yang terhadapnya diajukan akta di bawah tangan, diwajibkan secara
16
tegas mengakui atau mengingkari tanda tangannya. Berarti kalau diakui
oleh pihak lawan, maka penanda tanganan akta di bawah tangan dapat
dikatakan untuk keuntungan pihak lain, akan tetapi apabila dimungkiri,
maka yang terjadi bukan menguntungkan, bahkan dapat mendatangkan
kerugian.
Itulah sebabnya akta di bawah tangan pada dasarnya :
- sering mengandung kerawanan dan ketidakpastian
- selama tidak ada pengingkaran , eksistensinya sebagai akta dan alat
bukti, dapat dikatakan aman, tetapi apabila isi dan tanda tangan
dimungkiri, maka hilanglah kepastian dan keamanannya sebagai akta
dana alat bukti.
- dalam arti, apa yang diterangkan dalam akta oleh sipenanda tangan,
dianggap benar sebagai keterangan yang dikehendakinya.
b) Memiliki daya mengikat kepada ahli waris dan orang yang mendapat hak
dari padanya.
17
Hal ini diatur dalam Pasal 1875 KUH Perdata dan Pasal 288 RBg. Suatu
akta di bawah tangan yang diakui oleh orang terhadap siapa akta itu
hendak dipakai, dianggap sebagai diakui sehingga kta di bawah tangan
tersebut mempunyai daya kekuatan yang sempurna dan mengikat, seperti
akta otentik :
18
Pasal 22 KUHD, harus didiirikan dengan akta otentik, sehingga keberadaan dan
keabsahannya hanya dapat dibuktikan dengan akta notaris, dan tidak bisa dibuktikan
dengan saksi.
b. Menyempurnakan pemulaan pembuktian surat
Menurut Pasal 1902 KUH Perdata, dalam hal suatu peristiwa atau hubungan hukum
menurut undang-undang hanya dapat dibuktikan dengan akta, namun alat bukti surat
tersebut hanya berkualitas sebagai permulaan pembuktian surat maka
penyempurnaan pembuktiannya dapat ditambah dengan saksi. Contoh pasal 258
KUHD. Menurut pasal ini, untuk membuktikan diadakannya perjanjian asuransi
harus dengan surat, dalam hall ini polis. Namun pasal 258 KUHD member
kemungkinan untuk membuktikan kebenaran perjanjian asuransi dengan saksi,
dengan syarat apabila ada permulaan pembuktian surat.
Banyak hal yang menggambarkan alat bukti keterangan saksi, tidak dapat dipercaya,
alasannya :
- Saksi sering cenderung bohong, baik sengaja atau tidak.
- Suka mendramatisir, menambah atau mengurangi dari kejadian yang
sebenarnya.
- Ingatan manusia atas suatu peristiwa, tidak selamanya akurat, sering
dipengaruhi emosi, baik pada saat menyaksikan peristiwa maupun pada saat
memberi keterangan di persidangan, sehingga kemampuan untuk mengamati
dan menerangkan sesuatu, tidak proporsional.
2. Syarat alat bukti keterangan saksi
Alat bukti keterangan saksi mempunyai syarat formil dan syarat materiil. Antara kedua
syarat itu bersifat kumulatif, bukan alternative. Oleh karena itu, apabila salah satu syarat
mengandung cacat, mengakibatlkan alat bukti itu tidak sah sebagai alat bukti saksi.
a. Syarat formil alat bukti saksi
Syarat formil pada alat bukti saksi, terdiri dari :
1) Orang yang cakap menjadi saksi
Undang-undang membedakan orang yan g cakap menjadi saksi dan orang yang
tidak cakap atau dilarang menjadi saksi. Berdasarkan prinsip umum, setiap orang
dianggap cakap menjadi saks kecuali undang-undang menentukan lain. Dan
19
apabila undang-undang telah menentukan orang tertentu tidak boleh memberikan
keterangan sebagai saksi, maka secara yuridis orang yang bersangkutan termasuk
kategori tidak cakap sebagai saksi. Orang yang demikian oleh hukum tidak
memenuhi syarat formil sebagai saksi.
Orang yang dilarang didengar sebagai saksi, diatur dalam Pasal 145 HIR, Pasal
172 RBg, maupun Pasal 1909 KUH Perdata yang terdiri dari :
a) Kelompok saksi yang tidak cakap secara absolute, terdiri dari :
(1) Keluarga sedarah dan semenda dari salah satu pihak menurut garis
keturunan lurus ;
(2) Suami atau isteri dari salah satu pihak meskipun sudah bercerai.
b) Kelompok saksi yang tidak cakap secara relatif.
Letak perbedaannya dengan tidak cakap secara absolute :
- pada kategori absolut, secara mutlak tidak dapat didengar keterangannya
di persidangan berkenaan dengan perkara yang bersangkutan. Oleh karena
itu meskipun boleh-boleh saja didengar, namun secara mutlak fungsi dan
kedudukan mereka di persidangan tidak sebagai apa-apa, oleh karena itu
menurut hukum, hakim menolaknya untuk hadir dan memberikan
keterangan di persidangan.
- pada kategori relatif, boleh dan tidak dilarang member keterangan di
persidangan, akan tetapi keterangan yang mereka berikan di luar sumpah,
sehingga menurut hukum kehadirannya tidak sebagai saksi.
