Anda di halaman 1dari 18

HAPER AFTER MID

KEKUATAN PEMBUKTIAN

1. Menentukan :
 sifat kekuatan pembuktian yang dianggap lengkap dan sempurna sehingga tidak
membutuhkan pembuktian lawan. Maka peristiwa yang disengketakan dianggap pasti.
 Contoh: alat sumpah decisoir (sumpah yang menentukan) dan pengakuan. Dalam
sumpah decesoir tidak ada alat bukti yang tersedia. Pihak yang berani melakukan
sumpah decisoir harus dimenangkan, itu yang membuat hakim terikat dengan alat bukti.
2. Lengkap dan sempurna:
 memberikan kepastian yang cukup bagihakim sehingga berdasarkan alat bukti tersebut,
peristiwa yang diajukan harus sudah dianggap benar kecuali jika terdapat bukti lawan.
 Mirip dengan kekuatan pembuktian yang menentukan. Perbedaannya dalam kekuatan
pembuktian lengkap dan sempurna masih terdapat kemungkinan adanya alat bukti
lawan sedangkan dalam kekuatan pembuktian yang menentukan sudah tidak ada alat
bukti lawan. Setiap pembuktian bertujuan untuk menunjukkan ketidakbenaran yang
dibuktikan lawan.
 Contoh: akta otentik. Harus dianggap benar sepanjang tidak ada alat bukti lawan yang
mementahkan isi dari akta otentik.
3. Kurang lengkap dan kurang sempurna:
 Kurang cukup untuk pembuktian sehingga dibutuhkan alat bukti lain untuk
melengkapinya.
 Contoh: salinan dari akta otentik.
 Diperlukan alat bukti yang lain jika misalnya dalam akta ada bagian tertentu yang hilang.
Tidak dapat dikatakan lengkap dan sempurna maka perlu dilengkapi dengan alat bukti
lain. Salinan yang tidak lengkap cukup dianggap sebagai bukti permulaan saja sehingga
harus dilengkapi dengan alat bukti lain.
4. Lemah:
 Kekuatan pembuktian bersifat lemah sebab tidak memberikan kepastian terkait
peristiwanya. Hakim tidak dapat membeikan akibat hokum dengan hanya didasarkan
pada bukti yang lemah sehingga jika ada gugatanyang didasarkan pada alat bukti yang
lemah, hakim harus menolak.
Dalam konsep ilmu pengetahuan, sebelum masuk ke dalam bentuk dan jenis alat bukti

Klasifikasi alat bukti (G.W PATON)

1. Alat bukti oral: berifat lisan. Contohnya kesaksian,pengakuan, dan sumpah.


2. Alat bukti yang berbentuk tulisan/surat/documentary. Contohnya akta otentik dan akta di
bawah tangan.
3. Alat bukti materiil: berwujud benda-benda yang sifatnya fisik atau konkrit selain alat bukti
tulisan. Contohnya foto, kaset, gambar.

Klasifikasi alat bukti (SIR RONALD BURROWS)

1. Original Evidence: kesakian yang diberikan langsung di persidangan. Lawan dari original
evidence adalah unoriginal evidence, yaitu kesaksian yang diberikan secara tertulis. Hal ini
berkaitan dengan sifat kekuatan pembuktian, misalnya tidak dapat dating ke pengadilan karena
sakit maka kesaksian ditulis di dalam kertas.
2. Primary Evidence: disandingkan dengan secondary evidence (alat bukti sekuder)=lemah. Harus
dilengkapi dengan alat bukti yang lain. Primary evidence adalah alat bukti utama. Alat bukti
sekunder adalah alat bukti yang dibutuhkan jika alat bukti primer tidak ada (sumpah decisoir).

3. Direct Evidence: direct (semua alat bukti yang secara langsung dapat membuktikan peristiwa
yang ingin dibuktikan, bukan berdasarkan kesimpulan). Contohnya surat, saksi, sumpah.
Indirect (tidak secara laangsung/berdasarkan kesimpulan saja). Dalam HAPER ada alat bukti yg
tidak scr langsung membuktikan tp harus lewat penyimpulan. Contoh: persangkaan adl
membuktikan kebenaran suatu peristiwa untuk membuktikan ketidakbenaran suatu peristiwa.
Dengan membuktikan suatu peristiwa sekaligus membuktikan ketidakbenaran suatu peristiwa
(alibi). Misalnya A digugat dengan gugatan wanprestasi. Perjanjian tersebut diklaim dilakukan
pada tahun 1999. Gugatan diajukan ke pengadilan. A selaku tergugat tidak mungkin membuat
perjanjian tersebut sebab pada tahun 1999, ia sedang berada di Jepang untuk bekerja sampai
tahun 2000. Jika ada penandatanganan maka perlu dipertanyakan validitasnya. Yang perlu
dilakukan adalah membuktikan bahwa A pada tahun 1999 sedang berada di Jepang maka ia
telah menunjukkan ketidakbenaran yang dimaksud oleh pihak lawan. Jika bisa membuktikan
maka ini bersifat menyimpulakan atau indirect evidence sebab yang dipakai adalah
persangkaan.

Hal2 yang tidak perlu dibuktikan.

1. Peristiwa yang dianggap tidak perlu diketahui oleh hakim atau dianggap tidak mungkin diketahui
oleh hakim. Contohnya jika terjadi putusan verstrek, yaitu putusan di luar hadirnya tergugat
sebab tidak ada pihak yang membantah maka hal2 yg diajukan penggugat adalah benar. Apapun
yg didalilkan penggugat harus dianggap benar. Contoh lain: kalau ada pengakuan, sumpah.
2. Hakim scr ex-oficio dianggap telah mengenal peristiwanya shg peristiwa yg jd gugatan tsb tdk
perlu dibuktikan di pengadilan sebab hakim dianggap sudah tau dan mengerti. Contohnya
peristiwa notoir feiten (fakta2 yg dianggap diketahui oleh umum). Contoh: bahwa sehari ada 24
jam, matahari terbit dari timur. Biasanya bersumber dari alam.
3. Hal2 yg diketahui oleh hakim berdasar pengetahuannya sendiri. Misal cak hasrul digugat
wanprestasi. Calo mobil itu 30% padahal pasarannya di jogja biasanya Cuma 5%. Hakim tidak
perlu mengonfirmasi sebab ia paham pasaran mobil di Jogja.