Kelom;pok saksi yang tidak cakap secara relatif :
(1) Anak-anak yang belum cukup berumur 15 tahun.
(2) Orang gila meskipin terkadang terang ingatannya atau orang yang berada
dalam pengampuan karena dungu.
(3) Orang yang berada dalam tahanan.
2) Keterangan disampaikan di sidang pengadilan .
Syarat formil yang kedua, keterangan saksi diberikan atau disampaikan di depan
sidang pengadilan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 144 HIR, Pasal 171 RBg. Dan
Pasal 1905 KUH Perdata. Menurut pasal-pasal diatas, keterangan yang sah
sebagai alat bukti adalah yang diberikan di depan persidangan.
20
3) Penegasan Mengundur diri sebagai saksi.
Pasal 146 HIR, Pasal 174 RBg. Mengatur kelompok saksi yang mempunyai hak
atau dapat mengundurkan diri sebagai saksi, apabila pihak yang berperkara
mempunyai hubungan keluarga de ngan saksi atau orang yang karena jabatan
atau pekerjaannya diwajibkan menyimpan rahasia tentang sesuatu yang
berkenaan de ngan pekerjaan atau jabatannya.
Mereka yang mempunyai hak mengundurkan diri menurut Pasal 146 HIR terdiri
dari :
a) Saudara laki-laki dan saudara perempuan, ipar laki-laki dan ipar perempuan
dari salah satu pihak yang berperkara.
b) Keluarga sedarah menurut keturunan garis lurus, saudara laki-laki dan
saudara perempuan dari suami atau isteri salah satu pihak.
c) Semua orang karena martabat, pekerjaan atau jabatan yang sah, diwajibkan
menyimpan rahasia yang berhubungan dengan martabat, pekerjaan atau
jabatan itu.
4) Diperiksa satu per satu.
Menurut Pasal 144 ayat (1) HIR, Pasal 171 ayat (1) RBg. Terdapat beberapa
prinsip yang harus dipenuhi agar keterangan saksi yang diberikan sah sebagai
alat bukti :
a) Menghadirkan saksi dalam persidangan satu per satu.
b) Memeriksa identitas saksi
c) Menanyakan hubungan saksi dengan para pihak yang berperkara.
5) Mengucapkan sumpah
Berisi pernyataan bahwa akan menerangkan apa yang sebenarnya atau berkata
benar.
a) Mengucapkan sumpah merupakan kewajiban hukum bagi saksi.
b) Sumpah dapat diganti dengan janji.
c) Sumpah atau janji menurut agama yang dianut.
d) Saat pengucapan sumpah atau janji
(1) Pendekatan teoretis
I system promisoris
21
Menurut system ini, lebih dahulu disumpah sebelum memberi
keterangan.
Ii system asertoris
bersifat kumulatif , bukan alternatif. Apabila salah satu diantaranya tidak terpenuhi,
mengakibatkan keterangan yang diberikan saksi mengandung cacat materiil,
sehingga keterangan tersebut tidak sah sebagai alat bukti.
22
- bisa dengan alat bukti surat.
- dengan alat bukti persangkaan
- dengan pengakuan
- dengan sumpah tambahan
23
Pengertian saling bersesuaian tidaka boleh ditafsirkan secara sempit dalam
arti :
- keterangan yang diberikan para saksi mesti sama dan seragam ;
- tidak demikian maknanya, tetapi persesuaian dalam arti luas, meliputi
saling berhubungan maupun saling berkaitan antara berbagai keterangan
itu, namun dari saling berhubungan dan berkaitan itu terwujud suatu
kesatuan pengukuhan atau peneguhan masalah yang disengketakan.
Syarat penyesuaian antara keterangan saksi yang ditegaskan Pasal 170 HIR,
Pasal 1908 KUH Perdata :
- persesuaian antara keterangan saksi yang satu dengan yang lain atau
antara keterangan saksi dengan alat bukti lain, barulah keterangan itu sah
sebagai alat bukti dengan nilai kekuatan pembuktian bebas.
24
- jika keterangan saksi yang satu dengan yang lain terpisah-pisah dan
saling berdiri sendiri atau antara keterangan saksi dengan alat bukti lain
saling bertentangan.
- keterangan tersebut tidak memenuhi syarat materiil sebagai alat
bukti saksi .
- oleh karena itu, tidak sah sebagai alat bukti, akibatnya tidak memiliki
nilai kekuatan pembuktian.
- karena bila keterangan saksi saling bertentangan maka tidak mungkin
lagi dikonstruksi kesimpulan obyek sengketa sehingga keterangan
saksi tersebut harus disingkirkan.
Bahwa untuk menilai keterangan saksi di persidangan, Pasal 172 HIR, Pasal 1908 KUH
Perdata, meminta hakim supaya mengetahui latar belakang kehidupan saksi, meliputi
faktor :
Jika ditemukan data atau informasi yang menjelaskan cara hidup saksi sangat negative
atau kesusilaannya jelek ataupun kedudukan martabatnya rendah, maka keterangan yang
diberikan saksi dianggap tidak memenuhi syarat materiil, oleh karena itu tidak sah
sebagai alat bukti.
25
- Disebut juga kesaksian tidak langsung atau bukan saksi mata yang
mengalami, melihat atau mendengar sendiri peristiwa pokok perkara yang
disengketakan.
26