Yang harus dibuktikan.

1. Peristiwa atau kejadian yg merupakan hal yang disengketakan. Jika tidak disengketan tdk perlu
dibuktikan.
2. Peristiwa atau kejadian yg dapat diukur, terikat dengan ruang dan waktu.
3. Peristiwa dan kejadian tsb harus berkaitan dengan hak yg disengketakan.
4. Peristiwa tsb bisa scr efektif dibuktikan.

Siapa yg dibebani beban pembuktian. Siapa yg mengaku akan hak ttt yg harus membuktikan. Yg
mengatur beban pembuktian adl hakim.

AKTA OTENTIK
Merupakan akta yang dibuat oleh dan/atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk membuatnya dan
merupakan bukti yang lengkap dan sempurna bagi para pihak, ahli waris, dan siapapun yang
mendapatka hak dari yang tercantum dalam akta. Melahirkan 2 konkekuensi. Diagi 2: akta pejabat dan
akta para pihak (partai).

Syarat akta otentik agar dapat menjadi bukti di pengadilan sebab tidak semua akta otentik sah menurut
hukum untuk jd alat bukti

a. Syarat formal: terkait dgn formalitas/proses pembuatan

1. Harus bersifat partai: dibuat berdasarkan kehendak dan kesepakatan dari sekurang-
kurangnya dua pihak. Bagaimana dengan akta yg tidak bersifat partai? Contohnya akta
pejabat krn dikeluarkan pejabat krn kewenangannya. Akta pejabat adalah semua bentuk
akta yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
2. Dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum yang berwenang.
3. Memuat tanggal, hari, tahun pembuatan.
4. Ditandatangani oleh pejabat yg membuat.

b. Syarat materiil: terkait dengan konten, isi, muatan, substansi

1. Isi materi/muatan akta behubungan langsung dengan apa yg sedang disengketan. Jika isinya
tidak relevan dengan pokok perkara maka tidak dapat dianggap sah menurut kaca mata
materiil dan tidak dapat dijadikan alat bukti.
2. Isi tidak bertentangan dengan hukum, nilai kesusilaan, ketertiban umum/kausa yang
diharamkan.
3. Pembuatan akta tsb disengaja untuk digunakan sebgai alat bukti/by intention.

3 MACAM KEKUATAN AKTA OTENTIK SBG ALAT BUKTI

1. Kekuatan pembuktian formal adl dengan akta tsb sudah membuktikan bahwa para pihak sudah
melaksanakan apa yg sudah tertulis di dalam akta.
2. Kekuatan pembuktian materiil adl membuktikan bahwa peristiwa yg dibuktikan dlm akta sudah
terjadi.
3. Kekuatan pembuktian yg mengikat adl bahwa pada waktu dan tanggal yg tercantum dalam akta
para pihak telah menghadap para pejabat yang berwenang dan menerangkan apa yg telah
tertulis apa yg ada di dalam akta tsb. Artinya akta otentik tdk perlu alat bukti tambahan, hakim
harus mempercayai apa yg tertulis disitu kecuali lawan membuktikan yang sebaliknya ini
berkaitan dengan kekuatan pembuktian dipersidangan. Bagaimana jika pihak lawan dapat
membuktikan yg sebaliknya? Maka sifat lengkap, sempurna dan mengikat itu berubah menjadi
alat bukti permulaan yg perlu alat bukti lain.

Bagaimana sifat kekuatan pembuktiannya? Akta otentik punya kekuatan pembuktian yg lengkap dan
sempurna. Namum tetap dapat dibuktikansebaliknya. Jika tidak terjadi sebagai demikian maka tidak
butuh alat bukti tambahan. Hakim wajib mempercayai apa yg terjadi di akta tsb.

Bagaimana jika pihak lawan bisa memberikan bukti yg sebaliknya shg legitimasi akta tsb dibuktikan
sebaliknya, maka sifat lengkap dan sempurna dan mengikat, turun derajat jd alat bukti permulaan
sehingga dibutuhkan alat bukti tambahan untuk menguatkan.

Jika belajar ttg sistem pembuktian harus memperhatikan

1. Asas di dalam membuktikan sesuatu, sipaa yg mendaku thd seuatu hak maka ia yg harus
membuktikan. Siapa yg datang harus scr aktif membuktikan. Tapi hakim memiliki kewenangan
mengatur pihak mana yg harus membuktikan sesuatu.
2. Beban pembuktian
3. Penilaian bembuktian. Walau pembuktian dilakukan para pihak, yg menilai validitas pembuktian
adalah hakim.
4. Risiko pembuktian adl jika ada pihak yg diminta membuktikan sesuatu oelh hakim tp tidak bisa
membuktikanmaka ia dikenai risiko. Pihak yg tidak bisa tbs harus dikalahkan.

AKTA DI BAWAH TANGAN

Merupakan akta yang dibuat sendiri oleh pihak-pihak yangberkepentingan dan bukan dibuat oleh
pejabat yang berwenang. Untuk membedakan antara akta di bawah tangan dengan akta otentik adalah
pada akta di bawah tangan,pembuatannya hanya dibuat oleh para pihak yang berkepentingan, tidak
dihadapan atau tidak dibuat oleh pejabat yang berwenang. Bentuknya berupa surat, register tertentu,
catatan.
Syarat formal akta di bawah tangan:

1. Bersifat partai. hal-hal yang disebut dalan akta di bawah tangan tersebut merupakan
kesepakatan para pihak.
2. Pembuatannya tidak di hadapan pejabat umum yang berwenang. Artinya dalam prosesnya
dibuat hanya oleh para pihak saja tanpa campur tangan perjabat yang berwenang.
3. Harus bermaterai. Berdasarkan yurisprudensi MA No. 589/1970/13 Maret 1971 bahwa akta di
bawah tangan yang tidak bermaterai tidak dapat dijadikan alat bukti yang sah.
4. Ditandatangani oleh para pihak. Jika tanda tangan berupa cap jempol maka harus disahkan oleh
notaris atau pejabat guna memberikan tanggal di dalamnya dan pejabat atau notaris tersebut
kenal dan dikenalkan oleh orang yang bercapjempol tersebut.

Syarat materiil:

1. Isi dari akta berkaitan langsung atau relevan dengan pokok perkara yang dipersidangkan.
2. Isi/materi/substansi/muatan tidak bertentangan dengan hokum, nilai kesusilaan, ketertiban
umum, dan kausa yang halal.
3. Sengaja dibuat sebagai alat bukti.

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN

Sama dengan akta otentik jika muatan dan tanda tangan dalam akta di bawah tangan tersebut diakui
oleh pihak lawan. Akta di bawah tangan tersebut dapat disingkirkan atau tidak dianggap sebagai alat
bukti jika isinya bertentangan dengan kausa halal, terdapat unsur paksaan, penipuan di dalamnya. Jika
terdapat sangkalan dari dari pihak lawan maupun perlawanan atas akta tersebut maka kekuatan
pembuktiannya turun menjadi bukti permulaan. Untuk menyempurnakannya agar sama dengan alat
bukti lain maka diperlukann adanya saksi atau sumpah.

Apakah akta di bawah tangan sama dengan akta otentik?

Dari segi kekuatan pembuktian, akta otentik bersifat formil-materiil dan kekuatan pembuktiannya
mengikat ke luar. Sedangkan akta di bawah tangan hanya memiliki kekuatan formil-materiil saja.
SURAT BUKAN AKTA/SURAT SECARA SEPIHAK

Biasanya berupa surat pengakuan yang isinya merupakan pernyataan kewajiban sepihak dari yang
membuat surat bahwa ia akan melakukan kewajiban tertentu kepada seseorang. Contoh: menyerahkan
sejumlah uang. Sama dengan alat bukti lain, kalau ada sangkalan dr pihak lain maka menjadi alat bukti
permulaan saja

Syarat formil:

1. Dia sendiri membuat nya/yang menandatanganinya

2. Paling tdk ditulis dengan huruf bukan dengan angka mengenai kewajiban tertentu yang akan
dilakukan

3. Diberi tanggal dan waktu

Materil:

1. Terkait langsung dengan pokok perkara yg disidangkan

2. TDK boleh bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.

Mengapa alat bukti saksi penting dalam peradilan perdata terutama pada saat pembuktian?

Alat bukti saksi itu menjadi krusial dan signifikan karena biasanya sampai sekarang dalam kegiatan
keperdataan dalam kehidupan sehari-hari biasanya jarang orang mendokumentasikannya dalam bentuk
akta, biasanya kebanyakan orang jarang membuat alat bukti dalam bentuk tulisan. Kalau nanti terjadi
sengketa, tdk ada bukti tulisan karena ada dasar kepercayaan. Maka disitu alat bukti saksi bisa menjadi
penting karena tdk ada alat bukti tulisan.

ALAT BUKTI SAKSI


Kesaksian, keterangan dari pihak ketiga yang bukan merupakan pihak-pihak yang beperkara di
persidangan untuk memberikan keterangan/kepastian kepada hakim mengenai peristiwa cera lisan
maupun tulisan yang dialami dan diketahui sendiri.

Poin penting dari pengertian kesaksian:

a. Bahwa yang bisa didengar keterangannya sebagai saksi adalah pihak ketiga yang bukan
merupakan pihak-pihak yangbeperkara.
b. Keterangan/kesaksian yang diberikan dalam persidangan harus berkaitan dengan hal-hal yang
dialami dan dilihat sendiri, bukan merupakan kesimpulan sendiri (retio concludendi).
c. Kesaksian harus disampaikan secara lisan di muka persidangan dan tidak boleh diwakilkan, jika
tidak maka tidak dapat disebut sebagai keterangan saksi tapi harus disebut sebagai alat bukti
tulisan.

Syarat formil keabsahan alat bukti saksi:

1. Alat bukti saksi adalah pemberian keterangan kesaksian yang disampaikan di depan sidangg
pengadilan (difabel: menurut putusan MK, tetap dihadirkan di persidangan, maka ia dipastikan
dapat memberikan kesaksiannya secara maksimal).
2. Bukan orang yang dilarang keterangannya sebagai saksi. Dalam UU terdapat pihak-pihak yang
dilarang keterangannya sebagai saksi.
3. Bagi kelompok yang berhak untuk mengundurkan diri harus dapat melihat keterangannya
sebagai saksi. Ada orang-orang yangberhak mengundurkan diri namum tidak mengundurkan diri
maka pada saat itu harus membuat surat pernyataan bahwa ia bersedia menjadi saksi.
4. Pada saat memberikan kesaksian, dilakukan proses pengangkatan sumpah sesuai
aga/kepercayaan.

Syarat materiil keabsaan alat bukti saksi:

1. Keterangan yang diberikan harus berdasarkan apa yang telah dialamu, dilihat, dan didengar
sendiri.
2. Harus memiliki sumber pengetahuan yang jelas, artinya harus masuk akal sesuai dengan logika.
3. Keterangan yang diberikan harus saling berkesesuaian dengan keterangan lain yang sah.

Sifat kekuatan pembuktian alat bukti saksi: hakim memiliki kebebasan untuk menilai apakah keterangan
tersebut dapat dijadikan alat bukti atau tidak dengan memperhatikan hal-hal tertentu misalnya
kesesuaian dengan alat bukti lain.

ALAT BUKTI PENGAKUAN


Keterangan sepihak baik tertulis maupun lisan yang bersifat tegas membenarkan peristiwa yang
dikemukakan pihak lawan baik dalam persidangan maupun di luar persidangan.

Unsur penting pengakuan:

1. Pengakuan bersifat sepihak. Tidak perlu meminta persetujuan lawan.


2. Bisa dilakukan secara pribadi atau diwakilkan. Tidak boleh dilakukan secara diam-diam. Harus
secara tegas.
3. Isinya mengafirmasi sesuatu, baik mengakui keseluruhan maupun sebagian.

Syarat materiilnya sama dengan alat bukti saksi.

1. Hal-hal yg ada hubungannya dengan pokok perkara

2. Tdk boleh ada unsur keterangan palsu

2. Tdk bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum


Sifat kekuatan pembuktian: bersifat mementukan, harus diperhatikan juga pengakuan yang dilakukan di
dalam persidangan (bersifat menentukan,kalau di luar persidangan (kebebasan hakim).

Pengakuan (SUDIKNO):

1. Pengakuan yang Murni dan Bulat


Murni (keadaan sebenarnya) bulat (tidak disertai keterangan tambahan yang membebaskan)
misalnya ada seorang penggugat yang mengajukan tuntutan kepada tergugat dalam hal jual-beli
dimana tergugat digugat untuk membayar Rp 10.000.000.000. tergugat mengakui bahwa pernah
ada peristiwa jual-beli. Dalam hal ini ia melakukan pengakuan murni dan bulat.
2. Pengakuan yang Berkualifikasi
Pengakuan yang menyangkal beberapa bagian. Contohnya tergugat telah membeli sebuah
rumah seharga Rp 500.000.000, kemudian tergugat mengaui bahwa rumah tersebut sudah
dibeli dari penggugat namum tidak sebesar Rp 500.000.000 tetapi sebesar Rp 300.000.000.
pengakuan tergugat ini merupakan pengakuan berkualifikasi sebab hanya sebagian saja yang
diakui. Dalam kasus ini tergugat mengakui adanya jual-beli namun ia menyangkal mengenai
harga rumah yang disebutkan penggugat.
3. Pengakuan yang Berklausula
Pengakuan yang disertai dengan keterangan tambahan yang bersifat membebaskan. Dalam
pengakuan berklausula, jawaban tergugat yang mengakui hal pokok yang diajukan penggugat
tetapi disertai dengan tamnahan yang kemudian menjadi dasar untuk menolak gugatan yang
diajukan. Contohnya penggugat menyatakan telah membeli mobil dengan harga Rp 200.000.000
namuam pengakuan tersebut ditambahi dengan keterangan harga jual mobil tersebut telah
dibayar lunas. Mengakui dengan cara untuk membebaskan sesuatu.

SUMPAH SEBAGAI ALAT BUKTI


Definisi sumpah (SUDIKNO)

Pernyataan yang khidmat yang diberikan atau diucapkan pada saat memberikan janji/keterangan
dengan mempertimbangkan sifat kemahakuasaan dengan kepercayaan siapapun yang memberikan
keterangan yan tidak benar atau sumpah yang diberikan maka yang bersangkutan/bersumpah bersedia
untuk dihukum.

Sumpah sebagai alat bukti berbeda dengan sumpah sebagai janji.

Perbedaannya:

1. Sumpah/janji yang dikemukakan oleh saksi di persidangan bukan sebagai alat bukti namun
muatan kesaksian dari saksi itulah yang menjadi alat bukti. Sebaliknya, sumpahyang diucapkan
oleh para pihak menjadi alat bukti di persidangan.
2. Sumpah/janji yang diucapkan oleh saksi hanya menyatakan benar apa yang didengar dan dilihat
sesuai dengan apa yang dierangakannya di persidangan, ia hanya menegaskan kebenaran
pernyataannya. Sebaliknya, jika sumpah itu untuk alat bukti isinya adalah mengenai kebenaran
atas apa yan telah dilakukan oleh para pihak untuk bersumpah. Putusan MK Nomor 65/PUU-
VII/2010 menyatakan bahwa keterangan saksi tidak semata hanya sekedar melihat, mendengar,
atau merasakan-melainkan selama saksi tersebut memiliki relevansinya dengan perkara
tersebut. (cek putusan mk yg menegaskan bahwa untuk soal kesaksian/frasa yg dilihat dan
dengar sendiri itu makna nya diperluas, itu untuk mengatasi org2 yg memiliki kendala(difabel)
versi melihat dan mengetahui peristiwa itu berbeda maknanya.

SUMPAH PROMISOIR

Sumpah untuk berjanji melakukan atau tidak melakukan sesuatu, pada saat melakukan kesaksian,
sumpah yang dilakukan oleh ahli.

Sumpah assertoir/confirmatoir

Sumpah untuk memberikan keterangan, meneguhkan bahwa sesuatubenar terjadi. Sumpah yang
dilakukan oleh para pihak mengenai peristiwa yang telah dilakukan. Sumpah untuk membenarkan.

Jenis Sumpah sbg Alat Bukti menurut ilmu pengetahuan:

1. SUMPAH PELENGKAP/SUPLETOIR
Yang bisa memerintahkan untuk memintabersumpah adalah hakim karena jabatannya kepada
para pihak atau salah satu pihak yang berwenang untuk melengkapi alat bukti yang sudah ada
agar perkara dapat diselesaikan. Harus dilengkapi dengan alat bukti terlebihdahulu maka
pembuktian akan menjadi sempurna. Meski sumpah ini adalah kewenangan hakim tetapi bukan
merupakan sesuatu yang wajib untuk dilakukan oleh hakim kepada para pihak. Dalam
praktiknya jika hakim meminta kepada para pihak untuk memberikan sumpah pelengkap, dapat
saja menolak tetapi ia tidak boleh memerintahkan hakim untuk memberikan beban pembuktian
kepadanya.
Syarat formil:
a. Sumpah pelengkap adalah sebagai tambahan yang menguatkan bukti yang sudah ada tapi
belum mencapai batas minimum bukti
b. Buktiyang sudag ada baru bernilai bukti permulaan
c. Para pihak yang beperkara sudah tidak mampu lagi menambah alat bukti yang ada (hanya
bisa bersumpah)
d. Sumpah pelengkap dibebankan berdasarkan perintah hakim dan diucapkan di depan
persidangan secara personal.

Syarat materiil:

a. Isi/materi sumpah harus mengenaii perbuatan yang dilakukan sendiri/yang mengucap


sumpah, harus mengenai perbuatan yang dilakukan oleh pihak yang melakukan sumpah,
harus ada relevansinya.

2. SUMPAH MMEMUTUS/SECISOIR
Disebut juga sebagai sumpah yang menentukan, artinya suumpah yang dibebankan atas
permintaan salah satu pihak yang beperkara kepada pihak lawannya. Sumpah ini diminkatakan
oleh salah satu pihak ke pihak lawannya. Perbedannya dengan sumpah pelengkap adalah jika
sumpah pelengkap diminta oleh hakim/, sumpah decisoir dimintakan oleh salah satu pihak.
Sumpah ini dilakukan sebab tidak ada keterangan lagi maka salah satu pihak bisa meminta pihak
lain untuk bersumpah. Pembebanan ini dilakukan oleh salah satu pihak dan bukan oleh hakim
sebab tidak ada sama sekali alat bukti yang dapat mendukung penyelesaian.
Sifat kekuatan pembuktian: jika salah atu pihak merasa bahwa tidak ada algi alat bukti, ia
meminta pihak lawan untuk melakukan sumpah. Jika pihak yang diminta bersumpah tidak mau
melakukannya dan mengembalikan sumpahnya kepada yang meminta sumpah.
Syarat formil:
 Dilakukan dalam perkara yang tidak diajukan alat bukti, maka dapat dibenarkan
menggunakan sumpah ini. (karena ketidakadaan alat bukti).
 Sumpah ini harus berdasarkan permintaan salah satu pihak, bukan atas perintah hakim.
Syarat materiil:
 Muatan/isi harus mengenai perbuatan yang dilakukan sendiri/bersama-sama kedua
belah pihak.
 Isinya harus relevan dengan pokok perkara.
 Litis decisoir: sifat menentukan dari alat bukti secisoir karena ia bersifat menentukan.
Jika bersifat menentukan maka sudah tidak ada lagi kesempatan untuk pihak lawan
membuktikan sebaliknya.

3. SUMPAH AESTIMATOIR/PENAKSIRAN
Sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada penggugat untuk
menentukan sejumlah uang dan barang untuk ganti rugi yang masih simpang siur.
Kesimpangsiuran ini harus dibuat pasti dengan sumpah penaksiran. Dengan demikian sumpah
ini adalah sumpahyang dibebankan oleh hakim kepada penggugat dengan perkara dimensi
gugatan ganti rugi saja. Seperti supletori (kewenangan hakim) jika hakimmemang merasa
adanya ketidakjelasan mengenai ganti rugi maka bisa menggunakan sumpah ini.

Latar belakang diadakannya alat bukti keterangan:

Menurut pertimbangan pengailan suatu perkara menjadi lebih jelas, maka atas permintaan para pihak
yang berperkara atau karena jabatannya, pengadilan/hakim dapat dimintakan keterangannya seorang
ahli tentang perkara yang telah berlangsung.

Keterangan ahli (expertise)

Keterangan dari pihak ketiga yg objektif bertujuan untuk membantu hakim dalam pemeriksaan perkara.
Yg memberikan keterangan bukan para pihak tapi pihak ketiga sehingga bisa membantu dalam
pemeriksaan perkara. UU tdk menentukan apakah org itu bisa disebut ahli/tdk, tdk ditentukan sepihak
oleh dirinya, pengetahuan ataupun keahliannya melainkan legitimasi nya dilakukan pengangkatan oleh
seorang hakim, hakim yg mengangkat selama persidangan berlangsung.

Apa perbedaan saksi biasa dengan saksi ahli?


1. Kedudukan saksi ahli dapat digantikan oleh ahli yg lain ,tetapi saksi biasa pada umumnya tdk bisa
digantikan, saksi biasa dalam memberikan kesaksiannya harus dilakukan secara pribadi sehingga tdk
dapat diganti kesaksiannya. (Apakah bisa diganti atau tdk)

2. Keterangan yg diberikan saksi ahli tetapi disampaikan secara tertulis, maka keterangan dari saksi ahli
tersebut tdk termasuk kedalam alat bukti tulisan, sedangkan kalau saksi biasa kalau dia tdk bisa
memberikan kesaksian scr lisan maka dia melakukan tulisan maka kesaksiannya bisa masuk alat bukti
tulisan.

3. Materi dari kesaksian saksi ahli (ratio rasidendi) adalah opini, sedangkan kesaksian biasa itu apa yg dia
dengar, dan dia alami sendiri (ratio siendi)

4. Keterangan ahli itu harus memiliki expertise sedangkan saksi biasa tdk perlu

5. Asas unus testis nullus testis (satu saksi bukan saksi) tdk berlaku pada keterangan ahli , saksi biasa
bergantung pd asas itu.

PERSANGKAAN
Merupakan kesimpulan yang ditarik dari suatu peristiwa yang dianggap telah terbukti kea rah peristiwa
yang belum terbukti (alibi). Contohnya membuktikan kehadiran seseorang dengan membuktikan
ketidakhadirannya pada suatu waktu. Ingin membuktikan bahwa A pada tahun 1999 sedang berada di
Jepang maka A harus membuktikan bahwa tidak mungkin ia melakukan perjanjian jual beli di Indonesia.

2 katergori persangkaan:

1. Persangkaan yang didasarkan oleh UU: berdaarkan peristiwa tertentu sebagaimana yang
disebutkan dalam peraturan UU.
2. Persangkaan berdasarkan kesimpulan yang ditarik hakim: berdasarkan kejadian tertentu yang
telah terungkap berdasarkan bukti-buktiyang telah ada.

KEKUATAN PUTUSAN PENGADILAN


1. KEKUATAN MENGIKAT
 Kekuatan mengikat, berkekuatan hokum tetap, wajib diataati, tidak dapat diganggu
gugat, res judicata proveritate habitur.
 Sifat mengikat suatu putusan pengadilan dikarenakan apa yang diputus oleh hakim
harus dianggap benar dan pihak yang berperkara wajib mengisi isi putusan tersebut. Di
samping itu yang melihat bahwa sifat mengikatnya suatu putusan pengadilan diartikan
dalam 2 dimensi yaitu:
a. Mengikat dalam arti positif.
Artinya bahwa karena putusan pengadikan bertujuan untuk menyelesaikan
perselisihan dan yang meminta diselesaikan adalah para pihak maka jika
putusannya keluar harus tunduk pada putusan tersebut. Selain tunduk dan
patuh, para pihak tidak bolehmelakukan tindakan yang bertentangan dengan
putusan. Kenapa? Sebab putusan memiliki kekuatan hokum mengikat para
pihak. Sebab mereka yang meminta perselisihannya diselesaikan maka mereka
terikat secara positif pada putusannya.
b. Mengingat dalam arti negative.
Bahwa terhadap putusan hakim, tidak boleh memutus suatu perkara yang
pernah diputus sebeleumnya di mana para pihaknya adalah sama dan mengenai
pokok perkara yang sama. Negatifnya pada kata tidak. Maknanya, hakimlain
tidak boleh memutus perkara yang sama agar tidak ada pelanggaran terhadap
asa nebis in idem.

2. KEKUATAN PEMBUKTIAN
Merupakan akta otentik yang digunakan sebagai alat bukti. Putusan harus dibuat tertulis sebab
bertujuan untuk dapat digunakan sebagai alat bukti bagi para pihak yang mungkin saja dilakukan
upaya banding atau pada saat eksekusi.

3. KEKUATAN EKSEKUTORIAL
Putusan yang telah berkekuatan hokum tetap harus mempunyai kekuatan untuk dilaksanakan.
Dengan adanya kekuatan untuk dilaksanakan, pihak yang dinyatakan kalah dalam sengekta yag
diputus wajib melaksanakan putusan secara sukarela. Jika tidak dilakukan secara sukarela, dapat
dilakukan upaya paksa. Kekuatan eksekutorial/kekuatan untuk dilaksanakan. Harus ada title
eksekutorial, jika tidak maka putusan tidak dapat dilaksanakan (non exuctable excuse).

Kekuatan putusan
1. Kekuatan mengikat didapat karena sudah berkekuatan hukum tetap dan ada asas
yangmnegatakan apa yang sudah diputus oleh hakim dianggap benar danharus dipatuhi (res
judicata proveritate habitur). Diatikan dalam 2 dimensi:
Mengikat dalam arti positif= Mengenai kepatuhan dan tunduknya para pihak pada putusan.
para pihak harus tunduk dan patuh pada putusan tsb, mereka tidak boleh melakukan tindakan
yang bertentangan dengan putusan karena putusan memiliki kekuatan yang mengikat pada para
pihak (pasal ?).
Negatif= hakim yang laintidak boleh memutus perkara yang pernah diputus bahwa terhadap/di
dalam suatu putusan hakim tidak boleh memutus perkara yang pernah diputus sebelumnya
dimana pihak2nya adalah sama dan mengenai pokok2 perkara yang sama. Supaya tidak terjadi
pelanggaran thd prinsip nebis in idem.

2. Kekuatan pembuktian: menunjukkan siatu putusan harus dibuat tertulis karena bertujuan untuk
digunakan sbg alat bukti bagi para pihak yang dapat digunakan untuk upaya hukum banding,
kakasi dan eksekusi. Merupakan akta otentik yang dapat digunakan sebagai alat bukti.
3. Kekuatan eksekutorial/executionary power: putusan yang telah berkekuatan hukum tetap
harus mempunyai kekuatan untuk dilaksanakan. Wajib melaksanakan putusan tsb secara
sukarela. Jika pihak yang kalah tidakmau melaksanakan secara sukarela maka bisa dilakukan
upaya paksa untuk melaksanakan putusan tsb oleh ketua pengadilan. Baru bisa dilaksakan jika
sudah ada titel executorial yaitu irah-irah dalam kepala putusan yang berbunyi demi keadilan
oleh Tuhan YME.
Tidak smeua putusan memerlukan eksekusi. Hanya yangbersifat menghukum/condemnatoir.
Yangbersifat deklaratif dan constitutif tidak memerlukan eksekusi

EKSEKUSI/PELAKSANAAN PUTUSAN
Eksekusi adalah hal menjalankan putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap dimana di
dalam putusan tsb mengandung hukuman yang memerintahkan kepada salah satu pihak untuk
melakukan tindakan/kewajiban ttt dan mempunyai titel eksekutirial. Hanya untuk putusan yang bersifat
menghukum (condemnatoir).

Asas yang harus dipegang oleh pengadilan untuk melakukan eksekusi:

1. Eksekusi dilakukan thd putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap.
2. Eksekusi dilakukan atau diambil sbg suatu tidakan bila pihak yang kalah atau dihukum oleh
putusan pengadilan tidak mau mematuhi isi putusan secara suka rela sehingga harus dilakukan
upaya paksa.
3. Eksekusi hanya dilakukan thd putusan bersifat condemnatoir. Jadi tidak untuk putusan yang
bersifat deklaratoir.
4. Eksekusi atas perintah dan di bawah pimpinan Ketua PN. Ketua PN akan mengeluarkan surat
untuke panitera/juru sita untuk meaksanakan eksekuasi.

Pengecualian asas: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122605-PK%20III%20638.8252-Penundaan


%20eksekusi-Literatur.pdf

Asas yang menyatakan bahwa eksekusi dilakukan thd putusanyangberkekuatan hukum tetap.
Untuk asas ini, terdapat putusan2 yang lain yang tidak berkekuatan hukum tetap tapi sudah
dapat dieksekusi.
a. Terhadap putusan yang bersifat serta merta (Uit voerbaar bij voorraad): keluar saat
gugatan/petitumnya mengeluarkan putusan serta merta. Saat putusan ini dikeluarkan,
seketika bisa dilaksakan tanpa menunggu berkekuatan hukum tetap terlebih dahulu.
Dalam petitumnya harus sudah diminta.
b. Putusan provinsi. Persamaan putusan serta merta dan provinsi: sama2 putusan yang
belum inkracht, untuk dikabulkan harus ada bukti otentik, ada izin ketua pengadilan,
harus disiapkan jaminan yang nilainya sama dengan objek eksekusi shg tidak akan
merugikan pihak lain jika putusan tsb dibatalkan. Bedanya: provinsi adl putusan sela
yang mengehendaki tindakan sementara, putusan serta merta adl putusan akhir yg
sudah menjawab tuntutan perkara. Pelasanaan pd putusan provinsi.
c. Jika itu merupakan pelaksanaan putusan perdamaian maka tidak perlu menunggu
berkekuatan hokum tetap untuk dilaksanakan.
d. Terdadap eksekusi yang didasarkan pada grosse akta.

frasa title eksekutorial, selain putusan pengadilan, nanti ada selain putusan di kepala
aktanya ada kata “demi keadilan Tuhan YME” walaupun bukan putusan maka akta otentik
tersebut sudah bisa dilakukan eksekusi tanpa melihat adanya putusan pengadilan.
Terhadap putusan arbitrase asing yang mendapat fiat eksekusi, maka pada dokume tersebut
tidak perlu adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hokum tetap.

MACAM-MACAM EKSEKUSI
Sudikno Mertokusumo

1. Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang kalah untuk membayar sejumlah uang.
2. Menghukum orang untuk melaksanakan perbuatan ttt.
3. Eksekusi riil. Melasanakan putusan pengadilan yang memerintahkan untuk mengosongkan
benda tetap kepada orang yang dikalahkan tapi kemudian yang bersangkutan tidak mau
melaksanakan putusan scr sukarela.

Menurut UU

1. Eksekusi riil dalam bentuk penjualan lelang.

Yang benernya dilakukan:

1. Eksekusi riil. Bisa berupa penyerahan, pengosongan, pembongkaran, pembagian, perintah


melakukan atau tidak melakukan tindakan tt.
2. Eksekusi pembayaran sejumlah uang melalui mekanisme lelang.

HUKUM ACARA EKSEKUSI RIIL

1. Adanya permohonan dari pihak yang menang. Tanpa ada surat permohonan maka eksekusi
tidak dapat dilakukan. Permohonan disampaikan pada Ketua PN agar eksekusi dilakukan secara
paksa.
2. Tahapan penaksiran biaya eksekusi
a. Biaya pendaftaran eksekusi
b. Biaya saksi-saksi saat pelaksanaan
c. Biaya pengamanan
3. Setelah biaya dibayar kepada panitera baru permohonan eksekusi didaftarkan ke daftar sistem
eksekusi.
4. Tahapan pelaksanaan peringatan (aan maning). Merupakan tindakan yang perlu dimaknai
sebagai teguran pada pihak yang kalah agar melaksanakan putusan secara sukarela. Dilakukan
dengan cara memanggil pihak yang kalah. Dibuat dalam bentuk surat yang memuat hari tanggal
jam sidang untuk mengklarifikasi mengapa sampai sekarang pihak yang kalah tsb belum
melaksanakan eksekusi. Sidang ini disebut sbg sidang insidental. Mekanisme peringatan:
a. Dilakukan sidang insidental yang dihadiri ketua pengadilan,panitera
b. Saat itu juga berarti diberikan peringatan atau teguran supaya menjalankan putusan
dalam waktu ttt biasanya 8 hari.
c. Pembuatan berita acara aan maning yaitu yg mencatatat semua yang terjadi id
persidangan sbg bukti otentik bahwa telah dilakukan aan maning yang akan menjadi
bukti landasan hakim mengeluarkan perintah eksekusi.
d. Jika pihak yang kalah tidak hadir maka pihak pengadilanmemanggil kembali pihak yang
kalah untuk datang yang kedua kali. Jika tetap tidak hadir tanpa alasan yang jelas maka
dengan seketika gugurlah hak pihak yang kalah tsbt untuk dipanggil lagi. Kemuadian
tidak ada tenggang waktu. Langsung dikeluarkan surat perintah eksekusi.
e. Dikeluarkan surat perintah eksekusi.
Isi peritah eksekusi

 Berupa penetapan
 Perintah ditujukan pada juru sita yang disebut dengan jelas
 Menyebut dengan jelas nomor perkara yang akan dieksekusi dan
objeknya
 Dilakukan tempat dimana terletak objek yang mau dieksekusi. On the
spot. Tidak bolek simbolik. Harus datang.
 Isi perintah eksekusi harus sesuai.
5. Pelaksanaan eksekusi riil:
 Dalam pelaksaan, pantera dibantu oleh juru sita, dan 2 saksi yang sudah berumur 21 tahun dan
jujur.
 Panitera/juru sita yangmelaksanakan eksekusi harus datang ke lokasi objek eksekusi.
 Harus sesuai dengan bunyi amar putuan sebab bila ternyata yang dieksekusi berbeda dengan
amar putusan maka panitera/juru sita yang harus menghentikan eksekusi dan membuat berita
acara bahwa tidak dapat dilakukan karena terjadi perbedaan antara amar putusan dengan objek
eksekusi.
 Semua pelaksaan yang terjadi harus dimuat di berita acara eksekusi: jenis objek eksekusi, letak,
ukuran luas, hadir atau tidak pihak yang tereksekusi, penegasan keterangan dari pengawasan
thd barang-barang objek eksekusi, jika tidak ada yang sesuai harus diberi penjelasan, penjelasan
mengenai bisa atau tidak dilaksanaakannya eksekusi, hari tanggal bulan jam dilaksanakannya
eksekusi, penandatanganan oleh pejabat eksekusi, 2 saksi, kepala desa/lurah setempat (scr
yuridis formal tidak wajib) dan tereksekusi.

Hal-hal yang mungki terjadi dalam proses eksekusi:

1. Seadainya objek yang dimohonkan dieksekusi berada di luar wilayah yurisdiksi PN yang
memutus perkara. Jika ini terjadi maka digunakan mekanisme penggunaaan lembaga
pendelegasian pelaksaan eksekusi. Harus dilakukan pendelegasian atau meminta bantuan pada
PN yang lain yang berkedudukan di wilayah tempat objek eksekusi berada. Tata cara
penggunaan lembaga pendelegasian eksekusi:
 Pembuatan surat penetapan eksekusi. Ketua PN membuat surat yang isinya
memerintahkan juru sita di tempat memutus perkara ke juru sita yang bekedudukan di
PN wilayah objek tersebut berada. Dalam surat harus dibuat serinci mungkinmengenai
objek eksekusi.
 Pembuatan berita acara eksekusi. PN yang menerima permintaan eksekusi akan
melaksanakan eksekusi sesuai putusan PN yang mengelurakan perintah eksekusi. PN
yang dimintai eksekusi tidak boleh menilai objek eksekusi. Ketua PN yang melaksanakan
eksekusi membuat berita acara dalam tempo 2x24 jam.
 Terkait dengan biaya eksekusi, yang membuat taksiran adalah PN yang dimintai
melaksanakan eksekusi.
2. Seandainya eksekusi tidak dapat dijalankan. Bisa terjadi karena:
 Harta kekayaan dari terkeksekusi tidak ada. Objek eksekusi secara mutlak memang
sudah tidak ada. Bisa krn habis dijual atau memang tidak dapat ditemui.
 Putusan berifat deklaratoir bukan condemnatoir. Seandainya hakim lalai tidak
memberikan keterangan bahwa putusan ini condemnatoirr maka pihak yang menang
mengajukan gugatan baru ke PN dan meminta supaya barang yang diputus dalam
perkara bisa dieksekusi jika perlu disertai dengan putusan serta merta. Penggugat harus
membayar biaya perkara sendiri2.
 Objek eksekusi berada di tangan pihak ketiga. Bila penguasaan tsb berdasarkan alas
hukum yang sah maka menjadi masalah tersendiri.
 Status objek merupakan milik Negara atau terdapat 2 putusan yang bertentangan.
3. Pengulangan eksekusi. Terjadi bila ada ketidaksesuaian antara amar putusan dengan yang
dieksekusi. Bisa bersifat teknis lapangan atau kecerobohan panitera/juru sita. Tidak memerlukan
gugatan baru tapi ketua PN harus menyelidiki mengenai penyimpangan-penyimpangan tsb. Lalu
ketua PN akan mengeluarkan putusan membatalkan perintah eksekusi sebelumnya. Biaya
ditanggung pemohon eksekusi.
4. Penundaan eksekusi. Pada prinsipnya tidak boleh ada penundaan. Bersifat sementara. Misal
karena: alasan kemanusiaan, alasan derden verzet yaitu adanya perlawanan yang mempunyai
dasar yang kuat yang terkait hak milik/status kepemilikan.
a. Alasan kemanusiaan. Pihak yang tereksekusi diberi kelonggakan supaya dapat menjalankan
eksekusi dengan baik. Penundaan ini bersifat sementara dan dalam jangka waktu yang
pendek.
b. Pengajuan perlawanan dari pihak ke tiga terhadap eksekusi yang dilakukan. Perlawanan oleh
pihak ke tiga ini memiliki dasar yang kuat. Eksekusi tidak boleh dilakukan pada barang milik
pihak ke tiga. Derden verzet yaitu adanya perlawanan yang mempunyai dasar yang kuat
yang terkait hak milik/status kepemilikan.

TATA CARA EKSEKUSI PEMBAYARAN SEJUMLAH UANG

1. Mengeluarkan petetapan sita eksekusi seandainya tidak ada sita jaminan: merupakan
penegasan sita jaminan. Dilakukan setelah ada permohonan, aan muning, lalu dikeluarkan surat
sita eksekusi. Perbedaan sita jaminan dan eksekusi cari!
2. Mengeluarkan perintah eksekusi: dikeluarkan ketua PN. Isisnya memerintahkan penjualan lelang
thd objek apapun yang ditetapkan sbg sita eksekusi.
3. Pengumuman lelang. Disampaikan lewat media masa. Pengumuman boleh dilakukan sebelum
dan setelah.
4. Permintaan lelang. Setelah pengumuman, ketua PN meminta bantuan kantor lelang negara
untuk menjual lelang objek sita eksekutorial.
5. Pendaftaran permintaan lelang. Kantor lelang mendaftarkan permintaan lelang ke dlam
bukukhusus dan pendaftaran lelang ini bersifat terbuka.
6. Penetapan hari lelang.
7. Penentuan syarat lelang dan floor price. Yang menentukan ketua PN dimana yang bertidak sbg
pihak penjual atas nama yang tereksekusi. Floor price disesuaikan.
8. Tata cara penawaran.
9. Penentuan pembeli dan pemenang.
10. Pembayaran harga lelang.

Anda mungkin juga menyukai